PENDAHULUAN
1
matahari/ultraviolet, genetik, obat-obatan, makanan, penyakit,
penggunaan kosmetik dan sebagainya [3]. Bila hidrokuinon
digunakan dalam jangka panjang sementara kulit juga terpapar
matahari, maka akan menyebabkan bintik-bintik kehitaman pada kulit.
Warna kulit juga dapat berubah menjadi biru kehitaman yang biasa
disebut okronosis. Hidrokuinon dapat menyerap sinar ultraviolet,
adanya sinar matahari akan memperburuk dan mempercepat
terjadinya okronosis [4].
2
konsentrasi floroglusinol yang dibutuhkan untuk penentuan
hidrokuinon dalam sampel kosmetik?
2. Berapa kisaran konsentrasi hidrokuinon pada sampel kosmetik
dengan menggunakan metode Flow Injection Analysis (FIA)-
spektrofotometri?
3. Bagaimana uji validitas pada penentuan hidrokuinon dalam sampel
kosmetik menggunakan metode Flow Injection Analysis (FIA)-
spektrofotometri?
3
1.5 Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
5
terhirup oleh hidung atau kontak dengan mata dan kulit. Bila terjadi
kontak dengan mata dapat menyebabkan dermatitis. Bila terjadi
kontak dengan kulit akan menyebabkan iritasi [2]. Struktur
hidrokuinon ditunjukkan pada gambar 2.1
6
pengembangan fotografi mungkin telah menurun dalam beberapa
tahun terakhir karena meningkatnya popularitas fotografi digital dan
pencetakan berbasis laser jet. Hidrokuinon digunakan dalam
pengobatan (sampai 5% dalam konsentrasi) untuk mengobati
dyschromias (misalnya melasma, hipermelanosis yang didapat).
Sampai saat ini, hanya satu produk resep yang mengandung 4%
hidrokuinon dan dua bahan aktif lainnya telah disetujui oleh FDA.
Senyawa ini juga ditemukan di kosmetik lain, seperti pewarna rambut
dan produk untuk cat kuku [11].
7
Gambar 2.2 Reaksi kesetimbangan hidrokuinon dalam air
membentuk difenolat.
2.3 Floroglusinol
8
Senyawa ini reaktif terhadap cahaya, tempat yang lembab, panas dan
udara. Senyawa ini berbahaya apabila terhirup ataupun mengalami
kontak dengan bagian tubuhmanusia. Bila terhirup dapat
menyebabkan iritasi pada membrane mukosa, batuk, gangguan
pernafasan dan sakit tenggorokan. Apabila mengenai kulit dapat
menyebabkan iritasi dan bila tertelan dapat menyebabkan gangguan
pencernaan, mual dan muntah [17].
9
sampel dengan volume tertentu; mikroreaktor yang merupakan daerah
sampel terdispersi dan bereaksi dengan komponen dari aliran carrier
melewati detektor. Lalu hasil dari detektor akan direkam oleh rekorder
[19]. Susunan komponen dasar metode FIA ditunjukkan pada gambar
2.6
10
Beberapa faktor yang mempengaruhi analisis menggunakan
FIA yaitu [21]: Dispersi, FIA sangat sensitif dengan adanya disperse
kecil. Channel length, semakin panjang aliran disperse akan semakin
besar sehingga menyebabkan konsentrasi yang terbaca detektor
rendah (tidak sensitif). Residence time (waktu tinggal detektor), untuk
memberi waktu reaksi lebih lama tetapi tidak meningkatkan derajat
dispersi. Besarnya dispersi pada FIA tergantung pada parameter
operasi yang diterapkan pada sistem antara lain: volume sampel,
ukuran tubing, laju alir, dan diameter koil [22].
A = Ɛ.b.c
0
Konsentrasi (c)
11
Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis didasarkan pada
hukum Lambert Beer. Penyerapan sinar UV dan sinar tampak secara
kuantitatif dijelaskan oleh hukum Lambert dan Beer. Menurut hukum
Lambert, tiap lapisan medium akan menyerap sinar yang tidak
bergantung pada intensitas sinar datang. Sedangkan hukum Beer
menyatakan bahwa jumlah sinar yang diserap akan sebanding dengan
konsentrasi suatu substansi dan ketebalan medium. Kedua hukum ini
kemudian membentuk suatu hukum yang disebut hukum Lambert-
Beer yang mempunyai rumus matematis:
12
2.7 Metode Analisis Hidrokuinon
13
hidrokuinon dalam sampel. Reaksi kimia terbentuknya warna tersebut
masih belum diketahui, namun uji ini sangat spesifik terhadap
hidrokuinon. Senyawa arbutin dan resorsinol tidak bereaksi dengan
floroglusinol. Sedangkan senyawa katekol bereaksi dengan
floroglusinol menghasilkan warna hijau kebiruan [30].
14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
15
4. Preparasi Sampel
5. Penentuan Kisaran Konsentrasi Hidrokuinon
6. Uji Validitas Sampel Hidrokuinon dari Kosmetik
16
3.4.2 Prosedur Pengukuran menggunakan Metode Flow Injection
Analysis (FIA)-Spektrofotometri
17
75, 100, 125 dan 150 μL. Kemudian akan diperoleh data antara variasi
volume sample loop terhadap absorbansi kompleks hidrokuinon-
floroglusinolat. Volume Sample loop optimum diperoleh dari nilai
absorbansi tertinggi dari pengukuran yang dilakukan.
18
3.4.6 Uji Validitas Sampel Hidrokuinon dari Kosmetik
y = ax + b (3.1)
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 𝑦𝑖
a= ∑𝑛 2 (3.2)
𝑖=1 𝑥
∑𝑛
𝑖=1 𝑦𝑖 ∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
b= –a (3.3)
𝑛 𝑛
∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖 𝑦𝑖
r= (3.4)
√(∑𝑛 2 𝑛 2
𝑖=1 𝑥𝑖 )( ∑𝑖=1 𝑦𝑖 )
19
3.5.2 Perhitungan Nilai Rata-rata
Keterangan :
𝑥̅ = nilai rata-rata
xn = data pengulangan ke-n
n = banyaknya pengulangan
1
SD = 𝑁−1 ∑𝑛𝑖=1(𝑥̅𝑖 − 𝑥̅)2
SD
RSD = 𝑥̅ 100 % (3.7)
x
Keterangan:
SD = standar deviasi
N = pengulangan yang dilakukan
xi = nilai hasil yang diperoleh
x̅ = nilai rata-rata
RSD = standar deviasi relatif
20
3.5.4 Perhitungan Recovery
[𝐶]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 −[𝐶]𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = [𝐶]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥̅ 100% (3.8)
21
3. Menghitung Kuadrat Tengah (KT) setiap sumber keragaman
𝐽𝐾
KTperlakuan = 𝑑𝐵𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
𝐽𝐾
KTgalat = 𝑑𝐵𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
4. Menghitung nilai F
𝐾𝑇𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
Fhitung = 𝐾𝑇
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
Sumber dB JK KT Fhitung
keragaman
Perlakuan P-1 JKp KTp
Galat P(n-1) JKg KTg KTp/KTg
Total Pn-1
Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, berarti ada perbedaan nyata
perlakuan dan dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
1. Menentukan BNT
𝛼 2𝐾𝑇𝑔
BNT (α) = ttabel ( 2 , 𝑑𝐵𝑔 ) √ 𝑛
2. Menghitung beda rata-rata antar perlakuan
3. Menarik kesimpulan
a. Jika BNT (α) < (XA-XB) berarti ada beda nyata
b. Jika BNT (α) > (XA-XB) berarti tidak ada beda nyata
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.35
0.3
0.25
Absorbansi
0.2
0.15 Kompleks
HQ
0.1
Floro-NaOH
0.05
0
450
464
478
492
506
520
534
548
562
576
590
604
618
632
646
660
674
688
23
4.1 Optimasi Volume Sample Loop
0.4
0.35
Absorbansi
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
50 75 100 125 150
Volume sample loop (μL)
24
0.35 125 μL 150 μL
100 μL
0.3 75 μL
0.25
Absorbansi 50 μL
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 200 400 600 800 1000
Waktu (s)
25
4.2 Optimasi Konsentrasi Floroglusinol
0.3
0.25
Absorbansi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300
Konsentrasi Floroglusinol (ppm)
26
0.3 50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm 250 ppm
0.25
Absorbansi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 200 400 600 800
Waktu (s)
27
0.8 y = 0.0635x - 0.0194
R² = 0.976
Absorbansi 0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi hidrokuinon (ppm)
0.7 10 ppm
8 ppm
0.6
0.5
Absorbansi
6 ppm
0.4
2 ppm 4 ppm
0.3
0.2
0.1
0
39
78
0
117
156
195
234
273
312
351
390
429
468
507
546
585
624
663
702
741
Waktu
28
Penentuan hidrokuinon pada sampel alami diaplikasikan pada 2
sampel kosmetik. Uji validitas dilakukan dengan melakukan
pengukuran sampel kosmetik tanpa dan dengan penambahan larutan
hidrokuinon standar 2 ppm. Hasil pengukuran sampel kosmetik
ditunjukkan pada Tabel 4.1
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
5. Guo, Q., Huang, J., Chen, P., Liu, Y., Hou, H., dan You, T.
(2012). Simultaneous determination of catechol and
hydroquinone using electrospun carbon nanofibers modified
electrode. Sensors and Actuators, B: Chemical, 163(1), 179–185.
6. Bu, C., Liu, X., Zhang, Y., Li, L., Zhou, X., dan Lu, X. (2011). A
sensor based on the carbon nanotubes-ionic liquid composite for
simultaneous determination of hydroquinone and catechol.
Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 88(1), 292–296.
31
Pemutih Secara Spot Test (Skripsi). Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.
10. Hua, Z.M., Zhoua, Q., Leia, T. C., Ding, S. F. dan Xu, S. Z.
(2009). Effects of Hydroquinone and its Glucoside Derivatives
on Melanogenesis and Antioxidation: Biosafety as Skin
Whitening Agents. Journal of Dermatological Science, 55:179-
184.
16. Wang, D., Hildrenbrand, K., Leitich, J., Schuchmann, H., dan
Sonntag, C. V. (1992). pH-Dependent Tautomerism and pKa
32
Values of Phloroglucinol (1,3,5-Trihydroxybenzene), Studied by
13
C NMR and UV Spectroscopy. 48(4), 478-482.
18. Mulyono, T., dan Faruq, U. (2013). Desain Pompa Multi Syringe
Untuk Analisa Sistem Alir Design of Multi Syringe Pump for
Flow System Analysis, 14(1), 17–21.
33
27. Skoog, D. A., F. James, James, S. R. (2007). Principle of
Instrumental Analysis 6th Edition. Thomson Higher Education.
United States.
34
LAMPIRAN
Preparasi Sampel
Pengukuran Sampel
Uji Validitas
Analisa Data
35
Lampiran B. Prosedur Kerja
Padatan Hidrokuinon
Ditimbang 0,100 g
Dilarutkan dalam gelas kimia 50 mL dengan etanol
Diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan etanol hingga tanda batas
Dikocok hingga homogen
Padatan Floroglusinol
Ditimbang 0,100 g
Dilarutkan dalam gelas kimia 50 mL dengan akuades
Diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas
Dikocok hingga homogen
36
B.3 Pembuatan Larutan NaOH 0,5 M
Padatan NaOH
Ditimbang 2,000 g
Dilarutkan dalam gelas kimia 50 mL dengan akuades
Diencerkan dalam labu takar 100 mL dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas
Dikocok hingga homogen
V 1 x M1 = V 2 x M2
V1 x 1000 ppm = 100 mL x 100 ppm
100 𝑚𝐿 𝑥 100 𝑝𝑝𝑚
V1 =
1000 𝑝𝑝𝑚
V1 = 10 mL
37
Larutan hidrokuinon dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm dapat
dibuat dengan volume larutan hidrokuinon seperti terlihat pada Tabel
C.1
V 1 x M1 = V 2 x M2
V1 x 1000 ppm = 100 mL x 50 ppm
100 𝑚𝐿 𝑥 50 𝑝𝑝𝑚
V1 = 1000 𝑝𝑝𝑚
V1 = 5 mL
38
Larutan floroglusinol dengan konsentrasi 50, 100, 150, 200, dan 250
ppm dapat dibuat dengan volume larutan floroglusinol seperti terlihat
pada Tabel C.2
Tabel C.2 Pengenceran larutan Floroglusinol 50, 100, 150, 200 dan
250 ppm
39
5 x 10-5 L = 3.14 x (0.00375 dm)2 x t
5 x 10-5 = 4.4 x 10-3 x t
5 𝑥 10¯⁵
t =
4.4 𝑥 10¯³
t = 1,1 dm
t = 11 cm
Panjang sample loop 50, 75, 100, 125, dan 150 μL dapat dibuat sesuai
Tabel C.3
Tabel C.3 Panjang Sample Loop 50, 75, 100, 125, dan 150 μL
40
B. Perhitungan Jumlah Kuadrat (JK)
𝑝
JKtotal = ∑𝑖=1 ∑𝑛𝑗=1 𝑌𝑖𝑗 ² − 𝐹𝐾
= (0,0926² + 0,0877² + 0,0869² + … + 0,2901²) -
1,195
= 1,3565 – 1,195
= 0,1615
𝑝
∑𝑖=1(∑𝑛
𝑗=1 𝑌𝑖𝑗 )²
JKperlakuan = − 𝐹𝐾
𝑛
(0,43882 +0,84922 +1,21842 +1,51132 +1,44852 )
= 5
– FK
6,7803
= − 1,195
5
= 1,35606 – 1,195
= 0,1610
𝐽𝐾𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 0,0005
KTgalat = 𝑑𝐵 = 5𝑥4
= 2,5 x 10-5
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
D. Menghitung nilai F
𝐾𝑇𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 0,04
Fhitung = 𝐾𝑇 = 2,5 𝑥 10−5 = 1600
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
H0 = P1=P2=P3=P4, Pi = 0
H1 = H1=P1≠P2≠P3≠P4
41
Tabel D.2 Analisa sidik ragam satu arah penentuan sample loop
optimum
Sumber dB JK KT Fhitung Ftabel
keragaman
Perlakuan 4 0,1610 0,04
Galat 20 0,0005 2,5 x 10-5 1600 2,87
Total 24 0,1615
E. Uji BNT
𝛼 2𝐾𝑇𝑔
BNT (α) = ttabel ( 2 , 𝑑𝐵𝑔 ) √ 𝑛
2𝑥2,5 x 10−5
BNT (0,05) = ttabel (0,05/2, 20) √ 5
2𝑥2,5 x 10−5
= 2,086 √
5
=2,086 x √1 𝑥̅ 10−5
= 0,0066
BNT = 0,0066
BNT < (Xa-Xb) berarti ada perbedaan nyata
Jika BNT > (Xa-Xb) berarti tidak ada perbedaan nyata
42
Lampiran E. Uji Statistik Penentuan Konsentrasi Floroglusinol
Optimum
43
C. Menghitung Kuadrat Tengah (KT) setiap sumber
keragaman
𝐽𝐾 0,0034
KTperlakuan = 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 = = 0,00085
𝑑𝐵𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 4
𝐽𝐾𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡 0,0005
KTgalat = 𝑑𝐵 = 5𝑥4
= 2,5 x 10-5
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
D. Menghitung nilai F
𝐾𝑇𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 0,00085
Fhitung = 𝐾𝑇 = 2,5 𝑥 10−5 = 34
𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡
H0 = P1=P2=P3=P4, Pi = 0
H1 = H1=P1≠P2≠P3≠P4
E. Uji BNT
𝛼 2𝐾𝑇𝑔
BNT (α) = ttabel ( 2 , 𝑑𝐵𝑔 ) √ 𝑛
2𝑥2,5 x 10−5
BNT (0,05) = ttabel (0,05/2, 20) √ 5
2𝑥2,5 x 10−5
= 2,086 √ 5
= 2,086 x √1 𝑥̅ 10−5
= 0,0066
44
Tabel E.3 Selisih rata-rata antar konsentrasi floroglusinol
BNT = 0,0066
BNT < (Xa-Xb) berarti ada perbedaan nyata
Jika BNT > (Xa-Xb) berarti tidak ada perbedaan nyata
Konsentrasi Absorbansi
Rata-
hidrokuinon I II III
rata
(ppm)
2 0,1356 0,1415 0,1356 0,1376
4 0,2229 0,2284 0,2211 0,2241
6 0,3124 0,3115 0,3124 0,3121
8 0,5050 0,4989 0,4966 0,5002
10 0,6336 0,6369 0,6336 0,6347
45
0.7 y = 0.0635x - 0.0194
R² = 0.976
0.6
0.5
Absorbansi
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12
Konsentrasi hidrokuinon (ppm)
46
F.2 Perhitungan SD, RSD dan % R Sampel Kosmetik
Sampel Kosmetik A
1
SD = ∑𝑛𝑖=1(𝑥̅𝑖 − 𝑥̅)2
𝑁−1
0,016+0,034+3,48𝑥10−3
SD 0 ppm = √ 3−1
0,053
=√
2
= √0,0265
= 0,16
𝑆𝐷
RSD = 𝑥
𝑥̅ 100 %
0,16
= 5,309 𝑥̅ 100 %
= 3,01%
[𝐶]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒 −[𝐶]𝑠𝑝𝑖𝑘𝑒
% 𝑟𝑒𝑐𝑜𝑣𝑒𝑟𝑦 = 𝑥̅ 100 %
[𝐶]𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
6,418−5,309
= 2
𝑥̅ 100 %
= 55,9 %
47