Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

LANJUT USIA DENGAN OSTEOARTRITIS


PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

Di Susun untuk Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh :

NONA TUNJUNG SATRIA WATI


J230181092

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. KONSEP DASAR LANSIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang
yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Usia lanjut dikatakan sebagai
tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan
menurut pasal 1 ayat (2) (3) (4) UU no 13 tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008)
Usia lanjut selalu di konotasikan sebagai kelompok rentan yang selalu
ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga,
masyarakat dan negara. (Mujahidullah, 2012).
Usia lanjut diartikan sebagai perubahan biasa yang muncul pada
pematangan genetic yang mewakili kondisi-kondisi lingkungan ketika
bertambah biologisnya. Jadi, usia lanjut adalah mereka yang mengalami
perubahan-perubahan fisik secara wajar, antara lain : kulit sudah tidak
kencang lagi, otot-otot sudah mengendor, dan organ-organ tubuh kurang
berfungsi dengan baik. (Kushariyadi, 2010)
Dalam Buku Ajar Geriatri, Prof. Dr. R. Boedhi Darmojo dan Dr. H.
Hadi Martono (1994) mengatakan bahwa “menua” (menjadi tua) adalah
suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dari pernyataan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran struktur
dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemamdirian dan
kesehatan lanjut usia, termasuk kehidupan seksualnya. (Nugroho, 2008)
2. Pembagian Lanjut Usia
Menurut Nugroho (2008), lanjut usia dibagi menjadi :
a. Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO, ada empat tahap, yakni :
1) Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun).
2) Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun).
3) Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun).
4) Usia sangat tua (very old) (di atas 90 tahun).
b. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (alm.), Guru Besar
Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodisasi biologis
perkembangan manusia dibagi sebagai berikut :
1) Usia 0-1 tahun (masa bayi).
2) Usia 1-6 tahun (masa prasekolah).
3) Usia 6-10 tahun (masa sekolah).
4) Usia 10-20 tahun (masa pubertas).
5) Usia 40-65 tahun (masa setengah umur, prasenium).
6) Usia 65 tahun ke atas (masa lanjut usia, senium).
c. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani (Psikolog dari Universitas Indonesia),
lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu :
1) Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun.
2) Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun.
3) Fase prasenium, antara usia 55-65 tahun.
4) Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia.
d. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, SpKJ, lanjut usia
dikelompokkan sebagai berikut :
1) Usia dewasa muda (elderly adulthood) (usia 18/20-25 tahun).
2) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas (usia 25-60/65
tahun).
3) Lanjut usia (geriatric age) (usia lebih dari 65/70 tahun), terbagi:
a) Usia 70-75 tahun (young old).
b) Usia 75-80 tahun (old).
c) Usia lebih dari 80 tahun (very old).
e. Menurut Bee (1996), tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :
1) Usia 18-25 tahun (masa dewasa muda).
2) Usia 25-40 tahun (masa dewasa awal).
3) Usia 40-65 tahun (masa dewasa tengah).
4) Usia 65-75 tahun (masa dewasa lanjut).
5) Usia>75 tahun (masa dewasa sangat lanjut).
f. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia terbagi dalam dua tahap,
yakni :
1) Early old age (usia 60-70 tahun).
2) Advanced old age (usia 70 tahun ke atas).
g. Menurut Burnside (1979), ada empat tahap lanjut usia, yakni :
1) Young old (usia 60-69 tahun).
2) Middle age old (usia 70-79 tahun).
3) Old-old (usia 80-89 tahun).
4) Very old-old (usia 90 tahun ke atas).
Adapun menurut Kushariyadi (2010), bahwa lanjut usia
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Usia 60-65 tahun (elderly).
b. Usia>65-75 tahun (junior old age).
c. Usia>75-90 tahun (formal old age).
d. Usia>90-120 tahun (longevity old age).
Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1965, bantuan
penghidupan orang jompo lanjut usia yang termuat dalam Pasal 1 dinyatakan
sebagai berikut : “Seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau
lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak
mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari, dan menerima nafkah dari orang lain”.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia. Pada Bab.1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan
lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik
pria maupun wanita. (Nugroho, 2008)

3. Teori Proses Penuaan


Sampai saat ini, banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang
proses menua yang tidak seragam. Proses menua bersifat individual, dimana
proses menua pada setiap orang terjadi dengan usia yang berbeda, dan tidak
ada satu faktor pun yang ditemukan dalam mencegah proses menua.
Adakalanya seseorang belum tergolong tua (masih muda) tetapi telah
menunjukan kekurangan yang mencolok. Adapula orang yang tergolong lanjut
usia penampilannya masih sehat, bugar, badan tegap, akan tetapi meskipun
demikian harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering dialami oleh
lanjut usia. Misalnya, hipertensi, diabetes, rematik, asam urat, dimensia senilis,
sakit ginjal (Padila, 2013:7).
Teori-teori tentang penuaan sudah banyak yang dikemukakan, namun
tidak semuanya bisa diterima. Teori-teori itu dapat digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu yang termasuk kelompok teori biologis dan teori psikososial
(Padila, 2013:7).
1) Teori biologis
a. Teori jam genetik
Menurut Hay ick (1965) dalam Padila (2013), secara genetik
sudah terprogram bahwa material didalam inti sel dikatakan bagaikan
memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi mitosis. Teori ini
didasarkan pada kenyataan bahwa spesies-spesies tertentu memiliki
harapan hidup (life span) yang tertentu pula. Manusia yang memiliki
rentang kehidupan maksimal sekitar 110 tahun, sel-selnya diperkirakan
hanya mampu membelah sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami
deteriorasi.
b. Teori cross-linkage (rantai silang)
Kolagen yang merupakan usur penyusunan tulang diantaranya
susunan molekular, lama kelamaan akan meningkat kekakuanya (tidak
elastis). Hal ini disebabkan oleh karena sel-sel yang sudah tua dan
reaksi kimianya menyebabkan jaringan yang sangat kuat (Padila,
2013:7).
c. Teori radikal bebas
Radikal bebas merusak membran sel yang menyebabkan kerusakan
dan kemunduran secara fisik (Padila, 2013:8).
d. Teori imunologi
 Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat di produksi
suatu zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak
dapat tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh
menjadi lemah.
 System immune menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri, regulasi dan responsibilitas (Padila,
2013:8).
 Teori stress-adaptasi
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasanya
digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal kelebihan
usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai
(Padila, 2013:8).
 Teori wear and tear (pemakaian dan rusak)
Kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah (terpakai) (Padila, 2013:8).
2) Teori psikososial
a. Teori integritas ego
Teori perkembangan ini mengidentifikasi tugas-tugas yang
harus dicapai dalam tiap tahap pekembangan. Tugas perkembangan
terakhir merefleksikan kehidupan seseorang dan pencapaiannya. Hasil
akhir dari penyelesaian konflik antara integritas ego dan keputusasaan
adalah kebebasan (Padila, 2013:8).
b. Teori stabilitas personal
Kepribadian seseorang terbentuk pada masa kanak-kanak dan
tetap bertahan secara stabil. Perubahan yang radikal pada usia tua bisa
jadi mengindikasikan penyakit otak (Padila, 2013:9).
3) Teori Sosiokultural
Teori yang merupakan teori sosiokultural adalah sebagai berikut :
a. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang
berangsuran-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya,
atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan
interaksi sosial lanjut usia menurun, sehingga sering terjadi
kehilangan ganda meliputi :
1. Kehilangan peran
2. Hambatan kontak sosial
3. Berkurangnya komitmen.
b. Teori aktifitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses tergantung dari
bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan dalam beraktifitas
dan mempertahankan aktifitas tersebut selama mungkin. Adapun
kualitas aktifitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas aktifitas
yang dilakukan (Padila, 2013:9).
4) Teori konsekuensi fungsional
Teori yang merupakan teori fungsional adalah sebagai berikut :
a) Teori ini mengatakan tentang konsekuensi fungsional usia lanjut
yang behubungan dengan perubahan-perubahan karena usia dan
faktor resiko bertambah.
b) Tanpa intervensi maka beberapa konsekuensi fungsional akan
negatif, dengan intervensi menjadi positif (Padila, 2013:9).

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia


Menurut Azizah (2011), perubahan yang terjadi pada lanjut usia
adalah :
a. Perubahan fisik dan fungsi
1) Sel
a) Lebih sedikit jumlahnya.
b) Lebih besar ukuranya.
c) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
d) Menurunnya proporsi protein di otak, otot ginjal darah, dan hati.
e) Jumlah sel otak menurun.
f) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g) Otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5 – 10%.
h) Lekukan otak akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
2) System persarafan
a) Berat otak menurun 10 – 20% (setiap orang berkurang sel saraf
otaknya dalam setiap harinya).
b) Cepatnya menurun hubungan persyarafan.
c) Lambat dalam responden waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
d) Mengecilnya syaraf panca indra.
e) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin).
f) Kurang sensitive terhadap sentuhan.
g) Defisit memori.
3) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
a) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, 50% terjadi
pada usia diatas umur 65 tahun.
b) Membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otot seklerosis.
c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
d) Ppendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang
mengalami ketegangan jiwa atau stres.
e) Tinitus.
f) Vertigo.
4) System penglihatan
a) Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
b) Kornea lebih terbentuk sferis (bola).
c) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak
menyebabkan gangguan penglihatan.
d) Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam
cahaya gelap.
e) Hilangnya daya akomodasi.
f) Menurunnya lapang pandang (berkurang luas pandang).
g) Menurunya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala.
5) System kardiovaskuler
a) Elastisitas dinding aorta menurun.
b) Katup jatung menebal dan menjadi kaku.
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan menurunnnya
kontraksi dan volumenya.
d) Curah jantung menurun (isi semenit jantung menurun).
e) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari
tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
f) Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan
perdarahan.
g) Tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah
perifer meningkat. Systole normal ± 170 mmHg, diastole ± 95
mmHg).
6) System pengaturan temperatur tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat, yaitu menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran
terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
a) Sebagai akibat sering ditemui temperatur tubuh menurun
(hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat metabolisme
yang menurun.
b) Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat
pula menggigil, pucat, dan gelisah.
c) Keterbatasan refleks menggigil dan tidak memproduksi panas
yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktifitas otot.
7) System respirasi
a) Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b) Menurunya aktifitas dari sillia.
c) Paru–paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum
menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d) Alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e) Berkurangnya elastisitas bronkus.
f) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
g) CO² pada arteri tidak terganti.
h) Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
i) Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
j) Sering terjadi emfisema senilis.
k) Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan
akan menurun seiring dengan pertambahan usia.
8) System gastrointestinal
a) Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase yang
biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.
b) Indera pengecap menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indra pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap dilidah terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitifitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan
pahit.
c) Esofagus melebar.
d) Rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
e) Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).
g) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9) System reproduksi
Wanita :
a) Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
b) Menciutnya ovari dan uterus atrofi.
c) Atrofi payudara.
d) Atrofi vulva.
e) Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus,
sekresi berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan
warna.
Pria :
a) Pada laki–laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur–angsur.
b) Dorongan seksual menetap sampai usia diatas 70 tahun (asal
kondisi kesehatan baik), yaitu :
(1) Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut
usia.
(2) Hubungan seksual secara teratur membantu
mempertahankan kemampuan seksual.
(3) Tidak perlu cemas karena prosesnya alamiah.
(4) Sebanyak 75% pria usia di atas 65 tahun mengalami
pembesaran prostat.
10) System gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus),
kemudian mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus akibatnya berkurannya
kemampuan mengkonsentrasikan urin, berat jenis urin menurun
proteinuria (biasanya +1), BUN (Blood Urea Nitrogen)
meningkatkan sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat.
Vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi
buang air seni meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada
pria lanjut usia sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin.
Pembesaran prostat ±75 % dialami oleh pria usia di atas 65
tahun, atrovi vulva dan vagina, orang–orang yang makin menua
sexual intercourse cenderung secara bertahap tiap tahun tetapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.
11) System endokrin
a) Produksi dari hampir semua hormon menurun.
b) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.
c) Pertumbuhan hormone ada tetapi tidak rendah dan hanya ada
didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH,
TSH, FSH, dan LH.
d) Menurunya aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic
rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.
e) Menurunnya produksi aldosteron.
f) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dan testeron.
12) Sistem kulit (integumentary system)
a) Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b) Permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik (karena
kehilangan proses kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–
bentuk sel epidermis).
c) Timbul bercak pigmentasi.
d) Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata.
e) Menurunya respon terhadap trauma.
f) Mekanisme proteksi kulit menurun, yaitu :
(1) Produksi serum menurun.
(2) Produksi vitamin D menurun.
(3) Gangguan pegmentasi kulit.
g) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
h) Rambut dalam hidung dan telingga menebal.
i) Bekurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan
vaskularisasi.
j) Pertumbuhan kuku lebih lambat.
k) Kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh.
l) Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
m) Kuku kaki bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
n) Jumlah dan fungsinya kelenjar keringat berkurang.
13) System muskuloskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang
tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot
berkurang sebanding penurunan massa otot.
Penurunan massa dan kekuatan otot, demeneralisasi
tulang,pemendekan fosa akibat penyempitan rongga intravertebral,
penurunan mobilitas sendi, tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat).
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, kifosis
pinggang, pergerakan lutut dan jari–jari pergelangan terbatas, discus
intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang),
persendian membesar dan menjadi rapuh, tendon mengerut dan
mengalami sclerosis, atrofin serabut otot sehingga seseorang
bergerak menjadi lamban, otot–otot kram menjadi tremor, otot–otot
polos tidak begitu berpengaruh.
b. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
1) Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang (berjam–
jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan),dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,
kenangan buruk).
2) I.Q. (Intellegentian Quantion )tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan,
persepsi dan ketrampilan psikomotor (terjadinya perubahan pada
daya membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan
karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini
akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat
berkabut dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit
yang di ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi
kognitif pada lanjut usia. Perubahan kognitif yang di alami lanjut
usia adalah demensia, dan delirium.
c. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial seperti :
pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan, yaitu:
1) Finansial (income berkurang).
2) Status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi, lengkap
dengan segala faselitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi, dan pekerjaan atau kegiatan,
meliputi :
a) Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of
mortality).
b) Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,
bergerak lebih sempit.
c) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
derivation) meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang
sulit, bertambahnya biaya pengobatan.
d) Penyakit kronis dan ketidak mampuan.
e) Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
f) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
g) Gangguan gizi akibat kehilangan penghasila atau jabatan.
h) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman teman dan famili serta pasangan.
i) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri.

5. Masalah dan Penyakit pada Lanjut Usia


 Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang
terlihat sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain (Manjoer
dkk, 2010) :

1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis


yang menetap

2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban

3. Gigi mulai lepas (ompong)

4. Penglihatan dan pendengaran berkurang

5. Mudah lelah dan mudah jatuh

6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah

Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :

1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik

2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal


yang baru saja terjadi

3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang

4. Sulit menerima ide-ide baru

Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansia

1. Mudah jatuh

a. Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau


saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran.

b. Jatuh dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor


intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas
bawah, kekuatan sendi dan sinkope-dizziness; faktor ekstrinsik:
lantai yang licin dan tidak rata, tersandung oleh benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya yang kurang terang dan
sebagainya.

2. Mudah lelah, disebabkan oleh :

 Faktor psikologis: perasaan bosan, keletihan, depresi

 Gangguan organis: anemia, kurang vitamin, osteomalasia, dll

 Pengaruh obat: sedasi, hipnotik

3. Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit


metabolisme, dehidrasi, dsb

4. Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis, emboli paru,


dsb

5. Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan


jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemia

6. Palpitasi karena gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologis

7. Pembengkakan kaki bagian bawah karena edema gravitasi, gagal


jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit ginjal,
kelumpuhan, dsb

8. Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia, osteoporosis,


osteoartritis, batu ginjal, dsb.

9. Nyeri sendi pinggul karena artritis, osteoporosis, fraktur/dislokasi,


saraf terjepit

10. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna, faktor sosio-ekonomi

11. Sukar menahan BAK karena obat-obatan, radang kandung kemih,


saluran kemih, kelainan syaraf, faktor psikologis

12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektum

13. Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa


berkurang, katarak, glaukoma, infeksi mata

14. Gangguan pendengaran karena otosklerosis, ketulian menyebabkan


kekacauan mental

15. Gangguan tidur karena lingkungan kurang tenang, organik dan


psikogenik (depresi, irritabilitas)

16. Keluhan pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi,


dsb

17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn
sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal

18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal,
hepatitis kronis, alergi

Selain gangguan-gangguan tersebut, tujuh penyakit kronik degeratif yang


kerap dialami para lanjut usia, yaitu:

a. Osteo Artritis (OA)


OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik
dan biologik yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya
sendi, dan perkapuran. OA merupakan penyebab utama
ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi risikonya karena
trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.

b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang
dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis
osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama
dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah
hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi
vitamin D.

c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari
90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses
menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke,
kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung,
dan gagal ginjal.

d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa
dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar
gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa
darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai
ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM.
Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka
yang lambat sembuh.

e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan
jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah
(hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor
risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan
individu dengan pendidikan rendah.

f. Penyakit jantung koroner


Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah
menuju jantung terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada,
sesak napas, pingsan, hingga kebingungan.

g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi
sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya
yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu
sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya.
Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang
ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker
merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker
terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul
kanker meningkat.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT OSTEOARTRITIS
1. Definisi
Menurut Kapoor (2011) osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi
degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan
dan sendi besar yang menanggung bebas.

Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran


sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali
berhubungan dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang,
obesitas, stress oleh beban tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya
(Wijaya, 2007).

2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini menurut
Purwoastuti (2009), antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan


adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis
bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada
penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.

b. Jenis kelamin wanita lebih sering

Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan


laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi
psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran
hormonal pada patogenesis osteoartritis.
c. Suku bangsa

Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing


suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan tulang.

d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya


resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan oateoartritis pada
sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban
mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.

f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus


menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu.
Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang berkaitan
dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

g. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan


timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.

h. Kepadatan tulang

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko


timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang
lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang
diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek.

3. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi (DB Kenneth, 2005).

Menurut B Mandelbaum (2005) tanda-tanda peradangan pada sendi tidak


emnonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis,
terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan, antara lain;

a. Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan


gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.

b. Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan


sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

c. Kaku pagi

Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi,


seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.

d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.

e. Pembesaran sendi (deformitas)

Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau


tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.

f. Perubahan gaya berjalan

Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau


panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan
fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian
pasien yang umumnya tua (lansia).

4. Patofisiologi
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi (Kapoor, 2011).
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsure penting pada rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena ialah sendi yang harus menanggung berat badan
seperti panggul, lutut, dan kolumna vertebratalis. Serta sendi interfalane distal
dan proksimal (DB Kenneth, 2005).
Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerak. Hal ini disebabkan oleh adanya nyeriyang dialami atau dirasakan oleh
karena penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut
(Wijaya, 2007).
Selain itu hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya peristiwa tertentu seperti
cedera sendi, infeksi sendi, deformitas konginetal dan penyekit peradangan
sendi lainnya yang akan mengakibatkan trauma pada kartilago yang bersifat
instrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligament atau
adanya perubahan metabolism sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal serta
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertrofi atau nodulus ( Kapoor, 2011).

5. Pathway
Terlampir

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami osteoarthritis
apabila tidak ditangani dengan serius menurut (B Mandelbaum, 2005) berupa
:
a. Komplikasi akut berupa osteonekrosis, rupture baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, dan yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Kapoor (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk lebih mendukung adanya Osteoartritis ialah
a. Foto polos sendi (Rontgen), menunjukan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,
pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), dan perubahan
bentuk sendi.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan
sendi
c. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos
d. Pemeriksaan laboratorium : Osteoartritis adalah gangguan atritis local,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakan diagnosis.
Pada pemeriksaan lab yang harus diperhatikan berupa pemeriksaan serum,
serta laju endapan eritrosit.
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Diet rendah purin:

Tujuan pemberian diet ini adalah untuk mengurangi pembentukan asam


urat dan menurunkan berat badan, bila terlalu gemuk dan
mempertahankannya dalam batas normal (DB Kenneth, 2005).

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status perkaiwinan, alamat, agaman
pekerjaan, penangung jawab. Data dasar pengkajian pasien tergantung
pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya
jantung, paru-paru, dan ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
remisi dan keberadaan bersama bentuk-bentuk artritis lainnya.
b. Riwayat kesehatan
c. Aktivitas / istirahat
Gejala : nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memperburuk
dengan stress pada sendi, kekakuan sendi pada pagi hari
Tanda : malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit konthraktur
atau kelainan pada sendi dan otot
d. Kardiovaskular
Gejala : fenomene raynaud jari tangan atau kaki, missal pucat
intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal.
e. Integritas ego
Gejala : faktor-faktor stress akut/kronis missal financial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidalberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri
missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota
tubuh.
f. Makanan dan cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi
makanan atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda : penurunan berat badan dan membrane mukosa kering
g. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain
h. Neurosensory
Gejala : kebas / kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi
pada jari tangan
Tanda : pembengkakan sendi asimetri
i. Nyeri / kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( diesertai atau tidak disertai
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan
kekakuan(terutama pada pagi hari)

j. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang , nodus subkutanes, lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
k. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri
2) Hambatan mobilitas fisik
3) Resiko cedera
4) Gangguan citra tubuh
5) Defisit perawatan diri : mandi / Hygiene
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta
:Graha Ilmu
B Mandelbaum, W David. 2005. Etiology and Pathophysiology of Osteoartritis.
ORTHO
Boedhi Darmojo & Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit UI.
DB Kenneth. 2005. Harrison principle of Internal medicine 16 th edition. Chapter 312
Osteoartritis. Mc Graw Hills 2036-2045.
Harsono. 2006. Buku Ajar Neurologis Klinis. Yogyakarta : Gajah Madah University
Press.
Kapoor, M. et al. 2011. Role of Pro-inflammattory Cytokines in pathophysiology
Osteoartritis. Nat. Rev. Rheumatol. 7, 33-42
Kushariyadi.2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba
Medika:Jakarta.
Mujahidullah, Khalid.2012. Keperawatan Gerontik : merawat lansia dengan kasih
sayang.Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta
Potter and perry.2009.Fundamental Keperawatan .Edisi 7. Jakarta :EGC.
Purwoastuti, E. 2009. Waspadai gangguan Rematik. Yogyakarta : Kanisius
Soenarto. 2007. Buku ajar usia lanjut (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta : Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan.Jakarta:salemba medika
Wijaya kusuma, H. 2007. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta :
Puspa swara
Pathways

Umur Jenis kelamin Genetik Suku Kegemukan

Kerusakan fokal tulang Pembentukan tulang baru


rawan sendi yang progresif pada tulang rawan, sendi dan
tepi sendi

Perubahan merabolisme
tulang

Peningkatan aktivitas enzim


yang merusak makro
molekul matriks tulang
rawan sendi

Perubahan kadar
proteoglikan

Berkurangnya kadar
proteoglikan

Perubahan sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air


tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan


sendi terbelah pecah dengan
robekan

Timbul laserasi

Osteoartritis

Anda mungkin juga menyukai