Anda di halaman 1dari 3

SASTRA DAN NONSASTRA

I. SASTRA
Sastra merupakan bagian dari sebuah keindahan dalam suatu seni. Sastra pertama kali hadir hanya untuk
menghibur (to entertain), selain itu juga sebagai sarana memperoleh informasi. Menurut Horace, dalam
sastra dikenal dulce et utile, maksudnya sastra bersifat nikmat dan bermanfaat. Sastra bisa dinikmati oleh
siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Mulai dari isinya, penyampaiannya, sampai pada aspek-aspek
keindahan yang lain, serta dapat bermanfaat bagi siapa saja yang mendengarkan, memahami, atau
membaca karya sastra yang dewasa ini mudah kita temukan di mana pun. Dalam sastra juga memiliki sifat
subjektif, karena sastra adalah cerminan realitas kehidupan, maka sastra sangatlah dipengaruhi oleh sikap
pengarang.

Contoh :
1.) PANTUN
Pantun adalah Karya Sastra lama berbentuk puisi. Ciri-Ciri pantun sebagai berikut:
- Setiap bait terdiri atas 4 baris
- Baris 1&2 merupakan sampiran dan Baris 3&4 merupakan Isi
- Pantun bersajak a-b-a-b dan a-a-a-a
- Setiap Baris Pantun terdiri atas 8-12 suku kata.

2.) CERITA ANAK


Cerita Anak dibentuk oleh Unsur Intrinstik seperti tokoh, latar, tema, amanat, dan alur. Tokoh Cerita Anak
dapat berupa benda mati, tanaman, atau tumbuhan., dan aneka satwa (binatang) yang seolah-olah
bertingkah laku seperti perilaku manusia. Cerita anak yang baik yaitu cerita sederhana, tidak berbelit-belit
dan mudah untuk dimengerti jalan ceritanya.

II. NON-SASTRA
Non-Sastra merupakan sesuatu yang berdasarkan fakta dan bersifat objektif. Sudah jelas bahwa karya
ilmiah itu merupakan hal yang berdasarkan fakta-fakta yang diambil dari ilmu pengetahuan serta fenomena-
fenomena yang ada di sekeliling kita. Sebuah pengetahuan selalu dikaitkan dengan kebenaran semesta
berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, baik itu ilmu eksak maupun humaniora. Ilmu pada
hakikatnya sesuatu yang belum pasti, namun memilki keobjetifannya dalam menjelaskan (to explain)ke
public dan mengajarkan ke dalam situasi formal (to teach), seringkali ilmu pengetahuan akan berkembang
dari waktu ke waktu.

Contoh:
1.) MENENTUKAN ISI BACAAN
Bacaan terdiri atas paragraf, paragraf terdiri atas satu kalimat utama dan beberapa kalimat
penjelas. Kalimat Utama merupakan kalimat yang memuat ide pokok. Kalimat utama dapat terletak di
awal, akhir, serta kedua-duanya. Letak kalimat utama dapat menentukan jenis paragraf.
a. Menentukan Kalimat Utama
- bacalah kalimat Pertama & Terakhir dalam paragraf
- Tentukan Ide Pokok di antara kalimat-kalimat tersebut
- Kalimat memuat ide pokok disebut kalimat utama

b. Menentukan Ide Pokok Paragraf


Ide Pokok disebut juga gagasan Pokok. Ide Pokok merupakan masalah utama yang dibahas atau
diungkapkan dalam bacaan

c. Menentukan Simpulan Paragraf


Simpulan Paragraf merupakan inti sari dari paragraf. Simpulan Paragraf dapat ditemukan dengan cara:
- Membaca paragraf dengan seksama dari aawal sampai akhir
- Menentukan Ide Pokok paragraf Tersebut
- Berdasarkan Ide Pokok paragraf

d. Menentukan Kalimat Tanya dalam Paragraf


Isi bacaan meliputi objek yang dibicarakan (Apa), berkaitan dengan orang (Siapa), berkaitan dengan waktu
(Kapan), berkaitan dengan tempat (Dimana), berkaitan dengan alasan (mengapa), Berkaitan dengan uraian
peristiwa (bagaimana)

e. Memprediksi Kejadian yang Berkaitan Dengan Bacaan


Sebagai pembaca, kamu dapat memprediksi kejadian yang berkaitan dengan isi bacaan dengan
memahami isi bacaan secara menyeluruh. Masalah tersebut biasanya memiliki Nilai/moral yang baik dalam
kehidupan.
Menyunting Kata, Kalimat, dan Paragraf
Dalam sebuah paragraf terdapat penggunaan kata, konjungsi, kalimat.

1. Menyunting Kata

Kata harus disunting atau diperbaiki karena kata tersebut dianggap tidak baku jika tidak sesuai Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Ejaan yang Disempurnakan, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Dalam
menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya berpedoman pada tiga kaidah tersebut. Kata yang disunting
dalam berupa kata tidak baku. Kata tidak baku penulisannya tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah-
kaidah tersebut.

2. Menyuting konjunngsi

Konjungsi yang dianggap tidak tepat da harus disunting karena penggunaan konjungsi tidak sesuai
dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Menyunting konjungsi dalam paragraf sebaiknya
berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konnjungsi memperhatikan makna dan maksud
kalimat.

3. Menyunting Kalimat

Kalimat dianggap tidak tepat jika tidak efektif. Sebuah kalimat dianggap tidak efektif karena berbagai
penyebab berikut.

a. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat

Dalam kalimat minimal terdapat dua unsur, yaitu subjek dan predikat. Jika unsur tersebut tidak aada
dalam kalimat menjadi tidak efektif.

Contoh:
Sebagai tempat membaca, harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.
Kalimat tersebut tidak efektif karena tidk menjelaskan sesuatu yang harus dilengkapi. Kalimat tersebut
tidak menyertakan subjek kalimat. Suntingan kalimat tersebut adalah Sebagai tempat membaca,
perpustakaan harus dilengkapi dengan fasilitas memadai.

b. Ketepatan Penempatan Unsur dalam Kalimat

Unsur-unsur dalam kalimat juga harus diletakkan ditempat yang tepat. Jika unsur-unsur tersebut
diletakkan tidak pada tepatnya, kalimat akan menjadi tidak efektif.

Contoh:
Petani sebelum ada kebijakan impor gula dari Pemerintah, tidak pernah mengalami kerugian hingga
puluhan juta rupiah.
Kalimat tersebut tidak efektif karena salah meletakkan kata petani. Kata petani seharusnya diletakkan
dibelakang tanda koma. Suntingan kalimat tersebut adalah Sebelum ada kebijakan impor gula dari
Pemerintah, petani tidak pernah mengalami kerugian hingga puluhan juta rupiah.

c. Penggunaan Unsur Kalimat Secara Berlebihan

Ketidakefektifan kalimat juga dapat dilihat dari penggunaan unsur kalimat secara berlebihan. Unsur
berlebihan tersebut dapat berupa penggunaan kata sama arti atau pemakaian kata tugas yang tidak
perlu.
Contoh:
Para ibu0ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih.
Kalimat tersebut tidak efektif karena pemakaian kata para danibu-ibu yang keduanya menunjukkan
kata jamak. Kata ibu tidak perlu diulang. Suntingan dari kalimat tersebut adalah Para ibu sedang
mengikuti penyuluhan hidup sehat dan bersih atau Ibu-ibu sedang mengikuti penyuluhan hidup sehat
dan bersih

d. Pilihan Kata Tidak Tepat


ketidakefisienan kalimat juaga dapat disebabkan oleh pilihan kata tidak tepat. Ketidakefisienan tersebut
dapat dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari atau bahasa asing. Selain itu, ketidakpahaman terhadap arti
sebuah kata menyebabkan penggunaan kata tersebut tidak tepat.
Contoh:
Kepada yang pernah ke gunung ini pasti akan merasakan betapa dingin udara disini.
Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat ketidakcocokan antar kata pernah dan akan.
Kata pernah menunjukkan sudah dilakukan, sedangkan kata akan menunjukkan belum dilakukan.
Seharusnya, kata akan diganti dengan sudah. Kata depan kepada juga sebaiknya dihilangkan.
Suntingan dari kalimat tersebut adalah Mereka yang pernah ke gunung ini pasti sudah merasakan
betapa dinginnya udara disini.

e. Tidak Logis
Kelogisan sebuah kalimat perlu diperhatikan. Kalimat tidak logis akan menjadi tidak efektif.
Contoh:
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa, selesailah karya tulis ini.
Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin hanya dengan mengucap syukur karya tulis dapat
selesai.

Ejaan
a. Penulisan Huruf
Secara umum, dalam Kamus Besar Bahssa Indonesia digunakan ejaan bahasa Indonesia yang diatur
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Ejaan tersebut misalnya
penulisan huruf kapital.

Berikut ini contoh penggunaan huruf kapital yang tepat.

Sumbangan pembaca Jawa Pos kembali disalurkan kepada warga Dusun Ngompro dan Pilang.
1 2 3

Keterangan:

1 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama kata pada awal kalimat.

2 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah,
surat kabar, dan judul karangan.

3 = huruf kapital dipakai dalam penulisan huruf pertama nama geografi.

b. Tanda Baca

Penulisan tanda baca, misalnya pada penulisan:

1) tanda titik (.) 4) tanda garis hubung satu (-)

2) tanda koma (,) 5) tanda kurung (( ... ))

3) tanda petik (" ... ")

Berikut ini contoh penggunaan tanda baca dalam sebuah paragraf.


Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel seragam SD serta paket buku dan alat
tulis. "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat
rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun Ngompro, kepada Kundari Pri Susanti dari Radar
Madiun (grup Jawa Pos). Bantuan susu akan diserahkan kepada ibu-ibu yang mempunyai balita.
 Tanda titik (.) dipakai pada akhir kalimat.
 Tanda koma (,) pada tulisan Selain itu, masih ada satu karung berisi lebih dari seratus setel
seragam SD serta paket buku dan alat tulis. Tanda koma tersebut dipakai di belakang kata atau
ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Selain itu tanda koma juga
berfungsi untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh: "Alhamdulillah,
Kami senang karena selama ini belum pernah ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap
Sumiran.
 Tanda petik ( " ..." ) pada tulisan "Alhamdulillah, kami senang karena selama ini belum pernah
ada bantuan alat sekolah dan alat rumah tangga," ungkap Sumiran, kepala Dusun Ngompro. Tanda
petik tersebut berguna mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan.
 Tanda pisah (-) pada penulisan ibu-ibu berguna menyambung unsurunsur kata ulang.
 Tanda kurung (( ... )) pada tulisan Radar Madiun (grup Jawa Pos) berguna mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.

Anda mungkin juga menyukai