Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit
yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan
merupakan infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek
berulang serta anoreksia. Di bagian tonsilitis dan otitis media akan
memperlihatkan adanya inflamasi pada tonsil atau telinga tengah dengan
jelas. Infeksi akut pada balita akan mengakibatkan berhentinya pernapasan
sementara atau apnea (Meadow, 2005).
ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada balita. Menurut para
ahli, daya tahan tubuh anak sangat berbeda dengan orang dewasa karena
sistem pertahanan tubuhnya belum kuat. Apabila dalam satu rumah anggota
keluarga terkena pilek, balita akan lebih mudah tertular. Dengan kondisi anak
yang lemah, proses penyebaran penyakit menjadi lebih cepat. Resiko ISPA
mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, akan tetapi
menyebabkan kecacatan seperti otitis media akuta (OMA) dan mastoiditis.
Bahkan dapat menyebabkan komplikasi fatal yakni pneumonia (Anonim, 2010:
111).
Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di dunia, lebih
banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Penyakit ini lebih banyak menyerang pada anak khususnya di bawah usia 5
tahun dan diperkirakan 1,1 juta kematian setiap tahun disebabkan Pneumonia
(WHO, 2012). Diperkirakan 2 Balita meninggal setiap menit disebabkan oleh
pneumonia (WHO,2013).Pada tahun 2013 sekitar 940.000 anak meninggal
akibat Pneumonia (15% dari semua kematian balita; UNICEF 2015).
Di Indonesia, Pneumonia masih merupakan masalah besar
mengingat angka kematian akibat penyakit ini masih tinggi. Berdasarkan SDKI
(Survei Demografi Kesehatan Indonesia) 2012, Angka kematian bayi 32/1.000
kelahiran hidup, angka kematian balita 40/1.000 kelahiran h idup, lebih dari
3/4 kematian balita pada tahun pertama kehidupan, terbanyak saat neonatus.
Hasil survey Sistem Registrasi Sampel (SRS) oleh Balitbangkes tahun 2014
proporsi kematian Pneumonia pada balita yaitu 9,4%.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingginya kejadian ISPA pada anak
bayi dan balita yaitu dibagi dua faktor, yaitu Faktor intrisik (usia, status gizi,
dan status imunisasi balita, jenis kelamin) dan faktor eksttrinsik (perumahan,
social ekonomi, tingkat pendidikan).

1
Berdasarkan data penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kowel
angka cakupan penyakit Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Kowel tahun
2017 pada balita adalah sekitar 15,95%. Sedangkan angka kejadian penyakit
pneumonia pada tahun 2017 di wilayah kerja Puskesmas Kowel Kabupaten
Pamekasan adalah mencapai 33 kasus.
Terkait dengan angka kejadian penyakit pneumonia pada tahun 2016
di wilayah kerja Puskesmas Kowel Kabupaten Pamekasn, pemegang program
ISPA sangat berharap angka kejadian penyakit Pneumonia di wilayah kerja
Puskesmas Kowel pada tahun 2018 semakin menurun dan meningkatkan
angka kesehatan bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Kowel
Kabupaten Pamekasan.
Harapan kami mudah – mudahan dengan di setujui RKT ini dapat
meningkatkan upaya kesehatan di Puskesmas dan menyelesaikan masalah
yang selama ini terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kowel.
1.2. TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
1. Agar penanggung jawab program p2 ISPA puskesmas Kowel Dapat
melaksanakan kegiatan dengan efisien sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan
2. Agar Kepala puskesmas dan penanggung jawab program P2 ISPA
dapat melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisa masalah di kegiatan Program P2M terutama ISPA dan
pneumonia balita.
2. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada penderita Ispa
pneumonia.
3. Untuk menyusun rencana kegiatan tahunan 2018.

1.3. MANFAAT
1. Dapat menjadi bahan perencanaan kegiatan tahunan program ISPA,
sehingga lebih fokus dalam melaksanakan kegiatan program
2. Sebagai bahan acuan bagi pemegang program ISPA dalam
penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK) UPT Puskesmas Kowel

Anda mungkin juga menyukai