Paternity Test
Paternity Test
Definisi
Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah
seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Pemeriksaan forensik
serologis yang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan kasus paternitas
adalah sistem ABO yang pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1910.
Setelah itu ditemukan sistem MNS dan rhesus pada tahun 1940. Pemeriksaan
serologi dengan menggunakan sistem-sistem ini terutama digunakan untuk
mengeksklusi seseorang yang dituduh sebagai ayah biologis seorang anak atau
dapat memastikan bahwa seorang pria pasti bukan ayah biologis anak tersebut.1,2,3
5) Orang yang ingin menentukan kakek nenek, hak waris atau apakah
kembar identik atau persaudaraan.
6) Orang-orang yang mencari masuk ke suatu negara dengan alasan bahwa
dia adalah kerabat dari seorang warga negara, atau seseorang yang berusaha
untuk menetapkan hak-hak lahir.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pengelompokan sistem yang digunakan dalam tes paternitas dibagi menjadi
empat yaitu:
a) Sistem sel darah merah terdiri dari: sistem ABO, Rhesus (Rh), MNS, Kell
(K), Duffy (Fy), Kidd (Jk), Lutheran.
b) Sistem biokimia meliputi pemeriksaan plasma protein dan enzim sel darah
merah terdiri dari: haptoglobin (Hp), phosphoglucomutase (PGM),
esterase D (EsD), erythrocyte acid phosphatase (EAP), glyoxalase (GLO),
adenosine deaminase (ADA), adenylate kinase (AK), group specific
component (GC), Gm dan KM.
c) Human Leucocyte Antigen (HLA) yang mengidentifikasi antigen pada
leukosit.
d) DNA profiling.
Pada prinsipnya dalam penyelesaian kasus disputed paternity (ragu ayah)
semakin banyak sistem yang diperiksa, maka peluang untuk memastikan bukan
ayah akan semakin besar. Dengan pemeriksaan semua serologi forensik yaitu
pemeriksaan sel darah merah, biokimia, dan HLA maka peluang eksklusi yang
memastikan bukan ayah sebesar 99,7% dengan pemeriksaan HLA yang
memberikan peluang eksklusi tertinggi yaitu sebesar 94%. Pemeriksaan dengan
serologi forensik kurang kuat jika dibandingkan dengan pemeriksaan DNA yang
memiliki peluang memastikan status keayahan sebesar 99,9%. Berikut ini tabel
peluang eksklusi bukan ayah dari masing-masing sistem pemeriksaan serologis
pada tes paternitas. 3
Rhesus 28.0
Kidd 19.0
Duffy 18.0
ABO 17.6
Kell 3.3
Lutheran 3.3
Protein Serum
GC 24,7
Hp 17,5
Glm 6.5
Km
6.0
Enzim sel darah merah
PGM
25.3
EAP
21.0
GPT
19.0
Glyoxalase
18.4
Esterase
9.0
AK
4.5
ADA
4.5
Human Leukocyte Antigen (HLA)
94.0
Total kombinasi semua sistem 99.7
3. Hasil analisis laboratorium atau profil DNA akan terlihat berupa pita-pita DNA
yang terdapat pada gel poliakrilamid. Pita DNA anak kemudian dibandingkan
dengan pita DNA ayah dan ibunya. Dapat dilihat bahwa masing-masing orang
memiliki dua pita sebagai representasi dua alel yang menggambarkan DNA pada
satu pasang kromosom. Salah satu pita pada kolom DNA anak sama tinggi dengan
salah satu pita ibu yang menunjukkan alel tersebut berasal dari ibu, artinya pita
anak yang kedua berasal dari pihak ayah terlihat bahwa salah satu pita ayah sama
tinggi dengan pita kedua anak. Kemudian dilakukan perhitungan statistik sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa pria tersebut kemungkinan besar adalah ayah
dengan kemungkinan sekian persen dibandingkan dengan orang lain dalam ras
yang sama.
Daftar Pustaka