Anda di halaman 1dari 7

SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3

September 2019

PENINGKATAN KAPASITAS KELOMPOK REMAJA SADAR


LINGKUNGAN SEKITAR SM TANJUNG PEROPA DI DESA
PUUNDIRANGGA KABUPATEN KONAWE SELATAN
Sahindomi Bana, Nur Arafah, La Baco S, Abdul Manan, Umar Ode Hasani, Zulkarnain
Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo
Kampus Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari 93232 Sulawesi Tenggara

E-mail: omiesoil@gmail.com

ABSTRAK

Kawasan hutan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa (SM Tanjung Peropa) adalah salah satu kawasan
konservasi yang ada di provinsi Sulawesi tenggara (SK Menteri Kehutanan No: 393/Kpts- VII/1986
tanggal 23 Desember 1986). SM Tanjung Peropa tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat terlebih
kawasan ini berbatasan langsung dengan pemukiman masyarakat.Kecamatan Laonti merupakan
kecamatan terluas dari tiga kecamatan yang berbatasan langsung dengan kawasan SMTanjung Peropa
seluas 422,53 Km2. Peran masyarakat dalam pengelolaan kawasan lingkungan hutan sangat diperlukan
sebagai daerah penyangga agar kelestarian lingkungan dapat berkelanjutan. Pemahaman sadar lingkungan
adalah untuk menjaga kelangsungan lingkungan sebagai bagian dari tujuan pengelolaan kawasan hutan
dan untuk memastikan bahwa masyarakat juga dapat menikmati keuntungan dari kelestarian kawasan
hutan. Sehinggadiperlukan peningkatan kapasitas dan pengetahuan lokal tentang kelestarian lingkungan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat terintegrasi KKN-Tematik ini dilakukan dengan tujuan
membentuk kelompok remaja sadar lingkungan, meningkatkan kesadaran remaja tentang fungsi
lingkungan kawasan hutan konservasi SM Tanjung Peropa dan melaksanakan aksi sadar lingkungan
sekitar SMTanjung Peropa. Metode yang digunakan adalah metode partisipatif dengan kegiatan berupa
orientasi masalah lapangan, pembentukan kelompok remaja sadar lingkungan Desa Puundirangga,
pelatihan penyusunan rencana aksi kelompok remaja sadar lingkungan, dan eduwisata bersama kelompok
remaja sadar lingkungan.Kegiatan ini mampu meningkatkan kepedulian dan kreaktifitas mahasiswa
terhadap permasalahan konservasi hutan dan kelestarian lingkungan, meningkatkan partisipasi dosen dan
mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat, terbentuknya kelompok remaja sadar lingkungan dan
meningkatnya kesadaranmasyarakat akan fungsi lingkungan SM Tanjung Peropa.

Kata Kunci : Desa Pundirangga, Remaja Sadar Lingkungan, SM Tanjung Peropa

PENDAHULUAN jenis flora dan 41 jenis fauna (BKSDA,


Kawasan hutan Suaka Margasatwa 2009).
Tanjung Peropa adalah salah satu kawasan Kawasan Suaka Margasatwa Tanjung
konservasi (suaka alam) yang ada di Peropa juga tidak dapat dipisahkan dengan
provinsi Sulawesi tenggara yang di tetapkan masyarakat terlebih kawasan Hutan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Konservasi yang berbatasan langsung
Kehutanan Nomor: 393/Kpts- VII/1986 dengan pemukiman masyarakat.
tanggal 23 Desember 1986.Kawasan Suaka MacKinnonet al, (1990)yang mengatakan
Margasatwa Tanjung Peropa memiliki bahwa interaksi antara masyarakat dengan
sumber daya alam yang sangat tinggi. hutan membentuk dua pola kegiatan yaitu
Wilayah kawasan suaka margasatwa tanjung kegiatan positif dan kegiatan negative.
peropa memiliki 4 (empat) tipe formasi Bentuk interaksi dan adaptasi positif
hutan yakni hutan primer, hutan sekunder, maupun negatif sangat dipengaruhi oleh
hutan transisi (hutan pantai) dan hutan payau pengetahuan lokal dari masyarakat setempat.
(mangrove). Adapun jenis flora dan fauna Pengetahuan masyarakat yang bermukim di
yang berada pada kawasan Suaka sekitar kawasan SM Tanjung Peropa akan
Margsatwa Tanjung Peropa yang berdampak pada kebutuhan hidup dan
terindentifikasi yaitu sedikitnya terdapat 18 kebutuhan lahan, baik untuk pemukiman
maupun lahan pertanian. Hal ini munkin
332
SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3
September 2019

akan meningkatkan kemungkinan hidup. Oleh karena itu, sistem


perambahan pada kawasan Suaka pengetahuan lokal suatu kelompok
Margasatwa Tanjung Peropa. masyarakat tidak mustahil akan berbeda
Bentuk-bentuk interaksi masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya
desa dengan kawasan hutan tercermin dari (Rosyadi, 2014). Kartawinata (2011)
kegiatan-kegiatan masyarakat seperti menjelaskan mengenai konsep kebu-
mengumpulkan hasil hutan, antara lain dayaan, bahwa kebudayaan dalam
bahan pangan, kayu bakar, pakan ternak, realitasnya sebagai satu istilah yang erat
umbi-umbian serta hasil dari jenis jasa hutan dengan kehidupan masyarakat.
lainnya (Ardiansyah 2009). Suatu kawasan Peran masyarakat dalam pengelolaan
hutan pada umumnya berbatasan dengan kawasan hutan sangat diperlukan. Untuk itu,
pemukiman penduduk, lahan pertanian, maka perlu dijelaskan kepada masyarakat
perkebunan, perikanan, kerajinan pentingnya pembangunan kawasan hutan
masyarakat, serta sektor kegiatan lainnya. dan tujuan dari daerah penyangganya agar
Keadaan ini menyebabkan terjadinya kelestarian lingkungan dapat berkelanjutan.
interaksi antara potensi sumber daya alam Pemahaman sadar lingkungan adalah untuk
yang terdapat di dalamnya dengan menjaga kelangsungan lingkungan sebagai
masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya bagian dari tujuan pengelolaan kawasan
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan hutan dan untuk memastikan bahwa
hidupnya (Alikodra, 1983). masyarakat juga dapat menikmati
Pengetahuan lokal atau sering juga keuntungan dari kelestarian kawasan hutan
disebut indigenous knowledge atau local (Samsudin, 2005).
knowledge adalah konsep-konsep Pengabdian kepada masyarakat
mengenai segala sesuatu gejala yang terintegrasi KKN-Tematikdilaksanakan pada
dilihat, dirasakan, dialami ataupun yang Bulan Juli-Agustus 2019 di Desa
dipikirkan, diformulasikan menurut pola Puundirangga Kecamatan Laonti Kabupaten
dan cara berpikir suatu kelompok Konawe Selatan. Kegiatan ini dilakukan
masyarakat. Sistem pengetahuan lokal dengan tujuan
berkenaan dengan aspek-aspek kehidupan 1. Membentuk kelompok remaja sadar
masyarakat yang sangat luas. Ia bisa lingkungan
berkenaan dengan alam semesta 2. Meningkatkan kesadaran remaja tentang
(cosmology), flora, fauna, benda-benda, fungsi lingkungan kawasan hutan
aktivitas, maupun peristiwa-peristiwa yang konservasi SM Tanjung Peropa
pernah terjadi (Rosyadi, 2014). 3. Melakukan aksi sadar lingkungan sekitar
Pengetahuan lokal merupakan hasil dari SM Tanjung Peropa
proses belajar berdasarkan persepsi
masyarakat sebagai pelaku utama BAHAN DAN METODE
pengelolah sumberdaya lokal. Metode yang digunakan pada
Kecamatan Laonti merupakan pelaksanaan KKN-Tematik ini adalah
kecamatan terluas dari tiga kecamatan yang metode partisipatif dengan kegiatan sebagai
berbatasan langsung dengan kawasan Suaka berikut :
Margasatwa Tanjung Peropa seluas 422,53 1. Orienstasi masalah lapangan
Km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Laonti 2. Pembentukan kelompok remaja sadar
10859 Jiwa dengan jumlah desa sebanyak 20 lingkungan dari Desa Puundirangga
desa. Desa Puundirangga termasuk dalam 3. Penyuluhan fungsi lingkungan SM
Kecamatan Laonti. Desa Puundirangga Tanjung Peropa
memiliki luas wilayah 5,5 Km2 dan Jumlah 4. Pelatihan penyusunan rencana aksi
penduduk 459 Jiwa dengan pertambahan kelompok remaja sadar lingkungan
penduduk rata-rata pertahu 10% dari jumlah 5. Eduwisata bersama kelompok remaja
angka kelahiran pertahun. Pengetahuan sadar lingkungan
lokal masyarakat setempat sangat terkait Dalam pelaksanaan kegiatan KKN-
dengan lingkungan alam, sosial, maupun Tematik ini, Dosen pembimbing bersama
budaya di mana kelompok masyarakat itu mahasiswa peserta KKN Tematik akan
hidup dan melakukan aktivitas-aktivitas bermitra dengan masyarakat dan pemerintah
utamanya dalam upaya mempertahankan setempat (desa dan kecamatan).
333
SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3
September 2019

HASIL DAN DISKUSI  PembentukanKelompok Remaja Sadar


 Orientasi Masalah Lapangan Lingkungan Dari Desa Puundirangga
Kegiatan ini dilakukan melalui survey Remaja harus terlibat aktif dalam
dengan komunikasi langsung dengan menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga
pemerintah kecamatan dan desa, tokoh remaja harus dibekali pengetahuan,
masyarakat, masyarakat, kelompok pemuda kesadaran dan keterampilan untuk menjaga
serta ke para remaja desa tentang kelestarian lingkungan. Karena kegiatan
pemahaman terutama tentang keberadaan yang dimulai sejak remaja, maka masa
SM Tanjung Peropa. Kelompok mahasiswa depan lingkungan akan menjadi lebih baik.
telah menerima tugas sesuai topik dan
menerima penjelasan umum untuk data dan
informasi awal. Dari kegiatan ini
diidentifikasi permasalahan, pemahaman,
serta potensi yang ada di masyarakat.

Gambar 2. Pembentukan Kelompok


Remaja Sadar Lingkungan

Pendidikan lingkungan dapat


disampaikan melalui tiga cara. Pertama,
Gambar 1. Orientasi masalah lapangan pendidikan formal oleh sekolah, perguruan
tinggi, dan lembaga pemerintah. Kedua,
Dari hasil lapangan yang diperoleh pendidikan non-formal oleh pendidikan
terlihat bahwa secara umum kehidupan tidak melalui sekolah formal atau
masyarakat Desa Puundirangga sangat pelembagaan. Pengetahuan, keahlian dan
tergantung pada lingkungan sekitar terutama nilai-nilai diajarkan oleh keluarga, teman,
yang berpencaharian sebagai petani. Namun, atau anggota-anggota suatu komunitas.
untuk para remaja belum begitu menyadari Umumnya pendidikan non-formal dilakukan
pentingnya SM Tanjung Peropa. Hal ini oleh organisasi-organisasi nonpemerintah
karena sejak kecil telah merasakan kondisi peduli lingkungan. Ketiga, pendidikan
alam seperti saat ini (adanya sumber air, informal yaitu pendidikan sehari-hari dan
udara sejuk, sungai yang jernih, keindahan terus menerus dari pengalaman hidup diluar
alam), tanpa memahami bahwa ini adalah pendidikan formal dan non-formal yang
hasil jasa lingkungan dari adanya SM terorganisasikan, mencakup pembelajaran
Tanjung Peropa. Hal ini mengindikasikan dalam keluarga, tempat kerja, dan kehidupan
betapa pentingnya membentuk kelompok sosial (Nomura dan Hendarti, 2005).
remaja sadar lingkungan. Yang pada Edukasi lingkungan yang dilakukan kegiatan
akhirnya bisa diberi pemahaman untuk bisa ini merupakan jenis edukasi formal karena
mejaga kelestarian lingkungan terutama SM diinisiasi oleh perguruan tinggi melalui
Tanjung Peropa agar kelestarian yang kegiatan pengabdian kepada masyarakat
dirasakan saat ini bisa terus berlangsung. terintegrasi KKN-TEMATIK. Kegiatannya
Soenarno (2014) menyatakan bahwa jasa adalah dengan melakukan pembentukan
lingkungan berarti memanfaatkan potensi kelompok remaja sadar lingkungan. Hal ini
lingkungan tanpa harus merusak lingkungan berupaya agar menanamkan sejak remaja
tersebut. Sehingga diperlukan sumber daya tentang pentingnya kesadaran diri menilai
manusia sebagai pengelola dan pemanfaat kondisi lingkungan agar dapat terjaga
sumber daya alam yang mampu kelestariannya. Kelompok remaja yang
memasukkan prinsip kelestarian alam dan terbentuk ada 4 yaitu:
lingkungan dalam usaha-usaha pemanfaatan 1. Kelompok Bank Sampah
sumber daya alam dan lingkungan. Kelompok ini terfokus pada
pengumpulan serta pembelian sampah yang
ada di Desa Puundirangga. Adapun kegiatan
334
SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3
September 2019

yang dilakukan oleh kelompok ini yaitu Sekolah alam remaja puundirangga
pengumpulan sampah anorganik di Desa terfokus pada pendalaman ilmu terkait
Puundirangga. dengan lingkungan dan kehutanan. Dalam
kelompok ini melakukan diskusi dalam
ruangan, obervasi lapangan dan
pembelajaran di alam terbuka. Pelaksanaan
kegiatan ini yaitu melakukan pertemuan 4
kali seminggu dimana dalam pertemuan itu
diisi dengan diskusi terkait dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Gambar 3. Kegiatan Pengumpulan kemasan
bekas (sampah anorganik)

2. KelompokProduk Sampah Remaja


Pundirangga
Kelompok remaja ini merupakan
kelompok yang memproduksi hasil sampah
menjadi kreativitas kerajinan dan
memanfaatkan sampah utamanya sampah Gambar 6. Kegiatan belajar ruangandan di
plastik. Kegiatan yang dilaksanakan pada alam terbuka
kelompok ini yaitu pembuatan kerajinan
tangan dengan menggunakan barang atau  Penyuluhan Fungsi Lingkungan SM
kemasan bekas serta diperjualkan Tanjung Peropa
Kegiatan penyuluhan fungsi lingkungan
SM Tanjung Peropa dilakukan dengan
pemaparan materi ke masyarakat tentang
pentingnya keberadaan SM Tanjung Peropa.
Hal ini bertujuan agar masyarakat
memahami bahwa ada hubungan
ketergantungan masyarakat dengan
lingkungan.
Gambar 4. Kegiatan pembelajaran terkait
dengan produksi sampah dan pembuatan
kerajianan (tas) dari kemasan bekas
3. Kelompok Gerakan Remaja Penghasil
Tanaman
Gerakan remaja penghasil tanaman
merupakan kelompok yang berberak dalam
bidang pembenihan, pembibitan dan Gambar 7.Penyuluhan fungsi lingkungan
penanaman seperti tanaman. Pelaksanaan SM Tanjung Peropa
kegiatannya adalahpembibitan dan
penanaman. Outputnya, dari kegiatan pengabdian
kepada masyarakat terintegrasi KKN-
TEMATIK ini diharapkan ada peningkatan
pemahaman masyarakat tentang keberadaan
dan peranan SM Tanjung Peropa terhadap
lingkungan sekitar terhadap kehidupan
mereka.
Peranan suaka margasatwa sangat
Gambar 5. Kegiatan persiapan pembenihan penting dalam kehidupan, yakni dari segi
dan persiapan penanaman ekologi bisa menyediakan dan manjaga tata
air. Apalagi berdasarkan data kurang lebih
4. KelompokSekolah Alam Remaja
Puundirangga ada 13 desa yang memanfaatkan air yang
merupakan jasa lingkungan dari SM
Tanjung Peropa salah satunya yakni Desa
335
SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3
September 2019

Puundirangga. Kemudian fungsi lainya yang mengklaim diri punya kewenangan


yakni menyerap karbon dan air karena masih terhadap masalah-masalah lingkungan.
dipenuhi pohon-pohon sehingga kemapuan Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
menyerap air sangat tinggi. SM Tanjung remaja sadar lingkungan didasarkan pada
Peropa memiliki fungsi pokok menjaga para remaja telah menerima pemahaman
mutu kehidupan manusia yaitu sebagai tentang kana pentingnya menjaga kelestarian
wilayah perlindungan sistem penyangga lingkungan. Kegiatan ini berupa pendidikan
kehidupan dan menjadi wilayah pengawetan lingkungan (environmental education)
keanekaragaman tumbuhan dan satwa (Schusler & Krasny, 2010). Aksinya
beserta ekosistemnya. Dalam fungsinya terwujud dalam aktivitas seperti penyampai
sebagai wilayah perlindungan sistem pesan pendidikan dan melakukan gerakan
penyangga kehidupan, kawasan ini memiliki lingkungan terkait sampah.
fungsi sebagai pengatur tata air (fungsi
hidrologis). Mata air dari kawasan itu
mengalirkan air ke sungai dan dimanfaatkan
oleh sekitar 13 desa di wilayah tersebut
(BKSDA, 2009).Diperkirakan mencapai 60
ton per hektar serapan karbonnya, sehingga
kalau di total sangat banyak dari luar suaka
margasatwa sekitar 38.000 ton. Penelitian
Marwah (2016) menunjukkan bahwa SM Gambar 8. Kegiatan aksi kelompok
Tanjung Peropa memiliki cadangan C yang remaja sadar lingkungan
cukup tinggi yaitu 327,64ton per hektar,
sehingga total cadangan C yang terdapat  Eduwisata bersama kelompok remaja
pada hutan SM Tanjung Peropa sebesar sadar lingkungan
329.605,84 ton Eduwisata adalah suatu program dimana
Sebagai penyedia oksigen, SM Tanjung peserta kegiatan wisatamelakukan
Peropa sebagai penyumbang udara segar, perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu
jadi sangat penting dijaga kelangsungan dalam suatu kelompokdengan tujuan utama
maupun kelestariannya.Keberadaan mendapatkan pengalaman belajar secara
pepohonan yang masih banyak menciptakan langsung terkaitdengan lokasi yang
iklim mikro sehingga udara sangat segar. dikunjungi (Rodger, 1998). Kegiatan yang
Selain itu, fungsi iklim mikro membuat dilakukan bersama kelompok remaja sadar
suasana kondisi disekitar SM Tanjung lingkungan ditujukan agar memberi kesan
Peropa yang sejuk dan sangat cocok untuk dan pemahaman kepada remaja tentang
pertumbuhan berbagai jenis tanaman. keindahan lingkungan sekitar mereka
melalui kegiatan bersama yang di kemas
 Aksi kelompok remaja sadar lingkungan rekreasi namun tetap disisipi dengan
Gerakan lingkungan disebabkan kegiatan belajar akan pemberian jasa
meluasnya krisis lingkungan hidup yang lingkungan SM Tanjung Peropa. Keindahan
disertai dengan tumbuhnya kesadaran alam yang dirasakan selama ini bukan
masyarakat akan pentingnya menjaga sekedar tampak begitu saja, namun
lingkungan. Sejumlah pakar sosiolog merupakan hasil timbal balik antara perilaku
lingkungan Amerika Serikat menyatakan masyarakat dengan lingkungan SM Tanjung
gerakan lingkungan di setiap negara dapat Peropa.
dibagi ke dalam tiga komponen (Aditjondro,
2003). Public environmentalist, yakni para
masyarakat memperbaiki lingkungan
melalui sikap dan tindakan. Organized
environmentalist, yakni mereka yang
bergerak melalui organisasi-organisasi yang
khusus bertujuan berusaha memperbaiki
lingkungan. Institusional environmental
movement organization, yakni mereka yang Gambar 9. Kegiatan eduwisata
bergerak melalui birokrasi-birokrasi resmi
336
SENADIMAS UNISRI ISBN: 978-602-73158-5-3
September 2019

Kesadaran yang diharapkan muncul dari Air Hingga Masa Mendatang. WWF.
kegiatan ini, tertanam di hati dan pikiran Indonesia
remaja Desa Puundirangga bahwa jasa BPS Konawe Selatan, 2018. Kecamatan
lingkungan (udara sejuk, sungai jernih, Laonti Dalam Angka 2018. Kendari:
keindahan alam) akan hilang apabila tidak Percetakan Metro Graphia
dijaga kelestariannya. Kartawinata, AM. (ed). 2011. Kearifan
Lokal di Tengah Arus Modernisasi.
KESIMPULAN Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kegiatan ini mampu meningkatkan Kebudayaan Badan Pengembangan
kepedulian dan kreaktifitas mahasiswa Sumber Daya Kebudayaan dan
terhadap permasalahan konservasi hutan dan Pariwisata. Jakarta: Kementerian
kelestarian lingkungan, meningkatkan Kebudayaan dan Pariwisata Republik
partisipasi dosen dan mahasiswa dalam Indonesia
memberdayakan masyarakat, terbentuknya Marwah, S. 2016. Potensi Cadangan Karbon
kelompok remaja sadar lingkungan dan Pada Hutan Suaka Margasatwa Tanjung
meningkatnya kesadaran masyarakat akan Peropa Dalam Implementasi INDC dan
fungsi lingkungan SM Tanjung Peropa Inisiatif Mitigasi Lokal. Jurnal
Ecogreen 2 (2): 115 – 122
UCAPAN TERIMA KASIH Nomura, Ko dan H Latipah (ed). 2005.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Environmental Education and NGOs in
LPPM UHO atas bantuan biaya pada Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor
kegiatan pengabdian kepada masyarakat Indonesia
terintegrasi KKN-TEMATIK melalui DIPA Rodger, D. 1998.Leisure,learning, and
UHO 2018. travel. Journal of Physical Education,
Recreation & Dance 4 (69) : 28–31
DAFTAR PUSTAKA/RUJUKAN Rosyadi. 2014. Sistem Pengetahuan Lokal
Aditjondro, GJ. 2003. Pola-pola Gerakan Masyarakat Cidaun – Cianjur Selatan
Lingkungan, Refleksi untuk Sebagai Wujud Adaptasi Budaya.
Menyelamatkan Lingkungan dari Bandung: Balai Pelestarian Nilai
Ekspansi Modal. Yogyakarta: Pustaka Budaya (BPNB) Bandung
Pelajar Samsudin. 2005. Karakteristik dan pola
Alikodra, HS. 1983. Rancangan Pembinaan perambahan kawasan taman nasional
Daerah Penyangga Taman Nasional di gunung gede pangrango. Skripsi tidak
Jawa Barat. Proyek Pola Pengamanan diterbitkan. Bogor: Fakultas Kehutanan
Daerah Penyangga Kawasan Institut Pertanian Bogor
Pelestarian Alam/ Taman Nasional Soenarno, SM. 2014. Pembelajaran Materi
1982/1983. Bogor: Departemen Jasa Lingkungan. Jurnal Formatif 4(2):
Kehutanan Direktorat Jenderal PHPA 150-156
BKSDA III Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor:
Ardiansyah, S. 2009. Kajian interaksi 393/Kpts- VII/1986 tanggal 23
masyarakat dengan hasil hutan non- Desember 1986.
kayu: Studi kasus di KPH Banyuwangi
Utara, Perum Perhutani Unit II Propinsi
Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor: Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor
Birgantoro, B, A dan Nurrochmat, D, R.
2007. Pemanfaatan sumberdaya hutan
oleh masyarakat di KPH Banyuwangi
Utara. Jurnal Manajemen Hutan
Tropika 8 (1): 172-181
BKSDA. 2009. Suaka Margasatwa Tanjung
Peropa Melindungi Kantung-Kantung

337

Anda mungkin juga menyukai