ABSTRACT
ABSTRAK
59
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
60
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
(multimoda). Artinya, berbagai moda dapat dengan masalah berlalu lintas. Perumusan
dikombinasikan dengan baik, eisien, serta kebijakan publik dalam berlalu lintas
efektif, sehingga orang dapat berpindah dari merupakan inti dari kebijakan publik.
satu jenis angkutan ke angkutan lainnya Mengingat, kebijakan publik dalam
dengan cepat, murah, aman, dan nyaman. berlalu lintas, ditujukan untuk intervensi
Dengan demikian, menurut Haryanto kehidupan publik (Anderson, dalam
(2009: 1647), perumusan kebijakan Tachjan, 2006: 23), maka, penelitian
transportasi selayaknya merupakan terhadap implementasi kebijakan dalam
suatu tindakan yang komprehensif, yang berlalu lintas merupakan analisis yang
setidak-tidaknya harus memperhatikan bersifat evaluatif dengan konsekuensi
aspek penataan ruang wilayah perkotaan, lebih melakukan retrospeksi ketimbang
perlindungan lingkungan, ketertiban prospeksi. Artinya, evaluasi tersebut
umum, dan penegakan aturan hukum. berusaha mengenali sejauh mana efek yang
Perumusan kebijakan transportasi yang semula direncanakan untuk dicapai oleh
tidak memperhatikan aspek-aspek sosial kebijakan transportasi telah terealisasi, dan
kemasyarakatan dapat menimbulkan dampak (yang terduga atau tidak terduga
konlik-konlik yang tidak perlu, dan sebelumnya) yang ditimbulkan olehnya.
cenderung kontra produktif. Jadi, jika perumusan kebijakan
Dalam penjelasannya, Haryanto transportasi di Jakarta hanya dimaksudkan
(2009: 1647) mengemukakan bahwa dalam untuk mengatasi kemacetan lalu lintas
era reformasi yang mensyaratkan adanya belaka, maka hal itu dapat dianggap
proses demokratis dalam pengambilan sebagai kebijakan yang bersifat reaktif,
keputusan, peranserta masyarakat karena hanya semata-mata diambil sebagai
(public participation) adalah suatu reaksi atas timbulnya masalah tertentu
elemen yang sangat penting. Perumusan (yaitu kemacetan lalu lintas). Karena itu,
kebijakan transportasi yang “otoriter”, dapat terjadi suatu masalah terpecahkan,
tidak transparan dan sama sekali tidak tapi timbul masalah baru (tataran
melibatkan peranserta masyarakat dapat implementasinya) yang dampaknya lebih
membuat suatu kebijakan yang sebagus berat dan kompleks. Namun, jika kebijakan
apa pun menjadi tidak efektif dalam transportasi dirumuskan selain untuk
pelaksanaannya. Llyod Wright (dalam memecahkan masalah kemacetan lalu lintas
Haryanto, 2009: 1647) mengemukakan dan juga untuk memberikan kenyamanan
sebagai berikut. “…typically a signiicant kepada masyarakat dalam melakukan
barrier to the actual implementation of perjalanan, menegakkan hukum tata ruang,
a BRT system is neither technical nor mengurangi pencemaran lingkungan,
inancial in nature. More often, it is a lack meningkatkan kesejahteraan masyarakat
of political will and lack of communication dan sebagainya, maka, perumusan
and participation from key actors that kebijakan itu bukanlah sesuatu yang
ultimately undermines a project’s progress. reaktif, melainkan antisipatif (Haryanto,
Communications are important not only in 2009: 1649).
term of obtaining public approval but also Banyak hal yang harus diperhatikan
provide the design insights from the people dalam hubungannya antara implementasi
who will use the system”. kebijakan sistem transportasi darat di
Dengan demikian dalam penelitian Jakarta dengan kesejahteraan sosial
ini dapat ditegaskan, bahwa kebijakan masyarakat, misalnya masalah pendidikan,
publik di bidang transportasi merupakan kesehatan, tingkat penghasilan, kebutuhan
segala sesuatu yang dikerjakan dan yang sandang dan papan, serta tertib hidup dalam
tidak dikerjakan oleh pemerintah terkait masyarakat lingkungannya, adalah faktor-
61
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
faktor yang cukup menentukan terhadap tasi kebijakan sistem transportasi darat
kesejahteraan masyarakat. Dengan dan dampaknya terhadap kesejahteraan
terciptanya keadaan sejahtera dalam suatu sosial di Jakarta, adalah suatu kegiatan
masyarakat, maka, masyarakat tersebut untuk mengoperasikan sebuah program,
akan merasakan ketenteraman lahir dan sehingga, diperlukan sebuah organisasi
batin. Dengan demikian, hakikatnya, (organization) yang merupakan
kesejahteraan sosial masyarakat Jakarta pembentukan atau penataan kembali
adalah merupakan gambaran tentang sumber daya, unit-unit serta metode untuk
keseluruhan aspek-aspek yang terdapat menjadikan kebijakan sistem transportasi
dalam kehidupan masyarakatnya. tersebut dapat berjalan. Dalam kaitan ini
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dikemukakan hasil wawancara dengan
maka, tujuan dalam penelitian ini adalah informan yang menjelaskan bahwa
memahami dan menganalisis tentang pada dasarnya organisasi sebagai wadah
implementasi kebijakan sistem transportasi berbagai aktivitas dari organisasi tersebut
darat dan dampaknya terhadap kesejahteraan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertama,
sosial masyarakat di Jakarta. Penelitian struktur yang merupakan suatu cetak biru
ini menggunakan metode kualitatif, guna organisasi dan menunjukkan bagaimana
lebih melihat perspektif emik, yaitu orang dan pekerjaan dikelompokkan
memandang sesuatu upaya membangun bersama.
pandangan subyek penelitian yang rinci, Struktur ini meliputi desain pekerjaan
dibentuk dengan kata-kata, gambaran (mengacu pada proses yang digunakan
holistik dan mendalam (thik description) para pimpinan organisasi merinci isi,
serta menemukan makna (verstehen) metode dan hubungan setiap pekerjaan
(Moleong, 2006: 6). Data dianalisis untuk memenuhi tuntutan organisasi dan
dengan menggunakan teknik trianggulasi individu). Dalam kaitan ini, dikemukakan
(Sugiyono, 2007: 426). Penentuan Informan bahwa dari segi sosiologi hukum, terdapat
adalah dengan purposive sampling. Teknik dua opsi yang dapat dipilih dalam
pengumpulan data dengan observasi, perumusan kebijakan sistem transportasi.
wawancara, dan dokumen. Analisis data Pertama, kebijakan dirumuskan sesuai
atas variabel Implementasi Kebijakan dengan tingkat kesadaran hokum dan
Sistem Transportasi Darat dilakukan kebutuhan masyarakat yang nyata-nyata
dengan dimensi Organisasi (Organization); ada sekarang ini. Ke dua, dengan melakukan
Interpretasi (Interpretation); dan dimensi rekayasa sosial (social engineering), yang
Penerapan (Application). Selanjutnya, ditujukan untuk mengarahkan perubahan
untuk variabel Kesejahteraan Sosial sikap mental, kesadaran, dan kebutuhan
dianalisis atas dimensi Terpenuhinya masyarakat pada suatu sistem transportasi
Kebutuhan Material dan Spiritual; yang menurut pendapat pemerintah (pusat
Terpenuhinya Kebutuhan Sosial; Hidup mau pun daerah) dianggap sebagai sesuatu
Layak; Mampu Mengembangkan Diri; dan yang baik, perlu, dan sesuai dengan
dimensi Fungsi Sosial. perkembangan jaman.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
Hasil dan Pembahasan terkait desain organisasi di sini lebih
menekankan tentang masalah kerangka
1. Variabel Implementasi Kebijakan hukum (legal framework), dan merupakan
Sistem Transportasi Darat hal yang sangat penting dalam menentukan
Dimensi Organisasi (Organization) keberhasilan suatu kebijakan transportasi.
Perumusan kebijakan transportasi haruslah
Pemahaman atas variabel implemen-
memiliki landasan hukum yang jelas, dan
62
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
63
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
64
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
65
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
satu masalah mendasar dalam pelayanan ada, dan karena itu tidak ada suatu sistem
angkutan umum. Sikap awak angkutan transportasi yang dapat diberlakukan
umum dan gangguan keamanan yang dengan tingkat keberhasilan yang
terjadi mengakibatkan masyarakat semakin sama di semua tempat. Di samping itu,
enggan memanfaatkannya dan mereka menurut hasil trianggulasi menunjukkan
yang masih memiliki pilihan lain seperti bahwa Jakarta juga memerlukan sistem
mencicil pembelian sepeda motor beralih transportasi antarmoda dan sistem
ke moda lain. Kondisi ini mengakibatkan transportasi angkutan umum terpadu
menurunnya jumlah pengguna angkutan (multimoda). Artinya, berbagai moda dapat
umum, sehingga biaya operasi pun menjadi terkombinasikan dengan baik, efektif serta
semakin mahal, akibatnya perawatan eisien, sehingga orang dapat berpindah
dan pelayanan menjadi semakin buruk. dari satu jenis angkutan ke angkutan
Hubungan sebab akibat ini akan terus lainnya dengan cepat, murah dan nyaman.
terjadi hingga pada akhirnya pelayanan Dalam kaitan ini legalitas
angkutan umum pun mati dan tidak dapat penyelenggaraan transportasi antarmoda
beroperasi lagi. Kondisi halte dan terminal atau multimoda di Jakarta khususnya dan
bagi angkutan umum pun tidak memadai. Indonesia pada umumnya telah tersedia, di
Bahkan banyak di antara halte yang telah antaranya adalah UU No. 38 Tahun 2004
beralih fungsi menjadi lokasi berdagang. tentang Jalan; UU No. 22 Tahun 2009
Dengan demikian, implementasi tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
kebijakan sistem transportasi darat ini harus PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan
pula mempertimbangkan infrastruktur Multimoda; dan Kepmenhub No. 49 Tahun
penunjang. Implementasi kebijakan 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional;
transportasi tanpa adanya perencanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011
yang matang berkaitan dengan penyediaan tentang Angkutan Multimoda; Peraturan
infrastruktur penunjang, akan berakibat Presiden Nomor 26 Tahun 2012; Peraturan
tumpulnya implementasi kebijakan Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun 2012
tersebut. Terkait hal ini, Haryanto (2009: tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan
1648) memberikan contoh, jika infrastruktur Angkutan Multimoda.
jalan yang tersedia tidak memungkinkan Pada umumnya kajian transportasi
bagi tersedianya jalur busway, maka, berfokus pada jaringan transportasi,
tidak masuk akal jika pemerintah daerah lokasi, struktur, arus, dan signiikansi serta
memaksakan digunakannya sistem pengaruh jaringan terhadap ruang ekonomi
busway untuk daerahnya. Sebaliknya, jika yang berkaitan dengan pengembangan
infrastruktur yang ada dapat menunjang wilayah dengan prinsip ketergantungan
diimplementasikannya Bus Rapid antara jaringan dengan ruang ekonomi
Transport System (Sistem Transportasi Bus sebagaimana perubahan aksesibilitas.
Cepat), maka, keliru jika pemerintah daerah Dalam hal ini semakin baik suatu jaringan
tidak memikirkan pendayagunaan sistem transportasi maka aksesibilitasnya
transportasi massal ini untuk memecahkan juga semakin baik sehingga kegiatan
kemacetan lalu lintas dan atau kekurangan ekonomi juga semakin berkembang.
transportasi publik di daerahnya. Contoh dari betapa pentingnya peran
Pada pokoknya, suatu sistem transportasi bagi pengembangan wilayah
transportasi yang sangat bagus untuk suatu perkotaan adalah fenomena yang terjadi
kota, belum tentu cocok untuk diterapkan daerah ibukota Jakarta, daerah ibukota
di kota lainnya. Kecocokan penerapan mengalami kemajuan yang sangat pesat
suatu system transportasi haruslah dengan adanya sarana transportasi yang
mempertimbangkan semua faktor yang memadai. Kemajuan yang sangat pesat ini
66
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
memberikan beban yang sangat berat pada warga negara agar dapat hidup layak dan
daya dukung lingkungannya. mampu mengembangkan diri, sehingga
Perkembangan ini didukung pula oleh dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
adanya akses tol sehingga memudahkan Dengan demikian dapat ditunjukkan,
mobilisasi penduduk antar wilayah. Keadaan bahwa dimensi atas Variabel Kesejahteraan
ini memicu fenomena berkembangnya kota Sosial di sini meliputi a. Terpenuhinya
baru/pemukiman berskala besar, seiring kebutuhan material dan spiritual; b.
dengan berkembangnya kawasan industri. Terpenuhinya kebutuhan sosial; c. Hidup
Kota- kota baru tersebut dibangun untuk layak; d. Pengembangan diri; dan e. Fungsi
memenuhi kebutuhan akan perumahan sosial.
beserta berbagai sarana pendukungnya, Dimensi Terpenuhinya Kebutuhan
serta aktivitas kawasan industri sebagai Material dan Spiritual
basis ekonomi kota baru. Akibat dari Terkait bahasan tentang terpenuhinya
pembangunan dari tol ini maka muncul kebutuhan material atas pelaksanaan
beberapa kota-kota baru. Dampak dari sistem transportasi darat di Jakarta, berikut
perkembangan wilayah ini bermacam- adalah penjelasan yang diberikan Informan
macam mulai dari masalah sosial sampai bahwa transportasi darat terdiri atas 2, yaitu
pada sektor ekologi kelingkungan. Masalah- transportasi jalan raya, dan transportasi
maslah ini terjadi setelah prasarana jalan rel. Dalam transportasi jalan raya ini
transportasi misalnya jalan merambah meliputi transportasi yang menggunakan
masuk ke daerah yang sebelumnya tidak alat angkutan berupa manusia, binatang,
terjangkau. pedati sepeda, sepeda motor, becak, bus,
Masalah ekologi yang ditimbulkan truk, dan kendaraan bermotor lainnya.
antara lain masalah banjir yang terjadi di Transportasi jalan rel. adalah menggunakan
Jakarta setiap tahun bahkan dalam jangka alat angkutan berupa kereta api, yang
lima tahunan akan terjadi banjir yang terdiri atas lokomotif, gerbong, tangki,
lebih dari biasanya disebut sebagai banjir boks khusus, trailer dan kereta penumpang.
lima tahunan. Hal ini mengakibatkan Jalan yang digunakan berupa rel baja, baik
penggandengan daerah hulu untuk dua rel maupun monorel.
mengatasi masalah tersebut. Daerah itu Lebih lanjut dijelaskan bahwa
adalah Cianjur, sehingga pemerintah pada dasarnya, tujuan pembangunan
memasukkan Cianjur dalam Jabodetabek adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
menjadi Jabodetabekjur untuk menangani masyarakat baik secara material maupun
masalah tersebut. Masalah lain yang spiritual. Arti dari kesejahteraan di sini
timbul karena perkembangan wilayah adalah suatu kondisi atau keadaan yang
yang disebabkan oleh jalur transportasi aman, tenteram, selamat dan tercukupi
ini adalah ketidakeisienan trasnportasi kesenangan hidup serta makmur, sedangkan
atau dalam menggunakan kendaraan. material merupakan sesuatu yang
Hal ini disebabkan karena daerah berhubungan dengan benda dan spiritual
yang berkembang tersebut tidak dapat yang terkait dengan rohani. Dengan begitu,
mengimbangi laju jumlah kendaraan maka, kesejahteraan material dan
dengan sarana transportasi. spiritual dapat diartikan sebagai kondisi
masyarakat yang merasa aman, tenteram,
2. Variabel Kesejahteraan Sosial selamat dan tercukupi semua kebutuhan
hidupnya yang berkait dengan kebutuhan
Dalam penelitian ini, kesejahteraan harta benda; yaitu sandang, pangan, papan
sosial adalah “Kondisi terpenuhinya dan kesenangannya, serta kebutuhan
kebutuhan material, spiritual, dan sosial
67
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
68
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
69
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
70
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
71
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
panjang, sepatu, sandal jepit, handuk, oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Dewan
perlengkapan ibadah. Pengupahan Kota (DPK). Sementara,
3. Perumahan: Sewa kamar sederhana, Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/
dipan, tempat tidur, kasur dan bantal, Kota adalah suatu lembaga non struktural
seprei dan sarung bantal, meja dan kursi, yang bersifat tripartit, dibentuk oleh
lemari pakaian, sapu, perlengkapan Gubernur/Bupati/Walikota, dan bertugas
makan, ceret aluminium, wajan memberikan saran serta pertimbangan
aluminium, sendok masak, kompor kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam
minyak tanah, minyak tanah, ember penetapan upah minimum (Pasal 1 ayat 2).
plastik, listrik, bola lampu pijar, neon, Oleh karena itu, keanggotaan DPK adalah
air bersih, sabun cuci. merupakan perwakilan dari serikat buruh,
pengusaha dan pemerintah, ditambah unsur
4. Pendidikan: Bacaan, radio. akademisi. Unsur pengusaha diwakili oleh
5. Kesehatan: Pasta gigi, sabun mandi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO),
sikat gigi, sampo, pembalut, alat cukur, unsur buruh diwakili oleh serikat buruh
obat anti nyamuk, dan potong rambut. yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
6. Transportasi: Transport kerja dengan
angkutan umum. Hasil trianggulasi menunjukkan
bahwa ragam dan sumber pendapatan rumah
7. Rekreasi dan Tabungan: Rekreasi di
tangga secara agregat meningkat setelah
daerah sekitar dan tabungan sebesar
pembangunan prasarana transportasi darat
dua persen dari total biaya komponen.
di Jakarta dibandingkan dengan sebelum
Selanjutnya ditegaskan, dalam pembangunan tersebut dilakukan. Bila
menetapkan upah minimum, pemerintah dilihat dari sumber pendapatan, tampak
mendasarkan pada kebutuhan hidup layak bahwa terjadi peningkatan dari usaha industri
dengan memperhatikan produktivitas dan rumah tangga dan usaha. Keberhasilan
pertumbuhan ekonomi (Pasal 88 ayat 4). pembangunan tersebut tidak hanya di ukur
Dengan begitu, maka, upah minimum dari peningkatan pendapatan penduduk
didasarkan pada hal-hal; (a) wilayah secara agregat atau per capital, tetapi juga
provinsi (upah minimum kabupaten/kota/ (justru lebih penting lagi) di lihat dari
UMK), (b) sektor pada wilayah provinsi distribusi peningkatan pendapatan tersebut
atau kabupaten/kota (Pasal 89 ayat 1). terhadap semua anggota masyarakat.
Pada pasal 89 ayat 4 dinyatakan bahwa Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
komponen serta pelaksanaan tahapan pangan merupakan kebutuhan pokok/
pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dasar masyarakat. Pada umumnya sebagai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja makanan pokok penduduk Jakarta adalah
dan Transmigrasi (Permenakertrans) nasi, dan pemenuhan bahan dasarnya
No. PER-17/MEN/VIII/2005, tentang adalah mendatangkan dari daerah lain di
Komponen dan Pelaksanaan Tahapan luar Jakarta. Dengan adanya pembangunan
Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak --- jalan, maka masyarakat semakin mudah
yang dimaksud dengan kebutuhan hidup memenuhi kebutuhan pokok tersebut, di
layak adalah standar kebutuhan yang harus samping penyediaan stok barang/beras
dipenuhi oleh seorang pekerja lajang untuk yang relatif cukup dengan harga yang
dapat hidup layak baik secara isik, non terjangkau dan relatif murah.
isik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu)
Dimensi Mampu Mengembangkan
bulan (Pasal 1 ayat 1).
Diri
Pencarian dan pengumpulan data
Bagi masyarakat di Jakarta, konsep
tentang kebutuhan hidup layak dilaksanakan
72
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
73
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
membuat agenda pribadi dan masyarakat, ribu; tahun 2013 sebanyak 354,2 ribu; dan
kemampuan menjadi pembelajar yang di tahun 2014 melonjak menjadi 393,98
cepat (speed learner), dan belajar secara ribu. Namun jumlah pengangguran tahun
mandiri (self learning). Kemudian, untuk 2014 menurun yaitu menjadi sebanyak
melakukan proses pengembangan diri dan 429,11 dibanding angka pengangguran
masyarakat, memang tidak bebas hambatan, tahun sebelumnya (Tahun 2013 sebanyak
bahkan seringkali penuh kendala. 5180,015) (Sumber : Diolah dari Survei
Namun, segala aktivitas ditentukan Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
oleh niat dan masyarakat akan menuai dan Survei Angkatan Kerja Nasional
hasil aktivitasnya sesuai dengan niatnya. (SAKERNAS) BPS Provinsi DKI Jakarta
Sebenarnya, niat itulah yang merupakan 2009- 2014). Asset tersebut dapat
benih dari sikap dari masyarakat sehingga dibedakan antara asset yang produktif dan
perlu dijaga kesucian dan kekuatannya. tidak produktif. Pemilikan asset relative
Dengan demikian, niat dapat memberikan tetap sebelum dan sesudah pembangunan
energi positif dalam pengembangan diri prasarana transportasi, kecuali untuk
masyarakat Jakarta atas pembangunan pemilikan rumah, TV, sepeda motor terjadi
sistem transportasi darat di wilayah peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi
Jakarta. Apa yang bisa dimanfaatkan karena tingkat pendapatan meningkat dan
atau diperbuat oleh masyarakat atas sebagian untuk membeli/membangun
pembangunan di bidang transportasi darat rumah. Selain karena tingkat pendapatan
di Jakarta ini, atau sebaliknya masyarakat meningkat, juga karena masyarakat
sulit mengembangkan diri atas capaian semakin membutuhkan asset tersebut.
pembangunan sistem transportasi darat
tersebut. Dimensi Fungsi Sosial
Hasil trianggulasi menunjukkan Dimensi fungsi sosial di sini adalah
bahwa dampak pembangunan prasarana identik dengan dimensi Hubungan Sosial
transportasi adalah perkembangan asset Kemasyarakatan. Terkait hal ini, telah
rumah tangga. Pemilikan asset rumah dijelaskan oleh Informan bahwa individu,
tangga merupakan salah satu indikator keluarga dan kumpulan-kumpulan kecil
ekonomi rumah tangga, sehingga semakin merupakan anggota sebuah masyarakat.
banyak dan bernilai ekonomi tinggi, Dari jaringan erat wujud dalam kalangan
dan tingkat kesejahteraan rumah tangga anggota masyarakat tersebut, terbina pola
tersebut membaik. Indikator yang dipakai hubungan sosial yang berulang sifatnya;
Badan Pusat Statistik (BPS), untuk seperti kegiatan gotong royong, bersama-
rumah tangga/penduduk miskin antara sama merayakan sesuatu perayaan melalui
lain adalah kepemilikan asset/barang rumah terbuka, berkumpul menyambut
yang berharga. Berdasarkan data dari pembesar yang datang berkunjung,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menghadiri majelis perkawinan, membantu
dan Biro Tata Pemerintahan tahun 2013 mereka yang ditimpa malapetaka atau yang
jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2014 meninggal dunia. Kekerapan pergaulan
(proyeksi) sebanyak 10.075,3 ribu orang. ini membina satu keterpaduan dalam
Survei Komuter 2014, Penduduk malam masyarakat sebagai satu unit sosial.
hari di DKI Jakarta sebesar 10.073.300
orang sedangkan penduduk Jakarta siang Hasil observasi menunjukkan, warga
hari sebesar 11.201.610 orang. masyarakat di Jakarta menginginkan
adanya suatu ketertiban agar tata hubungan
Jumlah penduduk miskin terus antarwarga masyarakat dapat berjalan
bertambah, tahun 2012 sebanyak 363,2 secara tertib dan lancar. Untuk kepentingan
74
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
ini, masyarakat membuat norma sebagai kebutuhan dasar setiap warga ibukota
pedoman; misalnya tata tertib di Jakarta, dilakukan lewat rehabilitasi
lingkungan RW/RT di daerah masing- sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
masing di Jakarta yang pelaksanaannya sosial, dan perlindungan sosial. Dalam
memerlukan suatu bentuk pengawasan penyelenggaraannya dilakukan atas dasar
dan pengendalian. Sehingga, terciptalah kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan,
suatu proses sosial yang merupakan proses keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
interaksi dan komunikasi antarkomponen akuntabilitas, partisipasi, profesionalisme
masyarakat Jakarta dari waktu ke waktu, dan keberlanjutan.
hingga mewujudkan suatu perubahan. Pasal 33 UUD’45 tentang Sistem
Dalam proses sosial masyarakat di Jakarta Perekonomian dan Pasal 34 tentang
,terdapat komponen-komponen yang saling Kepedulian Negara Pada Kelompok
terkait satu sama lain, yaitu: a) Struktur Lemah, menempatkan negara sebagai
sosial, yaitu susunan masyarakat yang pihak yang paling bertanggung jawab
secara komprehensif menyangkut individu, dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.
tata nilai, dan struktur budayanya. b) Diharapkan, melalui implementasi
Interaksi Sosial, yaitu keseluruhan jalinan kebijakan sistem transportasi darat di
antarwarga masyarakat. c) Struktur alam wilayah Jakarta, maka, tujuan kebijakan
lingkungan yang meliputi letak, bentang tersebut yang antara lain adalah; mampu
alam, iklim, lora dan fauna. Seterusnya, atau berdampak positif pada peningkatan
komponen isi adalah salah satu komponen kesejahteraan sosial masyarakatnya.
yang turut mempengaruhi bagaimana
jalannya proses sosial masyarakat Jakarta.
Selaras dengan itu, terjadinya Simpulan
perubahan sosial budaya yang merupakan Implementasi kebijakan sistem
perubahan struktur sosial dan budaya di transportasi darat di Jakarta telah mampu
Jakarta akibat adanya ketidaksesuaian di meningkatkan kesejahteraan sosial
antara unsur-unsurnya, akan memunculkan sebagian warga masyarakat, artinya;
suatu corak sosial baru yang dianggap masyarakat telah merasakan dan menikmati
ideal. Dalam konteks perubahan social, hasil pembangunan transportasi darat di
masyarakat di Jakarta dalam sekat Jakarta. Selanjutnya, sebagian yang lain
pluralismenya terakomodasi secara dari masyarakat Jakarta belum secara
otomatis dalam civics responsibility, maksimal merasakan dampak positif
social economics responsibilities, dan atas kebijakan sistem transportasi darat
personal responsibility. Secara spesiik, tersebut. Bahkan yang dirasakan oleh
keadaan sosial masyarakat di Jakarta sebagian masyarakat Jakarta tersebut,
sangat kompleks, mengingat penduduknya adalah dampak negatifnya; misalnya
mencapai kurang lebih dua belas juta jiwa,kemacetan yang hampir merata di seluruh
yang terdiri dari berbagai suku, agama, wilayah Jakarta sehingga menimbulkan
tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pencemaran udara yang cukup tinggi,
lain-lainnya. aktivitas ekonomi masyarakat terhambat
Dengan demikian, Pemerintah Jakarta dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi
dengan dukungan seluruh komponen sehingga kesejahteraan sosial pun turut
masyarakat wajib menyelenggarakan melemah.
kesejahteraan sosial. Upaya yang terarah, Hal ini diperkuat dengan angka
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan kemiskinan yang terus meningkat di
Pemerintah Jakarta dan masyarakat dalam tahun 2014 mencapai 393,98 dibanding
bentuk pelayanan sosial untuk memenuhi tahun-tahun sebelumnya, dan masih
75
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
76
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
77
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721
78
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015