Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada
yang berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para
pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di
Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-
negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di
Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-
negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan
mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta
banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan,
keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh
khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga
berabad-abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama,
khususnya Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di
Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari
pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah
mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama
masyarakat Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari
Kaum Sufi dan Mistik.Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam,
bukannya ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian
Sumatera.Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap
adat kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum
tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu
dan Budha.Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara
sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat
kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha
dengan ajaran Islam.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemajuan peradaban Islam dalam berbagai bidang?
2. Apa sebab-sebab kemunduran perdaban Islam?
3. Mengapa perlunya pemurnian dan pembaharuan peradaban Islam?
4. Siapa tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia Islam?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui dan mempelajari kemajuan peradaban Islam dalam
berbagai bidang.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran peradaban Islam.
3. Untuk memahami perlunya pemurnian dan pembaharuan peradaban Islam.
4. Untuk mengetahui atau mengenal tokoh-tokoh pembaharu dalam dunia
Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kemajuan perabadan Islam dalam berbagai bidang


1. Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan
penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan
pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun
(orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal
dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan
Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam
untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya
Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas
itu, kecuali yang terakhir, memberikan saham intelektual terhadap
terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan
Ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di Spanyol.
1. Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan
yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat
terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9
M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn
Abdurrahman (832-886 M).Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan
wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn
Yaqzhan.
2. Sains
Imu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain
juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia
dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari
batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat

3
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa
lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan
jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova
adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan
saudara perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan
wanita.
3. Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab
Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn
Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang
menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya
diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan
Ibn Hazm yang terkenal.
4. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan
dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil
mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu.
Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun
wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar
luas.
5. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam
di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam.
Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka
juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik
pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan
Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa
itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd
Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-
Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

4
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam
sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun.
Bidang pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada
masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-
kanal, saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-
tempat yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air. Orang-orang Arab
memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau dam
digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi
(penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan
roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria).
Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi,
perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman. Industri, disamping
pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi
Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan industri
barang-barang tembikar.
Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik yang paling menonjol
adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan kota, istana,
masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang megah
adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok
Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
1. Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil
alih oleh Bani Umayyah. Oleh penguasa muslim, kota ini dibangun dan
diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah
kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu.
Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur. Di seputar ibu kota
berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan,
setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang
istana Damsik. Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid
Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu,
ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di

5
Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya berdiri
perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat
diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 Km.
2. Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di
sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova
diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh Eropa. Istana al-Hamra
yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian arsitektur Spanyol
Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah indahnya. Kisah
tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang dengan kota
dan istana al-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
2.2 Sebab-sebab kemundarannya
Setelah peradaban Islam mencapai puncaknya, kemudian mengalami
kemunduran- bagaikan rembulan yang telah menjadi purnama, maka malam-
malam berikutnya cahayanya perlahan-lahan redup dan hilang ditelan
keremangan malam yang pekat. Sedangkan sebab-sebab kehancuran dunia
Islam itu antara lain;
1. Menurunnya Kreativitas Keilmuan Umat Islam
Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana
tingginya kedudukan akal seperti terdapat dalam al-Qur’an dan hadits.
Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui
filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani
di dunia Islam zaman klasik, seperti Aleksandria (Mesir), Jundisyapur
(Irak), Antakia (Syria) dan Bactra (Persia). Di sana memang telah
berkembang pemikiran rasional Yunani.
Pertemuan Islam dan peradaban Yunani pada masa awal Islam-
melahirkan pemikiran rasional di kalangan ulama Islam zaman klasik.
Tapi, perlu ditegaskan di sini bahwa ada perbedaan antara pemikiran
rasional Yunani dan pemikiran rasional Islam zaman klasik. Di Yunani
tidak dikenal agama Samawi, maka pemikiran bebas, tanpa terikat pada
ajaran-ajaran agama, tumbuh, dan berkembang. Sementara pada masa
Islam klasik pemikiran rasional ulama terikat pada ajaran-ajaran agama
Islam sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits.[3]
2. Kesatuan Integral; antara Agama dan Negara dalam Islam
Islam tidak memisahkan antara agama dan negara. Sebagaimana
al-Qur’an membicarakan tentang Allah dan keesaannya, surga dan neraka,

6
pahala dan dosa, juga menetapkan puasa dan shalat, serta menganjurkan
umat Islam untuk berakhlak mulia. Ajaran Islam juga mensyariatkan
tentang undang-undang jual beli, ijarah, hudud, hukum waris, masalah
peperangan, problem solving rumah tangga, dan lain-lain.[8]
Ketidakterpisahan itu, tergambar jelas pada keseharian Rasulullah,
selain menjadi pemimpin umat, beliau juga memimpin pasukan, membuat
perjanjian, melakukan pengiriman delegasi-delegasi negaranya ke wilayah
lain. Demikian juga yang dilakukan oleh para khalifah sesudah beliau.[9]
3. Islam Agama yang Sesuai dalam setiap Zaman dan Tempat
Dalam ajaran Islam ada adagium yang menyatakan bahwa Islam
adalah agama yang selalu sesuai dalam setiap zaman dan tempat. Tetapi
dalam prakteknya ada yang beranggapan- bahwa ajaran Islam itu tidak
mungkin di praktekkan umat Islam selalu sesuai dengan zaman dan tempat
di mana mereka hidup.
Padahal, sebagaimana yang dikemukakan ulama, bahwasanya
ajaran tauhid dan akhlak yang baik adalah mutlak- dan tentu termasuk
keberadaan akal yang sehat- karena sangat berguna bagi umat manusia.
Sebagaimana yang sudah dijelaskan bahwa agama Islam adalah agama
yang diperuntukkan bagi kebahagiaan umat manusia di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, Islam sangat menghargai posisi akal dan mengajak
umat manusia untuk mempergunakannya sebaik mungkin. Seperti yang
disinyalir Allah Swt, dalam al-Qur’an Surat Yasiin [36]: 68, sebagai
berikut; “Dan Barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan Dia kepada kejadian(nya). Maka Apakah mereka tidak
memikirkan?,” (QS. Yasiin [36]: 68).
Al-Qura’an Surah, Arrum [30]: 28, sebagai berikut; “Dia membuat
perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. Apakah ada diantara
hamba-sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam
(memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu; Maka kamu sama
dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut
kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri?

7
Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal.” (QS.
Arrum [30]: 28).
Sebagaimana yang sudah dijelaskan sebelumnya- bahwa ajaran
Islam diturunkan ke muka bumi untuk kebahagiaan umat manusia di dunia
dan akhirat. Hal itu ditandai dengan pembahasan ajaran Islam yang
menyentuh seluruh ranah aspek kemanusiaan umat manusia. Diantaranya
membahas hal-hal yang berkenaan dengan spiritual, civilization, konsep
ketuhanan, kredo tentang surga, neraka, dan hari kebangkitan. Dalam
urusan muamalah, misalnya membahas tentang jual beli, penggadaian,
problem solving rumah tangga, harta warisan, dan lain-lain.
4. Hancurnya ketahanan moral umat Islam
Hancurnya ketahanan moral umat Islam, lebih disebabkan- karena
umat Islam dihinggapi “penyakit” wahn (hubbundunya wa karahiyatul
mauwt). Umat Islam dilanda sikap hidup berfoya-foya, korup, dan tidak
dekat lagi dengan kehidupan para mustadh’afin dan nasib yang menimpa
para dhu’afa. Ibnu khaldun mengemukakan, “Kemewahan itu merupakan
pertanda bahwa peradaban suatu bangsa yang dibangun akan mengalami
kehancuran.
Hal yang penting bahwa banyak cendekiawan Muslim masa itu
yang menentang penguasa Baghdad, bahkan bergabung dengan bangsa
Mongol. Khawaja Nashiruddin Thusi, salah seorang cendekiawan Syi’ah
termasyhur (1201-1274) dan dihormati oleh Imam Khomeini, juga
bergabung dengan penakluk dari Mongol, Hulaghu, ketika dia melewati
Iran dalam perjalanannya ke Baghdad. Ini menimbulkan tuduhan
keterlibatan dalam penaklukan.
5. Berkembangnya Sikap hidup Fatalistis
Berkembangnya sikap hidup fatalis umat Islam- yang bergantung
dan mengembalikan segala keuntungan dan penderitaan kepada Tuhan.
Sikap hidup yang fatalis ini ditandai dengan tidak lagi percaya kepada
kemampuannya untuk maju atau mengatasi problem keagamaan dan
kemasyarakatan. Mereka lari dari kenyataan dan hanya mendekatkan diri
kepada Tuhan`

8
6. Sikap Hidup Umat Islam yang kurang Toleran
Sikap-sikap tidak toleran dan fanatik kepada madzhab atau
golongan sendiri itulah yang menyebabkan umat Islam mundur. Tidak saja
karena sikap-sikap itu menyedot energi masyarakat, tapi juga
memalingkan perhatian orang dari hal-hal yang lebih mendasar dan
menentukan perkembangan dan kemajuan peradaban. Syeikh Muhammad
Rasyid Ridla, seorang tokoh pemikir Islam Zaman Modern dari Mesir
(murid dan teman Syeikh Muhammad ‘Abduh), dalam mukaddimahnya
untuk penerbitan kitab al-Mughni (oleh Ibn Qudamah) menggambarkan
sikap-sikap tidak toleran itu demikian:
7. Jatuhnya Kekhalifahan Abbasiyah
Jatuhnya kerajaan Abbasiyah oleh serangan orang-orang Tartar dan
Mongol pada masa pertengahan abad ke-13 M., ketika kota Baghdad
sebagai pusat ilmu dan kebudayaan hancur sama sekali. Sekitar 800. 000
penduduk Baghdad dibunuh. Perpustakaan dihancurkan, ribuan rumah
penduduk diratakan. Dalam peristiwa tersebut, umat Islam kehilangan
lembaga-lembaga pendidikan dan buku-buku ilmu pengetahuan yang
sangat berharga nilainya.
Musnahnya beribu-ribu buku, baik buku-buku tentang keagamaan
maupun ilmu-ilmu sains- mempengaruhi perkembangan intelektualisme
Islam, apalagi yang menyangkut kelestarian ilmu-ilmu pengetahuan dan
sains dalam Islam. Berbagai literatur sains telah lenyap. Sedangkan di
kalangan masyarakat yang bebas dari bencana kaum Mongol tidak ada
yang menguasai berbagai bidang sains dan filsafat. Inilah salah-satunya
yang mempersulit umat Islam untuk mengembalikan kekayaan intelektual
yang berharga seperti pada masa kejayaan semula.
8. Dikuasainya Sektor Prekonomian oleh Eropa
Eropa yang telah menemukan kebangkitan intelektual, mulai
meninggalkan umat Islam. Bangkitnya rasionalisme dan intelektual telah
menuntun orang-orang Eropa menemukan sumber-sumber kekayaan di
luar Eropa, seperti Amerika, Australia, dan Timur Jauh.[22]Penemuan
Tanjung Harapan pada abad ke-15 M, oleh pelaut-pelaut Eropa Barat

9
sangat memukul prekonomian Islam. Jalur perdagangan Timur Jauh dan
Barat yang dahulu dikuasai oleh Islam karena harus melewati jalur darat
milik Islam, berpindah melalui jalur laut melalui Tanjung Harapan
sehingga negara-negara Barat dapat menggantikan kedudukan Islam
sebagai penguasa perdagangan jalur Barat.
Ekonomi yang meningkat dan pemikiran rasional yang
berkembang baik membawa Eropa ke zaman modern yang ditandai
dengan kemajuan dalam pemikiran dan sains serta teknologi. Setelah lama
Eropa tak mempunyai adikuasa, mulailah muncul di sana pada abad
kedelapan belas M. Dua adikuasa yaitu, Inggris dan Perancis.
Ketiga adikuasa Islam, Kerajaan Turki ‘Ustsmani, Safawi, dan
Mughal kini menghadapi saingan. Sementara itu, pemikiran rasional dan
orientasi dunia, yang telah hilang dari dunia Islam- digantikan dengan
pemikiran tradisional dan orientasi akhirat- tidak bisa mengembangkan
sains dan teknologi. Di Eropa berkembang dengan cepat sains dan
teknologi.
Maka dalam persaingan ini Inggris dan Prancis dengan sains dan
teknologi modernnya mengungguli ketiga adikuasa Islam tersebut.
Persenjataan Kerajaan, Utsmani, Safawi, dan Mughal yang masih
tradisional tak dapat mengimbangi persenjataan Inggris dan Perancis yang
modern. Maka dalam peperangan-peperangan antara dunia Islam dan
Barat, dunia Islam senantiasa mengalami kekalahan.
Jangankan melawan Inggris dan Prancis, melawan Spanyol dan
Portugal, keduanya hanya merupakan dunia kecil, dunia Islam tak
sanggup. Portugal menyerang dunia Islam sebagai balas dendam terhadap
umat Islam yang menguasai daerah mereka di Eropa untuk lebih dari 700
tahun. Di Timur Jauh Spanyol dan Portugal dapat menjajah beberapa
daerah seperti Filipina oleh Spanyol dan Timor Timur oleh Portugal.
9. Sunnatullah

Sungguh, keadaan umat Islam yang jauh tertinggal oleh bangsa-bangsa


lain memang sangat memilukan. Namun barangkali tida perlu disesali sedemikian
rupa sehingga kita kehilangan kemampuan melihat ke depan dengan penuh
harapan. Kemunduran dunia Islam dapat dilihat sebagai wujud operasi

10
Sunnatullah. Salah satu unsur penting hukum itu ialah adanya prinsip perputaran
(mudawalah). Yaitu, prinsip bahwa nasib umat manusia, tinggi dan rendah, terjadi
secara berputar dan bergilir antara mereka, sehingga suatu bangsa atau umat
adakalanya berada di atas (menang, unggul, maju, dll.) dan juga adakalanya di
bawah (kalah, merosot, terbelakang, dll.)

sebagaimana yang dikemukakan Allah Swt, dalam al-Qur’an Surah, al-


Imran, [3]: 140-141 sebagai berikut; Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat
luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka
yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan
orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang zalim. (3: 140). Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman
(dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (3: 141)

2.3 Perlunya pemurnian dan pembaharuan

Salah satu imbas positif dari peristiwa pengeboman gedung WTC (9/11)
adalah munculnya wacana tentang Reformasi atau Pembaruan Islam. Wacana
ini sesungguhnya bukanlah baru, karena para sarjana sudah sejak lama
mendiskusikannya. Yang baru adalah bahwa wacana ini kini dibicarakan
secara luas, tak hanya oleh kalangan akademis saja, tapi juga oleh media
massa, politisi, dan para pengambil keputusan di negara-negara Barat.

Thomas L. Friedman, kolumnis terkenal asal Amerika, misalnya, menulis


sebuah artikel menarik di New York Times, berjudul “An Islamic
Reformation” (4/12/02). Menurutnya, Pembaruan Islam adalah sebuah
keharusan bagi kaum Muslim sekarang ini, karena perang terhadap terorisme
dan radikalisme akan percuma tanpa diikuti perbaikan dari dalam kaum
Muslim sendiri.
2.4 Para Tokoh Pembaharuan Dalam Dunia Islam
A. TAQIYUDDIN IBNU TAIMIYAH
1. Kelahiran dan Pendidikan
Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-
Harrani al-Hanbaly atau yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah
atau ibnu Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah,
yang bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di kota Al-Harran,
Siria. Ibnu Taimiyah lahir kurang lebih lima tahun kemudian setelah tentara
Barbar dan Mongolia, yang dimana bangsa Mongol menaklukkan kota
Bagdad, ibukota pusat kekuasaan dinasti Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).
Pemahaman agama Ibnu Taimiyah pada awalnya diserap doktrin-doktrin
mazhab Hanbali, yaitu suatu aliran dalam bidang syari’ah yang terkenal

11
karena besarnya menaruh hadis setelah Al-Qur’an dalam menentukan hukum
syara’. Pada awalnya Ibnu Taimiyah pertama kali belajar ilmu agama kepada
ayahnya sendiri – Syihabuddin - . Kemudian dilanjutkan belajar kepada
beberapa ulama terkenal salahsatunya Zainuddin al-Muqaddasyi.
Dalam usianya yang relatif masih belia – sekitar umur 21 tahun – Ibnu
Taimiyah telah tumbuh dan berkembang sebagai seorang yang alim, cerdas,
mempunyai wawasan dan pengertian yang mendalam tentang agama Islam.
Beliau mampu menangkap getaran-getaran penyakit yang diidap oleh umat
Islam pada umumnya sekaligus dengan penderitaan hidupnya.
Sikap dan pendirian Ibnu Taimiyah yangsangat gigh berprinsip pada
ajaran tauhid yang bersih dan murni, jauh dari berbagai ragam syirik, khurafat,
dan bid’ah dan disampaikan secara terus terang dan lugas kepada siapa saja
terutama para penguasa merasa tersinggung.
2. Karya-karya Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan
konsisten, ahli dalam bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam,
serta ahli juga dalam bidang filsafat. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan
pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan
Allah Swt)
2) Memberantas kepercayaan Patheis dan budaya
3) Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka
menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah
4) Memberantas anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5) Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan
dengannya

Jumlah total karya Ibnu Taimiyah 621yang mana banyak hasil karyanya
yang telah hilang.Kecermelangan pikiran Ibnu Taimiyah tercermin dalam
beberapa bukunya seperti kitab “Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil
kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah. Di dalam kitab ini ia menjelaskan tentang
ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem Politik Syari’ah
merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih
rinci yang di dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara.
Sedangkan karyanya yang ketiga adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang
didalamnya menguraikan penggunaan prinsip menyerukan kebajikan
mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan administrasi
negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman
Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil
Mustaqim, dan lain-lainnya.
3. Pokok-pokok Ajaran Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai tokoh yang berhak menyandang gelar
sebagai ‘mujtahid’ dalam berbagai tulisan atau pun dalam kuliah-kuliahnya
dengan lantang menyerukan dan mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk

12
kembali berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’anul Karim dan as-Sunnah as-
Syarif dengan murni dan penuh tanggung jawab dalam menata seluruh aspek
kehidupannya. Ia juga mkengajak umat Islam untuk membuang jauh-jauh
berbagai praktek yang asing dan aneh dalam ajaran Islam. Kuliah-kuliahnya
mencakup semua subjek di dalam pengetahuan Islam, namun semuanya
mempunyai tema yang sama yakni menghidupkan kembali semangat Nabi
beserta sahabat-sahabatnya sewaktu Islam masih murni dan belum dicemari
oleh ide-ide asing dan bid’ah.
Bidang bid’ah ternyata merupakan bidang pembahasan yang paling
menonjol dan dominan. Sebenarnya ajaran Ibnu Taimiyah yang paling pokok
adalah dalam rangka mensucikan itikad (aqidah – keyakinan) umat Islam agar
tidak berubah dan tidak menyimpang dari ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.
Ibnu Taimiyah adalah tokoh Mujadid, pembaharuan atau reformer dalam
Islma yang pertama-tama di dunia yang dengan penuh semangat menyatakan
bahwa pintu ijtihad tetap terbuka. Ijtihad dalam ajaran agama Islam
memegang perana yang sangat besar, karena hanya dengan prinsip inilah akan
selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan pernah ketinggalan
zaman. Dengan prinsip ihtihad inilah yang memungkinkan perkembangan dan
kemajuan yang berkesinambungan di dalam syari’ah.
4. Tahun-tahun Terakhir Ibnu Taimiyah
Antara tahun 721 H/ 1321 M dan 726/ 1326 M , Ibnu Taimiyah
mendedikasikan dirinya untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di
Madrasah miliknya Qassassin dan merevisi karya awalnya. Pada tahun 726
H/1326 M, musuh-musuhnya kembali bekerja sama untuk memenjarakan
beliau. Sekalipun demikian dengan dipenjarakan tubuh Inu Taimiyah, ikut
terpenjara juga rohaninya. Beliau tetap meneruskan menulis tafsir Al-Qur’an
dan juga risalah ilmiah yang beragam permasalahan. Dengan semangat yang
tidak pernah kendor sehingga membuat pemerintah mengambil sikap lain
untuk memojokkannya. Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah dilarang menulis lagi,
hal ini membuat Ibnu Taimiyah tersiksa yang akhirnya mengakibatkan Ibnu
Taimiyah jatuh sakit dan tidak ada obat penyembuhnya. Sampai akhirnya
beliau menutup usia pada Minggu-Senin malam tanggal 20 Dzulqaidah 782
H/1328 M di Damaskus dalam usia 67 tahun.
Saat penguburan Ibnu Taimiyah sebanyak 300.000 pria dan 15.000 wanita
turut menghantarkan jenazahnya. Beliau dikuburkan di pemakaman Sofiyyah
dimana ibunya juga dimakamkan.
B. Muhammad bin Abdul Wahab
1. Riwayat Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab pendiri Gerakan Muwahidin adalah seorang
ulama besar, yang dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan
kehidupan beragama yang ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali. Dilihat
dari latar belakang kehidupannya dapat dipahami bahwa beliau ada kesamaan
latar belakang dengan tokoh pendahulunya, Ibnu Taimiyah.
Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap Syeikh al-Islam al-
Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin

13
Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-
Hambali an-Najdi.
2. Pendidikan dan Pengalamannya
Pendidikan beliau dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, dimana
beliau belajar agama. Muhammad bin Abdul Wahab berkembang dan
dibesarkan dikalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah ketua jabatan
agama setempat. Setelah mendapatkan banyak ilmu agama dari keluarganya,
kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama di kota Madinah.
Selanjutnya ia berkelana untuk menimba ilmu ke berbagai kota, dari Basrah,
Baghdad, Kurdistan, Hamazan, Isfahan, Qumm, dan Kairo. Setelah sekian
puluh tahun beliau berkelana ke berbagai kota, Muhammad bin Abdul Wahab
pulang kembali ke daerah asalnya, dengan satu tekat yang bulat, yaitu
mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajarkan agama Islam sebagaimana
yang dipahaminya.
3. Pokok-Pokok Ajarannya
Gerakan Wahabi merupakan suatu gerakan pemurnian Islam yang pertama
kali berdiri dalam rangka menyambut seruan dan ajakan Imam Taqiyuddin
Ibnu Taimiyah. Gerakan ini memegang prinsip teguh, mereka ingin
membuang segala bentuk kemusyrikan, khurafat, berbagai macam bid’ah dan
taqlid.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok
pembahasan dan perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal
yang berkisar di seputar masalah memurnikan tauhid inilah yang sangat
ditekankan, anatar lain:
1. Penyembahan selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada
yang demikian akan dibunuh.
2. Orang-orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan,
termasuk orang-orang musyrik.
3. Meberikan pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau
malaikat termasuk perbuatan musyrik.
4. Termasuk kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin
yang terdapat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5. Termasuk kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6. Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-
do’a cukup menghitungnya dengan keratan jari.
7. Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal
halal dan haram, perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak
menjadi pegangan.
8. Pintu Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama
sudah memenuhi syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)
Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar
merupakan tenaga yang sanggup membangkitkan dan menggoncangkan
kembali kesadarn kaum muslimin yang sedang lelap tidur dalam alam
kegelapan. Sistem ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang hanya
menekankan pada pengamalan agama persis seperti yang diajarkan oleh Nabi

14
Muhammad s.a.w tanpa tambahan yang aneh-aneh dan asing yang sering
disebut juga sebagai “Muhammadiyah.”
4. Kematiannya
Muhammad bin Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48
tahun lebih di Dar’iyah. Keseluruhan waktunya diisi dengan menulis,
mengajar, berdakwah, dan berjihad dan mengabdi sebagai menteri penerangan
di Kerajaan Saudi di Tanah Arab.
Allah SWT masih memanjangkan umurnya sampai pada usia 92 tahun,
sehingga beliau masih dapat menyaksikan kejayaan dakwah dan kesetiaan
para pendukungnya. Semua itu berkat pertolongan Allah dan berkat dakwah
serta jihadnya yang gigih dan tidak kenal menyerah.
Kemudian dengan perasaan yang tenang, lega dan puas setelah melihat
hasil kemenangan di seluruh Dar’iyah. Muhammad bin Abdul Wahab
menghadap Tuhannya, beliau kembali ke rahmatullah pada tanggal 29 Syawal
1906 H, bersamaan dengan tahun 1793, dalam usia 92 tahun.

C. Jamaluddin al-Afghani (1839-1897)


1. Biografi
Jamaluddin al-Afghani adalah seorang pemimpin
pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan aktivitasnya
berpindah-pindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Ia
lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal pada tahun
tahun 1897 di Istanbul, Turki. Ia banyak berkiprah dalam
pembaharuan yang lebih terfokus pada dalam bidang politik di
samping persoalan keagamaan.
2. Pemikiran-pemikiran pembaharuannya.
1) Islam adalah agama yang sesuai dengan segala keadaan dan
waktu. Islam merupakan agama yang mengajarkan
dinamisme dalam berfikir dan berperilaku yang sesuai
dengan ajaran Islam.\
2) Islam bukanlah agama yang mengajarkan faham fatalis dan
statis
3) Qadla dan Qadar Allah sesungguhnya merupakan sesuatu
yang terjadi karena sebab musabab, bukan semata-mata
langsung dari Tuhan. Artinya, bahwa manusia bisa
menentukan taqdirnya sendiri melalui usaha yang maksimal
4) Lemahnya persaudaraan di kalangan umat Islam juga
menyebabkan umat Islam mundur, dari kalangan awam
sampai ulama hingga raja tidak ada lagi rasa persaudaraan,
sehingga umat Islam lemah tidak memilki kekuatan untuk
maju bersama.

15
5) Sistem pemerintahan otokrasi harus diganti dengan
demokrasi yang berdasarkan musyawarah.
6) Umat Islam di setiap Negara harus membangun semangat
nasionalisme dan internasionalisme agar umat Islam dapat
bersatu. Hanya dengan persatuan umat Islamlah, Islam dapat
berkembang dan maju, tetapi tanpa persatuan di kalangan
umat Islam mustahillah kemajuan dapat diraih.
D. MUHAMMAD ABDUH
1. Biografi
Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada
tahun 1849 M. Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh
Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di
Mesir. Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya meningkat sampai kepada Umar bin Khattab.
2. Pemikiran-pemikirannya
Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan
umat Islam adalah :
1) Paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak
berkembang, statis di kalangan umat Islam. Paham ini
berpendapat, bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi
didakan perubahan-perubahan sebab sudah menjadi
tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
2) Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu
secara mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT,
sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap
fatalis ini sudah mewabah di kalangan umat Islam
sebagai akibat faham tasawuf yang keliru yang
berkembang sejak abad 11- 13 M. Umat Islam melakukan
tasawuf karena sikap frustasi dan putus asa sebagai
akibat kekalahan politik umat Islam, terutama sejak
hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari perilaku
tasawuf ini, umat Islam tidak lagi mencintai ilmu
pengetahuan sebagaimana pernah terjadi pada abad II
hijriyah ( abad VII M).
3) Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan umat
Islam. Paham taqlid ini diakibatkan karena fanatik yang
membabi buta terhadap mazhab, akibat dari paham taqlid
ini mengakibatkan umat Islam tidak memiliki semangat

16
untuk berijtihad, dan umat Islam menjadi terpecah-pecah
dan sulit untuk disatukan kembali menjadi ummatan
wahidah.
Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan peran akal
secara maksimal, sehingga umat Islam lebih banyak tunduk
pada keadaan dan pasrah kepada nasib. Menurut Muhammad
Abduh, banyak sekali dalam ayat Al-Qur’an yang
memerintahkan kepada umat Islam untuk menggunakan
akalnya. Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat Islam
mundur peradabannya dan tidak berdaya menghadapi kemajuan
ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia Barat (Perancis
dan Inggris).
3. Problem solving :
Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus
dilakukan adalah:
1) Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah
teetutup. Dengan ijtihad ummat Islam bekembang ilmu
pengetahuan dan peradabannya.
2) Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di
kalangan umat Islam, sebab Allah telah mencipakan akal
yang memilki kemauan bebas (free will) dan free act
(bebas berbuat) berdasarkan hukum sunnatullah (hukum
sebab akibat).
3) Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana
Barat sehingga ummat Islam akan mengalami kemajuan
dan kemenangan.
E. RASYID RIDLO
1. Biografi
F. Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia
lahir pada tahun 1865 M. di desa Al-Qalamun Libanon.
Menurut riwayat ia berasal dari keturunan AL-Husein, cucu
Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu memakai
gelar Al- Sayyid di depan namanya
G. B. Pemikiran-pemikirannya
H. Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru
(Muhammad Abduh). Menurut pendapat Rasyid Ridla, bahwa
yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah sebagai
berikut :

17
I. 1. Tidak adanya semangat pemikiran dan penelitian
(ijtihad) di kalangan umat Islam secara dinamis. Umat Islam
beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Hilangnya
semangat ijtihad ini bertentangan dengan hukum sunnatullah
yang selalu berkembang dan tidak pernah berhenti Ajaran
Islam yang tidak boleh dirubah adalah mengenai masalah
ibadah, yang secara tegas sudah diatur secara jelas, (ibadah
mahdlah). Akan tetapi mengenai persoalan muamalah
(hubungan manusia dengan yang lain) seperti : ekonomi, sosial,
ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, dll, akan selalu
berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu,
fiqh yang menyangkut persoalan kehidupan manusia dalam
masyarakat tadi selalu membutuhkan ketetapan hukum baru
yang bersumber pada ijtihad.
J. 2. Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib
manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT,
sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis
ini sebagai akibat tidak difungsikannya peran akal secara
maksimal. Menurut Rasyid Ridla, akal adalah hidayah Allah (
disamping wahyu) yang berfungsi untuk mencari kebenaran
terhadap ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis (Al-Qur’an)
maupun ayat-ayat kauniyyah (alam semesta). Jika akal ini
difungsikan oleh umat Islam, maka akan melahirkan segudang
ilmu pengetahuan dan peradaban yang tinggi. Tetapi
sebaliknya, jika peran akal diabaikan maka akan terjadi
kejumudan (kebekuan) di kalangan umat Islam.
K. 3. Untuk mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang
persatuan umat Islam, dan agar persatuan umat Islam terwujud
perlu dibentuk khilafah islamiyah. Rasyid Ridla tidak sependapat
dengan gurunya (Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas)
dan kebarat-baratan. Rasyid Ridla juga tidak sependapat dengan
paham nasionalime yang berkembang di Negara Islam (terutama di
Turki). Sebab nasionalisme tidak dikenal dalam Islam. Menurut
Rasyid Ridlo, apa yang berkembang di Barat sesungguhnya sudah
ada dalam Al-Qur’an, tinggal bagaimana umat Islam mengamalkan

18
ajaran Islam secara kaffah. Menurut Rasyid Ridla, nasionalisme
hanya akan melumpuhkan semangat persatuan dan kesatuan umat
Islam. Selain itu, ia berpendapat bahwa yang membuat umat Islam
mundur, disebabkan karena berkembangnya paham-paham
mistisisme dan sufisme yang bertentangan dengan ruh Al-Qur’an.
Berkembangnya paham-paham itu membuat umat Islam tidak
semangat untuk mempelajari dan mengkaji nilai-nilai Al-Qur’an
yang bersifat universal dan up to date (modern).

19

Anda mungkin juga menyukai