Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bathymetri merupakan kegiatan survei hydrografi dengan tujuan untuk

memetakan profil permukaan dasar perairan (massa air) dengan metode tertentu.

Perairan (massa air) dapat meliputi embung, danau, sungai, dan laut. Namun

massa air yang dipengaruhi oleh dinamika pasang surut dapat meliputi laut dan

sungai (sungai besar/kecil yang bermuara dengan laut). Karena kegiatan ini

berhubungan langsung dengan media air, dimana dinamika muka air selalu

berubah-ubah sehingga di dalam proses perhitungan datanya memerlukan

beberapa koreksi, diantaranya adalah perhitungan data harmonik pasang surut

yang bertujuan untuk mencari level atau bidang datum yang disepakati (mean sea

level) sebagai acuan dalam memetakan profil permukaan dasar perairan. Selain

itu, kedudukan bidang datum juga dapat digunakan sebagai referensi titik ikat di

darat. Pengikatan stasiun pengamat pasut dilakukan dengan pengukuran sipat

datar untuk menentukan beda tinggi nol palem relatif terhadap titik pengikat. Jika

selisih tinggi palem terhadap titik ikat diketahui, maka selisih tinggi tersebut

nantinya akan digunakan untuk mendefinisikan tinggi titik ikat itu sendiri setelah

datum vertikal ditentukan dengan pengamatan pasang surut. (Mochamadha, 2008)

Pasang surut adalah pergerakan naik turunnya permukaan air secara

berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik

dari benda-benda astronomi oleh bumi, bulan dan matahari (Dronkers, 1964).

Keadaan dinamika permukaan air yang selalu berubah-berubah secara periodik

1
2

dapat dijadikan penentuan tinggi titik nol (datum) dengan cara merata-ratakan

data tinggi permukaan air yang diamati dalam rentang waktu tertentu.

Pengambilan data dinamika perubahan permukaaan air tersebut dikenal dengan

istilah pengamatan pasut atau pengamatan pasang surut.

Rentang waktu pengamatan pasang surut yang lazim dilakukan untuk

keperluan praktis menurut Poerbondono & Eka Djunasjah (2005) adalah 15 atau

29 piantan (1 piantan = 25 jam) atau 15 hari pengamatan dan 30 hari pengamatan

dengan interval waktu perekaman data adalah 15, 30, dan 60 menit. Kegiatan

pengamatan pasang surut pada masa sekarang dapat dilakukan dengan mudah,

ditunjang dengan teknologi modern, dimana aktivas perekaman interval data dapat

menggunakan sebuah alat perekam fluktuasi muka air secara otomatis dan digital,

yang dikenal dengan istilah Digital Automatic Tide Gauge.

Ditinjau dari segi teknis perekaman datanya, beberapa faktor kondisi cuaca

alam dan karakteristik lokasi pengamatan seperti badai, angin kencang yang

mengakibatkan gelombang besar, arus lalu lintas transportasi air dan faktor

kesalahan alat (instrument error) tidak menutup kemungkinan dapat

mempengaruhi kuantitas data yang diperoleh, sehingga diperlukan analisis koreksi

penyimpangan data (standar deviasi) terhadap rentang waktu pengamatan.

Analisis harmonik pasut dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah

satunya adalah menggunakan metode kuadrat terkecil (Least Square) yang

merupakan metode analisis harmonik untuk mendapatkan solusi dari persamaan

elevasi pasang surut.


3

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah

dalam tugas akhir ini adalah bagaimana menentukan rentang waktu pengamatan

yang paling optimal dengan melihat nilai variansi atau standar deviasi terkecil dari

perbandingan beberapa pengamatan pasang surut dengan rentang waktu

pengamatan selama 15, 30, 45, dan 60 hari pada masing-masing lokasi

pengamatan.

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari tugas akhir ini adalah memperoleh tipe dan prediksi

pasang surut pada lokasi penelitian; memperoleh rentang waktu pengamatan yang

optimal dari perbandingan beberapa rentang waktu pengamatan pasang surut

selama 15, 30, 45, 60 hari dan rentang waktu pengamatan per 15 hari untuk

masing-masing lokasi pengamatan.

I.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat yang ingin dicapai dari hasil

penelitian ini adalah mengetahui hasil pengamatan pasang surut yang paling

optimal dengan mengambil beberapa rentang waktu pengamatan. Jika diperoleh

hasil optimal dari satu rentang waktu pengamatan yang dianggap paling

mendekati parameter, maka cukup dengan rentang waktu tersebut sudah dapat

ditentukan nilai prediksi pasut. Manfaat berikutnya yang ingin dicapai adalah

mengetahui tipe pasut dan nilai prediksi pasut pada lokasi penelitian.

Anda mungkin juga menyukai