Anda di halaman 1dari 22

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326846119

Pemanfaatan Tanaman Refugia untuk Mengendalikan Hama dan Penyakit


Tanaman Padi

Article · December 2017

CITATIONS READS

0 4,933

1 author:

Ulima Darmania
Banten Assessment Institute for Agricultural Technology
6 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Ulima Darmania on 07 August 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BULETIN IKATAN
(INFORMASI PENGKAJIAN DAN DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN)

ISSN: 9772088-8929
VOLUME 7 NOMOR 2 TAHUN 2017

DAFTAR ISI

Penanggung Jawab : Keragaan Produktivitas Padi Gogo di Kabupaten


Kepala Balai Pengkajian Teknologi Lebak
Pertanian Banten Yusarman ............................................................ 1

Pemanfaatan Bakteri Endofit dalam Mengendalikan


Dewan Redaksi : Penyakit hawar Daun Bakteri pada Padi
Resmayeti Purba Sri Kurniawati .................................................... .9
ST. Rukmini
Mayunar Keragaan Usaha Produktif Gapoktan Penerima
Pepi Nur Susilawati Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP) di Provinsi Banten
Sri Lestari ........................................................... 18
Redaksi Pelaksana :
Asep Wahyu Pemanfaatan Tanaman Refugia untuk
Septi Kusumawati Mengendalikan Hama dan Penyakit Tanaman Padi
Ulima Darmania Amanda .................................. 29

Alamat Redaksi : Respon Peserta Temu Lapangan terhadap Teknologi


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Budidaya Sapi di Kabupaten Tangerang
Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas, Serang-Banten 42182 Rika Jayanti Malik ............................................. 46
Telp. (0254) 281055, Fax. (0254) 282507
Email: bptpbanten@yahoo.com Karakteristik dan Penilaian Pengunjung terhadap
Pelayanan Stand BPTP Banten dalam Acara
Pameran Banten Expo
Dewi Widiyastuti dan Septi Kusumawati ........... 55

Dampak Keberadaan Perpustakaan Digital terhadap


Perkembangan Perpustakaan Khusus Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
Sri Maryani ........................................................ 62

Buletin IKATAN (Informasi Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian) menerima
naskah hasil pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi dari phak lain yang memenuhi kriteria
sebagaimana tercantum dalam pedoman bagi penulis di halaman sampul majalah ini.
PEMANFAATAN TANAMAN REFUGIA UNTUK MENGENDALIKAN HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN PADI

Ulima Darmania Amanda

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten


Jln. Ciptayasa KM. 01, Ciruas, Serang, Banten 42182
Telp. (0254) 281055; Fax (0254) 282507
email : bptpbanten@yahoo.com, ulima.d.amanda@gmail.com

ABSTRAK
Aplikasi pestisida yang tidak tepat dapat berdampak negatif dengan memicu ledakan
populasi hama akibat resistensi atau resurgensi. Dampak tersebut dapat dikurangi melalui
Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dengan memanfaatkan agen hayati. Rekayasa ekologi
berupa pemanfaatan tanaman refugia berperan sebagai mikrohabitat agen hayati dari OPT
tanaman utama. Refugia dapat menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau
temporal bagi musuh alami hama, seperti predator dan parasitoid, serta mendukung
komponen interaksi biotik pada ekosistem, seperti polinator. Beberapa tanaman refugia yang
dapat digunakan sebagai agen hayati dari OPT tanaman padi antara lain: akar wangi,
kangkung hutan, jagung, kacang panjang, dan wijen. Modifikasi lahan pada sistem tanam
polikultur menggunakan tanaman refugia dapat dilakukan melalui inter cropping, strip
cropping, alley cropping, tanaman pinggiran (hedgerows), insectary plant, beetle bank,
tumbuhan mulsa hidup, dan tanaman penutup tanah (cover crop).
Kata kunci: Refugia, padi, OPT, rekayasa ekologi

PENDAHULUAN

Penggunaan pestisida merupakan salah satu bentuk adaptasi petani padi terhadap
perubahan iklim, baik pada musim kering maupun basah, yang juga berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan usahatani (Zaenun et al., 2017). Aplikasi pestisida secara intensif dapat
mendukung produktivitas padi sawah, namun disisi lain dapat merusak keseimbangan alami
ekosistem di lahan pertanian. Terganggunya rantai makanan alami dapat meningkatkan
populasi hama akibat resistensi dan berkurangnya populasi musuh alami yang mampu
mengendalikan populasi hama (Muhibah dan Leksono, 2015). Selain perubahan iklim dan

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 29


aplikasi pestisida yang tidak tepat, peningkatan populasi hama juga dapat diakibatkan oleh
teknik budidaya dan fenologi tanaman (Heviyanti dan Mulyani, 2016).
Penggunaan pestisida kimiawi yang tidak tepat, dapat memberikan dampak negatif
terhadap petani dan konsumen, lingkungan, dan organisme non-target (Yuantari et al., 2015).
Organisme non-target seringkali berupa musuh alami hama (predator, parasitoid, dan patogen
serangga) dan serangga bermanfaat (penyerbuk, detrifora, dll).
Ketidakmampuan pestisida dalam mengendalikan hama juga berdampak negatif dengan
memicu ledakan populasi hama akibat resistensi atau resurgensi. Resistensi adalah proses
perubahan sensitivitas yang diwariskan dalam populasi hama yang tercermin dalam
kegagalan berulang suatu pestisida untuk mengendalikan hama sesuai dengan dosis
rekomendasi. Resurgensi wereng cokelat merupakan proses peningkatan populasi setelah
aplikasi insektisida dengan laju pertumbuhan yang lebih tinggi dari yang tidak diaplikasi
insektisida. Resurgensi merupakan proses perubahan fisiologi tanaman sehingga lebih disukai
oleh hama tertentu, atau ada rangsangan pestisida terhadap hama yang mendukung
kelangsungan pada satu atau beberapa fase hidupnya (Baehaki et al., 2016). Seringkali
fenomena tersebut memunculkan atau meningkatkan status suatu jenis hama dari bukan hama
menjadi hama penting setelah paparan insektisida.
Dampak negatif dari penggunaan pestisida dapat dikurangi melalui Pengendalian Hama
Terpadu (PHT) dengan memanfaatkan agen hayati. Rekayasa ekologi berupa tanaman refugia
dapat digunakan sebagai mikrohabitat agen hayati dari hama tanaman utama. Tulisan ini
bertujuan untuk menguraikan dasar teori dan penelitian terkait pemanfaatan tanaman refugia
dalam mengendalikan OPT tanaman padi. Metode yang digunakan dalam penulisan adalah
penelusuran literatur.

TANAMAN REFUGIA
Semua organisme di alam, termasuk hama tanaman budidaya, mempunyai musuh
alaminya. Keberadaan musuh alami OPT dapat melemahkan, mengurangi fase reproduktif,
sampai membunuh OPT. Namun musuh alami tersebut belum tentu mampu menjadi faktor
penekan perkembangan populasi hama akibat tidak tersedianya makanan dan tempat
berlindung (refugia) (Heviyanti dan Mulyani, 2016). Refugia adalah mikrohabitat yang
menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi musuh alami hama,
seperti predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi biotik pada ekosistem,
seperti polinator atau serangga penyerbuk (Keppel et al., 2012). Studi mengenai refugia,
khususnya di Indonesia masih sangat minimal (Gambar 1.).

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 30


Gambar 1. Distribusi publikasi studi mengenai refugia
[Sumber: Keppel et al., 2012].

Tanaman refugia mempunyai potensi menyokong mekanisme sistem yang meliputi


perbaikan ketersediaan makanan alternatif seperti nektar, serbuk sari, dan embun madu;
menyediakan tempat berlindung atau iklim mikro yang digunakan serangga predator untuk
bertahan melalui pergantian musim atau berlindung dari faktor-faktor ekstremitas lingkungan
atau pestisida; dan menyediakan habitat untuk inang atau mangsa alternatif (Landis et al.,
2000).

Biaya Refugia
Hermanto et al. (2014) melakukan analisis biaya untuk budidaya padi seluas satu hektar
selama satu musim tanam. Biaya produksi budidaya padi pada pertanaman dengan PHT
berbasis rekayasa ekologi (PHT-RE) hanya sedikit lebih tinggi sebesar Rp. 160.000
dibandingan pada pertanaman PHT konvensional (PHT-K). Biaya produksi pada PHT-RE
sebesar Rp 11.625.000,-, sedangkan pada PHT-K sebesar Rp 11.465.000,-. Dari perhitungan
hasil panen diperoleh total pendapatan sebesar Rp 26.500.000,- pada lahan PHT-RE dan Rp
26.000.000,- pada lahan PHT-K. Dari perhitungan pendapatan diperoleh keuntungan dari
lahan PHT-RE lebih tinggi yaitu sebesar Rp 14.775.000,- sedangkan dari lahan PHT-K
sebesar Rp 14.535.000,-.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 31


Salah satu faktor memengaruhi biaya produksi pertanaman dengan refugia adalah pola
konfigurasi pada lahan pertanian. Sebagai ilustrasi hasil studi Hyde et al. (2000) pada lahan
pertanian jagung transgenik di United States. Pemerintah membuat regulasi agar produsen
jagung menanam setidaknya 20% tanaman refugia sebagai bagian dari program Insect
Resistance Management. Menanam refugia dalam susunan strips merupakan metode dengan
biaya paling rendah dibandingkan dengan susunan block maupun bentuk-U (Gambar 2).

Peningkatan Biaya
Tenaga Kerja per-acre
atau 0,4 ha Rp. 506,71 - 1000,09 Rp. 2000,17 - 4000,35
(Rupiah, kurs
16/01/2018)

Gambar 2. Konfigurasi pertanaman refugia memengaruhi biaya produksi [Sumber:


Hyde et al., 2000].

Jenis Tanaman Refugia


Jenis-jenis tanaman yang berpotensi sebagai refugia antara lain: tanaman berbunga,
gulma berdaun lebar, tumbuhan liar yang ditanam atau yang tumbuh sendiri di areal
pertanaman, dan sayuran (Horgan et al., 2016). Kriteria tanaman yang dapat digunakan
sebagai strip vegetasi refugia (vegetation strips) adalah:
 Tanaman harus ditanam dari biji tanpa perlu pindah tanam (transplanting)
 Tanaman harus cepat tumbuh, mampu bersaing dengan gulma, dan mudah dalam
perawatan
 Tanaman harus cepat berbunga
 Tanaman harus memiliki buah atau struktur vegetatif yang bernilai ekonomis bagi petani,
baik untuk konsumsi atau komersial
 Tanaman harus dapat berproduksi baik dalam budidaya minimum
 Tanaman harus bersifat mengusir atau tidak disukai oleh hama tanaman utama
 Tanaman harus dapat menarik Arthropoda yang menguntungkan baik sebagai
mikrohabitat maupun sumber nektar atau serbuk sari.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 32


Tanaman refugia berpotensi digunakan sebagai agen hayati pada tanaman pangan,
hortikultura, tanaman hias, maupun tanaman industri dan perkebunan. Beberapa refugia pada
tanaman pangan (padi) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tanaman refugia yang dapat digunakan sebagai PHT OPT tanaman padi
No. Flora refugia Peran Referensi

1. Kangkung hutan (Ipomoea crassicaulis Mengendalikan diversitas Sari dan Yanuwiadi,


(Benth.) B. L. Rob.) herbivora 2014; Azmi et al., 2014

Akar wangi (Vetiveria zizanioides (L.)


Nash).

2. Jagung (Zea mays) menyeimbangkan populasi Setyadin et al., 2017


serangga herbivora,
predator, dan polinator

Kacang panjang (Vigna cylindrica) Pujiastuti, 2015

3. Wijen (Sesamum indicum) meningkatkan populasi Zhu et al., 2013


parasitoid telur wereng
Temu Wiyang (Emilia sonchifolia) Anagrus nilaparvatae

Pacar air (Impatiens balsamina)

4. Putri malu (Mimosa pudica) Meningkatkan jumlah Maisyaroh et al., 2012


musuh alami
Sawi langit (Vernonia cinereal)

Semanggi (Marsilea crenata)

Kayambang (Pistia startiotes)

Salah satu serangga predator OPT tanaman padi adalah kumbang koksi. Kumbang
koksi dari famili Coccinellidae biasa ditemukan hidup pada tanaman budidaya dan pada
gulma yang menghasilkan nektar dan serbuk sari (Nur et al., 2014). Beberapa tanaman yang
dapat menyokong keberadaan kumbang koksi dapat dilihat pada Tabel 3.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 33


Tabel 3. Tanaman yang mendukung keberadaan kumbang koksi
Fungsi
Famili Spesies Sumber Sumber Refugia
nektar pollen
Asteraceae Ageratum conyzoides L.  - -

Synedrella nodiflora (L.) Gaertn - - 

Capparidaceae Cleome rutidosperma DC - - -

Malvaceae Sida rhombifolia L. - - 

Mimosaceae Mimosa pudica L. -  -

Papilionaceae Crotalaria striata DC  - 

Scrophulariaceae Lindernia crustacea (L.) F.v.M - - 

Verbenaceae Lantana camara L.  - -

Sumber: Nur et al., 2014


Pemilihan jenis tanaman refugia untuk PHT pada suatu tanaman utama juga harus
mempertimbangkan kompatibilitas interaksi biotik yang ingin dimanipulasi. Arachis pintoi
(Krapov. & W.C. Greg.) dan Ageratum conyzoides (Linn.) diketahui tidak sesuai dikombinasi
sebagai tanaman refugia, karena berpengaruh negatif terhadap tingkat parasitasi parasitoid
pada hama tanaman belimbing Bactrocera carambolae Drew & Hancock (Meiadi et al.,
2015).

Mekanisme Tanaman Refugia dalam PHT


Pemanfaatan tanaman refugia melalui rekayasa ekologi merupakan bagian dari
teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) yang bertujuan pencapaian keseimbangan
biologi hama dan musuh alami agar berada di bawah ambang ekonomi. Rekayasa ekologi
sebagai bagian dari PHT dapat dilakukan melalui: rasionalisasi masukan pestisida dengan
menghindari penggunaan insektisida pada awal pertanaman, manipulasi detritivora
menggunakan pupuk organik, sistem integrasi palawija pada tanaman padi (SIPALAPA),
rotasi palawija setelah tanaman padi (ROPALAPA), penggunaan tanaman perangkap,
pengaturan waktu tanam, pemberian bahan organik untuk meningkatkan musuh alami, dan
manipulasi vegetasi pada pematang dengan diversifikasi flora refugia (Baehaki et al., 2016).
Aplikasi insektisida dalam konsep PHT baru dapat dilakukan apabila hasil dari beberapa

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 34


teknik pengendalian tidak efektif sehingga insektisida merupakan alternatif terakhir yang
secara selektif dapat mengendalikan hama sasaran (Heviyanti dan Mulyani, 2016).
Pada pertanaman polikultur padi-palawija/bunga terjadi dinamika dialektika (dua arah)
berupa hubungan antara dua komoditas dengan musuh alami dan hama, sedangkan hubungan
komoditas dengan hama dan musuh alami pada pertanaman monokultur mempunyai
dinamika yang monoton (Gambar 3). Sistem polikultur dapat menurunkan potensi serangan
hama pada tanaman melalui pembatasan fisis atau khemis bagi hama untuk menemukan
inangnya serta meningkatkan kelulushidupan dan aktivitas musuh alami pada agroekosistem
(Kurniawati dan Martono, 2015).

Gambar 3. Dinamika-dialektika hubungan antara dua komoditas dengan musuh alami


dan hama [Sumber: Baehaki, 2005].

Musuh alami OPT di pertanaman padi sawah dapat berupa predator, parasitoid, dan
patogen. Selain konservasi musuh alami OPT, tanaman refugia juga dapat mendukung
kehadiran serangga bermanfaat seperti polinator dan detritivor. Rangkaian efek dari
kehadiran parasitoid dan polinator dapat dilihat pada Gambar 4.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 35


a). Parasitoid b). Polinator

Populasi hama berkurang Meningkatnya hasil panen


hingga dibawah ambang
batas ekonomi

Lebih banyak jumlah Meningkatnya laju polinasi pada tanaman pangan


proporsi hama yang mati

Meningkatnya kebugaran Meningkatnya kebugaran (fitness) individu parasitoid


(fitness) individu parasitoid

Parasitoid berkumpul pada Jumlah pollinator meningkat


tanaman berbunga

Ukuran koloni meningkat

Meningkatnya kebugaran (fitness) larva maupun polinator dewasa

Meningkatnya jumlah sarang penyimpan pollen

Meningkatnya proporsi lebah dengan pollen pada corbiculae (keranjang


pollen)

Meningkatnya jumlah pollen/nectar yang dikonsumsi polinator

Polinator berkumpul pada tanaman berbunga

Keterangan: Tanda panah menunjukkan kecenderungan nilai efek serta tingkat kesulitan mencapainya
Gambar 4. Hirarki efek yang mungkin terjadi pada a) parasitoid serangga hama dan b) polinator
di agroekosistem dengan tanaman berbunga (Wratten et al.2012)

Predator adalah binatang yang memburu, memakan, dan menghisap cairan tubuh hewan
lain. Sebagian besar predator bersifat polifag, yaitu memangsa jenis binatang yang berbeda,
lainnya bersifat kanibal. Predator yang dijumpai pada areal pertanaman padi sawah antara lain
berasal dari famili Coccinelidae, Gerridae, Gryllidae, Coenagrionidae, Lycosidae, Staphylinidae,
dan Tetragnathidae (Heviyanti dan Mulyani, 2016). Banyak jenis predator yang memangsa
wereng, tetapi hanya beberapa yang mempunyai potensi menurunkan populasi wereng, antara
lain Lycosa pseudoannulata (Ordo Araneida; Famili Lycosidae), Paederus sp. (Ordo Coleoptera;
Famili Coccinellidae), Ophionea sp. (Ordo Coleoptera; Famili Carabidae), Coccinella sp. (Ordo
Coleoptera; Famili Coccinellidae) dan Cyrtorhinus lividipennis (Ordo Hemiptera; Famili
Miridae) (Santosa dan Sulistyo, 2007).

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 36


Penggerek batang padi (PBP) yang ditemui di Indonesia PBP kuning (Scirpophaga
incertulas Walker), diikuti oleh PBP merah jambu (Sesamia inferens Walker), PBP bergaris
(Chilo suppressalis Walker), PBP kepala hitam (Chilo polychrysus Meyrick), dan PBP putih
(Scirpophaga innotata Walker). Spesies terakhir mempunyai distribusi yang terbatas pada daerah
pasang surut dan tadah hujan (Wilyus et al. 2013). Parasitoid yang potensial untuk PBP putih
adalah Tetrastichus sp., Telenomus sp., dan Trichogramma sp.. Telenomus sp. adalah spesis yang
paling dominan pada pertanaman padi dataran rendah (<200 Mdpl), sementara Tetrastichus sp.
mendominasi pada pertanaman padi di dataran tinggi (> 500 Mdpl) (Junaedi, Yunus, dan
Hasriyanty 2016).
Ghahari et al. (2008) mendata keanekaragaman fauna predator dan parasitoid sawah di Iran
sebagai berikut: 25 spesies predator berasal dari 7 ordo dan 11 famili, dan 37 spesies parasitoid
berasal dari 2 ordo dan 8 famili. Tauruslina et al., (2015) melakukan studi keanekaragaman
musuh alami pada ekosistem padi sawah di daerah endemik dan non-endemik wereng batang
cokelat Nilaparvata lugens di Sumatera Barat. Spesies predator dominan yang ditemukan di
daerah endemik adalah Cytorhinus lividipennis (Hemiptera: Myridae), Verania discolor
(Coleoptera: Coccinelidae), Araneus inustus (Araneae: Araneidae), sedangkan di daerah non-
endemik adalah Oxypes javanus (Araneae: Oxyopidae), Ophionea nigrofasciata (Coleroptera:
Carabidae). Anagrus sp. (Hymenoptera: Mymaridae) merupakan parasitoid telur wereng dan
parasitoid yang dominan ditemukan, sedangkan Metarrhizium sp. (Monililiales: Moniliaceae)
yang menginfeksi wereng merupakan patogen yang ditemukan di daerah endemik.

PEMANFAATAN TANAMAN REFUGIA

Modifikasi lahan pada sistem tanam polikultur padi - refugia dapat dilakukan melalui inter
cropping, strip cropping, alley cropping, menanam tanaman pinggiran (hedgerows), menanam di
tengah lahan pertanaman sebagai „pulau bunga‟ atau insectary plant, menanam beetle bank,
menanam tumbuhan mulsa hidup atau tanaman penutup tanah (cover crop). Sistem tanam strip
cropping, inter cropping (Gambar 5), dan alley cropping adalah menanam refugia di antara
tanaman utama (sistem lorong atau baris) yang berfungsi sebagai tanaman perangkap, atau
sebagai sumber pakan musuh alami (Kurniawati dan Martono, 2015).

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 37


Gambar 5. Contoh susunan petak percobaan refugia melalui inter cropping
[Sumber: Anggara et al., 2015].

Tanaman penutup tanah dapat juga berfungsi sebagai mulsa, yaitu menurunkan suhu tanah,
meningkatkan kelembaban relatif (relative humidity/ RH), dan membuat air lebih mudah tersedia
(Kumar et al., 2013). Insectary plant adalah tumbuhan berbunga yang ditanam bersamaan
dengan tanaman budidaya sebagai sumber pakan dan inang alternatif bagi serangga (Altieri &
Nichols, 2004). Insectary plant analog dengan fungsi high diversity vegetation patches (Gambar
6).

Gambar 6. High diversity vegetation patches (HDVP) pada sawah padi di Mindanao,
Philippines [Sumber: Horgan et al., 2016].

Beetle banks (Gambar 7) adalah tumbuhan berbunga atau rumput yang ditanam
memanjang pada lahan sebagai habitat musuh alami dan/atau serangga berguna “beneficial

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 38


insects” (Bentrup, 2008). Beetle banks juga dapat dibuat pada rumah kaca, rumah plastik, atau
rumah kassa.

Gambar 7. Beetle banks [Sumber: Bentrup, 2008].

Praktik polikultur melalui multicropping sawah surjan juga dibuktikan lebih


menguntungkan dibandingkan monocropping sawah non-surjan melalui penelitian Henuhili dan
Aminatun (2013). Ekosistem sawah surjan memiliki kelimpahan jenis musuh alami lebih baik
daripada ekosistem sawah non-surjan. Perbandingan pengelolaan teknis sawah surjan dan
nonsurjan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan cara pengelolaan ekosistem sawah monocropping dan multicropping


Sawah Surjan Sawah Non-Surjan
Pengolahan tanah Pembuatan alur (bagian yang direndahkan) Tidak ada alur dan
dan guludan (bagian yang ditinggikan) guludan, semua rata
(lembaran)
Pola tanam Multicropping; bagian alur ditanami padi, Monocropping
bagian guludan ditanami campuran palawija
Guludan petak 1: kacang tanah, jagung, cabai,
bayam, rumput kalanjana, singkong
Guludan petak 2: kacang tanah, jagung, ubi
jalar, kacang Panjang, cabai, dan ada pohon
pisang dan pepaya
Pengendalian Aplikasi insektisida (Matador) pada saat padi Sama dengan sawah
serangga hama siap berbiji (sekitar umur 2 bulan) surjan
Pengendalian - Penyiangan I: 2 minggu setelah tanam Sama dengan sawah
gulma dengan cara digaruk manual surjan
- Penyiangan II: saat tanaman padi umur
25-35 hari
- Aplikasi herbisida (Rambason): saat
tanaman padi umur 2 minggu
Pemupukan - Pupuk dasar: TS dan urea sebelum tanam Sama dengan sawah

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 39


- Pemupukan I: setelah penyiangan I (15 surjan
HST) dengan pupuk Ponska dan ZA
- Pemupukan II: 30-35 HST dengan pupuk
Ponska dan ZA
[Sumber: Henuhili dan Aminatun, 2013].

AREAL PERSAWAHAN REFUGIA DI INDONESIA

Lahan persawahan dengan pertanaman refugia terdapat di Gampong Paya Demam Dua,
Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur (Gambar 8). Lahan tersebut dikelola oleh kelompok tani
padi Beringin Jaya. Tanaman bunga ditanam di pematang sawah sepanjang tepi jalan Medan-
Banda Aceh (Hendri, 2017).

Gambar 8. Persawahan padi-refugia di Kecamatan Pante Bidari, Aceh Timur


[Sumber: Hendri, 2017].

Pagar jalan dengan tanaman bunga refugia juga terdapat pada areal persawahan di
Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan (Gambar 9). Tanaman bunga
ditanam untuk mengusir hama, namun keindahan bunga-bunga yang mekar membingkai areal
hijau persawahan juga menarik wisatawan untuk berdatangan (Salim, 2018).

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 40


Gambar 9. Persawahan padi-refugia di Belitang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur,
Sumatera Selatan [Sumber: Salim, 2018].

KESIMPULAN

Tanaman refugia dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan OPT pada tanaman padi.
Refugia dapat menyediakan tempat berlindung secara spasial dan/atau temporal bagi musuh
alami hama, seperti predator dan parasitoid, serta mendukung komponen interaksi biotik pada
ekosistem, seperti polinator. Beberapa tanaman refugia yang dapat digunakan sebagai agen
hayati tanaman padi antara lain: akar wangi, kangkung hutan, jagung, kacang panjang, dan wijen.
Modifikasi lahan pada sistem tanam polikultur menggunakan tanaman refugia dapat dilakukan
melalui inter cropping, strip cropping, alley cropping, tanaman pinggiran (hedgerows), insectary
plant, beetle bank, tumbuhan mulsa hidup, dan tanaman penutup tanah (cover crop).

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 41


DAFTAR PUSTAKA

Altieri, M.A. & C.I. Nichols. 2004. Biodiversity and Pest Management in Agroecosystem. 2nd
Edition. Haworth Press Inc., New York. 236 p.
Anggara, A. Wahyana, D. Buchori, dan Pudjianto. 2015. “Kemapanan Parasitoid Telenomus
Remus (Hymenoptera : Scelionidae) pada Agroekosistem Sederhana dan Kompleks.” Jurnal
HPT 3 (3): 111–25.
Azmi, S. Liliana, A.S. Leksono, B. Yanuwiadi, dan E. Arisoesilaningsih. 2014. “Diversitas
Arthropoda Herbivor Pengunjung Padi Merah di Sawah Organik di Desa Sengguruh,
Kepanjen.” J-Pal 5 (1): 57–64.
Baehaki, S.E., E.H. Iswanto, dan D. Munawar. 2016. “Resistensi Wereng Cokelat terhadap
Insektisida yang Beredar di Sentra Produksi Padi.” Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
35 (2): 99–108.
Baehaki, S.E., N.B.E. Irianto, dan S.W. Widodo. 2016. “Rekayasa Ekologi dalam Perspektif
Pengelolaan Tanaman Padi Terpadu.” Iptek Tanaman Pangan 11 (1): 19–34.
Bentrup, G. 2008. Conservation Buffers: Design Guidelines for Buffers, Corridors, and
Greenways. Department of Agriculture, Forest Service, Southern Research Station.
http://www.fwrc.msstate.edu/pubs/fieldborder.pdf.
Ghahari, H., R. Hayat, M. Tabari, H. Ostovan, dan S. Imani. 2008. “A Contribution to The
Predator and Parasitoid Fauna of Rice Pests in Iran, and a Discussion on The Biodiversity
and IPM in Rice Fields.” Linzer Biologische Beitraege 40 (1): 735–64.
Hendri, S. 2017. Berfungsi Mengurangi Hama Padi, Petani Diminta Tanam Bunga Refugia.
http://aceh.tribunnews.com/2017/07/09/berfungsi-mengurangi-hama-padi-petani-diminta-
tanam-bunga-refugia. [Diakses Kamis, 1 Februari 2018].
Henuhili, V. dan T. Aminatun. 2013. “Konservasi Musuh Alami sebagai Pengendali Hayati
Hama dengan Pengelolaan Ekosistem Sawah.” Jurnal Penelitian Saintek 18 (2): 29–40.
Hermanto, A., G. Mudjiono, dan A. Afandhi. 2014. “Penerapan PHT Berbasis Rekayasa Ekologi
terhadap Wereng Batang Coklat Nilaparvata lugens Stal (Homoptera: Delphacidae) dan
Musuh Alami pada Pertanaman Padi.” Jurnal HPT 2 (2): 79–86.
Heviyanti, M. dan C. Mulyani. 2016. “Keanekaragaman Predator Serangga Hama Pada Tanaman
Padi Sawah (Oryzae sativa, L.) di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten
Aceh Tamiang.” Agrosamudra 3 (2): 28–37.
Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 42
Horgan, F.G., A.F. Ramal, C.C. Bernal, J.M. Villegas, A.M. Stuart, dan M.L.P. Almazan. 2016.
“Applying Ecological Engineering for Sustainable and Resilient Rice Production Systems.”
Procedia Food Science 6 (2016). Elsevier Srl: 7–15. doi:10.1016/j.profoo.2016.02.002.
Hyde, J., M.A. Martin, P.V. Preckel, C.L. Dobbins, dan C.R. Edwards. 2000. “The Economics of
Within-Field Bt Corn Refuges.” AgBioForum 3 (1): 63–68.
Junaedi, E., M. Yunus, dan Hasriyanty. 2016. “Jenis dan Tingkat Parasitasi Parasitoid Telur
Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata WALKER) di dua Ketinggian Tempat
BerbedaA di Kabupaten Sigi.” Jurnal Agroekbis 4 (3): 280–87.
Keppel, G., K.P. Van Niel, G.W. Wardell-Johnson, C.J. Yates, M.Byrne, L. Mucina, A.G.T.
Schut, S.D. Hopper, dan S.E. Franklin. 2012. “Refugia: Identifying and understanding safe
havens for biodiversity under climate change.” Global Ecology and Biogeography 21 (4):
393–404. doi:10.1111/j.1466-8238.2011.00686.x.
Kumar, L., Mk. Yogi, dan J. Jagdish. 2013. “Habitat Manipulation for Biological Control of
Insect Pests: A Review.” Research Journal of Agriculture and Forestry Sciences 1 (10):
27–31. http://www.isca.in/AGRI_FORESTRY/Archive/v1/i10/5.ISCA-RJAFS-2013-
064.pdf.
Kurniawati, N. dan E. Martono. 2015. “Peran Tumbuhan Berbunga sebagai Media Konservasi
Artropoda Musuh Alami.” Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia 19 (2): 53–59.
doi:10.22146/jpti.16615.
Landis, D.A., S.D. Wratten, dan G.M. Gurr. 2000. “Habitat Management to Conserve Natural
Enemies of Arthropod Pests in Agriculture.” Annu. Rev. Entomol. 45: 175–201.
Maisyaroh, W., B. Yanuwiadi, A.S. Leksono, dan Zulfaidah PG. 2012. “Spatial and Temporal
Distribution of Natural Enemies Visiting Refugia in A Paddy Field Area in Malang.”
Agrivita Journal of Agricultural Science 34 (1): 67–74. doi:10.2298/IJGI1403293C.
Meiadi, Muhamad Luthfie Tri, Toto Himawan, dan Sri Karindah. 2015. “Pengaruh Arachis
pintoi dan Ageratum conyzoides terhadap Tingkat Parasitasi Parasitoid Lalat Buah pada
Pertanaman Belimbing.” HPT 3 (1): 44–53.
Muhibah, T.I. dan A.S. Leksono. 2015. “Ketertarikan Arthropoda terhadap Blok Refugia
(Ageratum conyzoides L., Capsicum frutescens L., dan Tagetes erecta L.) dengan Aplikasi
Pupuk Organik Cair dan Biopestisida di Perkebunan Apel Desa Poncokusumo.” Jurnal
Biotropika 3 (3): 123–27.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 43


Nur, S., A. Ngatimin, N. Agus, dan A.P. Saranga. 2014. “The Potential of Flowering Weeds as
Refugia for Predatory Insects at Bantimurung-Bulusaraung National Park , South
Sulawesi.” Journal of Tropical Crop Science 1 (2): 25–29.
Pujiastuti, Y. 2015. “Peran Tanaman Refugia Terhadap Kelimpahan Serangga Herbivora pada
Tanaman Padi Pasang Surut.” In Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal, 1–9.
Palembang.
Salim, M.G. 2018. 10 Potret sawah dengan pagar bunga, cantik dan baik untuk usir
hamahttps://www.brilio.net/wow/10-potret-sawah-dengan-pagar-bunga-cantik-dan-baik-
untuk-usir-hama-1801031.html. [Diakses Kamis, 1 Februari 2018].
Santosa, S.J. dan J. Sulistyo. 2007. “Peranan Musuh Alami Hama Utama Padi pada Ekosistem
Sawah.” Innofarm 6 (1): 1–10. doi:10.1073/pnas.0703993104.
Sari, R.P. dan B. Yanuwiadi. 2014. “Efek Refugia pada Populasi Herbivora di Sawah Padi
Merah Organik Desa Sengguruh, Kepanjen, Malang.” Jurnal Biotropika 2 (1): 14–19.
Setyadin, Y., S.H. Abida, H. Azzamuddin, S.F. Rahmah, dan A.S. Leksono. 2017. “Efek Refugia
Tanaman Jagung (Zea mays) dan Tanaman Kacang Panjang (Vigna cylindrica) pada Pola
Kunjungan Serangga di Sawah Padi (Oryza sativa) Dusun Balong, Karanglo, Malang.”
Biotropika 5 (2): 54–58.
Tauruslina, A.E., T. Yaherwandi, dan H. Hamid. 2015. “Analisis Keanekaragaman Hayati
Musuh Alami pada Ekosistem Padi Sawah di Daerah Endemik dan Non Endemik Wereng
Batang Coklat Nilaparvata lugens di Sumatera Barat.” In Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon.,
1:581–89. doi:10.13057/psnmbi/m010334.
Wilyus, F.N., A. Johari, S. Herlinda, C. Irsan, dan Y. Pujiastuti. 2013. “Keanekaragaman,
Dominasi, Persebaran Spesies Penggerek Batang Padi dan Serangannya pada Berbagai
Tipologi Lahan di Provinsi Jambi.” J. HPT Tropika 13 (1): 87–95.
Wratten, S.D., M. Gillespie, A. Decourtye, E. Mader, dan N. Desneux. 2012. “Pollinator Habitat
Enhancement: Benefits to Other Ecosystem Services.” Agriculture, Ecosystems and
Environment 159. Elsevier B.V.: 112–22. doi:10.1016/j.agee.2012.06.020.
Yuantari, M.G.C., B. Widianarko, dan H.R. Sunoko. 2015. “Analisis Risiko Pajanan Pestisida
terhadap Kesehatan Petani.” Kemas 10 (2): 239–45. doi:ISSN 1858-1196.
Zaenun, S., T. Ekowati, dan E.D. Purbajanti. 2017. “Daya Adaptasi Perubahan Iklim Terhadap
Pedapatan Petani Padi di Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal.” Agromedia 35 (1): 58–64.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 44


Zhu, Pingyang, Geoff M. Gurr, Zhongxian Lu, Kongluen Heong, Guihua Chen, Xusong Zheng,
Hongxing Xu, dan Yajun Yang. 2013. “Laboratory Screening Supports The Selection of
Sesame (Sesamum Indicum) to Enhance Anagrus spp. Parasitoids (Hymenoptera:
Mymaridae) Of Rice Planthoppers.” Biological Control 64 (1). Elsevier Inc.: 83–89.
doi:10.1016/j.biocontrol.2012.09.014.

Buletin IKATAN Vol. 7 No. 2 Tahun 2017 45


BULETIN IKATAN
(INFORMASI PENGKAJIAN DAN DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN)

PEDOMAN PENULISAN UNTUK BULETIN INFORMASI PENGKAJIAN DAN DISEMINASI


INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN (IKATAN)

1. Buletin IKATAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten memuat berbagai tulisan yang dikemas dalam
bahasa ilmiah populer yang bersumber dari dari hasil-hasil maupun tunjauan (review) mengenai
penelitian/pengkajian di bidang pertanian yang belum pernah dipulikasi.
2. Artikel diketik menggunakan program Microsoft Word, ukuran kertas A4, huruf Times New Roman 12, spasi
1,5 maksimal 10 halaman (termasuk tabel dan gambar). Naskah besarta soft copy-nya dikirim kepada Redaksi
Buletin IKATAN.
3. Struktur/susunan artikel sebagai berikut : Judul, Nama dan Institusi Penulis, Abstrak, Kata Kunci,
Pendahuluan, Metodologi, Hasil dan Pembahasan, Kesimpulan, Daftar Pustaka.
4. Judul: singkat dan jelas, menggambarkan isi pokok tulisan, informatif, menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar serta ditulis dengan huruf besar.
5. Nama dan Institusi Penulis: nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar, nama penulis pertama merupakan
penulis utama, institusi (penulis pertama, kedua dan seterusnya) ditulis secara lengkap.
6. Abstrak: menggambarkan isi naskah yang memuat ringkasan tulisan mulai pendahuluan hingga kesimpulan.
Ditulis dengan huruf Times New Roman 12, spasi 1, maksimal 150 kata. Di bawah abstrak dicantumkan Kata
Kunci.
7. Pendahuluan: menjelaskan informasi tentang kondisi, potensi, signifikasi kemajuan IPTEK dan
penerapannya, permasalahan dan alasan yang melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian/kajian tersebut.
8. Metodologi: menjelaskan bagaimana cara melakukan penelitian/pengkajian memuat waktu dan tempat, bahan
dan alat, metode dan teknik pengambilan data, analisis data dan tahapan kegiatan (kerangka pikir) yang jelas.
9. Hasil dan Pembahasan: disajikan dalam satu kesatuan. Hasil menguraikan secara objektif tentang informasi/
data yang diperoleh, bila perlu dapat ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar dan lain-lain. Pembahasan,
menginterpretasikan hasil yang dicapai dan menjelaskan secara logis tentang ide dan argumen yang
mengambarkan jawaban terhadap pemecahan persoalan dan tujuan yang mendukung pernyataan untuk
menarik kesimpulan.
10. Kesimpulan: uraian singkat yang mengemukakan hal-hal penting tentang hasil kegiatan yang sesuai dengan
tujuan penelitian/pengkajian dan disertai saran tindak lanjut.
11. Daftar Pustaka: disusun secara alfabetis dengan format :
a. Untuk terbitan berkala: nama penulis, tahun terbit, judul naskah pustaka, nama terbitan, volume dan
nomor serta halaman.
b. Untuk buku: nama penulis, tahun terbit, judul naskah pustaka, nama penerbit dan kota terbit.
c. Untuk internet: nama penulis, judul atrikel, tahun terbit, alamat yang diunduh.

Contoh penulisan pustaka bulletin:


Susiyanti, Nurmayulis, A. Fatmawati. 2012. Keragaman Plasma Nutfah Tanaman Garut (Marantaanundinacea L.)
di Provinsi Banten dan Potensi Pengembangannya. Bul IKATAN 2012, Volume 2 (1): 24-38

Contoh penulisan pustaka buku:


Sprapto H.S. dan Sutarman T. 1982. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta

Contoh penulisan pustaka internet:


Sarmoko. Jamu Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka [Internet]. 2009. [Diunduh Februari 2010].
Tersedia di: https://moko31.wordpress.com/2009/05/01/jamu-obat-herbal-terstandar-oht-dan-fitofarmaka/
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai