Anda di halaman 1dari 19

A.

DEFINISI
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram (WHO 2014). Berat badan pada kehamilan khusus
apapun sangat berfariasi dan harus digambarkan pada grafik presentil.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction) (Proverawati., 2010).
Bayi yang berat badannya diatas presentil 90 dinamakan besar untuk umur
kehamilan dan yang di bawa presentil 10 dinamakan ringan untuk umur
krhamilan. Berdasarkan itu bahwa 10 % semua bayi ringan untuk umur
kehamilan. Bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gr pada saat lahir di
namakan berat badan lahir rendah.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan
lahir rendah di bedakan:
a. Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 – 2500 gram.
b. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram.
c. Bayi berat lahir eksterem, Berat lahir kurang dari 1000 gram.
Untuk mendapatkan keseragaman pada kongres European Perinatal
Medicine II di London, telah disusun definisi sebagai berikut :
a. Preterm Infant (premature) atau bayi kurang bulan : bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari).
b. Term Infant atau bayi cukup bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293 hari).
c. Post Term atau bayi lebih bulan : bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebuh (294 hari atau lebih).

B. ETIOLOGI
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu
yang lain adalah umur, paritas, dll. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar atau ganda serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR.
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1
1. Faktor ibu
a. Penyakit :
1) Toksenia gravidarum
2) Pendarahan antepartum
3) Trauma fisik dan psikologis.
4) Nefritis akut
5) DM
b. Usia ibu
1) Usia kurang dari 16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahiran nya terlalu dekat.
c. Keadaan sosial
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi.

C. KLASIFIKASI BBLR

klasifikasi BBLR dapat dibagi berdasarkan derajatnya dan masa gestasinya. 

Berdasarkan derajatnya, BBLR diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, antara

lain : 

1. Berat bayi lahir rendah (BBLR) atau low birth weight (LBW) dengan 

berat lahir 1500 – 2499 gram. 

2. Berat bayi lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth weight 

(VLBW) dengan berat badan lahir 1000 – 1499 gram. 

2
3. Berat bayi lahir ekstrem rendah (BBLER) atau extremely low birth weight 

(ELBW) dengan berat badan lahir < 1000 gram (Meadow & Newell, 2005).

D. FAKTOR RESIKO
1. Prematur Murni
Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa
kehamillan atau disebut juga neonatus preterm / BBLR..
Faktor Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan prematur
atau BBLR adalah :
a. Faktor Ibu
 Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
 Gizi saat hamil kurang
 Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
 Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh
darah (perokok).
 Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion.
 Faktor pekerja terlalu berat.
 Primigravida.
 Ibu muda (<20 tahun)
b. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,
komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini.
c. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda.,
anomali congenital.
d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok.
e. Faktor yang masih belum diketahui. Karakteristik yang dapat
ditemukan pada prematur murni adalah :
1) Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm lingkar dada
kurang dari 30 cm.

3
2) Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis.
3) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan rambut tipis dan halus
5) Tulang tulang tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura
besar.
6) Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana
7) Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil
8) Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan
apnu
9) Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak
terutama pada dahi dan pelipis dahi dan lengan.
10) Lemak subkutan kurang
11) Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora.
12) Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih
lemah.
Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi
belum sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR).

2) Dismatur
Dismatur adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

Faktor Faktor yang mempengaruhi BBLR pada Dismatur :


1. Faktor ibu : Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita penyakit
diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal didaerah pegunungan
, hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi buruk, Drug abbuse, peminum
alcohol.
2. Faktor utery dan plasenta : Kelainan pembuluh darah, (hemangioma) insersi tali
pusat yang tidak normal, uterus bicornis, infak plasenta, tranfusi dari kembar
yang satu kekembar yang lain, sebagian plasenta lepas.

4
3. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan, (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus, herpez, sifillis).

E. PATOFISIOLOGI/ PATHWAY/ WOC

Sumber : (Donna, 2004; Nanda, 2012; Wiknjosastro, 2008)

5
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Bayi kurang bulan murni (Prematur)
 BB < 2500 gr, PB < 45 cm, LD < 30 cm, LK < 33 cm, kepala > badan.
 Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar.
 Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga
kurang.
 Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
 Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
 Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3 hari hal
ini.
 Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intracranial.
 Nafas belum teratur.
 Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak.
 Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belumterbentuk dengan
baik
b. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Dibagi menjadi :
 Kurus relatif lebih panjang,
 Kulit tipis dan kering

G. TINDAKAN PENGOBATAN (TERAPI)


a. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
 Injeksi 1 mg IM sekali pemberian.
 Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat
lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu).
b. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan

6
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama, apabila bayi mendapat ASI,
pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun,
perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap
paling kurang sehari sekali.
Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut :
1) Berat lahir 1750 – 2500 gram
 Bayi Sehat
Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa
bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu.
Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
 Bayi Sakit
Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi
memerlukan cairan intravena:
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau
segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI
apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap
untuk menyusu.
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur. Berikan minum 8 kali dalam
24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160

7
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap
kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil
dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu
tanpa terbatuk atau tersedak.
2) Berat lahir 1500-1749 gram
 Bayi Sehat
Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah
yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan
cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru
(batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok
apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini
dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya
memakan waktu lebih dari 1 minggu). Berikan minum 8 kali
dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak
lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. Apabila bayi
telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/
sendok, coba untuk menyusui langsung.
 Bayi Sakit
 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam
pertama.
 Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2
dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum
160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/
sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi
dapat menelan tanpa batuk atau tersedak.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui

8
langsung.

3) Berat lahir 1250-1499 gram


 Bayi Sehat
 Beri ASI peras melalui pipa lambung.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3
jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160
ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/
sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
 Bayi Sakit
 Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2
dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam).
Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB
per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/
sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik
menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui
langsung.
4) Berat lahir (tidak tergantung kondisi)
 Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama.
 Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan
kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan.
 Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila
bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi

9
masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Suportif
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh
normal:
 Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia
di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
 Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin.
 Ukur suhu tubuh dengan berkala.
Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini
adalah :
 Jaga dan pantau patensi jalan nafas
 Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
 Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera
(contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas,
hiperbilirubinemia)
 Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota
keluarga lainnya
 Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan
siapkan kamar untuk menyusui.
d. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan saat dirawat
 Terapi
 Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
 Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2
minggu.
 Tumbuh kembang

10
 Pantau berat badan bayi secara periodik
 Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama
(sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan
15% untuk bayi dengan berat lahir <1500

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1) Pengkajian
a. Data Subyektif
 Riwayat kesehatan
Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensigizi buruk,
merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti
diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi
tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji :
 Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun
plasenta previa.
 Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan sistem
pusat pernafasan.
 Riwayat post natal

Yang perlu dikaji antara lain :


 Afgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit
kedua AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang,

11
AS (7-10) asfiksia ringan.
 Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu
aterm 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari
normal (34-36 cm).
 Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
 Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan
absorbsi gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan
menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau
personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi
kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk
pemberian obat intravena.
Kebutuhan parenteral :
 Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
 Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%

Kebutuhan nutrisi enteral :


 BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
 BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
 BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam

Kebutuhan minum pada neonatus :


 Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
 Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
 Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
 Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
 Latar belakang sosial budaya
 Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR
kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan
tertentu terutama jenis psikotropika.
 Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang

12
makanan tertentu.
 Hubungan psikologis
 Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi
akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta
dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan
bayi. Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan
perawatan yang intensif.
b. Data obyektif
 Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan
yang aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat
dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang
stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
 Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm
beresiko terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan
beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh >37,5 C.
Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C,
nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur. Pemeriksaan fisik adalah melakukan
pemeriksaan fisik pasien untuk menentukan kesehatan pasien.
 Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna
biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
 Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal

13
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
 Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleks terhadap cahaya.
 Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lendir.
 Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
 Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
 Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek.
 Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari
100 kali per menit.
 Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah
arcus costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
 Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak,
adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
 Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah
kelainan letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi

14
mucus keputihan, kadang perdarahan.
 Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.
 Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.

c. Data Penunjang

Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam


menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
Darah : GDA > 20 mg/dl, test kematangan paru, CRP, Hb dan
Bilirubin : > 10 mg/dl.

2) Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada neonatus dengan BBLR
antara lain:
i. Ketidakektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan
dinding dada belum sempurna.
ii. Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan
lemak kulit yang tipis.
iii. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan reflek menghisap lemah.
iv. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya
tahan tubuh.

3) Intervensi Keperawatan
a. Ketidakektifan pola nafas berhubungan dengan pertumbuhan
dinding dada belum sempurna.
Tujuan : Kebutuhan O2 bayi terpenuhi.

15
Kreteria : Pernafasan normal 40-60 kali permenit, Pernafasan
teratur, Tidak cyanosis.
Intervensi :
 Letakkan bayi terlentang dengan alas yang data, kepala lurus,
dan leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal
atau selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
 Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
 Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
 Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional :
 Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher yang
dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
 Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
 Deteksi dini adanya kelainan.

b. Resiko terjadinya hipotermia berhubungan dengan lapisan lemak


kulit yang tipis.
Tujuan : tidak terjadi hipotermia
Kreteria : Suhu tubuh 36,5 – 37,5°C.
Intervensi :
 Letakkan bayi terlentang diatas pemancar panas (infant
warmer).
 Singkirkan kain yang sudah dipakai untuk mengeringkan
tubuh, letakkan bayi diatas tubuh, letakkan bayi diatas
handuk / kain yang kering dan hangat.
 Observasi suhu bayi tiap 6 jam.
 Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian Infus
Glukosa 5% bila ASI tidak mungkin diberikan.
Rasional :
 Mengurangi kehilangan panas pada suhu lingkungan
sehingga meletakkan bayi menjadi hangat.

16
 Mencegah kehilangan tubuh melalui konduksi.
 Perubahan suhu tubuh bayi dapat menentukan tingkat
hipotermia.
 Mencegah terjadinya hipoglikemia.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan reflek menghisap lemah.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kreteria : Bayi dapat minum pespeen / personde dengan baik, Berat
badan tidak turun lebih dari 10%, retensi tidak ada.
Intervensi :
 Lakukan observasi BAB dan BAK jumlah dan frekuensi
serta konsistensi.
 Monitor turgor dan mukosa mulut.
 Monitor intake dan out put.
 Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan.
 Lakukan control berat badan setiap hari.
 Lakukan control berat badan setiap hari.
Rasional :
 Deteksi adanya kelainan pada eliminasi bayi dan segera
mendapat tindakan / perawatan yang tepat.
 Menentukan derajat dehidrasi dari turgor dan mukosa
mulut.
 Mengetahui keseimbangan cairan tubuh (balance).
 Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat.
 Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.
 Penambahan dan penurunan berat badan dapat di monitor.

d. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan penurunan daya


tahan tubuh.
Tujuan : Selama perawatan tidak terjadi komplikasi (infeksi).
Kreteria : Tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada gangguan fungsi
tubuh.

17
Intervensi :
 Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
 Pakai baju khusus/ schort waktu masuk ruang isolasi
(kamar bayi).
 Lakukan perawatan tali pusat dengan triple dye 2 kali
sehari.
 Jaga kebersihan (badan, pakaian) dan lingkungan bayi.
 Observasi tanda-tanda infeksi dan gejala cardinal.
 Hindarkan bayi kontak dengan sakit.
 Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian antibiotik.
 Siapkan pemeriksaan laboratorat sesuai advis dokter yaitu
pemeriksaan DL, CRP.
Rasional :
 Mencegah penyebaran infeksi nosokomial.
 Mencegah masuknya bakteri dari baju petugas ke bayi.
 Mencegah terjadinya infeksi dan memper-cepat
pengeringan tali pusat karena mengan-dung anti biotik,
anti jamur, desinfektan.
 Mengurangi media untuk pertumbuhan kuman.
 Deteksi dini adanya kelainan.
 Mencegah terjadinya penularan infeksi.
 Mencegah infeksi dari pneumonia.
 Sebagai pemeriksaan penunjang

18
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta :
AR Group.
Atikah Proverawati dan Cahyo Ismawati. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika; 2010.
Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika.
https://dwaney.wordpress.com/2011/05/12/makalah-keperawatan-anak-bblr/
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta
: Media Action Publishing.
Pantiawati, Ika. 2010. Bayi Dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta :
Nuha Medika.
WHO. WHA Global Nutrition Target 2025 : Low Birth Weight Policy Brief Geneva. In:
WHO, editor. 2014.

19

Anda mungkin juga menyukai