Anda di halaman 1dari 23

1

BAHAN AJAR

GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

NI GUSTI AYU MANIK ERMAYANTI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
2

DAFTAR ISI

I. Esophagus……………………………………………………………… 1
II. Lambung……………………………………………………………….. 2
III. Usus halus………………………………………………………………. 7
IV. Usus besar………………………………………………………………. 10
V. Hati……………………………………………………………………… 13
VI. Pankreas………………………………………………………………… 19
3

GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

Pada bab sebelumnya yang telah kita pelajari bersama, telah kita pahami
mekanisme patofisiologi dalam proses penyakit pada gangguan sistem imun,
hematologi dan cairan. Pada bab ini menyampaikan pembicaraan mengenai
patofisiologi sistem gastrointestinal, meliputi gangguan esophagus, gangguan lambung
dan duodenum, gangguan usus halus, gangguan usus besar, gangguan hati, kadung
empedu dan pankeas.
Setelah menyelesaikan bab ini, mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme
gangguan pada sistem gastrointestinal sebagai penyebab gangguan kesehatan.

I. Esophagus
Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga yang terbentang dari
hipofaring hingga kardia lambung fungsinya adalah untuk menghantarkan bahan yang
dimakan. Sfingter mengatur makanan yang bertahan dalam esofagus. Sfingter esofagus
bagian atas dibentuk oleh otot krikofaringeus, secara normal berada dalam keadaan
kontraksi kecuali pada saat menelan. Sfingter esofagus bagian bawah bertindak sebagai
sawar terhadap refluksisi lambung. Dinding esofagus terdiri atas lapisan mukosa,
submukosa, muskularis dan serosa. Kadar keasaman (pH) esofagus adalah agak basa
dan kurang dapat menoleransi kandungan asam lambung
Deglutinasi atau menelan merupakan suatu aksi fisiologis kompleks ketika
makanan atau cairan berjalan dari mulut ke lambung dan terjadi dalam tiga fase. Yang
pertama disebut fase oral, yaitu bolus didorong ke belakang oleh gerakan volunter
lidah. Pada fase faringeal, bolus bergerak melewati epiglotis ke faring bagian bawah
berlanjut ke esofagus. Pada fase esofagus akhir gelombang peristaltik primer yang
dimulai dari faring terus berjalan sepanjang esofagus, mendorong bolus menuju sfingter
esofagus bagian distal. Adanya bolus merelaksasi otot sfingter distal ini sejenak
sehingga memungkinkan bolus masuk ke dalam lambung
Gejala adanya gangguan esofagus adalah disfagia, kesadaran subyektif adanya
gangguan transpor bahan yang dimakan, pirosis atau nyeri ulu hati, odinofagia, nyeri
akibat menelan dan regurgitasi yaitu aliran balik isi lambung ke dalam rongga mulut
yang tidak membutuhkan usaha
4

Beberapa tindakan diagnostik yang bermanfaat untuk mendektesi penyakit


esofagus adalah pemeriksaan esofagoskopi dengan biopsi dan sitologi, pemeriksaan
motilitas dan pemeriksaan reluks asam.

Akalasia/kardiospasme merupakan gangguan hipomotilitas yang jarang terjadi dan


dicirikan dengan peristaltik yang lemah dan tidak teratur dalam korpus esofagus. Gejala
dan tandanya berupa menigkatnya tekanan sfingter esofagus bagian bawah dan
kegagalan sfingter esofagus bagian bawah untuk berelaksasi pada saat menelan.
Akalasia primer dianggap sebagai hasil degenerasi pleksus. Auerbach (pleksus saraf
intrinsik yang mengatur peristaltik esofagus). Akalasia sekunder berkaitan dengan
jumlah gangguan yang terjadi, termasuk neuropati diabetik dan kanker esofagus.
Pengobatan mencakup dilatasi pneumatik pada sfingter esofagus bagian bawah atau
esofagomiotomi
Spasme esofagus difus dicirikan dengan kontraksi esofagus yang tidak
terkoordinasi, nonpropulsif (peristaltik tersier) yang timbul bila menelan. Penyebabnya
tidak diketahui dan lebih sering terjadi pada pasien berusia tua. Penyakit ini biasanya
asimtomatik namun sebagian gejala yang terjadi adalah disfagia dan odinofagia
sementara (nyeri ketika menelan). Spasme esofagus difus dapat dikacaukan dengan
angina pektoris karena nitroglierin seringkali dapat memulihkan nyeri.
Skleroderma adalah atrofi otot polos bagian bawah esofagus. Diagnosis dapat
diduga melalui pemeriksaan radiografik dengan barium, tetapi baru dipastikan dari
hasil pemeriksaan manometrik.Tanda khas penyakit ini adalah peristaltik yang lemah
pada setengah sampai duapertiga distal esofagus, serta berkurangnya tekanan sfingter
esofagus bagian distal. Refluks gastroesofageal dan esofagitis sering terjadi pada
skleroderma karena adanya inkompetensi sfingter esofagus bagian bawah
Inflamasi mukosa esofagus, esofagitis dapat bersifat akut (infeksi, minum
minuman panas) atau kronik (refluks asam dari lambung). Bentuk infeksius lazim
terjadi pada penderita imunodefisiensi seperti AIDS
Bentuk esofagitis berat yang akut terjadi setelah menelan basa atau asam kuat yang
ditemukan pada cairan pembersih. Gejala yang timbul adalah odinofagia berat, demam,
keracunan dan kemungkinan perforasi esofagus. Perforasi dapat menyebabkan infeksi
mediastinum dan mungkin kematian. Dalam pengobatan kedaruratan paada penderita
cedera kaustik, sebaiknya muntah tidak diinduksi karena dapat kembali mencederai
esofagus dan orofaring
5

Esofagitis refluks kronik merupakan bentuk esofagitis yang paling sering


ditemukan secara klinis. Gangguan ini disebabkan oleh sfingter esofagus bagian bawah
yang bekerja dengan kurang baik dan refluks asam lambung atau getah alkali usus ke
dalam esofagus yang berlangsung dalam waktu lama. Penyebab lazim adalah gangguan
motilitas esofagus dan hernia hiatus direk (sliding). Sekuele yang terjadi akibat refluks
adalah esofagus Barrett (pencetus karsinoma), ulserasi, perdarahan, pembentukan
jaringan perut, dan striktur (menyebabkan terjadinya obstruksi)
Mekanisme yang secara normal mencegah terjadinya refluks gastroesofageal
adalah
(1) kontraksi normal sfingter esofagus bagian bawah yang menyebabkan daerah
tekanan tinggi (paling penting)
(2) sudut lancip gastroesofageal yang menyebabkan efek seperti katup penutup dan
(3) tekanan yang terbentuk melalui liigamen frenikoesofageal menyebabkan efek katup
pinchcock
Hernia hiatus didefinisikan sebagai herniasi bagian lambung ke dalam dada melalui
hiatus esofagus diafragma. Bentuk yang paling sering adalah hernia hiatus direk
(sliding) dengan perbatasan lambung-esofagus yang tergeser ke dalam rongga toraks
dan merusak kompetensi sfingter esofagus bagian bawah. Refluks esofagitis adalah
penyulit hernia hiatus direk (sliding) yang paling sering. Bentuk lainnya adalah hernia
hiatus paraesofageal (rolling) dengan bagian fundus lambung yang menggulung
melawati hiatus dan perbatasan gastro-esofagus tetap berada di bawah diafragma,
penyulit utama hernia para-esofageal adalah strangulasi.
Tumor jinak esofagus jarang dijumpai namun kanker esofagus sering dijumpai.
Laki-laki paling sering terserang penyakit ini. Faktor predisposisi adalah banyak
merokok, banyak minum alkohol dan esofagus Barrett (metaplasia dan displasia
mukosa dari reflluks gastroesofageal kronik). Pemeriksaan radiologik dengan barium,
pemeriksaan sitologi dan biopsi dengan esofagoskopi merupakan tindakan-tindakan
utama yang dilakukan dalam menentukan dianosis.

II. Lambung
Lambung terbagi atas fundus, korpus, dan antrum pilorikum/pilorus.Sfingter kardia
atau sfingter esofagus bawah mengalirkan makanan ke dalam lambung dan mencegah
refluksisi lambung ke dalam esofagus. Sfingter pilorus terminal berelaksasi dan
6

berkontraksi untuk mengalirkan makanan ke duodenum dan mencegah terjadinya aliran


balik isi usus ke dalam jantung
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa (lapisan luar) merupakan
bagian dari peritonium viseralis. Tunika muskularis tersusun atas tiga lapisan
longitudinal di sebelah luar, lapisan sirkular di tengah dan lapisan oblik di sebelah
kanan. Lapisan ssubmukosa tersusunatas jaringan areolaris longgar yang
menghubungkan lapisan muskularis dan mukosa. Lapisan bagian dalam yaitu lapisan
mukosa tersusun atas lipatan-lipatan longitudinal disebut rugae yang memungkinkan
terjadinya penegangan isi lambung.
Lambung mendapat suplai saraf ekstrinsik dari sistem saraf otonom. Suplai saraf
parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan melalui saraf vagus yang
mencabangkan ramus pastrika, pilorika dan selaka. Persarafan simpatis disuplai melalui
nervus splanchricus mayor dan ganglia selaka. Jaringan saraf intrinsik lambung (yang
melanjut ke seluruh saluran gastrointestinal) dibentuk oleh pleksus saraf Auerbach
(mienterikus) dan Meissner yang memudahkan komunikasi dan kordinasi motilitas dan
sekresi gastrointestinal. Misalnya refleks gastrokolik (gelombang peristaltik dalam
kolom yang disebabkan oleh masuknya makanan atau minuman panas ke dalam
lambung kosong) berdasarkan pada persarafan intrinsik saluran gastrointestinal.
Fungsi motorik lambung adalah penyimpanan, pencampuran dan pengosongan
makanan semi cair yang tercerna sebagian dicampur dengan sekret lambung. Substansi
ini disebut sebagaii kimus.
Kelenjar kardia yang berada dekat orifisium kardia lambung menyekresi mukus.
Kelenjar gasstrik yang terletak di fundus dan korpus lambung memiliki tiga tipe sel,
sel parietal menyekresi HCl dan faktor intrinsik (penting untuk absorpsi vitamin B12 di
dalam usus halus), sel chief menyekresi pepsinogen yang teraktivasi menjadi pepsin
dalam lingkungan pH asam, dan sel mukus (leher) yang menyekresi mukus. Sel G yang
terletak di daerah pilorus lambung menyekresi hormon gastrin.
Sekresi lambung terbagi menjadi tiga fase. Yang pertama adalah fase sefalik yaitu
ketika kelenjar lambung terangsang oleh penglihatan, bau, pikiran, atau rasa makanan
dan merupakan 10% dari sekresi asam lambung. Yang kedua adalah fase hormonal atau
gastrik merupakan 67% dari sekresi asam lambung. Apabila makanan memasuki
lambung, pH basa dan peregangan lambung merangsang saraf vagus secara kimiawi
maupun mekanis. Impuls vagus merangsang sel parietal dan sel G untuk melepaskan
gastrin, menyebabkan sekresi HCl dan sekresi pepsinogen. Yang terakhir adalah fase
7

intestinal yang dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum dan sangat
dipengaruhi oleh hormon.
Mual dan muntah adalah gejala penyerta yang lazim pada gangguan gastrointestinal
dan terjadi dalam tiga stadium. Yang pertama adalah mual yaitu perasaan yang sangat
tidak enak di belakang tenggorokan dan epigastrium. Fase berikutnya adalah retching
yaitu usaha untuk muntah secara involunter. Stadium terakhir adalah muntah yaitu
refleks yang menyebabkan ekspulsi isi lambung melalui mulut.
Gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung. Dua
tipe yang tersering adalah superfisial akut dan atrofik kronik. Gastritis akut adalah
penyakit jinak yang sering terjadi disebabkan oleh beragam faktor mencakup infeksi H.
Pylori dan iritan lokal seperti kafein, alkohol atau aspirin. Gastritis atrofik kronik
dicirikan dengan atrofi progresif epitel kelenjar, hilangnya sel chief dan parietal dan
hipokhlorhidria atau akhlorhidria. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa
mempunyai permukaan yang rata. Gastritis kronis tipe A dianggap sebagai penyakit
autoimun yang tidak lazim berkaitan dengan hilangnya faktor intrinsik dan anemia
pernisiosa. Gastritis kronis tipe B tidak berkaitan dengan anemia permisiosa dan
biasanya disebabkan oleh infeksi H. Pylori. Ulkus peptikum adalah putusnya
kontinuitas mukosa lambung yang meluassampai di bawah epitel. Ulkus kronis
(berbeda dengan ulkus akut) memiliki jaringan parut di dasarnya.
Getah lambung assam murni mampu mencerna semua jaringan hidup. Mukus
lambung (mengandung prostaglandin) dan sawar epitel melindungi supaya lambung
tidak tercerna. Sawar mukosa lambung juga mencegah difusi balik H+ dari lumen ke
darah. Bila permeabilitas sawar epitel mengalami gangguan terjadi aliran balik HCl
yang mengakibatkan cedera pada jaringan yang mendasari. Mukosa menjadi edema dan
protein plasma dapat hilang. Mukosaa kapiler dapat rusak, menyebabkan terjadinya
hemoragia interstisial dan perdarahan. Destruksi sawar mukosa lambung dianggap
sebagai faktor utama dalam patogenesis ulkus peptikum.
Ulkus peptikum atau duodenum dapat didiagnosis melalui pemeriksaan secara
langsung menggunakan endoskopi. Pemeriksaan sitologi dari bilasan lambung penting
dilakukan untuk membedakan karsinoma lambung dari ulkus peptikum. Infeksi
H.pylori dianggap sebagai penyebab sejumlah besar ulkus peptikum. Metode yang
digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi H.pylori adalah dengan uji napas urea dan
pemeriksaan serologi.
8

Nyeri epigastrik inttermiten kronis (biasanya terjadi 2 sampai 3 jam setelah makan
atau di malam hari) adalah gambaran klinis utama pada ulkus peptikum. Makanan atau
antasid biasanya dapat memulihkan kondisi ini, yang membentuk pola nyeri sembuh
setelah makan. Pola ini merupakan kriteria terpenting dalam menegakkan diagnosis
ulkus ini.
Sindrom Zollinger-Ellison adalah penyebab ulkus peptikum yang jarang dijumpai,
disebabkan oleh neoplasma penyekresi gastrin, yang menyebabkan terjadinya
hiperasiditas lambung yang ekstrim. Ulkus peptikum yang terkait dengan sindrom ini
seringkali bersifat multipel dan refrakter terhadap pengobatan. Pengobatan ideal adalah
eksisi bedah neoplasma tersebut.
Pengobatan medis ulkus peptikum terdiri atas tindakan untuk menghambat atau
membufer sekresi asam untuk mempermudah penyembuhan. Semua obat ini dapat
diberikan yaitu antasid, penghambat H2 (mis ranitidin) atau penghambat pompa asam
lambung (mis Omeprasol) dan terapi antimikroba untuk mengatasi infeksi H.pylori
Penyulit ulkus peptikum adalah intraktabilitas (paling sering), perdarahan, perforasi,
dan obstruksi. Ulkus pada dinding duodenum posterior lebih sering mengalami
perdarahan (akibat erosi arteri gastroduodenalis atau pankreatikoduodenalis)
sedangkan ulkus pada dinding anterior lebih sering mengalami perforasi
Pengobatan pembedahan ulkus peptikum biasanya mencakup beberapa tipe
vagotomi danm gastrektomi parsial. Antrektomi adalah pemotongan seluruh antrum
lambung sehingga menghilangkan fase gastrik atau hormonal dari sekresi lambung.
Prosedur gastroduodenostomi atau Billroth I) melibaatkan gastrektomi parsial dengan
anastomosis sisa jejunum (gastrojejunostomi atau Billroth II). Sekuele pascaoperatif
adalah sindrom dumping terutama dengan pembedahan Billroth II)
Erosi lambung atau duodenum yang terjadi sebagai sekuele dari stress fisiologis
yang lama disebut sebagai ulkus stres dan terbagi menjadi dua kelompok. Ulkus
Chusing berkaitan dengan cedera otak yang serius dan dicirikan dengan hiperasiditas
bermakna. Erosi lambung berkaitan dengan syok, sepsis, luka bakar dan obat, tidak
ditandai dengan hipersekresi asam lambung. Ulkus stres yang berkaitan denggan cedera
luka bakar disebut ulkus Curling. Faktor etiologi utama dalam terjadinya ulkus stres
diduga akibat iskemia mukosa lambung
Faktor genetik, geografik dan lingkungan serta adanya gastritis atrofik atau anemia
permiosa merupakan faktor predisposisi terjadinya karsinoma lambung, yang memiliki
tiga bentuk umum karsiinoma ulseratif, karsinoma polipoid, dan karsinoma infiltratif
9

III. Usus halus


Usus halus merupakan usus berbentuk tabung yang kompleks, berlipat-lipat
membentang dari pilorus hingga katup ileosekal dan dibagi menjadi duodenum,
jejunum, dan illeum. Dua fungsi utamanya adalah pencernaan dan absorpsi zat gizi dan
air yang terdapat dalam makanan yang masuk dalam tubuh. Villi dan mikrovilli
merupakan tonjolan-tonjolan mukosa seperti jari-jari yang terdapat di seluruh usus
halus, srtktur ini meningkatkan permukaan absorpsi usus sebesar 1000x lipat. Setiap
villus terdiri atas saluran limfe sentral yang disebut sebagai lakteal dan dikelilingi oleh
kapiler darah. Makanan yang telah dimakan akan masuk ke dalam lakteal dan kapiler
vilus.
Enzim terletak pada brush border dan menyelesaikan proses pencernaan saat proses
absorpsi berlangsung. Di sekeliling villus terdapat beberapa sumur kecil yang disebut
sebagai kripte Lieberkuhn. Kripta ini merupakan kelenjar-kelenjar usus yang
menghasilkan sekret mengandung enzim pencernaan. Pergerakan segmental usus halus
mencampur zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepalobiliar, dan sekresi usus
sedangkan pergerrakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung
laindengan kecepatan yang sesuai untuk terjadinya absorpsi yang optimal dan asupan
isi lambung secara kontinu.
Absorpsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein
(gula sederhana, asam lemak, dan asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah
dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu juga diabsorpsi air, elektrolit
dan vitamin. Absorpsi berbagai zat berlangsung melalui mekanisme transpor aktif dan
pasif. Absorpsi gula, asam amino dan lemak hampir selesai pada saat kimus mencapai
pertengahan jejunum. Besi dan kalsium sebagian besar diabsorpsi di dalam duodenum
dan jejunum. Absorpsi kalsium memerlukann vitamin D. Vitamin larut lemak (A, D,E,
K) diabsorpsi dalam duodenum dan memerlukan garam-garam empedu. Sebagian besar
vitamin yang larut air diabsorpsi dalam usus halus bagian atas. Absorpsi vitamin B12
berlangsung dalam ileum terminalis melalui mekanisme transpor khusus yang
membutuhkan faktor intrinsik lambung.
Sebagian besar asam empeedu yang dikeluarkan oleh kandung empeduke dalam
dudodenum untuk membantu pencernaan lemak, akan direabsorpsi dalam ileum
terminalis dan masuk kembali ke hati. Siklus ini disebut sebagai sirkulasi enterohepatik
garam empedu dan sangat penting dalam mempertahankann cadangan empedu untuk
10

pencernaan lemak. Malabsorpsi adalah terganggunya absorpsi satu atau banyak zat gizi
dalam mukosa usus. Sprue nontropis (penyakit Seliak), sprue tropis, defesiensi laktase,
malabsorpsi pascagastrektomi, dan enteritis regional adalah penyakit-penyakit yang
berkaitan dengan terjadinya malabsorpsi.
Sprue nontropis (Seliak) adalah suatu sindrom malabsorpsi yang dicirikan dengan
adanya atrofi villi usus halus disebabkan oleh sensitivitas terhadap gluten yang terdapat
dalam roti (gandum hitam /rye, oat, barley, dan gandum) bir dan banyak makanan yang
mengalami proses tertentu. Manifestasi klasiknya adalah diare (fesses yang banyak dan
pucat), flatulensi, penurunan berat badan dan kelelahan. Bayi maupun orang dewasa
dapat terkena penyakit ini dan ciri khasnya memiliki predisposisi familial. Penghentian
diet mengandung gluten pada umumnya akan memulihkan atau mengurangi gejala.
Sprue tropis lazim terjadi di daerah Karibia dan kemungkinan disebabkan oleh infeksi
akibat merespons pengobatan antibiotik.
Defisiensi laktaase adalah suatu gangguan malabsorpsi yang berkaitan dengan
intoleransi terhadap susu dan produk susu (mengandung laktosa) karena defisiensi
enzim dan laktase brush border, hal ini terutama lazim terjadi pada produk Afrika-
Amerika. Gejala khas pada defisiensi laktase adalah kram perut, kembung dan diare
setelah minum susu. Ketika laktosa yang tidak terhidrolisis memasuki kolon, maka
akan menimbulkan suatu asfek osmotik yang menyebabkan masuknya air ke dalam
kolon. Bakteri dalam kolon akan memfermentasi laktosa dan menghasilkan asam lemak
dan asam laktat yang bersiftat iritatif terhadap kolon sehingga menyebabkan
peningkatan motilitas usus dan terjadi diare
Malabsorpsi pascagastrektomi lazim terjadi setelah gastrektomi total atau prosedur
Billroth II. Ciri khas keadaan ini adalah steatore, penurunan berat badan dan anemia
makrositik. Penyebabnya adalah (1) pencampuran makanan dengan enzim yang
berlangsung kurang sempurna akibat pengosongan lambung yang terlalu cepat (2)
berkurangnya sekresi eksokrin pankreas yang menyebabkan terjadinya maldigesti
akibat adanya pintas duodenum (3) stasis isi usus pada lengkung eferen yang
mengaakibatkan proliferasi bakteri yang berlebihan, yang dapat memakai habis vitamin
B12 serta menyebabkan terjadinya dekonjugasi garam-garam empedu (4) hilangnya
fungsi lambung sebagai penampung yang mengakibatkan waktu transit makanan di
usus berjalan lebih cepat dan menyebabkan diare.
Penyakit Crohn yang disebut juga enteritis regional merupakan suatu penyakit
peradangan granulomatosa kronis pada saluran cerna yang sering berulang dan
11

dicirikan dengan adanya lesi ‘ melompat’ yaitu bagian usus yang sakit dipisahkan oleh
daerah-daerah usus yang normal. Gejala yang sering ditemukan adalah diare intermiten
ringan dan nyeri kolik abdomen. Penyulit yang terjadi adalah obstruksi usu, fistula
perianal, abses dan fistula antara lengkung usus, hingga kandung kemih atau hingga
dinding abdomen eksternal. Manifestasi di luar gastrointestinal adalah gangrenosum
pioderma, uvetis dan artritis.
Penyakit atau reseksi ileum feminalis dapat menyebabkan terjadinya defisiensi
garam empedu dan mempengaruhi pencernaan lemak, demikian juga dengan terjadinya
anemia makrositik akibat gangguan absorpsi vitamin B12
Apendisitis adalah peradangan apendiks (sisa apeks sekum yang tidak memiliki
fungsi) yang mengenai semua lapisan dinding organ. Apendisitis adalah penyakit bedah
yang paling sering ditemukan dan lebih sering terjadi pada remaja dan dewasa muda.
Gejala yang paling awal aadalah nyeri paraumbilikalis yang terletak pada kuadran
kanan bawah abdomen.
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, biasanya disebabkan oleh penyebaran
infeksi dari organ abdomen, perforaasi apendiks atau saluran cerna atau luka tembus
abdomen
Obstruksi usus adalah suatu gangguan aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Terdapat 2 jenis obstruksi usus (1) obstruksi non-mekanis (ileus paralitik atau
adinamik) yaitu hambatan peristaltik usus dan (2) obstruksi mekanis yang disebabkan
oleh obstruksi intramural atau tekanan eksterna usus, obstruksi mekanis selanjutnya
digolongkan sebagai obstruksi mekanis simpleks (hanya terdapat satu tempat obstruksi)
dan obstruksi lengkung-tertutup (sedikitnya terdapat 2 tempat obstruksi). Obstruksi
usus dapat bersifat akut maupun kronis sebagian atau total dan paling sering mengenai
usus halus.
Obstruksi usus non-mekanis atau fungsional (ileus paralitik) disebabkan oleh
sentuuhan pada visera abdomen dan hambatan peristaltik akibat pembedahan, terutama
pembedahan abdomen ileus paralitik juga berkaitan dengan berbagai cedera traumatik
(mis fraktur iga atau vertebrata). Penyebab obstruksi usus mekanis yang paling sering
adala perlekatan akibat pembedahan (pita fibrosa jaringan parut). Penyebab lain adalah
intususepsi (invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya), volvulus
(terpelintirnya usus, biasanya mengenai kolon sigmoid) dan inkarserasi atau strangulasi
lengkung usus dalam hernia ingunalis atau femoralis.
12

Perubahan patofisiologik yang terjadi dalam obstruksi usus adalah sebagai berikut
(1) penimbunan gas dan cairan dalam lumen yang letaknya proksimal dari letak
obstruksi
(2) peregangan abdomen
(3) tekanan dalam lumen yang dipertahankan sehingga menyebabkan terjadinya
iskemia dinding usus
(4) hilangnya cairan dalam rongga peritoneum
(5) lepasnya bakteri dan toksin dari usus nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi
sistemik dan
(6) peritonitis dan septikemia.
Hilangnya air dan elektrolit dari ECF ke dalam usus (ruang ketiga) yang
menyebabkan terjadinya syok hipovolemik. Pengobatan obstruksi usus adalah koreksi
ketidakseimbangan cairan dan eleektrolit, pemulihan peregangan dan muntah dengan
intubasi nasogastrik dan dekompresi, pengendalian peritonitis dan syok (bila ada) dan
mengangkat obstruksi (pembedahan) untuk memulihkan kesinambungan usus yang
normal. Banyak terdapat kasus ileus adinamik yang disembuhkan hanya dengan
melakukann dekompresi tuba.

IV. Usus besar (kolon)


Usus besar atau kolon berbentuk saluran maskular berongga yang membentang
dari sekum hingga kanalis ani dan dibagi menjadi sekum, kolon (asendens,
transversum, desendems dan sigmoid) dan rektum. Katup ileosekal mengontrol
masuknya kimus ke dalam kolon, sedangkan otot sfingter eksternus dan internus
mengontrol ke luarnya feses dari kanalis ani.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi baagian kanan dan kiri berdasarkan pada
aliran darah. Arteria mesenterika superior mendarahi sekum, kolon asendens dan dua
pertiga proksimal kolon transversum (separuh kanan). Arteria mesenterika inferior
mendarahi sepertiga distal kolon transversum yang turun dan kolon sigmoid serta
bagian proksimal rektum (separuh kiri).
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang terpenting adalah absorpsi aair dan
elektrolit. Absorpsi ini sudah hampir selesaai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid
merupakan reservoir untuk massa feses yang terdehidrasi sampai terjadinya defekasi.
Kapasitas absorpsi kolon adalah sekitar 1500 sampai 2000 ml. Bila jumlah ini
dilampaui akibat pengiriman air yang berlebihan dari ileum akan terjadi diare.
13

Sejumlah kecil pencernaan dalam usus besar terutama disebabkan oleh bakteri dan
bukan oleh kerja enzim. Bakteri dalam usus besar menyintesis vitamin K dan beberapa
vitamin B. Selain itu juga terjadi fermentasi bakteri beberapa karbohidrat dalam kolon.
Sekitar 1000 ml flatus kebanyakan dari udara yang tertelan di keluarkan setiap hari.
Ciri khas gerakan usus besar adalah pengadukan haustral. Gerakan meremas yang
tidak progresif ini menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik sehingga memberikan
waktu untuk terjadinya absorpsi. Peristalsis mendorong feses ke dalam rektum dan
menyebabkan peregangan dinding rektum dan aktivitas refleks defekasi.
Keadaan patologi usus besar cenderung dihubungkan dengan gejala eliminasi,
konstipasi, diare, perubahan ukuran atau warna tinja dan darah dalam tinja merupakan
gejala dan tanda penting yang berkaitan dengan kolon dan rektum.
Divertikulosis merupakan keadaan kolon yang dicirikan dengan herniasi mukosa
melalui muskularis untuk membentuk kantung berbentuk cakram. Herniasi sering
terjadi pada titik terlemah tempat masuknya pembuluh darah melemahkan dinding
kolon. Kolon sigmoid merupakan tempat tersering divertikula. Bila satu atau lebih
sakulus meradang keadaan ini disebut divertikulitis. Patogenesis divertikulosis diyakini
berkaitan dengan makan makanan rendah serat, gangguan motilitas dan peningkatan
tekanan intraluminal yang menyebabkan terjadinya herniasi mukosa. Tekanan yang
lebih besar dapat terbentuk pada orang yang makan makanan rendah serat karena kolon
mempunyai lumen yang lebih sempit dibandingkan dengan kolon yang terisi feses bila
makan makanan kaya serat. Penyulit divertikulitis adalah peradangan, pembentukan
abses, perdarahan, obstruksi usus, perforasi dan peritonitis.
Kolitis ulserativa merupakan penyakit peradangan kolon nonspesifik yang biasa
terjadi setelah eksaserbasi dan remisi lama. Lesi peradangan mengenaii mukosa dan
submukosa, akhirnya menyebabkan ulserasi dan perdarahan. Proses penyakit biasanya
dimulai di daerah rektosigmoid dan dapat menyebar ke proksimal mengenai seluruh
kolon (tidak ada lesi melompat seperti penyakit Crohn). Gejala dan tanda kardinal
adalah nyeri kolik abdomen dan berdarah, serta diare terisi mukus. Komplikasi yang
berpotensi fatal adalah megakolon toksik, perdarahan dan karsinoma kolon. Manifestasi
di luar gastrointestinal (artritis, mengenai mata dan kulit) serupa dengan manifestasi
pada penyakit Crohn. Lesi penyakit Crohn mengenai kolon pada sekitar 35% kasus
Polip kolon sering terjadi dan menempati posisi intermediat antara neoplasma jinak
dan ganas. Polip paling sering terjadi di kolon sigmoid dan meningkat seiring
bertambahnya usia. Polip tumbuh dari permukaan mukosa dan meluas ke luar.
14

Adenoma pedunkulata (polip adenomatosa atau adenoma polipoid) adalah struktur


seperti bola yang menempel pada membran mukosa dengan tangkai tipis. Polip
adenomatosa multipel atau berdiameter lebih dari 1 cm dianggap merupakan risiko
kanker yang tinggi. Polip juvenilis paling sering terjadi pada anak, mempunyai tangkai
yang sangat panjang, dan dianggap berasal dari peradangan. Adenoma vilosa adalah
neoplasma (massa berbentuk kembang kol) sesil (dasar lebar tanpa tangkai), biasanya
soliter dan besar (>5 cm) dan kesempatan menjadi ganas adalah lebih dari 25%.
Poliposis familial merupaakan suatu penyakit genetik dominan autosomal yang
dicirikan dengan adanya ratusan polip pedunkulata dan sesil di seluruh kolon,
kemungkinan terjadinya kanker kolon adalah 100% pada usia 40 tahun
Kanker kolon dan rektum merupakan penyebab ketiga kematian akibat kanker pada
laki-laki dan perempuan, sekitar 60% terjadi di daerah rektosigmoid kolon, sehingga
kanker ini dapat dipalpasi saat pemeriksaan sigmoidoskopi. Sekitar 25% kanker kolon
terletak di sekum dan kolon asendens serta dapat didektesi melalui pemeriksaan
kolonoskopi. Secara histologis hampir semua kanker kolon adalah adenokarsinoma.
Secara struktur kanker kolon berbentuk polipoid (lebih sering di sekum) atau berbentuk
anular (seperti cincin) (lebih sering di daerah rektosigmoid).
Gejala dan tanda kanker kolon dan rektum bervariasi berdasarkan letaknya dan
umumnya dibagi menjadi kanker kolon kiri (desendens, sigmoid dan rektum) dan
kanan (sekum, asenddens, transversum kanan).
Gejala dan tanda kanker kolon kiri adalah
(1) perubahan yang nyata pada kebiasaan usus (konstipasi atau diare, tinja berbentuk
pensil atai pita, tenesmus)
(2) darah makroskopis pada tinja
(3) nyeri (rektal, punggung, kuadran kiri bawah)
(4) anemia dan penurunan berat badan dan
(5) massa yang dapat diraba dan terdeteksi dengan pemeriksaan digital atau
endoskopik.
Gejala dan tanda kanker kolon kanan adalah
(1) darah samar pada tinja
(2) nyeri alih ke umbilikus atau punggung
(3) anemia dan pemuruunan berat badan dan
(4) massa abdomen yang dapat diraba di kuadran kanan bawah. Perubahan kebiasaan
usus bukan karena tinja yang cair. Kanker kolon kanan umumnya terdiagnosis lebih
15

lambat dibandingkan dengan kanker kolon kiri dan akibatnya mempunyai prognosis
lebih buruk.
Hemoroid atau wasir adalah vena varikosa pada kanalis ani dan dibagi menjadi dua
golongan yaitu interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah varises vena
hemoroidalis superior dan media, terletak di atas sfingter rektum interna. Hemoroid
eksterna adalah varises vena hemoroidalis inferior, terletak di luar sfingter ani.
Penyebab langsung hemoroid adalah gangguan aliran balik vena dari vena hemoroidalis
yang ddisebabkan oleh kehamilan, konstipasi atau diare atau keduanya, kanker rektum
dan sirosis hepatis. Penyulit hemoroid adalah perdarahan, trombosis dan strangulasi.
Hemoroid eksterna akut tampak sebagai pembengkakan bundar dan kebiruan pada
pinggir anus yang sebenarnya merupakan sebuah hematoma. Hemoroid eksterna kronis
atau anal skin tag biasanya adalah sekuele hematoma akut. Hemoroid eksterna sering
menyebabkan pruritus.
Hemoroid interna digolongkan menjadi derajat satu (pembengkakan globular yang
dirasakan dalam kanalis ani), derajat dua (prolapss melalui kanalis ani selama defekasi
tetapi mengecil kembali atau dapat didorong secara manual ke dalam kanalis ani) dan
derajat tiga (prolaps permanen melalui kanalis ani). Bila hemoroid terjadi pada pasien
berusia pertengahan atau tua maka kemungkinan kanker rektum harus disingkirkan
Fisura ani (fisura in ano) merupakan retaknya lapisan anus disebabkan oleh
regangan akibat lewatnya tinja yang keras.
Abses anorektal adalah infeksi lokal dengan pengumpulan pus di daerah anorektal.
Fistula in ano merupakan saluran granulomatosa kronis yang secara langsung mulai
dari kanalis ani ke kulit di luar anus atau dari abses ke kanalis ani atau daerah
perirektal. Fistula anorektal terdapat pada 50% penderita penyakit Crohn.

V. Hati
Hati merupakan organ parenkim terbesar dalam tubuh (sekitar 3 pon/1,3 kg) dan
dibagi menjadi lobus kanan dan lobus kiri, hati ditahan ditempatnya oleh serangkaian
ligamen kompleks (yang terpenting adalah ligamentum falsiformis) yang
menghubungkan permukaan anteriornya terhadap diafragma dan dinding abdomen
anterior.
Permukaan hati dibagi secara mikroskopis menjadi satuan fungsional yang disebut
lobulus yaitu sederetan sel hati heksagonal yang disebut hepatosit tersusun di sekitar
vena sentralis yang mendrainase lobulus. Di antara lamina sel hepatik terdapat kapiler-
16

kapiler yang disebut sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika.
Sinusoid dilapisi oleh sel Kuffer, yaitu sel fagosit yang berfungsi membuang bakteri
dan partikel asing dari darah. Empedu yang terbentuk dalam hepatosit diekskresikan ke
dalam kanalikuli, yang bergabung membentuk duktus biliaris yang lebih besar sampai
mencapai duktus koledukus.
Selain menjadi organ parenkim terbesar, hati merupakan organ yang memiliki
fungsi paling banyak dan paling kompleks. Hati memiliki tugas yang sangat besar
dalam mempertahankan homeostasis fungsi metabolik tubuh, mencakup metabolisme
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, sintesis protein serum, mencakup faktor
pembekuan, pembentukan yrea, pembentukan dan ekskresi empedu, inaktivasi hormon
steroid dan detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Hati juga bekerja sebagai
gudang darah yang mengalir baik kembali saat terjadi gagal jantung ventrikel
Kandung empedu berperan dalam pemekatan dan penyimpanan empedu. Empedu
dilepaskan dari kandung empedu melalui duktus sistikus yang bergabung dalam duktus
hepatikus menjadi duktus koledukus. Duktus koledukus bergabung dengan duktus
pankreatikus membentuk ampulla Vateri sebelum bermuara ke dalam duodenum.
Ampula Vateri dikelilingi oleh serat-serat otot sirkular yang disebut sebagai sfingter
Oddi.
Pankreas dibagi menjadi tiga segmen: kaput, korpus dan kauda. Dua jenis sel yang
terdapat dalam pankreas adalah: sel eksokrin dan endokrin. Sel eksokrin menghasilkan
komponen getah pankreas. Sel endokrin menyekresi insulin dan glukagon, yang
berperan penting dalam metabolisme karbohidrat.
Hati mempunyai dua aliran darah dari saluran cerna dan limpa melalui vena porta
hepatis dan dari aorta melalui arteria hepatika. Darah dari vena porta dan arteria
hepatika bercampur dan mengalir melalui hati dan akhirnya terkumpul dalam vena
hepatika dekstra dan sinistra yang bermuara ke dalam vena kava. Sekitar sepertiga
curah jantung melalui hati setiap menit. Pada kasus obstruksi terhadap aliran darah
melalui hati, darah porta harus dipintas di sekitar hati ke sirkulasi vena sistemik.
Beberapa titik anastomosis portakava terhadap darah pintas di sekitar hati pada sirosis
yang bermakna klinis (1) vena esofageal (2) vena paraumbilikalis dan (3) vena
hemoroidalis superior
Hipertensi porta dapat didefinisikan sebagai peningkatan terus-menerus tekanan
vena porta di atas kadar normal 6 sampai 12 cm air dan sering terjadi akibat resistensi
17

aliran darah melalui hati. Splenomegali serta varises esofageal dan gaster merupakan
efek utama hipertensi porta
Salah satu fungsi terpenting hati adalah pembentukan dan ekskresi empedu, sekitar
500 sampai 1000 ml/hari. Empedu di bawa ke kandung empedu dan dilepaskan ke
dalam usus halus sesuai dengan kebutuhan. Empedu terdiri dari kolesterol, fosfolipid,
garam empedu, pigmen empedu (terutama bilirubin terkonjugasi), air dan elektrolit.
Garam empedu berperan penting dalam digesti dan absorpsi lemak dalam usus kecil.
Setelah diolah oleh bakteri dalam usus halus, sebagian besar garam empedu
direabsorpsi dalam ileum, mengalami sirkulasi ulang ke hepar, dikonjugasi kembali dan
disekresi ulang. Pigmen empedu terbentuk dari penghancuran eritrosit oleh sel-sel pada
sistem monosit-makrofag. Meskipun bilirubin tidak berperan aktif secara fisiologis,
tetapi merupakan indikator penting pada penyakit hati dan empedu karena mewarnai
jaringan.
Penumpukan pigmen empedu pada kulit atau sklera menyebabkan perubahan warna
menjadi kuning yang disebut ikterus atau jaundice. Bilirubin adalah suatu pigmen
empedu yang merupakan produk akhir degradasi eritrosit tua oleh monosit-makrofag.
Bilirubin serum total normal adalah sekitar 1 mg/dl secara kasar separuhnya tak
terkonjugasi dan sseparuh lainnya terkonjugasi. Bila bilirubin serum melebihi 3 mg/dl
dapat terlihat ikterus
Rangkuman langkah metabolisme bilirubin memungkinkan pemahaman mekanisme
patofisiologi yang menyebabkan ikterus. Metabolisme bilirubin normal terjadi dalam
beberapa langkah berikut ini :
(1) Heme (dari hemoglobin) diubah menjadi bilirubin tak terkonjugasi (terutama dalam
limpa). Penyakit hemolitik menyebabkan produksi bilirubin berlebihan yang dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dan ikterus hemolitik seperti anemia
sel sabit atau kemikterus pada bayi seperti pada eritroblastosis fetalis
(2) Bilirubin tak terkonjugasi yang dibawa ke hepar berkaitan dengan albumin (karena
larut lemak tetapi tidak larut air). Pengikatan kompetitif oleh obat dapat menyebabkan
ikterus
(3) Ambilan protein karier (Y dan Z) hepatik bilirubin tak terkonjugasi setelah
disosiasi dan albumin, ambilan bilirubin tak terkonjugasi terganggu oleh beberapa obat
(4) Konjugasi bilirubin dengan asam glukuronat (dikatalisis oleh glukuronik
transferase) untuk menghasilkan bilirubin glukuronida, yang menjadi larut dalam air
dan dapat diekskresi, gangguan konjugasi dapat terjadi bila terdapat defisiensi enzim
18

glukuronil transferase seperti pada ikterus neonatal transien, sindrom Gilbert atau
sindrom Crigler-Najar tipe I dan II. Fototerapi dapat mengubah bilirubin tak
terkonjugasi menjadi bentuk terkonjugasi larut-air yang dapat diekskresi pada
pengobatan ikterus neonatal trasien
(5) Ekskresi bilirubin terkonjugasi ke dalam kanalikulus empedu, penyakit
hepatoselular seperti hepatitis, sirosis atau kolestasisintrahepatik dapat mengganggu
ekskresi yang terutama menyebabkan hiperbilirubinemia terkonjugasi, urine gelap dan
tinja berwarna seperti dempul
(6) Pasaase bilirubin terkonjugasi ke bawah cabang biliaris, kolestasis ekstrahepatik
(ikterus obstruktif), metastasis hati, batu empedu, atau struktur duktus biliaris
ekstrahepatik dan kanker kaput pankreas dapat menyebabkan ikterus
(7) Reduksi bilirubin terkonjugasi menjadi urobilinogen oleh bakteri usus
(8) Sirkulasi enterohepatik bilirubin tak terkonjugasi dan urobilinogen (9) Ekskresi
urobilinogen dan bilirubin terkonjugasi dalam ginjal.
Hepatitis virus telah dibagi menjadi enam kategori mulai dari Hepatitis A sampai
G. Hepatitis F (kemungkinan agen penyebab ketujuh) ada dalam tata nama namun
keberadaannya sebagai virus hepatitis masih diperdebatkan. Hepatitis G tidak dianggap
patogenik.
Infeksi HAV umumnya adalah penyakit swasima yang tidak menyebabkan
hepatitis kronis atau keadaan karier dan hanya menyebabkan hepatitis fulminan. HAV
ditularkan terutama melalui rute fekaioral dan paliing sering terjadi di lingkungan
institusional (mis penjara, agen perawatan bayi) dan bersifat endemik di negara
bersanitasi buruk atau higiene substandar. Penanda serologi infeksi akut yang dapat
dipercaya adalah IgM anti-HAV, IgG anti-HAV menunjukkan adanya imunitas. Vaksin
HAV kini telah tersedia.
HBV adalah virus DNA berselubung ganda dengan lapisan permukaan (HbsAg),
regia prainti (HbeAg) dan inti bagian dalam (HbcAg). HBV adalah infeksi yang lebih
serius dengan keadaan karier dan dapat menyebabkan hepatitis kronis yang berakhir
menjadi sirosis atau karsinoma hepatoselular. Infeksi HBV terutama ditularkan melalui
rute parenteral dan kontak fisik dekat (terutama kontak seksual). Kelompok berisiko
tinggi adalah pemakai obat IV, laki-laki homoseksual, bayi dari ibu terinfeksi dan
pekerja perawatan kesehatan (terutama mereka yang sering kontak dengan darah).
Penanda serologi infeksi akut yang terpercaya adalah DNA HbsAg, HbeAg atau HBV.
Keadaan karier ditunjukkan dengan adanya HbsAg serum lebih dari 6 bulan setelah
19

infeksi awal. Infeksi HBV kronis ditunjukkan dengan adanya DNA HbsAg, HbeAg dan
HBV biasanya dengan anti HBc. Imuntas diindikasikan melalui IgG anti HBs (setelah
sembuh dan infeksi atau vaksinasi). Kini telah tersedia vaksin HBV.
Cara penularan infeksi HCV sama dengan cara penularan HBV dan dahulu
merupakan penyebab sebagian besar infeksi melalui tranfusi darah tetapi sekarang tidak
lagi menjadi masalah utama karena semua darah menjalani pemeriksaan sebelum
transfusi. Hepatitis kronis terjadi pada 80% orang yang terinfeksi HVC, 50% di
antaranya berkembang menjadi sirosis. Infeksi HCV juga merupakan faktor
predisposisi kuat untuk terjadinya karsinoma hepatoselular. RNA HCV terdapat pada
infeksi akut dan infeksi kronis. Peningkatan episodik serum trasaminase terjadi
bersamaan dengan infeksi kronis. Keadaan karier dapat dijumpai dan terdapat pada
1sampai 6% penyumbang darah sukarela.
Infeksi HDV tidak terjadi secarra tersendiri tetapi selalu terjadi bersama dengan
infeksi HBV sebagai koinfeksi atau superinfeksi. Cara penularannya serupa dengan
HBV. Infeksi HBV dan HDV yang terjadi secara bersamaan meningkatkan risiko
terjadinya hepatitis fulminan yang fatal atau infeksi kronik. RNA HDV menunjukkan
adanya infeksi akut atau IgM anti-HDV (pajanan yang terakhir kali).
Infeksi HEV jarang terjadi di Amerika Serikat tetapi sering terjadi di Asia, India
dan Afrika Sub-Sahara. Penularan terutama terjadi melalui rute fekal-oral dan melalui
air yang terkontaminasi. Ciri khas infeksi HEV adalah penyebab 20% angka mortalitas
di antara perempuan hamil.
Sirosis adalah penyakit haati kronis yang ditandai dengan distorsi arsitektur hati
normal (fibrosis dan nodul sel hati menggantikan parenkim normal) dan hilangnya
fungsi. Istilah sirosis sinonim dengan penyakit atau kegagaalan hati stadium akhir,
penyakit ini bersifat reversibel dan tidak dapat disembuhkan kecuali dengan
transplantasi hati. Sirosis merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia
Barat.
Penyebab sirosis yang terpenting adalah alkoholisme kronis (sirosis Laennec),
hepatitis virus (sirosis postnekrotik, terutama dengan infeksi HCV atau HBV) dan
penyakit biliar (sirosis biliar). Tanpa melihat penyebab, manifestasi klinis sirosis pada
stadium akhir kebaanyakan sama dan dapat dibagi menjadi dua kategori (1) kegagalan
hepatoselular dan (2) hipertensi porta.
Manifestasi kegagalan hepatoselular pada sirosis adalah semua hal yang berkaitan
dengan kegagalan sel hati yang tersisa untuk melakukan fungsi normalnya yang
20

mencakup (1) ikterus (akibat menurunnya kemampuan sel hati untuk mengonjugasi dan
mengekskresi bilirubin (2) ganggguan endokrin seperti angioma spider, eritema
palmaris, gnekomastia, alopesia pektoralis, dan atrofi testis ( akibat kegagalan sel hati
untuk menginaktivasi estrogen) (3) gangguan hematologi seperti trombositopenia,
leukopenia, anemia (akibat hipersplenisme) dan kecenderungan perdarahan (akibat
menurunnya produksi faktor pembekuan (4) edema perifer yang terkait dengan
hipoalbuminemia (5) fetor hepatikum (bau manis saat bernapas akibat kegagalan hati
memetabolisme metionin) (6) gangguan metabolisme seperti hipokalemia,
hiponatremia, hipoalbuminemia dan hiperamonemia serta (7) ensepalopati hepatikum
atau koma hepatikum (suatu sindrom neuropsikiatri yang berhubungan dengan kadar
NH3, serum yang tinggi) sering merupakan keadaan terminal.
Manifestasi hipertensi portal pada sirosis disebabkan oleh meningkatnya resistensi
terhadap aliran melalui hati yang sangat fibrotik yang menyebabkan hipertensi porta
dan kembalinya darah ke vena cava melalui jalur kolateral (anastomosis portakava).
Manifestasi ini mencakup (1) asites atau penimbunan cairan dalam rongga peritoneum
(2) varises esofagus yang dapat menyebabkan perdarahan fatal (3) splenomegali yang
disebabkan oleh kongesti pasif kronis (4) kaput medusa (vena berdilatasi di sekitar
umbilikus) yang disebabkan oleh aliran kolateral melalui vena superfisial dinding
abdomen dan (5) hemoroid yang disebabkan oleh aliran kolateral melalui vena rektal
yang berhubungan dengan vena mesenterika dan vena porta
Perdarahan GI merupakan faktor pencetus utama penyebab ensefalopati hepatis.
NH3 dihasilkan oleh kerja bakteri usus pada protein darah, yang memintas hati karena
adanya pirau atau gagal dimetabolisme menjadi urea sehingga dapat diekskresi dalam
urine karena kegagalan sel hati. Neomisim atau laktulosa merupakan obat yang
menurunkan absorpsi NH3 untuk mencegah terjadinya ensefalopati hepatis
Asites merupakan manifestasi kardinal (utama) sirosis dan beberapa bentuk penyakit
hati lain. Beberapa faktor yang terlibat dalam patogeneesis asites pada sirosis hati (1)
hipertensi porta (2) hipoalbuminemia (3) peningkatan produksi dan aliran limfe hati (4)
retensi natrium dan (5) gangguan ekskresi air. Mekanisme utama untuk menginduksi
hipertensi porta adalah resistensi terhadap aliran darah melalui hati
Dua jenis penyakit yang paling sering terjadi pada cabang biliaris adalah
pembentukan batu (kolelitiasis) dan peradangan kronis yang disebabkannya
(kolelitiasis). Batu empedu secara esensial mempresipitasi salah satu komponen
21

empedu, kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan
fosfolipid.

VI. Pankreas
Pankreatitis akut dicirikan dengan nyeri epigastrium berat kontinu yang menjalar ke
punggung akibat peradangan dan nekrosis enzimatik pankreas. Dapat terjadi syok
dengan derajat yang bervariasi, takikardia, leukositosis dan demam. Diagnosis biasanya
ditegakkan dengan adanya peningkatan kadar amilase serum. Dua penyebab utama
pankreatitis akut adalah alkoholisme dan penyakit saluran empedu. Sebagian besar ahli
setuju bahwa mekanisme patogenik yang umum adalah autodigesti yaitu aktivasi enzim
digesti pankreatik dalam pankreas itu sendiri yang menyebabkan digesti jaringan
pankreatik. Komplikasi pankreatitis akut mencakup abses pankreas (pengumpulan
produk nekrotik dan sekretorik cair dalam kantung omentum minus).
Destruksi progresif dan penggantian pankreas dengan jaringan fibrosis menandakan
pankreatitis kronik. Gejala dan tanda mencakup episode nyeri akut berulang (sering
dicetuskan oleh ingesti alkohol), steatorea, malabsorpsi, berat badan menurun dan
diabetes melitus
Kanker pankreas adalah pnyebab utama kematian kelima akibat kanker di Amerika
Serikat. Kanker primer pada hati dan kandung empedu jarang terjadi di Amerika
Serikat, tetapi metastasis sering terjadi pada hati.
22

BAHAN AJAR

GANGGUAN SISTEM GASTROINTESTINAL

NI GUSTI AYU MANIK ERMAYANTI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
23

DAFTAR ISI

VII. Esophagus……………………………………………………………… 1
VIII. Lambung……………………………………………………………….. 2
IX. Usus halus………………………………………………………………. 7
X. Usus besar………………………………………………………………. 10
XI. Hati……………………………………………………………………… 13
XII. Pankreas………………………………………………………………… 19

Anda mungkin juga menyukai