Di Susun Oleh :
1. Mudah jatuh
10. Berat badan menurun karena nafsu makan menurun, gangguan saluran
cerna, faktor sosio-ekonomi
12. Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektum
17. Keluhan perasaan dingin dan kesemutan anggota badan karena ggn
sirkulasi darah lokal, ggn syaraf umum dan lokal
18. Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal ginjal,
hepatitis kronis, alergi
b. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang
dimana masa atau kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis
osteoporosis, tipe I merujuk pada percepatan kehilangan tulang selama
dua dekade pertama setelah menopause, sedangkan tipe II adalah
hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya produksi
vitamin D.
c. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama
atau lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari
90mmHg, yang terjadi karena menurunnya elastisitas arteri pada proses
menua. Bila tidak ditangani, hipertensi dapat memicu terjadinya stroke,
kerusakan pembuluh darah (arteriosclerosis), serangan/gagal jantung,
dan gagal ginjal.
d. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa
dimana gula darah masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi diabetes melitus, dimana kadar
gula darah sewaktu diatas atau sama dengan 200 mg/dl dan kadar glukosa
darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola makan yang buruk,
kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM. Sebagai
ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM.
Beberapa gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih,
mudah lelah, berat badan terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka
yang lambat sembuh.
e. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan
fungsi intelektual dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga
mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-hari. Alzheimer merupakan
jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia lanjut. Adanya
riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah
(hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor
risiko terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan
individu dengan pendidikan rendah.
g. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi
sebuah sel mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya
yang masih sehat. Sel yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu
sebab sehingga ia tidak bisa lagi menjalankan fungsi normalnya.
Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa tahapan, mulai dari yang
ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal (kanker). Kanker
merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker
terjadi di atas usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul
kanker meningkat.
B. KONSEP DASAR PENYAKIT OSTEOARTRITIS
1. Definisi
Menurut Kapoor (2011) osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi
degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan
dan sendi besar yang menanggung bebas.
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa
faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini menurut
Purwoastuti (2009), antara lain;
a. Usia lebih dari 40 tahun
d. Genetik
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
g. Kelainan pertumbuhan
h. Kepadatan tulang
3. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan
istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi,
pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi (DB Kenneth, 2005).
a. Nyeri sendi
c. Kaku pagi
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
4. Patofisiologi
Penyakit sendi degenerative merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses
penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi (Kapoor, 2011).
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang
merupakan unsure penting pada rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom
menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di
sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi
yang paling sering terkena ialah sendi yang harus menanggung berat badan
seperti panggul, lutut, dan kolumna vertebratalis. Serta sendi interfalane distal
dan proksimal (DB Kenneth, 2005).
Osteoarthritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya
gerak. Hal ini disebabkan oleh adanya nyeriyang dialami atau dirasakan oleh
karena penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut
(Wijaya, 2007).
Selain itu hal ini dapat terjadi dikarenakan adanya peristiwa tertentu seperti
cedera sendi, infeksi sendi, deformitas konginetal dan penyekit peradangan
sendi lainnya yang akan mengakibatkan trauma pada kartilago yang bersifat
instrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligament atau
adanya perubahan metabolism sendi yang pada akhirnya mengakibatkan
tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal serta
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi,
deformitas, adanya hipertrofi atau nodulus ( Kapoor, 2011).
5. Pathway
Terlampir
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami osteoarthritis
apabila tidak ditangani dengan serius menurut (B Mandelbaum, 2005) berupa
:
a. Komplikasi akut berupa osteonekrosis, rupture baker Cyst, Bursitis.
b. Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, dan yang
terparah ialah terjadi kelumpuhan
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Kapoor (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
untuk lebih mendukung adanya Osteoartritis ialah
a. Foto polos sendi (Rontgen), menunjukan penurunan progresif massa
kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi, destruksi tulang,
pembentukan osteofit (tonjolan-tonjolan kecil pada tulang), dan perubahan
bentuk sendi.
b. Pemeriksaan cairan sendi dapat dijumpai peningkatan kekentalan cairan
sendi
c. Pemeriksaan artroskopi dapat memperlihatkan destruksi tulang rawan
sebelum tampak di foto polos
d. Pemeriksaan laboratorium : Osteoartritis adalah gangguan atritis local,
sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakan diagnosis.
Pada pemeriksaan lab yang harus diperhatikan berupa pemeriksaan serum,
serta laju endapan eritrosit.
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada
sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan
yang tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Diet rendah purin:
j. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang , nodus subkutanes, lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga,
demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
k. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.
2. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri
2) Hambatan mobilitas fisik
3) Resiko cedera
4) Gangguan citra tubuh
5) Defisit perawatan diri : mandi / Hygiene
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, lilik ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta
:Graha Ilmu
B Mandelbaum, W David. 2005. Etiology and Pathophysiology of Osteoartritis.
ORTHO
Boedhi Darmojo & Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri. Jakarta : Balai Penerbit UI.
DB Kenneth. 2005. Harrison principle of Internal medicine 16 th edition. Chapter 312
Osteoartritis. Mc Graw Hills 2036-2045.
Harsono. 2006. Buku Ajar Neurologis Klinis. Yogyakarta : Gajah Madah University
Press.
Kapoor, M. et al. 2011. Role of Pro-inflammattory Cytokines in pathophysiology
Osteoartritis. Nat. Rev. Rheumatol. 7, 33-42
Kushariyadi.2010. Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Maryam, S dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya .Salemba
Medika:Jakarta.
Mujahidullah, Khalid.2012. Keperawatan Gerontik : merawat lansia dengan kasih
sayang.Yogyakarta :Pustaka Pelajar.
Nugroho, W. 2008.Gerontik dan Geriatik. EGC: Jakarta
Potter and perry.2009.Fundamental Keperawatan .Edisi 7. Jakarta :EGC.
Purwoastuti, E. 2009. Waspadai gangguan Rematik. Yogyakarta : Kanisius
Soenarto. 2007. Buku ajar usia lanjut (ilmu kesehatan usia lanjut). Jakarta : Balai
penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Stanley M, Patricia GB.2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta:
EGC
Tamher,s,noorkasiani.2009.kesehatan usia lanjut dengan pendekatan
asuhan keperawatan.Jakarta:salemba medika
Wijaya kusuma, H. 2007. Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta :
Puspa swara
Pathways
Perubahan merabolisme
tulang
Perubahan kadar
proteoglikan
Berkurangnya kadar
proteoglikan
Timbul laserasi
Osteoartritis