net/publication/326846119
CITATIONS READS
0 4,933
1 author:
Ulima Darmania
Banten Assessment Institute for Agricultural Technology
6 PUBLICATIONS 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ulima Darmania on 07 August 2018.
ISSN: 9772088-8929
VOLUME 7 NOMOR 2 TAHUN 2017
DAFTAR ISI
Buletin IKATAN (Informasi Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian) menerima
naskah hasil pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi dari phak lain yang memenuhi kriteria
sebagaimana tercantum dalam pedoman bagi penulis di halaman sampul majalah ini.
PEMANFAATAN TANAMAN REFUGIA UNTUK MENGENDALIKAN HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN PADI
ABSTRAK
Aplikasi pestisida yang tidak tepat dapat berdampak negatif dengan memicu ledakan
populasi hama akibat resistensi atau resurgensi. Dampak tersebut dapat dikurangi melalui
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memanfaatkan agen hayati. Rekayasa ekologi
berupa pemanfaatan tanaman refugia berperan sebagai mikrohabitat agen hayati dari OPT
tanaman utama. Refugia dapat menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau
temporal bagi musuh alami hama, seperti predator dan parasitoid, serta mendukung
komponen interaksi biotik pada ekosistem, seperti polinator. Beberapa tanaman refugia yang
dapat digunakan sebagai agen hayati dari OPT tanaman padi antara lain: akar wangi,
kangkung hutan, jagung, kacang panjang, dan wijen. Modifikasi lahan pada sistem tanam
polikultur menggunakan tanaman refugia dapat dilakukan melalui inter cropping, strip
cropping, alley cropping, tanaman pinggiran (hedgerows), insectary plant, beetle bank,
tumbuhan mulsa hidup, dan tanaman penutup tanah (cover crop).
Kata kunci: Refugia, padi, OPT, rekayasa ekologi
PENDAHULUAN
Penggunaan pestisida merupakan salah satu bentuk adaptasi petani padi terhadap
perubahan iklim, baik pada musim kering maupun basah, yang juga berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan usahatani (Zaenun et al., 2017). Aplikasi pestisida secara intensif dapat
mendukung produktivitas padi sawah, namun disisi lain dapat merusak keseimbangan alami
ekosistem di lahan pertanian. Terganggunya rantai makanan alami dapat meningkatkan
populasi hama akibat resistensi dan berkurangnya populasi musuh alami yang mampu
mengendalikan populasi hama (Muhibah dan Leksono, 2015). Selain perubahan iklim dan
TANAMAN REFUGIA
Semua organisme di alam, termasuk hama tanaman budidaya, mempunyai musuh
alaminya. Keberadaan musuh alami OPT dapat melemahkan, mengurangi fase reproduktif,
sampai membunuh OPT. Namun musuh alami tersebut belum tentu mampu menjadi faktor
penekan perkembangan populasi hama akibat tidak tersedianya makanan dan tempat
berlindung (refugia) (Heviyanti dan Mulyani, 2016). Refugia adalah mikrohabitat yang
menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi musuh alami hama,
seperti predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi biotik pada ekosistem,
seperti polinator atau serangga penyerbuk (Keppel et al., 2012). Studi mengenai refugia,
khususnya di Indonesia masih sangat minimal (Gambar 1.).
Biaya Refugia
Hermanto et al. (2014) melakukan analisis biaya untuk budidaya padi seluas satu hektar
selama satu musim tanam. Biaya produksi budidaya padi pada pertanaman dengan PHT
berbasis rekayasa ekologi (PHT-RE) hanya sedikit lebih tinggi sebesar Rp. 160.000
dibandingan pada pertanaman PHT konvensional (PHT-K). Biaya produksi pada PHT-RE
sebesar Rp 11.625.000,-, sedangkan pada PHT-K sebesar Rp 11.465.000,-. Dari perhitungan
hasil panen diperoleh total pendapatan sebesar Rp 26.500.000,- pada lahan PHT-RE dan Rp
26.000.000,- pada lahan PHT-K. Dari perhitungan pendapatan diperoleh keuntungan dari
lahan PHT-RE lebih tinggi yaitu sebesar Rp 14.775.000,- sedangkan dari lahan PHT-K
sebesar Rp 14.535.000,-.
Peningkatan Biaya
Tenaga Kerja per-acre
atau 0,4 ha Rp. 506,71 - 1000,09 Rp. 2000,17 - 4000,35
(Rupiah, kurs
16/01/2018)
Salah satu serangga predator OPT tanaman padi adalah kumbang koksi. Kumbang
koksi dari famili Coccinellidae biasa ditemukan hidup pada tanaman budidaya dan pada
gulma yang menghasilkan nektar dan serbuk sari (Nur et al., 2014). Beberapa tanaman yang
dapat menyokong keberadaan kumbang koksi dapat dilihat pada Tabel 3.
Musuh alami OPT di pertanaman padi sawah dapat berupa predator, parasitoid, dan
patogen. Selain konservasi musuh alami OPT, tanaman refugia juga dapat mendukung
kehadiran serangga bermanfaat seperti polinator dan detritivor. Rangkaian efek dari
kehadiran parasitoid dan polinator dapat dilihat pada Gambar 4.
Keterangan: Tanda panah menunjukkan kecenderungan nilai efek serta tingkat kesulitan mencapainya
Gambar 4. Hirarki efek yang mungkin terjadi pada a) parasitoid serangga hama dan b) polinator
di agroekosistem dengan tanaman berbunga (Wratten et al.2012)
Predator adalah binatang yang memburu, memakan, dan menghisap cairan tubuh hewan
lain. Sebagian besar predator bersifat polifag, yaitu memangsa jenis binatang yang berbeda,
lainnya bersifat kanibal. Predator yang dijumpai pada areal pertanaman padi sawah antara lain
berasal dari famili Coccinelidae, Gerridae, Gryllidae, Coenagrionidae, Lycosidae, Staphylinidae,
dan Tetragnathidae (Heviyanti dan Mulyani, 2016). Banyak jenis predator yang memangsa
wereng, tetapi hanya beberapa yang mempunyai potensi menurunkan populasi wereng, antara
lain Lycosa pseudoannulata (Ordo Araneida; Famili Lycosidae), Paederus sp. (Ordo Coleoptera;
Famili Coccinellidae), Ophionea sp. (Ordo Coleoptera; Famili Carabidae), Coccinella sp. (Ordo
Coleoptera; Famili Coccinellidae) dan Cyrtorhinus lividipennis (Ordo Hemiptera; Famili
Miridae) (Santosa dan Sulistyo, 2007).
Modifikasi lahan pada sistem tanam polikultur padi - refugia dapat dilakukan melalui inter
cropping, strip cropping, alley cropping, menanam tanaman pinggiran (hedgerows), menanam di
tengah lahan pertanaman sebagai „pulau bunga‟ atau insectary plant, menanam beetle bank,
menanam tumbuhan mulsa hidup atau tanaman penutup tanah (cover crop). Sistem tanam strip
cropping, inter cropping (Gambar 5), dan alley cropping adalah menanam refugia di antara
tanaman utama (sistem lorong atau baris) yang berfungsi sebagai tanaman perangkap, atau
sebagai sumber pakan musuh alami (Kurniawati dan Martono, 2015).
Tanaman penutup tanah dapat juga berfungsi sebagai mulsa, yaitu menurunkan suhu tanah,
meningkatkan kelembaban relatif (relative humidity/ RH), dan membuat air lebih mudah tersedia
(Kumar et al., 2013). Insectary plant adalah tumbuhan berbunga yang ditanam bersamaan
dengan tanaman budidaya sebagai sumber pakan dan inang alternatif bagi serangga (Altieri &
Nichols, 2004). Insectary plant analog dengan fungsi high diversity vegetation patches (Gambar
6).
Gambar 6. High diversity vegetation patches (HDVP) pada sawah padi di Mindanao,
Philippines [Sumber: Horgan et al., 2016].
Beetle banks (Gambar 7) adalah tumbuhan berbunga atau rumput yang ditanam
memanjang pada lahan sebagai habitat musuh alami dan/atau serangga berguna “beneficial
Lahan persawahan dengan pertanaman refugia terdapat di Gampong Paya Demam Dua,
Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur (Gambar 8). Lahan tersebut dikelola oleh kelompok tani
padi Beringin Jaya. Tanaman bunga ditanam di pematang sawah sepanjang tepi jalan Medan-
Banda Aceh (Hendri, 2017).
Pagar jalan dengan tanaman bunga refugia juga terdapat pada areal persawahan di
Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan (Gambar 9). Tanaman bunga
ditanam untuk mengusir hama, namun keindahan bunga-bunga yang mekar membingkai areal
hijau persawahan juga menarik wisatawan untuk berdatangan (Salim, 2018).
KESIMPULAN
Tanaman refugia dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT pada tanaman padi.
Refugia dapat menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi musuh
alami hama, seperti predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi biotik pada
ekosistem, seperti polinator. Beberapa tanaman refugia yang dapat digunakan sebagai agen
hayati tanaman padi antara lain: akar wangi, kangkung hutan, jagung, kacang panjang, dan wijen.
Modifikasi lahan pada sistem tanam polikultur menggunakan tanaman refugia dapat dilakukan
melalui inter cropping, strip cropping, alley cropping, tanaman pinggiran (hedgerows), insectary
plant, beetle bank, tumbuhan mulsa hidup, dan tanaman penutup tanah (cover crop).
Altieri, M.A. & C.I. Nichols. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystem. 2nd
Edition. Haworth Press Inc., New York. 236 p.
Anggara, A. Wahyana, D. Buchori, dan Pudjianto. 2015. “Kemapanan Parasitoid Telenomus
Remus (Hymenoptera : Scelionidae) pada Agroekosistem Sederhana dan Kompleks.” Jurnal
HPT 3 (3): 111–25.
Azmi, S. Liliana, A.S. Leksono, B. Yanuwiadi, dan E. Arisoesilaningsih. 2014. “Diversitas
Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh,
Kepanjen.” J-Pal 5 (1): 57–64.
Baehaki, S.E., E.H. Iswanto, dan D. Munawar. 2016. “Resistensi Wereng Cokelat terhadap
Insektisida yang Beredar di Sentra Produksi Padi.” Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
35 (2): 99–108.
Baehaki, S.E., N.B.E. Irianto, dan S.W. Widodo. 2016. “Rekayasa Ekologi dalam Perspektif
Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu.” Iptek Tanaman Pangan 11 (1): 19–34.
Bentrup, G. 2008. Conservation Buffers: Design Guidelines for Buffers, Corridors, and
Greenways. Department of Agriculture, Forest Service, Southern Research Station.
http://www.fwrc.msstate.edu/pubs/fieldborder.pdf.
Ghahari, H., R. Hayat, M. Tabari, H. Ostovan, dan S. Imani. 2008. “A Contribution to The
Predator and Parasitoid Fauna of Rice Pests in Iran, and a Discussion on The Biodiversity
and IPM in Rice Fields.” Linzer Biologische Beitraege 40 (1): 735–64.
Hendri, S. 2017. Berfungsi Mengurangi Hama Padi, Petani Diminta Tanam Bunga Refugia.
http://aceh.tribunnews.com/2017/07/09/berfungsi-mengurangi-hama-padi-petani-diminta-
tanam-bunga-refugia. [Diakses Kamis, 1 Februari 2018].
Henuhili, V. dan T. Aminatun. 2013. “Konservasi Musuh Alami sebagai Pengendali Hayati
Hama dengan Pengelolaan Ekosistem Sawah.” Jurnal Penelitian Saintek 18 (2): 29–40.
Hermanto, A., G. Mudjiono, dan A. Afandhi. 2014. “Penerapan PHT Berbasis Rekayasa Ekologi
terhadap Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal (Homoptera: Delphacidae) dan
Musuh Alami pada Pertanaman Padi.” Jurnal HPT 2 (2): 79–86.
Heviyanti, M. dan C. Mulyani. 2016. “Keanekaragaman Predator Serangga Hama Pada Tanaman
Padi Sawah (Oryzae sativa, L.) di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten
Aceh Tamiang.” Agrosamudra 3 (2): 28–37.
Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 42
Horgan, F.G., A.F. Ramal, C.C. Bernal, J.M. Villegas, A.M. Stuart, dan M.L.P. Almazan. 2016.
“Applying Ecological Engineering for Sustainable and Resilient Rice Production Systems.”
Procedia Food Science 6 (2016). Elsevier Srl: 7–15. doi:10.1016/j.profoo.2016.02.002.
Hyde, J., M.A. Martin, P.V. Preckel, C.L. Dobbins, dan C.R. Edwards. 2000. “The Economics of
Within-Field Bt Corn Refuges.” AgBioForum 3 (1): 63–68.
Junaedi, E., M. Yunus, dan Hasriyanty. 2016. “Jenis dan Tingkat Parasitasi Parasitoid Telur
Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata WALKER) di dua Ketinggian Tempat
BerbedaA di Kabupaten Sigi.” Jurnal Agroekbis 4 (3): 280–87.
Keppel, G., K.P. Van Niel, G.W. Wardell-Johnson, C.J. Yates, M.Byrne, L. Mucina, A.G.T.
Schut, S.D. Hopper, dan S.E. Franklin. 2012. “Refugia: Identifying and understanding safe
havens for biodiversity under climate change.” Global Ecology and Biogeography 21 (4):
393–404. doi:10.1111/j.1466-8238.2011.00686.x.
Kumar, L., Mk. Yogi, dan J. Jagdish. 2013. “Habitat Manipulation for Biological Control of
Insect Pests: A Review.” Research Journal of Agriculture and Forestry Sciences 1 (10):
27–31. http://www.isca.in/AGRI_FORESTRY/Archive/v1/i10/5.ISCA-RJAFS-2013-
064.pdf.
Kurniawati, N. dan E. Martono. 2015. “Peran Tumbuhan Berbunga sebagai Media Konservasi
Artropoda Musuh Alami.” Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 19 (2): 53–59.
doi:10.22146/jpti.16615.
Landis, D.A., S.D. Wratten, dan G.M. Gurr. 2000. “Habitat Management to Conserve Natural
Enemies of Arthropod Pests in Agriculture.” Annu. Rev. Entomol. 45: 175–201.
Maisyaroh, W., B. Yanuwiadi, A.S. Leksono, dan Zulfaidah PG. 2012. “Spatial and Temporal
Distribution of Natural Enemies Visiting Refugia in A Paddy Field Area in Malang.”
Agrivita Journal of Agricultural Science 34 (1): 67–74. doi:10.2298/IJGI1403293C.
Meiadi, Muhamad Luthfie Tri, Toto Himawan, dan Sri Karindah. 2015. “Pengaruh Arachis
pintoi dan Ageratum conyzoides terhadap Tingkat Parasitasi Parasitoid Lalat Buah pada
Pertanaman Belimbing.” HPT 3 (1): 44–53.
Muhibah, T.I. dan A.S. Leksono. 2015. “Ketertarikan Arthropoda terhadap Blok Refugia
(Ageratum conyzoides L., Capsicum frutescens L., dan Tagetes erecta L.) dengan Aplikasi
Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo.” Jurnal
Biotropika 3 (3): 123–27.
1. Buletin IKATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten memuat berbagai tulisan yang dikemas dalam
bahasa ilmiah populer yang bersumber dari dari hasil-hasil maupun tunjauan (review) mengenai
penelitian/pengkajian di bidang pertanian yang belum pernah dipulikasi.
2. Artikel diketik menggunakan program Microsoft Word, ukuran kertas A4, huruf Times New Roman 12, spasi
1,5 maksimal 10 halaman (termasuk tabel dan gambar). Naskah besarta soft copy-nya dikirim kepada Redaksi
Buletin IKATAN.
3. Struktur/susunan artikel sebagai berikut : Judul, Nama dan Institusi Penulis, Abstrak, Kata Kunci,
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka.
4. Judul: singkat dan jelas, menggambarkan isi pokok tulisan, informatif, menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar serta ditulis dengan huruf besar.
5. Nama dan Institusi Penulis: nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar, nama penulis pertama merupakan
penulis utama, institusi (penulis pertama, kedua dan seterusnya) ditulis secara lengkap.
6. Abstrak: menggambarkan isi naskah yang memuat ringkasan tulisan mulai pendahuluan hingga kesimpulan.
Ditulis dengan huruf Times New Roman 12, spasi 1, maksimal 150 kata. Di bawah abstrak dicantumkan Kata
Kunci.
7. Pendahuluan: menjelaskan informasi tentang kondisi, potensi, signifikasi kemajuan IPTEK dan
penerapannya, permasalahan dan alasan yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian/kajian tersebut.
8. Metodologi: menjelaskan bagaimana cara melakukan penelitian/pengkajian memuat waktu dan tempat, bahan
dan alat, metode dan teknik pengambilan data, analisis data dan tahapan kegiatan (kerangka pikir) yang jelas.
9. Hasil dan Pembahasan: disajikan dalam satu kesatuan. Hasil menguraikan secara objektif tentang informasi/
data yang diperoleh, bila perlu dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar dan lain-lain. Pembahasan,
menginterpretasikan hasil yang dicapai dan menjelaskan secara logis tentang ide dan argumen yang
mengambarkan jawaban terhadap pemecahan persoalan dan tujuan yang mendukung pernyataan untuk
menarik kesimpulan.
10. Kesimpulan: uraian singkat yang mengemukakan hal-hal penting tentang hasil kegiatan yang sesuai dengan
tujuan penelitian/pengkajian dan disertai saran tindak lanjut.
11. Daftar Pustaka: disusun secara alfabetis dengan format :
a. Untuk terbitan berkala: nama penulis, tahun terbit, judul naskah pustaka, nama terbitan, volume dan
nomor serta halaman.
b. Untuk buku: nama penulis, tahun terbit, judul naskah pustaka, nama penerbit dan kota terbit.
c. Untuk internet: nama penulis, judul atrikel, tahun terbit, alamat yang diunduh.