Anda di halaman 1dari 38

FARMAKOLOGI II

ANTI PROTOZOA
TUGAS I

DISUSUN OLEH :

Nama : VERONICA SIMBOLON


Nim : 1801011442
Kelas : 3B

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan yang maha esa.

Karena dengan nikmat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan makalah ini. Yang saya hormati :

Ibu Yettrie Simarmata, S.Farm, M.Si., Apt selaku dosen pengajar di Institut

Kesehatan Helvetia Medan.

Dengan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang di harapkan, meskipun

waktu, tenaga, dan pikiran telah di perjuangkan dengan segala

keterbatasan yang penulis miliki, demi terselesaikannya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca umumnya. Penulis mohon kritik dan saran dari bapak dan

ibu-ibu demi tercapainya kesempurnaan makalah ini sehingga berguna

bagi semua pihak.

Medan, November 2019

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i

Daftar Isi .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar belakang.................................................................................. 1

1.2 Epidemiologi protozoa ..................................................................... 4

1.2.1 Malaria.................................................................................... 4

1.3 Perumusan masalah.......................................................................... 6

1.4 Tujuan .............................................................................................. 6

1.5 Manfaat ............................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 8

2.1 Protozoa ........................................................................................... 8

2.1.1 Pengertian ............................................................................... 8

2.1.2 Reproduksi protozoa............................................................... 12

2.1.3 Klasifikasi protozoa ................................................................ 12

2.1.4 Nutrisi protozoa ...................................................................... 19

2.1.5 Habitat protozoa ..................................................................... 19

2.1.6 Bentuk tubuh protozoa ........................................................... 21

2.1.7 Ciri-ciri protozoa .................................................................... 22

2.1.8 Morfologi protozoa................................................................. 24

2.1.9 Fisiologi protozoa ................................................................... 26

2.2 Penggolongan obat anti protozoa ..................................................... 27

2.2.1 Obat-obat anti protozoa amebiasis ......................................... 27

ii
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 31

3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 31

3.2 Saran ................................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata proto dan zoon,

yang artinya “binatang pertama”, merupakan protista eukariotik yang terdapat

sebagai sel sel tunggal dan dapat dibedakan dari protista eukariotik lain dari

kemampuannya beralih tempat pada tingkat tertentu dalam daur hidupnya dan dari

tiadanya dinding sel. Penelaan tentang protozoa dinamakan protozoologi.

Makhluk ini terutama berukuran mikroskopik. Kadang-kadang terbentuk koloni;

yaitu kumpulan sel sel sendiri (Jr, Pelczar, 2013).

Lebih dari 64.000 spesies protozoa telah dikenal. Diperkirakan 32.000

berupa fosil,22.000 merupakan bentuk bentuk yang hidup bebas, dan 10.000

adalah parasit. Dari yang terakhir ini, hanyalah beberapa spesies yang

menimbulkan penyakit pada manusia, tetapi spesies-spesies tersebut merupakan

bahaya kesehatan yang gawat bagi berjuta-juta manusia (Jr, Pelczar, 2013).

Gerak alih (lokomosi) merupakan patokan yang penting dalam diferensiasi

kelas pada protozoa. Ameba bergerak dengan mengeluarkan tonjolan berbentuk

jari, atau pseudopodia dari tubuhnya. Siliata beralih tempat dengan bantuan gerak

rambut-rambut yang sangat kecil, yaitu silia, yang terletak di seputar selnya.

Flagelata bergerak dengan bantuan flagela, yang biasanya terdapat diujung sel.

Sporozoa bergerak dengan meluncur (melunturkan tubuhnya), karena tidak

mempunyai organel luar untuk gerak alih (Jr, Pelczar, 2013).

1
Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan untuk

komunitas dalam lingkungan akuatik. Sebagai contoh, dalam perairan marin,

zooplankton (organisme seperti hewan) adalah protozoa yang hidup dari

fitoplankton (organisme seperti tumbuhan) yang fotosintetik. Pada gilirannya

mereka menjadi makanan bagi organisme-organisme laut yang lebih besar. Yang

teramat penting juga dalam keseimbangan ekologis pada banyak komunitas, baik

dalam lingkungan daratan basah maupun dalam lingkungan akuatik, ialah

protozoa saprofitik dan protozoa pemakan bakteri. Mereka memanfaatkan

substansi yang dihasilkan serta organisme-organisme yang terlibat dalam tingkat

dekomposisi akhir bahan organik (Jr, Pelczar, 2013).

Ada beberapa protozoa yang meyebabkan penyakit pada binatang, termasuk

manusia. Mereka itu berkembang biak di dalam inangnya, kurang lebih sama

seperti bakteri. Beberapa hanya hidup sebagai parasit obligat dan dapat

menyebabkan penyakit kronis atau akut pada manusia. Beberapa penyakit yang

disebabkan oleh protozoa pada manusia adalah amebiasis usus, penyakit tidur

Afrika, dan malaria (Jr, Pelczar, 2013).

Sel protozoa yang khas terbungkus oleh membran sitoplasma. Banyak yang

dilengkapi dengan lapisan luar sitoplasma, yaitu ektoplasmja, yang dapat

dinedakan dari sitoplasma bagian dalam, atau endoplasma. Kebanyakan struktur.

Selular terdapat pada endoplasma. Setiap sel protozoa palimng tidak mempunyai

satu nukleus. Akan tetapi, banyak protozoa mempunyai nukleus bahurangkap

(multiple nuclei) di sebagaian besar siklus hidupnya. Pada siliata terdapat satu

makronukleus besar dan satu makronukleus kecil. Makronukleus mengawasi

2
kegiatan metabolisme dan proses pertumbuhan serta proses regenerasi, sedangkan

mikronukleus mengendalikan kegiatan reproduksi (Jr, Pelczar, 2013).

Pelikel adalah lapisan yang meliputi membran sitoplasma sel. Pada

beberapa spesies ameba pelikel ini merupakan lapisan tipis dan tidak kompak.

Pelikel silata tebal dan acapkali mempunyai lekukan-lekukan dan struktur yang

beragam. Banyak protozoa membentuk struktur kerangka yang memberikan

kekakuan kepada sel-selnya. Lapisan penutup yang longgar ini yang ada disebelah

luar pelikel dinamakan cangkang dan cangkerang (shell); terdiri dari bahan

organik yang diperkuat dengan zat-zat anorganik seperti kalsium karbonat atau

silika. Adanya pelikel, dan bukannya dinding sel, sebagai penutup merupakan

salah satu ciri pembeda yang utama dalam kelompok protista ini (Jr, Pelczar,

2013).

Banyak protozoa dapat membentuk membentuk sista yang untuk sementara

merupakan seludang. Dengan cara ini bentuk-bentuk vegetatif, atau trofozoit,

melindungi dirinya terhadap bahaya dari alam sekitarnya, misalnya kekeringan

dan kehabisan makanan atau keasaman perut didalam inangnya. Tingkatkan

perkembangan spesies-spesies parasitik yang dipindahkan ke inang yang lain

selalu diseludangi oleh sistah resisten (Jr, Pelczar, 2013).

Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual.

Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian sel.

Anak-anak sel dapat berukuran sama atau tak sama. Jika ada dua sel anak, maka

proses pembagiannya ialah pembelahan biner, jika terbentuk banyak anak sel

maka berlangsung pembelahan bahurangkap (multiplefission). Pembelahan dapat

terjadi secara melintang atau secara membujur sepanjang selnya. Bertunas

3
(berkuncup), yaitu suatu bentuk reproduksi aseksual, juga umum. Reproduksi

seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa. Konjugasi, yang merupakan

penyatuan fisik sementara antara dua individu yang dibarengi dengan pertukaran

bahan nukleus, hanya dijumpai pada siliata. Beberapa protozoa mempunyai daur

reproduksi yang rumit, sebagian daripadanya harus berlangsung dalam inang

vertebrata sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam inang-inang lain. Sebagai

contoh, banyak spesies tripanosoma menghabiskan sebagian daur hidupnya dalam

sistem peredaran inang-inang vertebrata dan sebagian lagi dalam avertebrata

penghisap darah, seperti misalnya serangga (Jr, Pelczar, 2013).

1.2 Epidemologi Protozoa

1.2.1 Malaria

Secara ilmiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara

agent (parasit plasmodium spp), host defenitive (nyamuk anoples spp) dan host

intermedeiate (manusia). Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh

keberadaan dan fluktuasi populasi vektor (penular yaitu nyamuk (anopheles spp),

yang salah satunya dipengaruhi oleh intensitas curah hujan, serta sumber parasit

plasmodium spp. Adalah host yang menjadi penderita positif malaria tapi didaerah

endemis malaria tinggi, seringkali gejala kilinis pada penderita tidak muncul

(tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup didalam tubuhnya. Ini

disebabkan adanya perubahan tingkat resistensi manusia terhadap parasit malaria

sebagai akibat tingginya frekuensi kontak dengan parasit, bahkan dibeberapa

negara terjadinya kekebalan ada yang diturunkan melalui mutasi genetik. Keadaan

ini akan mengakibatkan penderita carrier (pembawa penyakit) atau penderita

4
malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic), setiap saat bisa menularkan parasit

kepada orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadiaan luar biasa (KLB)

malaria bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga. Selain penularan secara

ilmiah, malaria juga bisa ditularkan melalui tranfusi darah atau transdeplasenta

dari ibu hamil kebayi yang dikandungnya (Hakim, 2011).

Kejadian luar biasa (KLB) ditandai dengan peningkatan kasus yang

disebabkan adanya peningkatan populasi vektor sehingga transmisi malaria

meningkat dan jumlah kesakitan malaria juga meningkat. Sebelum peningkatan

populasi vektor, selalu disahului perubahan lingkungan yang berkaitan dengan

tempat perindukan potensial seperti luas perairan, flora serta karakteristik

lingkungan yang mengakibatkan meningkatanya kepadatan larva. Untuk

mencegah KLB malaria, maka peningkatan vektor perlu diketahui melalui

pengamatan yang bterus menerus (surveilans) (Hakim, 2011).

Ketika parasit dalam bentuk sporozoit masuk kedalam tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk anopheles spp, kurang lebih dalam waktu 30 menit akan

sampai kedalam sel hati. Selanjutnya akan melakukan siklus dalam sel hati

dengan berubah dari sporozoit menjadi schizon hati muda, kemudian tua dan

matang. Selanjutnya schizon hati yang matang akan melepaskan merozoit untuk

masuk kedalam sistem sirkulasi (Hakim, 2011).

Komponen epidemologi malaria terdiri dari agent malaria adalah parasit

plasmodium spp, host malaria, ada dua jenis yaitu manusia sebagai host

intermediate atau sementara karena tidak terjadi pembiakan seksual dan

lingkungan yaitu yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia dan nyamuk

vektor malaria (Hakim, 2011).

5
1.3 Perumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan protozoa ?

b. Bagaimana perkembangbiakan protozoa ?

c. Bagaimana bentuk tubuh protozoa ?

d. Bagaimana nutrisi pada protozoa ?

e. Bagaimana klasifikasi protozoa ?

f. Bagaimana fisiologi dari protozoa ?

g. Bagaimana ciri-ciri dari protozoa ?

1.4 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

di harapkan bermanfaat bagi kita semua serta untuk mendapat informasi tentang

hal-hal berikut :

a. Untuk mengetahui pengertian dari protozoa.

b. Untuk mengetahui perkembangbiakan dari protozoa.

c. Untuk mengetahui bentuk tubuh dari protozoa.

d. Untuk mengetahui nutrisi pada protozoa.

e. Untuk mengetahui klasifikasi protozoa.

f. Untuk mengetahui fisiologi dari protozoa.

g. Untuk mengetahui ciri-ciri dari protozoa.

6
1.5 Manfaat

Penulis dapat lebih memahami penjelasan mengenai anti protozoa, protozoa,

siklus hidup protozoa, nutrisi pada protozoa, dan klasifikasi protozoa. Dan juga

penulis dapat membantu pembaca untuk menambah wawasan mengenai

bagaimana reproduksi protozoa, ciri-ciri umum protozoa dan siklus hidup

protozoa.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Protozoa

2.1.1 Pengertian

Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari kata proto dan zoon,

yang artinya “binatang pertama”, merupakan protista eukariotik yang terdapat

sebagai sel sel tunggal dan dapat dibedakan dari protista eukariotik lain dari

kemampuannya beralih tempat pada tingkat tertentu dalam daur hidupnya dan dari

tiadanya dinding sel. Penelaan tentang protozoa dinamakan protozoologi.

Makhluk ini terutama berukuran mikroskopik. Kadang-kadang terbentuk koloni;

yaitu kumpulan sel sel sendiri (Jr, Pelczar, 2013).

Lebih dari 64.000 spesies protozoa telah dikenal. Diperkirakan 32.000

berupa fosil,22.000 merupakan bentuk bentuk yang hidup bebas, dan 10.000

adalah parasit. Dari yang terakhir ini, hanyalah beberapa spesies yang

menimbulkan penyakit pada manusia, tetapi spesies-spesies tersebut merupakan

bahaya kesehatan yang gawat bagi berjuta-juta manusia (Jr, Pelczar, 2013).

Gerak alih (lokomosi) merupakan patokan yang penting dalam diferensiasi

kelas pada protozoa. Ameba bergerak dengan mengeluarkan tonjolan berbentuk

jari, atau pseudopodia dari tubuhnya. Siliata beralih tempat dengan bantuan gerak

rambut-rambut yang sangat kecil, yaitu silia, yang terletak di seputar selnya.

Flagelata bergerak dengan bantuan flagela, yang biasanya terdapat diujung sel.

Sporozoa bergerak dengan meluncur (melunturkan tubuhnya), karena tidak

mempunyai organel luar untuk gerak alih (Jr, Pelczar, 2013).

8
Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan untuk

komunitas dalam lingkungan akuatik. Sebagai contoh, dalam perairan marin,

zooplankton (organisme seperti hewan) adalah protozoa yang hidup dari

fitoplankton (organisme seperti tumbuhan) yang fotosintetik. Pada gilirannya

mereka menjadi makanan bagi organisme-organisme laut yang lebih besar. Yang

teramat penting juga dalam keseimbangan ekologis pada banyak komunitas, baik

dalam lingkungan daratan basah maupun dalam lingkungan akuatik, ialah

protozoa saprofitik dan protozoa pemakan bakteri. Mereka memanfaatkan

substansi yang dihasilkan serta organisme-organisme yang terlibat dalam tingkat

dekomposisi akhir bahan organik Ada beberapa protozoa yang meyebabkan

penyakit pada binatang, termasuk manusia. Mereka itu berkembang biak di dalam

inangnya, kurang lebih sama seperti bakteri. Beberapa hanya hidup sebagai parasit

obligat dan dapat menyebabkan penyakit kronis atau akut pada manusia. Beberapa

penyakit yang disebabkan oleh protozoa pada manusia adalah amebiasis usus,

penyakit tidur Afrika, dan malaria (Jr, Pelczar, 2013).

Sel protozoa yang khas terbungkus oleh membran sitoplasma. Banyak yang

dilengkapi dengan lapisan luar sitoplasma, yaitu ektoplasma, yang dapat

dinedakan dari sitoplasma bagian dalam, atau endoplasma. Kebanyakan struktur.

Selular terdapat pada endoplasma. Setiap sel protozoa palimng tidak mempunyai

satu nukleus. Akan tetapi, banyak protozoa mempunyai nukleus bahurangkap

(multiple nuclei) di sebagaian besar siklus hidupnya. Pada siliata terdapat satu

makronukleus besar dan satu makronukleus kecil. Makronukleus mengawasi

kegiatan metabolisme dan proses pertumbuhan serta proses regenerasi, sedangkan

mikronukleus mengendalikan kegiatan reproduksi (Jr, Pelczar, 2013).

9
Stadium vegetatif atau stadium trofik protozoa yang hidup bebas terhadap

dalam semua lingkungan akuatik, pasir, tanah, dan bahan organik yang

membusuk. Juga ditemukan di daerah kutub, daratan tinggi, dan bahkan di

perairan hangat (30-56ºC) sumber air panas. Akan tetapi, kebanyakan protozoa

mempunyai temperatur optimum untuk tumbuh antara 16-25ºC, dengan

maksimumnya 36-40ºC. Stadium terensistasi dapat tahan variasi suhu yang lebih

tinggi daripada stadium trofik (Jr, Pelczar, 2013).

Beberapa protozoa dapat mengimbangi kisaran pH yang luas, misalnya dari

3,0-9,0. Akan tetapi, bagi sebagian besar protozoa, pH optimum bagi kegiatan

metabolisme yang maksimum berkisar 6,0-8,0. Bagi protozoa yang mempunyai

pigmen fotosintetik (protozoa seperti ini oleh beberapa ahli biologi dianggap

algae), cahaya itu perlu sekali. Tetapi pada galibnya protozoa itu nonfotosintetik.

Beberapa protozoa memperoleh nutrient organik terlarut melalui membran

sitoplasma, sebagaimana bakteri. Protozoa yang lain adalah holozoid; artinya

mereka menelan makanan sebagai partikel-partikel padat melalui rongga mulut.

Makanan yang ditelan itu biasanya ialah bakteri, ganggang, atau protozoa lain.

Setelah ditelan makanan itu terkurung dalam vakuola dan substansi yang

kompleks it sirombak oleh enzim-enzim menjadi bentuk terlarut yang dapat di

asimilasi. Bahan tertelan yang tidak terurai menjadi bentuk terlarut didalam

vakuola dapat dikeluarkan dari sel melalui pori anus atau dapat tetap ada di

vakuola tadi, yang kemudian bergerak ke permukaan sel, disitu vakuola tersebut

pecah dan membuka untuk membuang kotoran itu dari dalam sel (Jr, Pelczar,

2013).

10
Jikalau protozoa itu parasit, dapat hidup dari sel-sel inangnya dan zat alir

jaringannya. Parasit itu bahkan dapat memasuki sel-sel inangnya, hidup dari

sitoplasma dan nukleusnya. Akibat kegiatan ini, inang itu dapat mengalami

keadaan patologis. Kadang kala, interaksi itu dapat secara timbal balik memberi

keuntungan kepada kedua organisme yang berasosiasi itu. Asosiasi (hubungan)

seperti demikian dinamakan mutualisme. Sebagai contoh, flagellata tertentuk yang

hidup dalam usus rayap dan mencernakan selulose dalam kayu menjadi bentuk

yang dapat dimanfaatkan rayap tersebut. jika flagellata ini dihilangkan, maka

rayapnya mati; kalau flagelatanya dibuang dari usus rayap, mereka juga mati. Jadi

flagelata itu dilengkapi dengan lingkungan yang terlindung dan persediaan

makanan. Kebanyakan protozoa merupakan aerob obligat atau anaerob fakultatif.

Sedikit saja spesies anaerob obligat yang sudah dilaporkan (Jr, Pelczar, 2013).

Tabel Kelas Utama Protozoa

Cara
Kelompok Utama Cara Gerak Ciri-Ciri Lain
Berkembang
(Nama Umum)
Biak
Mastigophora Flagela (satu atau Pembelahan biner Nutrisinya
(flagelata) lebih) membujur; pada fototrofik,
beberapa heterotrofik atau
kelompok ada keduanya
reproduksi seksual

Sarcodina (ameba) Pseudopodia Pembelahan biner; Kebanyakan


terutama tak ada reproduksi spesies hidup
seksual bebas heterotrofik.

Ciliata (siliata) Pseudopodia Pembelahan biner Kebanyakan


terutama melintang, spesies hidup
reproduksi seksual bebas;

11
dengan konjugasi heterotrofik.

Sporozoa Gerak dengan Pembelahan Semua spesies


(sporozoa) meluncur atau bahurangkap; parasitik.
tidak bergerak; tak mungkin ada
ada anggota mikrogamet
lokomotor luar. berflagela pada
reprodksi seksual.

2.1.2 Reproduksi Protozoa

Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual.

Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian sel.

Anak-anak sel dapat berukuran sama atau tak sama. Jika ada dua sel anak, maka

proses pembagiannya ialah pembelahan biner, jika terbentuk banyak anak sel

maka berlangsung pembelahan bahurangkap (multiplefission). Pembelahan dapat

terjadi secara melintang atau secara membujur sepanjang selnya. Bertunas

(berkuncup), yaitu suatu bentuk reproduksi aseksual, juga umum (Jr, Pelczar,

2013).

Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa. Konjugasi,

yang merupakan penyatuan fisik sementara antara dua individu yang dibarengi

dengan pertukaran bahan nukleus, hanya dijumpai pada siliata. Beberapa protozoa

mempunyai daur reproduksi yang rumit, sebagian daripadanya harus berlangsung

dalam inang vertebrata sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam inang-inang

lain. Sebagai contoh, banyak spesies tripanosoma menghabiskan sebagian daur

hidupnya dalam sistem peredaran inang-inang vertebrata dan sebagian lagi dalam

avertebrata penghisap darah, seperti misalnya serangga (Jr, Pelczar, 2013)

12
2.1.3 Klasifikasi Protozoa

Filum protozoa dapat dibagi menjadi 14 utama (atau subfilum. Bergantung

pada penulisannya) yang didasarkan pada bentuk gerak ahlinya : flagelata,

amoeba, siliata, dan sporotozoa. Protozoa yang penting untuk kedokteran terdapat

kedalam keempat-empatnya (olson, 2004).

a. Flagelata

Flagelata dibagi menjadi dua kelompok; bentuk-bentuk seperti tumbuhan,

atau fitoflagelata, dan bentuk-bentuk seperti hewan, atau zooflagelata.

Fitoflagelata mengandung klorofil dan berisifat fotosintetik. Zooflagelata adalah

heterotrof. Kesemuanya membelah secara membujur, dan beberapa mempunyai

tingkatan reproduksi seksual (olson, 2004).

Berbeda dengan amoeba, sitoplasma flagelata dikitari oleh pelikel yang

nyata sehingga membantu memberi bentuk kepada organismenya. Selain flagela,

dari organisme itu menonjol membran yang berombak-ombak. Baik flagela

maupun membran yang menonjol itu digunakan untuk gerak alih dan atau

mengumpulkan makanan (olson, 2004).

Sejumlah flagelata menginfeksi manusia, menimbulkan penyakit pada alat

kelamin, usus, dan penyakit sistemik. Kebanyakan flagelata usus mempunyai

stadia trofik dan terensistasi. Tingkatan terensistasi ini, bila ada merupakan

tingkatan yang dapat dipindahkan kepada manusia. Kalau tidak, maka tingkatan

trofiklah yang infektif. Flagelata usus terdapat dalam usus halus, juga ada dalam

“cecum” (kantung yang menuju usus besar) dan usus besar. Beberapa, seperti

giardia lamblia, satu-satunya protozoa usus yang menimbulkan disentri atau diare

terutama ditemukan dalam dodenum (usus dua belas jari). Penularannya

13
berlangsung terutama melalui makanan atau minuman yang tercemar dam melalui

kontak dari tangan ke mulut. Yang dinamakan flagelata usus yang lain dijumpai

dalam saluran genital. Trichomonas vaginalis menimbulkan satu tipe vaginitis,

yaitu peradangan pada vagina dengan keluarnya cairan yang disertai rasa panas

seperti terbakar dan rasa gatal. Organisme itu tidak mempunyai stadium sista dan

menyebar sebagai penyakit kelamin (olson, 2004).

Selain flagelata usus, kelompok kedua yaitu hemoflagelata (atau bentuk-

bentk darah dan jaringan) dipindah sebarkan kepada manusia oleh serangga-

serangga penghisap darah, disitu menimbulkan infeksi-infeksi yang ganas dan

kadang kala mematikan. Genus yang dikenal ialah Trypanosoma dan Leishmania.

Trypanosomiasis mencakup penyakit tidur Afrika, sedangkan Leishmaniasis

menyebabkan lesio (luka patologis) pada kulit ataupun jeroan bergantung kepada

spesiesnya (olson, 2004).

b. Amoeba

Ameba memperoleh namanya dari kata yunani amoibe, yang berarti

“berubah” karena bentuknya senantiasa berubah-ubah. Ameba menggunakan

14
pseudopodia atau “kaki palsu”, yang sebenarnya merupakan perluasan

protoplasma agara dapat bergerak disuatu permukaan dan menelan partikel-

partikel makanan, yang terkurung dalam vakuole lalu dicerna disitu. Beberapa

ameba berkemampuan membentuk sista (olson, 2004).

Spesies-spesies genus entamoeba menghuni saluran pencernaan makanan

vertebrata. Banyak diantaranya, seperti misalnya ent, gingivalis, yang hidup

didalam mulut manusia, dan ent. Coli, yang menghuni usus manusia tidak

berbahaya. Akan tetapi, satu spesies yakni ent. Histolytica merupakan penyebab

disentri ameba atau amebiasis pada manusia. Penyebarannya terjadi karena

penelanan sista yang matang (dewasa) (olson, 2004).

Infeksi ameba pada manusia biasanya terbatas pada usus. Tetapi darah

kadang-kadang mengalirkan ameba ke organ-organ lain dalam tubuh, sehingga

mengakibatkan akses pada hati, paru-paru, limfa, perikardium (kantung jantung),

dan otak (olson, 2004).

c. Siliata

Siliata dapat dibagi kedalam dua kelompok; yang mempunyai silia pada

sebagian saja dari selnya dan yang silianya tersebar rata di seluruh sel. Silia

15
berfungsi untk bergerak disekitar alur-alur mulut atau rongga-rongga mulut, silia

menimbulkan efek pusaran air yang membantu pengumpulan makanan (olson,

2004).

Kebanyakan siliata membagi diri dengan pembelahan biner melintang.

Reproduksi seksual berlangsung dengan konjugasi dua sel, seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya, didalam setiap sel paling sedikit terdapat satu

makronukleus atau lebih mikronukleus (olson, 2004).

Kebanyakan siliata hidup bebas. Balantidium coli, suatu parasit, merupakan

satu-satunya spesies yang menyebabkan penyakit (diare berdarah) pada manusia.

Organisme ini hidup dalam saluran gastrointestinal beberapa vertebrata dan baik

trofozoid maupun sista dilakukan dalam tinja. Stadium terensistasi dapat

dipindah-sebarkan pada manusia kartena dapat bertahan hidup dalam tanah dan air

untuk beberapa waktu. Biasanya babi dianggap mempunyai peranan ;penting pada

penjangkitan manusia. Boleh jadi manusia menelan air dan makanan yang

tercemar sista yang terdapat dalam tinja babi (olson, 2004).

d. Sporozoa

Semua sporozoa hidup sebagai parasit pada satu atau lebih spesies hewan.

Bentuk-bentuk dewasanya tidak mempunyai organ pergerakan tetapi mungkin

pada satu stadium dalam daur hidup nya, bergerak dengan cara meluncur.

Soprozoa ini tidak dapat menelan partikel-partikel padat, tetapi hidup dari sel atau

alir tubuh inangnya (olson, 2004).

Banyak diantaranya mempunyai daur hidup yang rumit, stadia tertentu dapat

terjadi pada satu inang dan yang lain-lainnya pada inang berlainan. Kesemuanya

membentuk spora pada suatu saat pada sejarah hidupnya. Daur hidupnya itu

16
memperlihatkan pergiliran generasi antara bentuk seksual dan bentuk aseksual,

sedemikian rupa hingga inang intermediatnya biasanya dihuni oleh bentuk-

bentukn aseksual dan inang akhir didiami oleh bentuk-bentuk seksual. Terkadang

manusia berperan sebagai inang bagi kedua bentuk tersebut (olson, 2004).

Toksoplasmosis dan malaria merupakan penyakit manusia yang utama

disebabkan oleh protozoa. Toxoplasma gondii adalah penyebab penyakit

toksoplasmosis. Gejala-gejala penyakit ini sangat beragam tergantung kepada

lokasi parasit yang bersangkutan didalam tubuh. Mereka dapat

meniru,umpamanya, gejala meningitis dan hepatitis. Toxoplasma gondi adalah

yang paling luas penyebarannya diantara parasit-parasit yang yang menjangkiti

vertebrata. Lebih dari 50% orang dewasa di amerika serikat pernah dijangkiti pada

suatu ketika, tetapi penyakit itu pada manusiabiasanya tidak gawat dan tidak

memperlihatkan gejala. Biasanya penyembuhan spontan segera menyusul. Akan

tetapi, infeksi transplasental, yakni infeksi pada janin mnusia, dapat terjadi dengan

akibat-akibat yang mengkhawatirkan. Akibatnya dapat berupa bayi lahir mati atau

seorang anak dengan cacat mental dan gangguan-gangguan lainnya. Adalah

menarik bahwa parasit itu akan menjlani siklus reproduksi seksualnya hanya

dalam sel-sel usus hewan-hewan dari keluarga kucing, termasuk kucing

peliharaan (olson, 2004).

Sporozoa paling penting ialah yang menimbulkan malaria. Malaria adalah

penyakit asal-nyamuk pada manusia yang disebabkan oleh sporozoa yang

tergolong genus plasmodium yang menginfeksi hati dan sel-sel darah merah.

Inang akhir bagi parasit ialah nyamuk anofelin betina; reproduksi seksual

parasitnya terjadi dalam inang ini. Malaria merupakan salah satu pembunuh

17
terbesar bagi manusia sepanjangt zaman. Pada masa kini, telah ditaksir secara

berhati-hati bahwa sekitar 150 juta penduduk dunia menderita penyakit ini dan

bahwa sekitar 1,5 juta diantaranya akan mati karenanya (olson, 2004).

Empat spesies plasmodium menimbulkan bentuk bentuk malaria pada

manusia sebagai berikut:

a. Plasmodium vivax: malaria tersiana tak ganas (panas dingin berganti-ganti

pada ingterval 48 jam, atau setiap dua hari)

b. Plasmodium ovale: malaria tersiana tak ganas (gejalanya sama seperti untuk

plasmodium vivax).

c. Plasmodium malariae: malaria kuartana tak ganas (panas dingin pada interval

72 jam atau setiap hari ketiga).

Plasmodium falciparum: malaria tersiana ganas, (panas dingin tak beraturan,

jika tidak diobati acapkali fatal) (olson, 2004).

Daur hidup rumit yang dijalani plasmodium penyebab malaria itu dapat

digambarkan:

18
2.1.4 Nutrisi Protozoa

Daur hidup spesies spesies plasmodium yang menyebabkan penyakit

malaria. Reproduksi seksual terjadi didalam nyamuk. Reproduksi aseksual pada

manusia didalam sel-sel hati dan juga dalam sel-sel darah merah. Sprotozoit yang

diinjeksikan oleh gigitan nyamuk memasuki sel-sel hati melalui peredaran darah

dan memperbanyak diri secara aseksual (skizogoni), merozoit yang terbentuk

memasuki sel-sel darah merah. Gametosit yang terbntuk dari merozoit yang diisap

(disedot) dari darah oleh nyamuk yang menggigit dan diubah menjadi gamet

didalam perut serangga tersebut. Zigot secara eksternal menjadi sista pada dinding

perut dan membentuk oosista, yang melalui perbanyakan aseksual (sporogoni),

menghasilkan banyak sporozoit yang kemudian menyerbu kelenjar ludah nyamuk.

Dari situ mereka itu diinjeksikan melalui gigitan nyamuk kedalam mangsa

manjusia yang lain (olson, 2004).

2.1.5 Habitat Protozoa

Protozoa merupakan organisme heterotrof aerob, meskipun banyak protozoa

dapat hidup dalam kondisi anaerob saluran pencernaan. Dua kelompok protozoa

yang memiliki klorofil yaitu dinoflagellata dan euglenoid sering kali dipelajari

sebagai kelompok alga (olson, 2004).

Seluruh protozoa hidup dalam daerah berkadar air tinggi. Beberapa protozoa

mentranspor makanan melaui membran plasma, namun beberapa protozoa lainnya

memiliki struktur penutup protektif atau pelikel, sehingga memerlukan struktur

khusus untuk dapat menstranspor makanan. Cilliata mengambil bahan makanan

dengan cara melambaikan silia didepan struktur terbuka serupa mulut yangdisebut

sitostom. Amoeba melenal makanan dengan cara mengelilingi makanan dengan

19
menggunakan pseudopodian (kaki semu) dan memfagositosis makanan tersebut.

pada seluruh protozoa, pencernaan makanan berlangsung dalam vakuola

bermembran, sedangkan bahan buangan dikeluarkan melalui membran plasma

atau pori anal (olson, 2004).

Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu

makanannya berupa organisme lainnya. Ada pula holofilik (autotrof), yaitu dapat

mensistesis makanannya sendiri dan zat organik dengan bantuan klorofit dan

cahaya. Selain itu ada juga yang bersisfat saprofitik, yaitu menggunakan sisa

bahan organik dari organisme yang telah mati. Ada pula yang bersifat parasitik.

Apabila protozoa dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak

perbedaan tetapi ada persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk

peralihan dari bentuk sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan

evolusinya (olson, 2004).

Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umunya

hidup bebas dan terdapat dilautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa

spesies bersifat parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang

bersifat parasit dapat berupa organismne sederhana seperti algae, sampai

vertebrata yang kompleks, termasuk manusia. Beberapa spesies dapat tumbuh

didalam tanah atau pada permukaan tumbuh-tumbuhan. Semua protozoa

memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun. Beberapa jenis

protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain hidup

didasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada didanau, sungai, kolam,

atau genangan air. Ada pula protozoa yang bersifat parasit yang hidup didalam

usus termit atau didalam rumen hewan ruminansia (olson, 2004).

20
Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia karena mereka dapat

menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena mereka

memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.

Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni. Didalam ekosistem air protozoa

merupakan zooplankton. Permukaan tubuh protozoa dibayangi oleh membran sel

yang tipis, elastis, permeable, yang tersususun dari bahan lipoprotein, sehingga

bentuknya mudah diubah-ubah. Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar

(cangkok) dari zat kersik dan dapur (olson, 2004).

Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, protozoa

membentuk kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat didalam sel

diantara lain nucleus, badan golgi, mitokondria, plastida, dan vlakuola. Nutrisi

protozoa bermacam-macam. Ada yang holozoik (heterotrof), yaitu makanannya

berupa organisme lainnya. Ada pula holofilik (autotrof), yaitu dapat mensistesis

makanannya sendiri dan zat organik dengan bantuan klorofit dan cahaya. Selain

itu ada juga yang bersisfat saprofitik, yaitu menggunakan sisa bahan organik dari

organisme yang telah mati. Ada pula yang bersifat parasitik. Apabila protozoa

dibandingkan dengan tumbuhan unisel, terdapat banyak perbedaan tetapi ada

persamaannya. Hal ini mungkin protozoa merupakan bentuk peralihan dari bentuk

sel tumbuhan ke bentuk sel hewan dalam perjalanan evolusinya (olson, 2004).

2.1.6 Bentuk Tubuh Protozoa

Biasanya berkisar 10-50 µm, tetapi dapat tumbuh sampai 1 mm, dan mudah

dilihat dibawah mikroskop. Mereka bergerak di sekitar dengan cambuk seperti

ekor disebut flagela. Mereka sebelumnya jatuh dibawah keluarga protista. Lebih

dari 30.000 jenis yang telah di temukan. Protozoa terdapat diseluruh lingkungan

21
berair dan tanah, menduduki berbagai tingkat tropic. Tubuh protozoa amat

sederhana, yaitu terdiri dari satu sel tunggal (unisel) (olson, 2004).

Namun demikian, protozoa merupakan system yang serba bisa. Semua tugas

tubuh dapat dilakukan oleh satu sel saja tanpa mengalami tumpangg tindih.

Ukuran tubuhnya antaran 3-1000 mikron. Bentuk tubuh macam macam ada yang

seperti bola, bulat memanjang, atau seperti sandal bahkan ada bentuknya yang

tidak menentu (olson, 2004).

2.1.7 Ciri-ciri Protozoa

a. Organisme uniseluler (bersel tunggal)

b. Eukariotik (memiliki membran nukleus)

c. Hidup soliter (sendiri) atau berkoloni (kelompok)

d. Umumnya tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof)

e. Hidup bebas, saprofit atau parasit

f. Dapat membentuk sista untuk bertahan hidup

g. Alat gerak berupa pseudopodia, silia, atau flagela (olson, 2004).

22
Tipe nutrisi beragam, seperti:holozoik (memakan hewan utuh/hidup yang

ukurannya lebih kecil), holofitik (membuat makanan dengan potensi sendiri).

Saprozoik (memakan hewan lain yang sudah mati) dan saprofitik (membuat

makanan sendiri dari sisa bahan kimia disekitarnya). Tipe respirasi beragam,

seperti:obligat aerob (sangat butuh udara) dan fakultatif anaerob (akan hidup lebih

baik tanpa udara) (olson, 2004).

Ciri-ciri protozoa sebagai hewan adalah gerakannya yang aktif dengan silia

atau flagen, memiliki membran sel dari zat lipoprotein, dan bentuk tubuhnya ada

yang bisa berubah-ubah. Adapun yang bercirikan sebagai tumbuhan adalah jenis

protozoa yang hidup autotrof. Ada yang bisa berubah-ubah. Adapun yang

mencirikan sebagai tumbuhan adalah ada jenis protozoa yang hidup autotrof.

Perkembangbiakan bakteri dan amoeba berkembangbiakan amoeba dan bakteri

yang biasa dilakukan adalah dengan membelah diri (olson, 2004).

Dalam kondisi yang sesuai mereka mengadakan pembelahan secara setiap

15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti

menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya, menjadi dua

yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya bagian tengah

sitoplasma menggenting diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah

sitoplasma telah benar-benar terpisah, maka terbentuknya dua sel baru yang

masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pulak (olson,

2004).

Pada amoeba bila keadaan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin atau

panas atau kurang makan, maka amoeba akan membentuk kista. Didalam kista

amoeba dapat membelah menjadi amoeba-amoeba baru yang lebih kecil. Bila

23
keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan

amoeba-amoeba baru tadi dapat keluar. Selanjutnya amoeba ini akan tumbuh

setelah sampai pada ukuran tertentu dia akan membelah diri seperti semula (olson,

2004).

2.1.8 Morfologi Protozoa

Semua protozoa mempunya vakuola kontraktil. Vakuola dapat berperan

sebagai pompa untuk mengeluarkan kelebihan air dari sel, atau untuk mengatur

tekanan osmosis (olson, 2004).

Jumlah dan letak vakuola kontraktil berbeda pada setiap spesies. Protozoa

dapat berada dalam bentuk vegetatif (trophozoite), atau bentuk istirahat yang

disebut kista. Protozoa pada keadaan yang tidak menguntungkan dapat

membentuk kista untuk mempertahankan hidupnya. Saat kista berada pada

keadaan yang menguntungkan, maka akan berkecambah menjadi sel vegetatifnya.

Protozoa tidak mempunyai dinding sel, dan tidak mengandung selulosa atau khitin

seperti pada jamur dan algae (olson, 2004).

Kebanyakan protozoa mempunyai bentuk spesifik, yang ditandai dengan

fleksibilitas ektoplasma yang ada dalam membran sel. Beberaopa jenis protozoa

seperti foraminivera mempunyai kerangka luar sangat keras yang tersusun dari Si

dan Ca. Beberapa protozoa seperti difflugia, dapat mengikat partikel mineral

untuk membentuk kerangka luar yang keras. Radiolarian dan heliozoan dapat

menghasilkan skeleton. Kerangka luar yang keras ini sering ditemukan dalam

bentuk fosil. Kerangka luar foraminivera tersusun dari CaO2 sehingga koloninya

dalam waktu jutaan tahun dapat membentuk batuan kapur. Protozoa merupakan

24
sel tunggal, yang dapat bergerak secara khas menggunakan pseudopodia (kaki

palsu), flagela atau silia, namun ada yang tidak dapat bergerak aktif (olson, 2004).

Berdasarkan alat gerak yang dipunyai dan mekanisme gerakan inilah

protozoa dikelompokkan kedalam 4 kelas. Protozoa yang bergerak secara

amoeboid dikelompokkan kedalam sarcodina, yang bergerak dengan flagela

dimasukkan kedalam mastigophora, yang bergerak dengan silia dikelompokkan

kedalam ciliophora, dan yang tidak dapat bergerak serat merupakan parasit hewan

maupun manusia dikelompokkan kedalam sporozoa. Mulai tahun 1980, oleh

commitee on systematics and evolution of the society of protozoologist,

mengklasifikasikan protozoa menjadi 7 kelas baru, yaitu Sarcomastigophora,

Ciliophora, Acetospora, Apicomplexa, Microspora, Myxospora, dan

Labyrinthomorpha. Pada klasifikasi yang baru ini, Sarcodina dan Mastigophora

digabungkan menjadi satu kelompok Sarcomastigophora, dan Sporozoa karena

anggotanya sangat beragam, maka dipecah menjadi lima kelas (olson, 2004).

Contoh protozoa yang termasuk Sarcomastigophora adalah generasi

Monosiga, Bodo, Leishmania, Trypanosoma, Giardia, Opalina, Amoeba,

Entamoeba, dan Diffkugia. Anggota kelompok Ciliaphora antara lain generasi

Didinium, Tetrahymena, Paramaecium, dan Stentor. Contoh protozoa kelompok

Acetospora adalah generasi Paramyxa. Apicomplexa beranggotakan generasi

Eimeria, Toxoplasma, Babesia, Theileria. Generasi Metchnikovella termasuk

kelompok Microspora. Generasi Myxidium dan Kudoa adalah contoh anggota

kelompok Myxodpora (olson, 2004).

25
2.1.9 Fisiologi Protozoa

Protozoa umumnya bersifat aerobik nonfotosintetik, tetapi beberapa

protozoa dapat hidup pada lingkungan ananaerobik misalnya pada saluran

pencernaan manusia atau hewan ruminansia. Protozoa aerobik mempunyai

mitokondria yang mengandung enzim untuk metabolisme aerobik dan untuk

menghasilkan ATP melalui proses transfer elektron dan atom hidrogen ke

oksigen. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme

lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun pinositosis.

Protozoa yang hidup dilingkungan air, maka oksigen dan air maupun molekul-

molekul kecil dapat berdifusi melalui membran sel. Senyawa makromolekul yang

tidak dapat berdifusi melalui membran, dapat masuk sel secara pinositosis.

Tekanan cairan masuk melalui saluran pada membran sel, saat saluran penuh

kemudian masuk kedalam membrane yang berikatan dengan vakuola. Vakuola

kecil terbentuk, kemudian dibawa kebagian dalam sel, selanjutnya molekul dalam

vakuola dipindahkan ke sitoplasma (olson, 2004).

Parikel makanan yang lebih besar dimakan secara fagositosis oleh sel yang

bersifat amoeboid dan anggota lain dari kelompok Sarcodina. Partikel dikelilingi

oleh bagian membran sel yang fleksibel untuk ditangkap kemudian dimasukkan

kedalam sel oleh vakuola besar (vakuola makanan). Ukuran vakuola mengecil

kemudian mengalami pengasaman. Lisosom memberikan enzim kedalam

makanan tersebut untuk mencernakan makanan kemudia vakuola membesar

kembali. Hasil percernaan makanan didispersikan kedalam sitoplasma secara

pinositosis, dan sisa yang tidak tercer4na dikeluarka darti sel. Cara inilah yang

digunakan protozoa untuk memangsa bakteri. Pada kelompok ciliata, ada organ

26
mirip mulut dipermukaan sel yang disebut sitosom. Sitosom dapat digunakan

menangkap makanan dibantu dengan silia. Setelah makanan masuk kedalam

vakuola makanan kemudia dicernakan, sisa nya dikeluarkan dari sel melalui

sitopig yang terletak disamping sitosom (olson, 2004).

2.2 Penggolongan Obat Anti Protozoa

Defenisi dan Golongan Obat Protozoa adalah suatu mikroorganisme

berselsatu yang dapat menyebabkan infeksi pada sirkulasi darah ,saluran

pencernaan dan kandung kemih. Infeksi akibat protozoa yg paling terkenal adalah

malaria, disentri dan trikomoniasis. Obat antiprotozoa adalah senyawa yang

digunakan untuk pencegahan atau pengobatan penyakit parasit yang disebabkan

oleh protozoa. Obat-obat antiprotozoa sebagai berikut :

2.2.1 Obat – Obat Anti Protozoa Amebiasis

a. Chloroquine

Indikasi : Malaria, amubiasis hati.

Kontraindikasi : Perubahan retina dan gangguan lapang pandang,

hipersensitif, gangguan GI, kelainan darah yang

berat, hamil.

Sediaan : Malarex ( katzung, 2004).

b. Metronidazole

Indikasi : Terapi uretritis & vaginitis karena Trichomonas vaginalis,

amebiasis (intestinal & hepatik). Pencegahan infeksi anaerob pasca

operasi, giardiasis karena giardia lamblia ( katzung, 2004).

27
c. Primakuin

Indikasi : obat pilihan untuk eradikasi bentuk hepatik P ovale

yang dorman.

Kontraindikasi : primakuin tidak boleh diberikan pada penderita

dengan riwayat granulositopenia atau

methemoglobinemia, pada orang yang mendapat

obat yang berpotensi mielosupresif (misalnya,

kuinidin), dan penderita gangguan yang biasanya

meliputi mielosupresi ( katzung, 2004).

d. Meflokuin

Meflokuin merupakan terapi yang efektif pada banyak galur P

falciparum resisten-kloroquin dan spesies lainnya. Meskipun toksisitasnya

menjadi masalah meflokuin merupakan salah satu obat kemoprofilaktik

yang dianjurkan penggunaannya pada sebagian besar daerah endemik

malaria dengan galur resisten-kloroquin ( katzung, 2004).

Kimia dan farmakokinetik : meflokuin hidroklorida merupakan 4-

kuinolin metanol sintetik yang secara kimiawi berkaitan dengan kuinin.

Obat ini hanya dapat diberikan peroral karena menimbulkan iritasi

setempat yang berat pada pemberian parenteral ( katzung, 2004).

e. Benznidazole

Benznidazole merupakan suatu nitroimidazole yang diberikan secara

oral yang tampaknya mempunyai efikasi yang sama dengan nifurtimox

untuk pengobatan penyakit chagas’akut. Ketersediaan obat tersebut saat ini

28
terbatas. Toksisitas yang penting meliputi neuropati periver, ruam, gejala-

gejala gastrointestinal, dan mielosupresi ( katzung, 2004).

f. Melarsoprol

Indikasi : Arsenik trivalen yang merupakan terapi lini-pertama untuk

sistem saraf pusat lanjut trypanosomiasis afrika. Setelah pemberian

intravena, obat ini dieksresi dengan cepat, tetapi terakumulasi dengan

konsentrasi yang relevan secara klinis pada sistem saraf pusat dalam empat

hari ( katzung, 2004).

g. Nifurttimox

Indikasi : mengobati penyakit chgas’ akut, menurunkan keparahan

penyakit akut dan biasanya mengeliminasi parasit-parasit

yang dapat dideteksi.

Efek : mual, muntah, nyeri abdomen, demam, ruam,

kegelisahan, imnsomnia, neuropati, dan seizure (katzung,

2004).

h. Emetine dan Dehydroemetine

Emetine, suatu alkaloida yang berasal dari ipcac, dan dehydroemetine,

suatu analog sintetis yang efektif terhadap tofozoit jaringan dari E

histolytica, tetapi karena toksisitasnya besar, maka obat ini telah

digantikan oleh metronidazole. Obat ini diberikan secara parenteral karena

absorbsi preparat oral tidak teratur. Obat ini terakumulasi dalam jaringan

dan dieliminasi dengaan lambat melalui ginjal ( katzung, 2004).

29
i. Paromomycin Sulfate

Paromomycin sulfate merupakan obat antibiotik aminoglikosida

(aminoglycoside) yang tidak diabrobsi secara signifikan darinsaluran

cerna. Obat ini hanya digunakan sebagai amebisida lumen usus dan obat

ini tidak berefek terhadap infeksi-infeksi ameba ekstraintestinal. Obat ini

sedikit yang diabsorbsi dan dengan lambat dieliminasi tanpa mengubah

bentuknya, terutama oleh filtrasi glomeruler ( katzung, 2004).

j. Diloxanide Furoate

Diloxanide furoate merupakan derivat dari dichlorocetamida.

Merupakan suatu amebisida lumen usus yang efektif tetapi tidak aktif

terhadap trofozoit jaringan. Dalam usus, diloxanide furoate dipecah

menjadi diloxanide dan furoic acid; sekitar 90% diloxanide dengan cepat

diabsorbsi, kemudian dikonjugasikan kedalam bentuk glucuronide, yang

dikeluarkan melalui urine ( katzung, 2004).

k. Pentamidine

Pentamidine mempunyai aktivitas terhadap protozoa-protozoa

trypanosomatid dan terhadap P carinii, tetapi toksisitasnya bermakna

(katzung, 2004).

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Protozoa merupakan protista eukariotik yang terdapat sebagai sel sel

tunggal dan dapat dibedakan dari protista eukariotik lain dari

kemampuannya beralih tempat pada tingkat tertentu dalam daur hidupnya

dan dari tiadanya dinding sel.

b. Protozoa merupakan organisme heterotrof aerob, meskipun banyak

protozoa dapat hidup dalam kondisi anaerob saluran pencernaan.

c. Protozoa berperan sebagai mata rantai penting dalam rantai makanan

untuk komunitas dalam lingkungan akuatik. Beberapa protozoa

berbahaya bagi manusia karena mereka dapat menyebabkan penyakit

serius.

d. Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual.

Reproduksi aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian

sel. Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa.

e. Protozoa umumnya mendapatkan makanan dengan memangsa organisme

lain (bakteri) atau partikel organik, baik secara fagositosis maupun

pinositosis.

31
3.2 Saran

Penulis menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari

semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan,

itu datangnya dari penulis sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari

Tuhan yang maha esa.

32
DAFTAR PUSTAKA

Agustina,H. 2008.Kontaminasi Air dan Infeksi Amuba Asimptomatik, vol. 2,


nomor 5. Jurnal kesehatan masyarakat nasional.
http://media.neliti.com/media/publications/39510-ID-kontaminasi-air-
dan-infeksi-amuba-asimptomatik.
Tanggal akses 6 November 2019.

Elliott, T. 2009. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi, cetakan 2013, Penerbit


buku kedokteran, Halaman 115-125. Tanggal akses 6 November 2019.

Jawetz. Melnick & Adeberg. 2018. Mikrobiologi kedokteran, cetakan 2018, edisi
27, penerbit buku kedokteran, halaman 737-749.
Tanggal akses 6 November 2019.

Jawetz. Melnick & Adeberg. 1996. Mikrobiologi kedokteran, cetakan 1, edisi 20,
penerbit buku kedokteran, halaman 659-671.
Tanggal akses 6 November 2019.

Katzung, B, G. 2004. Farmakologi Dasar Dan Klinik, Cetakan 3, penerbit EGC,


halaman 1013, edisi 8. Tanggal akses 6 November 2019.

Lubis, C, P. 2005. Penggunaan obat antiamuba, vol. 10, nomor 4. The journal of
singapore paediatric society.
http://reository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/2005-
chairuddin.pdfsequence=I&isAllowed=y. tanggal akses 6 November
2019.

Kamienski, M., Keogh, J. 2006. Farmakologi Demystified. Yogyakarta : Rapha


Publishing. Halaman 312. Tanggal akses 23 Oktober 2019.

Maryatun. 2008. Entamoeba histolytica, vol.8, nomor 1. Jurnal kedokteran syiah


kuala. http://jurnal.unsyiah.ac.id/JKS/article/download/9427/7411.
Tanggal akses 6 November 2019.

Masters, S, B. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik, vol.2, cetakan 1, penerbit


EGC, edisi 12, halaman 1035. Tanggal akses 6 November 2019.

Mustofa. 2000. In Vitro Activity of the Divers of natural and Synthetic


Antimalarial, vol. 2, nomor 2. Indonesian Journal of Chemistry.
https://media.neliti.com/media/publications/53932-ID-malaria-
epidemologi-dan-diagnosis.
tanggal akses 6 November 2019.

Olson, J. 2004. Belajar Mudah Farmakologi, cetakan 1.halaman 615.


Tanggal akses 6 November 2019.

33
Osman, H. 2004. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi, cetakan 2013, Penerbit
buku kedokteran, Halaman 105-115. Tanggal akses 6 November 2019.

Pelczar, J, M. 2013. Dasar-dasar mikrobiologi, cetakan1,halaman 218.


Tanggal akses 6 November 2019.

Pratiwi, T, S. 2018. Mikrobiologi Farmasi, cetakan 2, halaman 189.


Tanggal akses 6 November 2019.

Prasiwi, D., Sundaryono, A., Handayani, D. 2018. Aktivitas Fraksi Etanol Dari
Ekstrak Daun Peronema canescend Terhadap Tingkat Pertumbuhan
Plasmodium berghei, vol. 2, nomor 1. Jurnal pendidikan dan ilmu
kimia. http://ejournal.unib.ac.id/ijc/article/21919/14624.
Tanggal akses 6 November 2019.

Sandjaja, B., 2007. Protozoologi Kedokteran, cetakan 1, halaman 79-86. Penerbit:


Jakarta – Indonesia. Tanggal akses 6 November 2019.

Santoso. 2011. Evaluasi Penggunaan Artesunat-Amodiakuin pada Pengobatan


malaria, vol. 39, nomor 2. Malaria jurnal.
https://www.malariajournal.comIcontent/3/1/18. Tanggal akses 6
November 2019.

Sudetja, L. 1995. Penapisan aktivitas antiprotozoa dalam biji saga, vol.5, nomor 1.
Jurnal kimia terapan indonesia.https://doi.org/10.14203/jkti.v5i1.246.
Tanggal akses 6 November 2019.

Tanu, I., 2016. Farmakologi dan Terapi, cetakan 5, edisi 6, halaman 728-736.
Penerbit EGC. Tanggal akses 6 November 2019.

Worthington, T. 2009. Mikrobiologi Kedokteran dan Infeksi, cetakan 2013, edisi


4, Penerbit buku kedokteran, Halaman 67-81.
Tanggal akses 6 November 2019.

34

Anda mungkin juga menyukai