Anda di halaman 1dari 2

FAKTOR-FAKTOR PEMICU TINDAK KORUPSI

Salsabila Aurellia K, 1806232396

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang dikategorikan
melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.
Berdasarkan Gone Theory yang dikemukakan oleh Jack Bologne, ada beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu :
 Greeds (keserakahan).
 Opportunities (kesempatan melakukan kecurangan).
 Needs (kebutuhan hidup yang sangat banyak).
 Exposures (pengungkapan): tindakan atau konsekuensi yang dihadapi oleh pelaku
kecurangan apabila pelaku diketemukan melakukan kecurangan tidak begitu jelas.
Di Indonesia sendiri, korupsi dapat dengan mudah terjadi karena penegakan hukumnya
yang tidak konsisten. Hukum yang ada hanya bersifat sementara dan selalu berubah tiap
pergantian pemerintahan. Hal ini membuat orang berani untuk melakukan tindak korupsi karena
konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi. Saat tertangkap pun bisa
menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya.
Agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam mencegah korupsi karena
perilaku masyarakat yang memeluk agama itu sendiri. Pemeluk agama menganggap agama
hanya berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja. Sehingga agama nyaris tidak
berfungsi dalam memainkan peran sosial.
Sejak jaman penjajahan dulu, Indonesia sudah terbiasa untuk memberi upeti, imbalan jasa
dan hadiah. Budaya ini terus dijalankan hingga sekarang sehingga suap menyuap bukan hal yang
aneh lagi. Selain itu, budaya serba membolehkan dan tidak mau tahu membuat orang
beranggapan bahwa korupsi adalah hal biasa karena sering terjadi, bahkan sudah membudaya.
Di dalam dunia politik, seseorang bisa dengan mudah terpengaruh untuk melakukan tindak
korupsi karena langkanya lingkungan yang antikorup. Sistem dan pedoman antikorupsi hanya
dilakukan sebatas formalitas. Ada juga yang takut dianggap bodoh bila tidak menggunakan
kesempatan untuk menyalahgunakan dan kekuasaan yang ada. Apalagi dengan rendahnya
pendapatan negara, korupsi semakin menjadi-jadi. Pedapatan yang diperoleh tidak mampu
memenuhi kebutuhan penyelenggara negara, tidak mampu mendorong penyelenggara negara
untuk berprestasi dan memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat.
Kemiskinan membuat seseorang melakukan tindak korupsi dengan dalih mengalami
kesulitan dalam hal ekonomi. Keluarga yang terus-menerus mendesaknya untuk menghasilkan
uang lebih banyak, membuatnya gelap mata dan tidak takut lagi dengan dosa. Namun, secara
tidak sadar korupsi telah menyebabkan kemiskinan meningkat karena hal tersebut membawa
dampak buruk pada pembangunan sosial dan ekonomi.
Bukan hanya orang tidak mampu, orang yang sudah kaya raya pun memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindak korupsi. Hal ini berkaitan dengan adanya perilaku
serakah yang ada di dalam setiap orang. Mereka orang yang tidak pernah puas dengan apa yang
dimiliki dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
Jadi, korupsi tidak hanya disebabkan oleh sifat koruptor itu sendiri, tetapi lingkungan
dimana mereka tinggal yang dapat mempengaruhi terbentuknya sifat individu di dalam diri
manusia.

Daftar Pustaka

1. Ara,Clara.2013.Faktor Penyebab Tindak Korupsi. https://www.academia.edu/7174050/FAKTOR-


FAKTOR_PENYEBAB_TINDAK_KORUPSI. (diakses 9 April 2019, 13.00 WIB)
2. Maheka, Arya, Galih Pamungkas. 2018. Faktor Penyebab Korupsi. http://smkn3-
denpasar.sch.id/pak/?page_id=19. (diakses 9 April 2019, 13.00 WIB)
3. Pope, Jeremy 2003. Strategi Memberantas Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai