Anda di halaman 1dari 20

ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan


Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta
Policy Implementatation Of Land Transportation System and
Its Impact Towards Social Welfare In Jakarta

Muh. Kadarisman Aang Gunawan Ismiyati


Universitas STMT Trisakti Universitas
Muhammadiyah Jakarta stmt@indosat.net.id Muhammadiyah Jakarta
kadarisman.bkn@gmail.com ismiyati.umj@gmail.com

ABSTRACT

Transportation is the backbone in creating social welfare in Jakarta. Therefore, if there


are problems in the transportation system, it will have an impact on the smooth trafic
low and will ultimately hamper the achievement of public welfare. This study used a
descriptive-qualitative method. This study refers to the theory proposed by Anderson (in
Tachjan, 2006: 23) and Sarana, et al (2009: 9). The results of the study are as follows.
Policy implementation transportation system in Jakarta has been able to improve the
social welfare of most citizens, which means some people have to feel and enjoy the
outcome of transportation development in Jakarta. However, others have not optimally
felt the positive impact of the policy. Even, it is perceived negatively; such as trafic
jams which are almost evenly distributed throughout Jakarta causing high air pollution,
hampered economic activity and generated high economic costs that social welfare was
also weakened. This is reinforced by the increasing poverty rate in 2014 that reached
393,980 people thousand compared to previous years.
Keywords: policy, transport, social welfare

ABSTRAK

Transportasi merupakan tulang punggung dalam mewujudkan kesejahteraan sosial di


Jakarta. Oleh sebab itu, jika terdapat problem di dalam sistem transportasinya, maka,
akan berdampak pada kelancaran lalu lintas dan akhirnya akan menghambat tercapainya
kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif.
Penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Anderson (dalam Tachjan, 2006:
23) dan Sarana, dkk (2009: 9). Hasil penelitian adalah sebagai berikut. Implementasi
kebijakan sistem transportasi di Jakarta telah mampu meningkatkan kesejahteraan sosial
sebagian warga masyarakat, artinya; sebagian masyarakat telah merasakan dan menikmati
hasil pembangunan transportasi di Jakarta. Selanjutnya, sebagian yang lain belum secara
maksimal merasakan dampak positif atas kebijakan tersebut. Bahkan yang dirasakan
adalah dampak negatif; misalnya kemacetan yang hampir merata di seluruh wilayah
Jakarta sehingga menimbulkan pencemaran udara yang cukup tinggi, aktivitas ekonomi
masyarakat terhambat dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi sehingga kesejahteraan
sosial pun turut melemah. Hal ini diperkuat dengan angka kemiskinan yang terus
meningkat di tahun 2014 mencapai 393,98 ribu orang dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kata Kunci: kebijakan, transportasi, kesejahteraan sosial

59
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

Pendahuluan nyaman, akan tetapi juga menjadi hak dari


Untuk kota-kota besar di Indonesia, kebutuhan masyarakat untuk dipenuhi.
perumusan dan implementasi kebijakan Tanpa pemenuhan kebutuhan itu, banyak
transportasi sudah menjadi masalah yang sektor terkait menjadi terkendala”.
serius. Kesalahan dalam perumusan Permasalahan transportasi di Jakarta
kebijakan, akan menimbulkan dampak dan kota-kota besar lainnya di Indonesia
ekonomi, sosial dan lingkungan yang sangat mulai dirasakan menekan. Kemacetan
serius. Mantan Gubernur DKI Jakarta di Jakarta sudah menyebar hampir ke
Sutiyoso dalam beberapa kesempatan sering semua jaringan jalan dan hampir terjadi di
mengutarakan bahwa jika system angkutan sepanjang hari. Biaya total transportasi di
massal tidak segera dilaksanakan di Jakarta mencapai 51 triliun per tahun atau
Jakarta, maka pada tahun 2014 Jakarta akan 164 milyar rupiah per hari. Pemborosan
macet total dan tidak ada satu kendaraan diperkirakan mencapai 45 milyar rupiah
pun yang dapat bergerak. Mulai bulan per hari, atau ekivalen 7, 8% dari total
Januari 2005 sistem transportasi bus jalur PDRB DKI Jakarta (Lubis, 2004, dalam
khusus yang disebut dengan Busway mulai Riyanto, 2009: 1623). Dampak buruk dari
dioperasikan di Jakarta, tapi hal ini ternyata kondisi transportasi tersebut di atas, bukan
belum membantu banyak dalam mengatasi hanya muncul dalam bentuk pemborosan
masasalah kepadatan lalu lintas di Jakarta. waktu, biaya, energi, polusi udara,
Indonesia memang bukan hanya Jakarta, melainkan juga penurunan produktivitas
tapi rasanya cukup fair kalau dikatakan kerja penduduknya (Riyanto, 2009: 1623).
bahwa perumusan kebijakan transportasi Senada dengan uraian di atas,
yang berhasil diimplementasikan di Jakarta, Kadarisman (2014: 103) menyatakan
dapat dijadikan sebagai pembelajaran bagi bahwa “Permasalahan umum di kota-
perumusan kebijakan transportasi di kota- kota besar dunia, termasuk Indonesia,
kota besar lainnya di Indonesia (Haryanto, khususnya Jakarta, adalah transportasi.
2009:1646). Semakin dinamis suatu kota, maka,
Oleh sebab itu, bila terjadi problem pergerakan masyarakatnya pun jadi
dalam sistem transportasi, maka, hal semakin tinggi pula. Sehingga, perlu
tersebut akan berdampak luas pada diimbangi dengan laju sarana transportasi
kelancaran lalulintas dan pada akhirnya (moda) dan insfrastrukturnya. Umumnya,
akan menghambat dan merugikan kegiatan masalah yang timbul adalah ketika moda
perekonomian masyarakat, dan upaya yang dipilih masyarakat adalah kendaraan
pencapaian kesejahteraan masyarakat pribadi. Masalah pun jadi semakin pelik,
pun turut terhambat. Contohnya dalam ketika pertumbuhan kendaraan pribadi
sektor bisnis dan perekonomian, banyak tidak sebanding dengan pertambahan
pengusaha dan masyarakat luas yang panjang jalan yang ada. Hal inilah yang
mengeluhkan jalur-jalur perekenomian melatarbelakangi pemangku kebijakan
dan bisnis yang selalu macet, sehingga mulai menekan penggunaan kendaraan
menambah biaya pengeluaran dan aktivitas pribadi dan meningkatkan sarana serta
kerja mereka. Terkait hal ini, Redaksi prasarana angkutan umum yang lebih
Jurnal Dinamika Masyarakat, (2009: i) memadai.
mengemukakan bahwa “…transportasi Lebih lanjut, Kadarisman (2014:
merupakan urat nadi pergerakan orang dan 104) menjelaskan bahwa hal tersebut
barang. Artinya, transportasi adalah sektor hanya dapat dicapai melalui sistem
dominan dalam usaha pengembangan transportasi antarmoda, dan sistem
sektor ekonomi. Transportasi tidak transportasi angkutan umum terpadu
hanya menyangkut masalah aman dan

60
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

(multimoda). Artinya, berbagai moda dapat dengan masalah berlalu lintas. Perumusan
dikombinasikan dengan baik, eisien, serta kebijakan publik dalam berlalu lintas
efektif, sehingga orang dapat berpindah dari merupakan inti dari kebijakan publik.
satu jenis angkutan ke angkutan lainnya Mengingat, kebijakan publik dalam
dengan cepat, murah, aman, dan nyaman. berlalu lintas, ditujukan untuk intervensi
Dengan demikian, menurut Haryanto kehidupan publik (Anderson, dalam
(2009: 1647), perumusan kebijakan Tachjan, 2006: 23), maka, penelitian
transportasi selayaknya merupakan terhadap implementasi kebijakan dalam
suatu tindakan yang komprehensif, yang berlalu lintas merupakan analisis yang
setidak-tidaknya harus memperhatikan bersifat evaluatif dengan konsekuensi
aspek penataan ruang wilayah perkotaan, lebih melakukan retrospeksi ketimbang
perlindungan lingkungan, ketertiban prospeksi. Artinya, evaluasi tersebut
umum, dan penegakan aturan hukum. berusaha mengenali sejauh mana efek yang
Perumusan kebijakan transportasi yang semula direncanakan untuk dicapai oleh
tidak memperhatikan aspek-aspek sosial kebijakan transportasi telah terealisasi, dan
kemasyarakatan dapat menimbulkan dampak (yang terduga atau tidak terduga
konlik-konlik yang tidak perlu, dan sebelumnya) yang ditimbulkan olehnya.
cenderung kontra produktif. Jadi, jika perumusan kebijakan
Dalam penjelasannya, Haryanto transportasi di Jakarta hanya dimaksudkan
(2009: 1647) mengemukakan bahwa dalam untuk mengatasi kemacetan lalu lintas
era reformasi yang mensyaratkan adanya belaka, maka hal itu dapat dianggap
proses demokratis dalam pengambilan sebagai kebijakan yang bersifat reaktif,
keputusan, peranserta masyarakat karena hanya semata-mata diambil sebagai
(public participation) adalah suatu reaksi atas timbulnya masalah tertentu
elemen yang sangat penting. Perumusan (yaitu kemacetan lalu lintas). Karena itu,
kebijakan transportasi yang “otoriter”, dapat terjadi suatu masalah terpecahkan,
tidak transparan dan sama sekali tidak tapi timbul masalah baru (tataran
melibatkan peranserta masyarakat dapat implementasinya) yang dampaknya lebih
membuat suatu kebijakan yang sebagus berat dan kompleks. Namun, jika kebijakan
apa pun menjadi tidak efektif dalam transportasi dirumuskan selain untuk
pelaksanaannya. Llyod Wright (dalam memecahkan masalah kemacetan lalu lintas
Haryanto, 2009: 1647) mengemukakan dan juga untuk memberikan kenyamanan
sebagai berikut. “…typically a signiicant kepada masyarakat dalam melakukan
barrier to the actual implementation of perjalanan, menegakkan hukum tata ruang,
a BRT system is neither technical nor mengurangi pencemaran lingkungan,
inancial in nature. More often, it is a lack meningkatkan kesejahteraan masyarakat
of political will and lack of communication dan sebagainya, maka, perumusan
and participation from key actors that kebijakan itu bukanlah sesuatu yang
ultimately undermines a project’s progress. reaktif, melainkan antisipatif (Haryanto,
Communications are important not only in 2009: 1649).
term of obtaining public approval but also Banyak hal yang harus diperhatikan
provide the design insights from the people dalam hubungannya antara implementasi
who will use the system”. kebijakan sistem transportasi darat di
Dengan demikian dalam penelitian Jakarta dengan kesejahteraan sosial
ini dapat ditegaskan, bahwa kebijakan masyarakat, misalnya masalah pendidikan,
publik di bidang transportasi merupakan kesehatan, tingkat penghasilan, kebutuhan
segala sesuatu yang dikerjakan dan yang sandang dan papan, serta tertib hidup dalam
tidak dikerjakan oleh pemerintah terkait masyarakat lingkungannya, adalah faktor-

61
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

faktor yang cukup menentukan terhadap tasi kebijakan sistem transportasi darat
kesejahteraan masyarakat. Dengan dan dampaknya terhadap kesejahteraan
terciptanya keadaan sejahtera dalam suatu sosial di Jakarta, adalah suatu kegiatan
masyarakat, maka, masyarakat tersebut untuk mengoperasikan sebuah program,
akan merasakan ketenteraman lahir dan sehingga, diperlukan sebuah organisasi
batin. Dengan demikian, hakikatnya, (organization) yang merupakan
kesejahteraan sosial masyarakat Jakarta pembentukan atau penataan kembali
adalah merupakan gambaran tentang sumber daya, unit-unit serta metode untuk
keseluruhan aspek-aspek yang terdapat menjadikan kebijakan sistem transportasi
dalam kehidupan masyarakatnya. tersebut dapat berjalan. Dalam kaitan ini
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dikemukakan hasil wawancara dengan
maka, tujuan dalam penelitian ini adalah informan yang menjelaskan bahwa
memahami dan menganalisis tentang pada dasarnya organisasi sebagai wadah
implementasi kebijakan sistem transportasi berbagai aktivitas dari organisasi tersebut
darat dan dampaknya terhadap kesejahteraan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertama,
sosial masyarakat di Jakarta. Penelitian struktur yang merupakan suatu cetak biru
ini menggunakan metode kualitatif, guna organisasi dan menunjukkan bagaimana
lebih melihat perspektif emik, yaitu orang dan pekerjaan dikelompokkan
memandang sesuatu upaya membangun bersama.
pandangan subyek penelitian yang rinci, Struktur ini meliputi desain pekerjaan
dibentuk dengan kata-kata, gambaran (mengacu pada proses yang digunakan
holistik dan mendalam (thik description) para pimpinan organisasi merinci isi,
serta menemukan makna (verstehen) metode dan hubungan setiap pekerjaan
(Moleong, 2006: 6). Data dianalisis untuk memenuhi tuntutan organisasi dan
dengan menggunakan teknik trianggulasi individu). Dalam kaitan ini, dikemukakan
(Sugiyono, 2007: 426). Penentuan Informan bahwa dari segi sosiologi hukum, terdapat
adalah dengan purposive sampling. Teknik dua opsi yang dapat dipilih dalam
pengumpulan data dengan observasi, perumusan kebijakan sistem transportasi.
wawancara, dan dokumen. Analisis data Pertama, kebijakan dirumuskan sesuai
atas variabel Implementasi Kebijakan dengan tingkat kesadaran hokum dan
Sistem Transportasi Darat dilakukan kebutuhan masyarakat yang nyata-nyata
dengan dimensi Organisasi (Organization); ada sekarang ini. Ke dua, dengan melakukan
Interpretasi (Interpretation); dan dimensi rekayasa sosial (social engineering), yang
Penerapan (Application). Selanjutnya, ditujukan untuk mengarahkan perubahan
untuk variabel Kesejahteraan Sosial sikap mental, kesadaran, dan kebutuhan
dianalisis atas dimensi Terpenuhinya masyarakat pada suatu sistem transportasi
Kebutuhan Material dan Spiritual; yang menurut pendapat pemerintah (pusat
Terpenuhinya Kebutuhan Sosial; Hidup mau pun daerah) dianggap sebagai sesuatu
Layak; Mampu Mengembangkan Diri; dan yang baik, perlu, dan sesuai dengan
dimensi Fungsi Sosial. perkembangan jaman.
Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
Hasil dan Pembahasan terkait desain organisasi di sini lebih
menekankan tentang masalah kerangka
1. Variabel Implementasi Kebijakan hukum (legal framework), dan merupakan
Sistem Transportasi Darat hal yang sangat penting dalam menentukan
Dimensi Organisasi (Organization) keberhasilan suatu kebijakan transportasi.
Perumusan kebijakan transportasi haruslah
Pemahaman atas variabel implemen-
memiliki landasan hukum yang jelas, dan

62
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

tidak saling bertentangan (conlicting tercipta kebijakan sistem transportasi


legislation). Di tingkat Pemerintah Pusat, yang memenuhi syarat-syarat eficient,
harus dibuat peraturan perundangan yang effective, easy to comprehend (mudah
memberikan payung hukum (umbrella dipahami), minimum cost of enforcement
act) bagi perumusan kebijakan transportasi (biaya penegakan aturan yang minimum,
di level pemerintahan daerah. Dalam equitable (adil), dan minimum externalities
tingkat pemerintahan daerah, harus (biaya yang ditanggung pihak ke tiga adalah
dipastikan bahwa peraturan pelaksanaan minimum); sebagaimana yang dinyatakan
(implementing regulation) yang mereka oleh Anthony Chin (dalam Haryanto: 2009:
keluarkan tidak bertentangan dengan 1649).
peraturan yang lebih tinggi agar tercipta Hasil observasi menunjukkan
keselarasan pengaturan (Haryanto, 2009: bahwa perumusan kebijakan publik
1648). dalam berlalu lintas adalah merupakan
Faktor ke dua adalah proses, ini inti dari kebijakan publik, karena di sini
merupakan aktivitas yang memberikan dirumuskan batas-batas kebijakan itu
nafas kehidupan bagi organisasi. Dengan sendiri. Padahal, kebijakan publik dalam
adanya pertumbuhan ekonomi di Jakarta berlalu lintas ditujukan untuk intervensi
hingga saat ini, maka, membutuhkan kehidupan publik, sedang pengkajian
kebijakan transportasi darat yang tepat terhadap implementasi kebijakan dalam
untuk mendukung proses pembangunan berlalu lintas adalah merupakan analisis
yang terjadi di Jakarta. Alat angkutan darat yang bersifat evaluatif dengan konsekuensi
ini memiliki fungsi yang saling melengkapi, lebih melakukan retrospeksi ketimbang
sehingga dalam pengembangannya perlu prospeksi. Artinya, dalam evaluasi tersebut
direncanakan secara terintegrasi. Jadi, berusaha dikenali sampai sejauh mana efek
diperlukan kemampuan mengantisipasi yang semula direncanakan untuk dicapai
baik dalam perumusan, implementasi, oleh kebijakan system transportasi darat
maupun tataran evaluasi kebijakan sistem yang telah terealisasi, dan dampak (yang
transportasi. Dalam kategori umum, proses terduga atau tidak terduga sebelumnya)
meliputi komunikasi; yaitu menghubungkan yang ditimbulkan olehnya.
organisasi dengan lingkungan, termasuk Ditambahkan bahwa terkait
bagian-bagiannya. Dalam kaitan ini masalah organisasi di bidang sistem
dijelaskan bahwa mengingat implementasi transportasi darat tersebut, Soejachmoen
kebijakan sistem transportasi darat tersebut (2009:1663) menngemukakan bahwa di
dapat menimbulkan pro dan kontra di banyak kota, permasalahan mendasar
masyarakat, maka, diperlukan adanya dalam system transportasi kota adalah
kemampuan berkomunikasi yang baik lemahnya kelembagaan/organisasi yang
dalam melakukan sosialisasi atas kebijakan ada. Sumber Daya manusia (SDM) juga
ini. merupakan kendala, baik dalam jumlah
Diperlukan proses yang transparan, maupun kualitasnya. Pengintegrasian
akuntabel, dan mengakomodasi peranserta kebijakan sektor transportasi dan kebijakan
masyarakat yang akan membantu sektor-sektor lain mungkin memerlukan
proses penerimaan masyarakat terhadap adanya kelembagaan khusus yang dapat
implementasi kebijakan sistem transportasi mengoordinasikannya. Mekanisme lain
yang telah dirumuskan. Diperlukan yang juga baik untuk diterapkan adalah
kerjasama yang erat dari berbagai kalangan dibentuknya Dewan Transportasi Kota
masyarakat, misalnya ahli tata ruang, (DTK) yang berada langsung di bawah
ahli kebijakan publik, ahli pemerintahan, dan bertanggung jawab kepada Kepala
ahli transportasi, ahli hukum, dll agar Daerah. DTK juga berkonsultasi dengan

63
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

DPRD untuk mendiskusikan permasalahan peranserta masyarakat, pendidikan dan


transportasi kota. DTK yang sifatnya penyuluhan (public education) kepada
mandiri ini wajib memberikan masukan masyarakat adalah hal yang sangat penting
kepada Pemerintah Kota dan DPRD untuk guna meyakinkan masyarakat akan
perbaikan system transportasi kota yang pentingnya kebijakan transportasi yang
baik. akan diimplementasikan.
Lebih lanjut Soejachmoen Hasil observasi menunjukkan
(2009:1663) menjelaskan bahwa bahwa tujuan interpretasi di bidang
pengelolaan transportasi kota memerlukan transportasi darat biasanya dilakukan
adanya transparansi. Aliran informasi untuk meningkatkan pemahaman, namun
tidak dapat lagi hanya bersifat satu arah. kadang, seperti pada propaganda atau
Aliran ini harus bersifat dua arah dan cuci otak, tujuannya justru mengacaukan
dilengkapi dengan mekanisme umpan- pemahaman makna kebijakan tersebut,
balik (feedback). Mekanisme komunikasi sehingga membuat kebingungan di
ini dapat difasilitasi misalnya dengan masyarakat. Interpretasi di bidang
dibentuknya”hotline” bagi masalah kebijakan sistem transportasi darat tersebut,
transportasi kota. Hotline ini merupakan sejatinya, dapat dimulai bila kita mampu
satu pintu bagi masyarakat untuk mengidentiikasikan masalah kebijakan
menyampaikan keluhan dan juga usulnya sistem transportasi yang membingungkan
terkait dengan masalah transportasi kota. tersebut, kemudian merumuskannya dengan
Pemerintah Kota berkewajiban untuk benar. Oleh sebab itu, penginterpretasi
menindaklanjuti masukan dari masyarakat dituntut dapat menginterpretasikan masalah
melalui Dinas atau instansi terkait. Sistem di bidang sistem transportasi darat dengan
ini akan membantu Pemerintah Kota dan cukup objektif, sesuai dengan materi yang
juga DPRD dalam memantau kinerja sebenarnya. Di sinilah imajinasi dalam
pelaksana transportasi kota, termasuk para kebijakan sistem transportasi diperlukan
operator angkutan umum. Dengan adanya dengan batasan keadaan yang sebenarnya.
sIstem ini, diharapkan pemantauan sistem Hal lain yang juga perlu dielaborasi
transportasi kota dapat berjalan baik. lebih dalam adalah penggunaan imajinasi
dalam menginterpretasikan dan eksplanasi
Dimensi Interpretasi (Interpretation) bidang transportasi darat menjadi mutlak
di saat kasus-kasus yang sulit menjadi
Terkait dimensi interpretasi dalam penghalang dalam menginterpretasikan
variabel implementasi kebijakan sistem masalah yang sedang dihadapi. Selain
transportasi darat, terdapat penjelasan yang batasan yang jelas dan tegas terhadap
diberikan oleh Informan bahwa interpretasi substansi kebijakan, maka, faktor
adalah menafsirkan agar program di bidang kontinuitas dan akronisme juga menjadi
sistem transportasi di Jakarta, menjadi faktor yang harus diperhatikan. Dengan
rencana dan pengarahan yang tepat serta begitu, kesinambungan dan urutan waktu
dapat diterima dan dilaksanakan. Jadi, dalam interpretasi maupun ekplanasi
interpretasi atau penafsiran merupakan kebijakan sistem transportasi darat,
proses komunikasi melalui lisan atau menjadi hal yang wajib ditaati, tidak lagi
gerakan antara dua atau lebih pembicara terjadi fallacies (kesalahan-kesalahan
yang tidak dapat menggunakan simbol- dalam penulisan), sehingga, pemahaman
simbol yang sama, baik secara simultan masyarakat pun menjadi jelas.
(dikenal sebagai interpretasi simultan) atau
berurutan (dikenal sebagai interpretasi Dalam kaitan ini, Soejachmoen (2009:
berurutan). Misalnya, sebagai bagian dari 1650) menjelaskan bahwa pembangunan

64
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

jalan raya di berbagai kota jarang sekali Dimensi Penerapan (Application)


dibarengi dengan pembangunan fasilitas Selanjutnya, dalam variabel
pejalan kaki (trotoir atau pedestrian path). implementasi kebijakan sistem transportasi
Demikian pula jalur khusus untuk sepeda terdapat dimensi “penerapan”, di sini,
motor, atau sepeda jarang disediakan. Di makna penerapan dalam kebijakan sistem
beberapa kota yang telah menyediakan transportasi dijelaskan oleh Informan
fasilitas ini kenyataannya justru sebagai berikut. “Jakarta dengan wilayah
dimanfaatkan oleh kendaraan bermotor. yang begitu luas membutuhkan penerapan
Di kota besar yang telah mengalami atau penyelenggaraan transportasi
kemacetan, fasilitas pejalan kaki banyak yang andal. Patut diakui, hingga saat
digunakan oleh kendaraan bermotor roda ini, pembangunan transportasi telah
dua, sementara di kota-kota menengah, mampu menghubungkan wilayah
fasilitas ini banyak dimanfaatkan sebagai Jakarta dan sekitarnya (Jakarta, Bogor,
tempat parker. Akibatnya, keselamatan Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur/
dan keamanan pejalan kaki sama sekali Jabodetabekjur) dalam satu untaian jaringan,
kurang terjamin. Keterbatasan fasilitas ini dan menjadikan transportasi sebagai urat
mengakibatkan masyarakat enggan untuk nadi kehidupan bermasyarakat, berbangsa
melakukan perjalanan jarak dekat kurang dan bernegara. Namun demikian, selain
dari 500 meter tanpa kendaraan bermotor. keberhasilan yang telah dicapai, ke depan,
Akibatnya jumlah kendaraan bermotor masih banyak tantangan pembangunan
yang beroperasi semakin meningkat. yang harus dihadapi”.
Keterbatasan fasilitas ini telah pula Hasil wawancara tersebut didukung
mengakibatkan tercampurnya berbagai dengan observasi di lapang penelitian yang
moda transportasi dalam ruas jalan yang menunjukkan bahwa tantangan penataan
sama, sehingga semakin menimbulkan sistem transportasi darat di Jakarta tidak
kesemrawutan dan kemacetan. Oleh hanya pada masalah teknologi, tetapi juga
karena itu, tiap instruktur kebijakan sistem
pada aspek-aspek perencanaan, manajemen,
transportasi darat, senantiasa dituntut dan pengoperasian. Hampir dipastikan,
untuk mampu menghasilkan sesuatu yang beberapa tahun ke depan, perkembangan
utuh baik secara naratif maupun deskriptif.
ilmu dan teknologi di bidang transportasi
Penyusunan fakta-fakta dalam penafsiran akan berkembang dengan sangat pesat.
suatu kebijakan sistem transportasi darat di
Ke depan, perkembangannya tidak hanya
Jakarta menjadi sangat penting dan sangat
pada aspek teknologi mekanik dan elektrik,
diperlukan, serta harus ada tambahan tetapi juga ditunjang dengan kemajuan
unsur-unsur lainnya yang berkaitan perkembangan teknologi informasi dan
dengan pokok atau substansinya. Hal itu telekomunikasi yang sangat cepat. Faktor
mengingat, keadaan Jakarta yang sangat utama untuk menjawab tantangan ini adalah
kompleks, sehingga, kebijakan sistem kesiapan sumber daya manusia (SDM) dari
transportasi darat yang berkorelasi dengan
masing-masing stakeholder, baik dari sisi
aspek lainnya tidak bisa terhindarkan. regulator (pemerintah), operator (pelaku
Dikemukakan bahwa panjang jalan bisnis transportasi), maupun perencana.
di Jakarta tahun 2014 adalah 6956 km, Dengan kata lain, meningkatnya tantangan
dan angka yang sama untuk panjang jalan pada sektor transportasi, harus diimbangi
tahun sebelumnya yaitu 2013 yaitu 6956 dengan peningkatan jumlah tenaga ahlinya.
km. (Sumber: Diolah dari Survei Sosial Dalam kaitan ini Soejachmoen
Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan Survei (2009: 1652) menegaskan, bahwa tidak
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) adanya standar pelayanan merupakan salah
BPS Provinsi DKI Jakarta 2009- 2014).

65
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

satu masalah mendasar dalam pelayanan ada, dan karena itu tidak ada suatu sistem
angkutan umum. Sikap awak angkutan transportasi yang dapat diberlakukan
umum dan gangguan keamanan yang dengan tingkat keberhasilan yang
terjadi mengakibatkan masyarakat semakin sama di semua tempat. Di samping itu,
enggan memanfaatkannya dan mereka menurut hasil trianggulasi menunjukkan
yang masih memiliki pilihan lain seperti bahwa Jakarta juga memerlukan sistem
mencicil pembelian sepeda motor beralih transportasi antarmoda dan sistem
ke moda lain. Kondisi ini mengakibatkan transportasi angkutan umum terpadu
menurunnya jumlah pengguna angkutan (multimoda). Artinya, berbagai moda dapat
umum, sehingga biaya operasi pun menjadi terkombinasikan dengan baik, efektif serta
semakin mahal, akibatnya perawatan eisien, sehingga orang dapat berpindah
dan pelayanan menjadi semakin buruk. dari satu jenis angkutan ke angkutan
Hubungan sebab akibat ini akan terus lainnya dengan cepat, murah dan nyaman.
terjadi hingga pada akhirnya pelayanan Dalam kaitan ini legalitas
angkutan umum pun mati dan tidak dapat penyelenggaraan transportasi antarmoda
beroperasi lagi. Kondisi halte dan terminal atau multimoda di Jakarta khususnya dan
bagi angkutan umum pun tidak memadai. Indonesia pada umumnya telah tersedia, di
Bahkan banyak di antara halte yang telah antaranya adalah UU No. 38 Tahun 2004
beralih fungsi menjadi lokasi berdagang. tentang Jalan; UU No. 22 Tahun 2009
Dengan demikian, implementasi tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
kebijakan sistem transportasi darat ini harus PP No. 8 Tahun 2011 tentang Angkutan
pula mempertimbangkan infrastruktur Multimoda; dan Kepmenhub No. 49 Tahun
penunjang. Implementasi kebijakan 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional;
transportasi tanpa adanya perencanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2011
yang matang berkaitan dengan penyediaan tentang Angkutan Multimoda; Peraturan
infrastruktur penunjang, akan berakibat Presiden Nomor 26 Tahun 2012; Peraturan
tumpulnya implementasi kebijakan Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun 2012
tersebut. Terkait hal ini, Haryanto (2009: tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan
1648) memberikan contoh, jika infrastruktur Angkutan Multimoda.
jalan yang tersedia tidak memungkinkan Pada umumnya kajian transportasi
bagi tersedianya jalur busway, maka, berfokus pada jaringan transportasi,
tidak masuk akal jika pemerintah daerah lokasi, struktur, arus, dan signiikansi serta
memaksakan digunakannya sistem pengaruh jaringan terhadap ruang ekonomi
busway untuk daerahnya. Sebaliknya, jika yang berkaitan dengan pengembangan
infrastruktur yang ada dapat menunjang wilayah dengan prinsip ketergantungan
diimplementasikannya Bus Rapid antara jaringan dengan ruang ekonomi
Transport System (Sistem Transportasi Bus sebagaimana perubahan aksesibilitas.
Cepat), maka, keliru jika pemerintah daerah Dalam hal ini semakin baik suatu jaringan
tidak memikirkan pendayagunaan sistem transportasi maka aksesibilitasnya
transportasi massal ini untuk memecahkan juga semakin baik sehingga kegiatan
kemacetan lalu lintas dan atau kekurangan ekonomi juga semakin berkembang.
transportasi publik di daerahnya. Contoh dari betapa pentingnya peran
Pada pokoknya, suatu sistem transportasi bagi pengembangan wilayah
transportasi yang sangat bagus untuk suatu perkotaan adalah fenomena yang terjadi
kota, belum tentu cocok untuk diterapkan daerah ibukota Jakarta, daerah ibukota
di kota lainnya. Kecocokan penerapan mengalami kemajuan yang sangat pesat
suatu system transportasi haruslah dengan adanya sarana transportasi yang
mempertimbangkan semua faktor yang memadai. Kemajuan yang sangat pesat ini

66
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

memberikan beban yang sangat berat pada warga negara agar dapat hidup layak dan
daya dukung lingkungannya. mampu mengembangkan diri, sehingga
Perkembangan ini didukung pula oleh dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.
adanya akses tol sehingga memudahkan Dengan demikian dapat ditunjukkan,
mobilisasi penduduk antar wilayah. Keadaan bahwa dimensi atas Variabel Kesejahteraan
ini memicu fenomena berkembangnya kota Sosial di sini meliputi a. Terpenuhinya
baru/pemukiman berskala besar, seiring kebutuhan material dan spiritual; b.
dengan berkembangnya kawasan industri. Terpenuhinya kebutuhan sosial; c. Hidup
Kota- kota baru tersebut dibangun untuk layak; d. Pengembangan diri; dan e. Fungsi
memenuhi kebutuhan akan perumahan sosial.
beserta berbagai sarana pendukungnya, Dimensi Terpenuhinya Kebutuhan
serta aktivitas kawasan industri sebagai Material dan Spiritual
basis ekonomi kota baru. Akibat dari Terkait bahasan tentang terpenuhinya
pembangunan dari tol ini maka muncul kebutuhan material atas pelaksanaan
beberapa kota-kota baru. Dampak dari sistem transportasi darat di Jakarta, berikut
perkembangan wilayah ini bermacam- adalah penjelasan yang diberikan Informan
macam mulai dari masalah sosial sampai bahwa transportasi darat terdiri atas 2, yaitu
pada sektor ekologi kelingkungan. Masalah- transportasi jalan raya, dan transportasi
maslah ini terjadi setelah prasarana jalan rel. Dalam transportasi jalan raya ini
transportasi misalnya jalan merambah meliputi transportasi yang menggunakan
masuk ke daerah yang sebelumnya tidak alat angkutan berupa manusia, binatang,
terjangkau. pedati sepeda, sepeda motor, becak, bus,
Masalah ekologi yang ditimbulkan truk, dan kendaraan bermotor lainnya.
antara lain masalah banjir yang terjadi di Transportasi jalan rel. adalah menggunakan
Jakarta setiap tahun bahkan dalam jangka alat angkutan berupa kereta api, yang
lima tahunan akan terjadi banjir yang terdiri atas lokomotif, gerbong, tangki,
lebih dari biasanya disebut sebagai banjir boks khusus, trailer dan kereta penumpang.
lima tahunan. Hal ini mengakibatkan Jalan yang digunakan berupa rel baja, baik
penggandengan daerah hulu untuk dua rel maupun monorel.
mengatasi masalah tersebut. Daerah itu Lebih lanjut dijelaskan bahwa
adalah Cianjur, sehingga pemerintah pada dasarnya, tujuan pembangunan
memasukkan Cianjur dalam Jabodetabek adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
menjadi Jabodetabekjur untuk menangani masyarakat baik secara material maupun
masalah tersebut. Masalah lain yang spiritual. Arti dari kesejahteraan di sini
timbul karena perkembangan wilayah adalah suatu kondisi atau keadaan yang
yang disebabkan oleh jalur transportasi aman, tenteram, selamat dan tercukupi
ini adalah ketidakeisienan trasnportasi kesenangan hidup serta makmur, sedangkan
atau dalam menggunakan kendaraan. material merupakan sesuatu yang
Hal ini disebabkan karena daerah berhubungan dengan benda dan spiritual
yang berkembang tersebut tidak dapat yang terkait dengan rohani. Dengan begitu,
mengimbangi laju jumlah kendaraan maka, kesejahteraan material dan
dengan sarana transportasi. spiritual dapat diartikan sebagai kondisi
masyarakat yang merasa aman, tenteram,
2. Variabel Kesejahteraan Sosial selamat dan tercukupi semua kebutuhan
hidupnya yang berkait dengan kebutuhan
Dalam penelitian ini, kesejahteraan harta benda; yaitu sandang, pangan, papan
sosial adalah “Kondisi terpenuhinya dan kesenangannya, serta kebutuhan
kebutuhan material, spiritual, dan sosial

67
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

yang berhubungan dengan rohani; yaitu prasarana transportasi ini di Jakarta


pendidikan, agama, adat, dan yang terkait terus dikembangkan, hal ini dikarenakan
dengan masalah spiritual. manfaatnya menyebar ke berbagai wilayah
Hasil proses trianggulasi ibu kota Jakarta dan memeratakan hasil-
menunjukkan bahwa melihat dampak hasil pembangunan. Oleh karena itu
pembangunan sistem transportasi darat banyak masyarakat yang dapat merasakan
di Jakarta tersebut terhadap kesejahteraan pembangunan yang diprakarsai oleh
masyarakat, dapat dilihat dari dampak Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Misalnya,
secara langsung dan dampak tidak jalan-jalan, jembatan dll yang dibangun
langsung. Dampak langsung tersebut dengan dana pemerintah sangat besar
misalnya dampak terhadap mobilitas atau pengaruhnya terhadap aksesibilitas
aksesibilitas penduduk Jakarta sebagai masyarakat.
pengguna jalan, sedangkan dampak tidak Hasil observasi menunjukkan bahwa
langsung misalnya pemasaran terhadap jalan yang sebelumnya sempit, tidak
hasil industri rumah tangga, kepemilikan beraspal dan angkutan yang ada adalah ojek,
asset (rumah, tanah, mobil, dll), peluang/ selanjutnya diperlebar dan ada yang diaspal
kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan maupun dibeton. Jalan yang sebelumnya
individu/keluarga. Ditegaskan bahwa masih tanah, menjadi diaspal dan mobil
pengembangan prasarana perkotaan terdiri bisa masuk, sehingga harga tanah di daerah
atas fasilitas produksi, fasilitas kesehatan tersebut menjadi tinggi, dan angkutan
bagi masyarakat, dan aksesibilitas wilayah. barang maupun orang menjadi lancar.
Fasilitas produksi tersebut diharapkan Waktu tempuh dari rumah penduduk ke
dapat membuka akses atau jalan, jembatan jalan utama, atau ke pasar dll menjadi lebih
maupun prasarana ibadah. singkat/cepat dari waktu sebelumnya. Hasil
Berikut adalah fasilitas aksesibilitas jawaban Informan menunjukkan bahwa
wilayah, hal ini bermanfaat guna secara umum dapat dikemukakan dengan
menghubungkan lokasi masyarakat jarak/waktu tempuh yang semakin singkat,
terhadap pusat perekonomian dan hal ini berdampak pada biaya transpot yang
berbagai fasilitas kehidupan yang lain makin rendah.
misalnya Rumah Sakit, Puskesmas, pusat Di samping itu, terdapat dampak
perdagangan atau pasar, serta pusat-pusat pembangunan prasarana transportasi
pemerintahan misalnya Kantor Kelurahan, terhadap aktivitas perdagangan atau
Kecamatan, Kota/Kabupaten, Kantor pemasaran. Hasil observasi dapat
Gubernur/Balaikota, atau beberapa kantor dijelaskan bahwa secara umum aktivitas
pemerintah lainnya serta perusahaan/pabrik, perdagangan atau pemasaran hasil produksi
dll. Jadi, aksesibilitas wilayah di Jakarta semakin lancar dengan adanya prasarana
tersebut adalah prasarana transportasi yang transportasi. Kondisi demikian juga terlihat
telah dikembangkan selama ini, seperti dengan semakin meningkatnya jumlah
jalan, tempat ibadah, jembatan, dll. pedagang yang beroperasi di wilayah
Dijelaskan bahwa kebutuhan material pembangunan prasarana transportasi.
adalah kebutuhan berupa prasarana Terkait hal ini, hasil keterangan dari
atau sarana berupa alat-alat yang dapat Informan menyatakan bahwa dampak
diraba, dilihat, dan mempunyai bentuk, pembangunan prasarana transportasi, maka,
berwujud nyata dan dapat dinikmati jumlah pedagang yang beroperasi semakin
secara langsung. Kebutuhan prasarana, meningkat, baik pedagang yang berasal dari
misalnya adanya pembangunan prasarana daerah setempat maupun pedagang dari
transportasi darat. Terhadap pembangunan daerah lain. Sebelum adanya pembangunan
prasarana transportasi, pedagang hasil

68
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

produksi tidak ada yang datang ke daerah Hasil observasi menunjukkan


tersebut, sehingga apabila terdapat bahwa kasus kematian ibu melahirkan
pedagang yang menjual hasil produksi sebelumnya cukup tinggi di Jakarta, karena
harus mengangkut komoditas tersebut angkutan mobil jarang dan sulit masuk ke
ke jalan besar dengan menggunakan alat wilayah tertentu, apalagi musim hujan,
angkut tradisional, misalnya andong/dokar akhirnya terlambat dalam penanganan
atau bahkan dipikul oleh pedagang yang persalinan. Dengan adanya pembangunan
bersangkutan. akses jalan, maka, secara langsung
Selanjutnya, pembangunan spiritual mempengaruhi waktu tempuh ke fasilitas
yang merata di wilayah Jakarta adalah dalam kesehatan. Bahkan di Jakarta sarana
bentuk pengembangan rohani, budaya, dan kesehatan yaitu mobil Puskesmas sering
rasa kesetiakawanan sosial yang tercermin berkeliling ke kantor-kantor Kelurahan.
dalam keselarasan hubungan antara manusia Dengan demikian, apabila terdapat kasus-
dengan Tuhannya, antara sesama manusia, kasus yang bersifat darurat, maka, hal ini
serta antara manusia dan lingkungan alam akan cepat teratasi. Dengan demikian,
sekitarnya. Dalam pembangunan wilayah secara tidak langsung hal demikian dapat
di Jakarta, keselarasan hubungan ini menekan tingkat kematian bayi atau ibu
merupakan perwujudan kesatuan politik melahirkan.
dan sosial; secara psikologis, warga Jakarta
harus merasa satu, senasib sepenanggungan, Dimensi Terpenuhinya Kebutuhan
sedaerah, serta mempunyai satu tekad untuk Sosial
mencapai cita-cita bersamanya. Terkait
hal ini, dikemukakan hasil penjelasan Pemahaman makna kebutuhan
dari Informan bahwa secara langsung dijelaskan oleh Informan bahwa kebutuhan
dengan adanya pembangunan prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan
transportasi di wilayah Jakarta, maka, hal manusia untuk mencapai kesejahteraan.
tersebut telah mempengaruhi pendidikan Dengan kata lain, kebutuhan manusia
anak-anak sebagai peserta didik di wilayah merupakan cerminan adanya perasaan
sekitar pembangunan tersebut. kurang puas yang ingin dipenuhi dalam
dirinya, dan muncul secara alamiah untuk
Hasil trianggulasi menunjukkan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
bahwa dampak terhadap pendidikan anak- Lebih lanjut dijelaskan bahwa terdapat
anak (peserta didik) tersebut rata-rata baik, beberapa jenis kebutuhan masyarakat di
bahkan terdapat pula yang sangat baik. wilayah Jakarta, dan secara garis besar,
Dengan adanya prasarana transportasi, kebutuhan masyarakat tersebut dapat
peserta didik semakin rajin ke sekolah, dibagi ke dalam empat kelompok, yakni:
selain itu waktu tempuh rata-rata juga
relatif lebih singkat dibandingkan dengan a. Berdasarkan intensitas kegunaannya;
sebelum adanya pembangunan prasarana di sini, kebutuhan masyarakat dibagi
transportasi. Begitu pula, menurut menjadi tiga macam, yaitu kebutuhan
keterangan Informan bahwa pembangunan primer, sekunder, dan tersier.1.
prasarana transportasi secara tidak langsung Kebutuhan primer atau kebutuhan
berdampak pada kesehatan masyarakat pokok; adalah suatu kebutuhan utama
sekitar. Pembangunan prasarana transportasi yang harus dipenuhi agar masyarakat
memberikan dampak positif terhadap dapat mempertahankan hidupnya.
kesehatan masyarakat. Pembangunan jalan Kebutuhan tersebut muncul dengan
tersebut sangat membantu kelancaran bagi secara alami, sehingga, disebut
masyarakat apabila pergi berobat baik ke juga sebagai kebutuhan alamiah.
dokter, Puskesmas, atau ke Rumah Sakit. Hasil observasi terhadap kondisi riil

69
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

di tengah masyarakat Jakarta serta bahwa yang termasuk kebutuhan


Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta jasmani dalam bentuk barang; antara
menunjukkan, yang termasuk ke dalam lain mobil/motor, perkakas rumah
kebutuhan primer adalah kebutuhan tangga, pakaian, makanan, minuman,
untuk makan, minum, pakaian, tempat obat-obatan, olah raga, dan obat-obatan
tinggal, pendidikan, rekreasi, dan serta vitamin. Sementara, kebutuhan
menabung (saving). 2. Kebutuhan jasmani dalam bentuk jasa; antara lain
Sekunder; setelah berhasil memenuhi kebutuhan rekreasi, menonton televisi,
kebutuhan primer atau kebutuhan mendengarkan musik, dan olah raga.
pokok, masyarakat masih memerlukan 2. Kebutuhan Rohani atau Kebutuhan
kebutuhan lain yang bersifat pelengkap Spiritual. Selain kebutuhan jasmani,
yang dikenal dengan sebutan sekunder. maka, jenis kebutuhan lain yang juga
Dari hasil observasi, yang termasuk penting adalah kebutuhan rohani atau
kebutuhan sekunder bagi masyarakat kebutuhan yang bersifat kejiwaan.
Jakarta; di antaranya adalah kebutuhan Kebutuhan rohani bagi masyarakat
terhadap mobil atau motor, televisi, di Jakarta; antara lain beribadah,
kulkas, meja, kursi, buku, dan alat mendengarkan ceramah agama, dan
tulis. 3. Kebutuhan Tersier; adalah mendengarkan wejangan atau nasihat
suatu kebutuhan yang harus dipenuhi tentang budi pekerti yang luhur,
setelah kebutuhan primer dan sekunder rekreasi, kesenian, dan hiburan.
terpenuhi. Hasil observasi menunjukkan c. Berdasarkan Waktu Pemenuhannya; di
bahwa pada dasarnya kebutuhan tersier sini kebutuhan masyarakat dibedakan
masyarakat di Jakarta adalah kebutuhan menjadi kebutuhan sekarang dan
manusia terhadap barang-barang dan kebutuhan yang akan datang. 1.
jasa yang tergolong mewah (luks), Kebutuhan Sekarang; adalah suatu
seperti mobil atau motor mewah, dan kebutuhan yang pemenuhannya
wisata ke luar negeri. Secara tegas tidak dapat ditunda-tunda lagi atau
dapat dikatakan, pembagian kebutuhan harus dipenuhi pada saat ini juga.
menurut intensitas kegunaannya sangat Hasil observasi menunjukkan bahwa
ditentukan oleh kondisi masyarakat yang termasuk ke dalam kebutuhan
tertentu di Jakarta. Misalnya, bagi sekarang di antaranya adalah kebutuhan
sebagian penduduk Jakarta yang masih masyarakat terhadap makanan saat ia
tertinggal, maka, kebutuhan akan lapar, kebutuhan seseorang terhadap
motor atau mobil mungkin merupakan minuman saat ia haus, kebutuhan
kebutuhan mewah, berbeda dengan seseorang terhadap obat-obatan, atau
penduduk daerah yang memiliki standar pergi ke rumah sakit saat ia sakit, dan
hidup tinggi, kebutuhan terhadap motor kebutuhan masyarakat akan istirahat
atau mobil mungkin hanya merupakan saat ia lelah. 2. Kebutuhan yang
kebutuhan sekunder saja. akan datang; adalah kebutuhan yang
b. Berdasarkan Sifatnya. Dalam hal ini, pemenuhannya dapat ditunda. Hasil
kebutuhan masyarakat dibagi menjadi observasi terhadap masyarakat di
dua kebutuhan, yaitu kebutuhan Jakarta menunjukkan, kebutuhan akan
jasmani dan rohani. 1. Kebutuhan datang, di antaranya adalah kebutuhan
Jasmani; adalah kebutuhan yang perlengkapan bayi untuk ibu yang
berhubungan dengan keadaan sedang mengandung, tabungan untuk
jasmani atau isik seseorang terhadap persiapan melanjutkan pendidikan,
barang dan jasa. Hasil pengamatan asuransi kesehatan dan dana pensiun
di masyarakat Jakarta menunjukkan, untuk jaminan hari tua.

70
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

d. Berdasarkan Subjeknya; kebutuhan usaha-usaha lainnya.


warga Jakarta dibedakan menjadi
kebutuhan perorangan dan kebutuhan
kelompok. 1. Kebutuhan Perorangan; Dimensi Hidup Layak
hal-hal yang diperuntukkan bagi Dimensi “hidup layak” dijelaskan
perorangan atau kebutuhan individu oleh Informan bahwa bagi masyarakat,
adalah kebutuhan yang hanya hidup layak adalah standar kebutuhan yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan harus dipenuhi oleh seorang lajang yang
seorang saja. Perbedaan kebutuhan merupakan anggota masyarakat untuk
pada tiap orang, sangat berbeda, dapat hidup layak baik secara isik, non
karena tergantung pada profesi isik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu)
yang bersangkutan. Dari observasi bulan. Sebenarnya, standar hidup layak
menunjukkan; bahwa seorang siswa ini mengacu pada peraturan Kebutuhan
membutuhkan buku dan alat tulis, Hidup Layak, yang diatur dalam UU No.13
makanan, pakaian, dan olah raga. Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Jadi, kebutuhan petani waktu bekerja Pembahasan lebih dalam mengenai
berbeda dengan kebutuhan seorang ketentuan KHL, diatur dalam Keputusan
dokter. 2. Kebutuhan kelompok atau Menteri Tenaga Kerja No. 17 Tahun
sosial; adalah merupakan kebutuhan 2005 tentang Komponen dan Pentahapan
yang dimanfaatkan untuk kepentingan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
masyarakat atau publik secara Namun, Keputusan Menteri Tenaga Kerja
bersama-sama, misalnya, siskamling, No. 17 Tahun 2005 direvisi oleh Keputusan
pembangunan jembatan, jalan, rumah Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun
sakit, tempat rekreasi dan sekolah. 2012 tentang Perubahan Penghitungan
Hasil proses trianggulasi Kebutuhan Hidup Layak.
menunjukkan bahwa dalam memenuhi Komponen yang termasuk dalam
kebutuhan sosial guna mempertahankan standar Kebutuhan Hidup Layak antara
kelangsungan hidupnya adalah adanya lain; makanan & minuman (11 butir);
kesempatan kerja bagi penduduk Jakarta. sandang (13butir); perumahan (26 butir);
Sasaran pembangunan perkotaan di pendidikan (2 butir); kesehatan (5 butir);
antaranya adalah terciptanya perluasan transportasi (1 butir); rekreasi dan tabungan
kesempatan kerja di daerah tersebut (2butir). Selengkapnya, komponen standar
terutama lapangan kerja baru di bidang Kebutuhan Hidup Layak sebagaimana
perdagangan serta jasa baik berskala kecil, yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri
sedang maupun besar. Kondisi demikian Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2012. Jadi,
diharapkan berdampak pada berkurangnya terdapat beberapa komponen hidup layak
angka pengangguran dan kemiskinan serta tersebut di antaranya adalah berupa:
aksesibilitas penduduk yang selanjutnya
1. Makanan dan minuman; meliputi beras,
akan membuka kesempatan kerja di
daging, ikan segar, telur ayam, tempe/
wilayah tersebut dan di beberapa kasus
tahu, minuman susu bubuk, gula pasir,
memunculkan usaha baru. Beberapa temuan
minyak goreng, sayuran, buah-buahan
hasil riset menunjukkan bahwa jumlah
setara pisang, pepaya, karbohidrat lain
yang bekerja berkisar 2-3 orang per rumah
setara tepung terigu, the, kopi, dan
tangga. Jumlah perempuan yang bekerja
bumbu-bumbuan.
sebelum dan sesudah adanya pembangunan
prasarana transportasi meningkat walaupun 2. Sandang: Celana panjang, rok, kemeja
kecil. Meningkatnya jumlah ini terutama lengan pendek, blus, kaus oblong,
disebabkan berkembangnya industri dan BH, celana dalam, sarung, kain

71
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

panjang, sepatu, sandal jepit, handuk, oleh sebuah tim yang dibentuk oleh Dewan
perlengkapan ibadah. Pengupahan Kota (DPK). Sementara,
3. Perumahan: Sewa kamar sederhana, Dewan Pengupahan Provinsi/Kabupaten/
dipan, tempat tidur, kasur dan bantal, Kota adalah suatu lembaga non struktural
seprei dan sarung bantal, meja dan kursi, yang bersifat tripartit, dibentuk oleh
lemari pakaian, sapu, perlengkapan Gubernur/Bupati/Walikota, dan bertugas
makan, ceret aluminium, wajan memberikan saran serta pertimbangan
aluminium, sendok masak, kompor kepada Gubernur/Bupati/Walikota dalam
minyak tanah, minyak tanah, ember penetapan upah minimum (Pasal 1 ayat 2).
plastik, listrik, bola lampu pijar, neon, Oleh karena itu, keanggotaan DPK adalah
air bersih, sabun cuci. merupakan perwakilan dari serikat buruh,
pengusaha dan pemerintah, ditambah unsur
4. Pendidikan: Bacaan, radio. akademisi. Unsur pengusaha diwakili oleh
5. Kesehatan: Pasta gigi, sabun mandi, Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO),
sikat gigi, sampo, pembalut, alat cukur, unsur buruh diwakili oleh serikat buruh
obat anti nyamuk, dan potong rambut. yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan.
6. Transportasi: Transport kerja dengan
angkutan umum. Hasil trianggulasi menunjukkan
bahwa ragam dan sumber pendapatan rumah
7. Rekreasi dan Tabungan: Rekreasi di
tangga secara agregat meningkat setelah
daerah sekitar dan tabungan sebesar
pembangunan prasarana transportasi darat
dua persen dari total biaya komponen.
di Jakarta dibandingkan dengan sebelum
Selanjutnya ditegaskan, dalam pembangunan tersebut dilakukan. Bila
menetapkan upah minimum, pemerintah dilihat dari sumber pendapatan, tampak
mendasarkan pada kebutuhan hidup layak bahwa terjadi peningkatan dari usaha industri
dengan memperhatikan produktivitas dan rumah tangga dan usaha. Keberhasilan
pertumbuhan ekonomi (Pasal 88 ayat 4). pembangunan tersebut tidak hanya di ukur
Dengan begitu, maka, upah minimum dari peningkatan pendapatan penduduk
didasarkan pada hal-hal; (a) wilayah secara agregat atau per capital, tetapi juga
provinsi (upah minimum kabupaten/kota/ (justru lebih penting lagi) di lihat dari
UMK), (b) sektor pada wilayah provinsi distribusi peningkatan pendapatan tersebut
atau kabupaten/kota (Pasal 89 ayat 1). terhadap semua anggota masyarakat.
Pada pasal 89 ayat 4 dinyatakan bahwa Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa
komponen serta pelaksanaan tahapan pangan merupakan kebutuhan pokok/
pencapaian kebutuhan hidup layak diatur dasar masyarakat. Pada umumnya sebagai
dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja makanan pokok penduduk Jakarta adalah
dan Transmigrasi (Permenakertrans) nasi, dan pemenuhan bahan dasarnya
No. PER-17/MEN/VIII/2005, tentang adalah mendatangkan dari daerah lain di
Komponen dan Pelaksanaan Tahapan luar Jakarta. Dengan adanya pembangunan
Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak --- jalan, maka masyarakat semakin mudah
yang dimaksud dengan kebutuhan hidup memenuhi kebutuhan pokok tersebut, di
layak adalah standar kebutuhan yang harus samping penyediaan stok barang/beras
dipenuhi oleh seorang pekerja lajang untuk yang relatif cukup dengan harga yang
dapat hidup layak baik secara isik, non terjangkau dan relatif murah.
isik dan sosial, untuk kebutuhan 1 (satu)
Dimensi Mampu Mengembangkan
bulan (Pasal 1 ayat 1).
Diri
Pencarian dan pengumpulan data
Bagi masyarakat di Jakarta, konsep
tentang kebutuhan hidup layak dilaksanakan

72
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

mampu mengembangkan diri adalah yang diharapkan. Pengembangan diri dan


salah satu yang luas dan arti yang berbeda masyarakat tidak muncul dengan begitu
untuk masyarakat yang berbeda. Namun, saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan
ada beberapa karakteristik dasar dari dengan pola spiral; yakni selalu bergerak ke
masyarakat yang terlibat dalam proses atas sepanjang spiral secara terus-menerus.
pengembangan diri tersebut, masyarakat Pola spiral ini memaksa diri dan
yang dapat dieksplorasi dalam rangka masyarakat untuk melalui tiga tahapan
untuk mendapatkan pemahaman yang kegiatan; yakni belajar, berkomitmen, dan
lebih tentang apa artinya dan bagaimana berbuat. Latihan ini harus terus-menerus
hal itu dapat diimplementasikan dalam berjalan secara berulang-ulang sampai
kehidupannya. Mengidentiikasi dan kualitas dan produktivitas individu dan
mengatur tujuan adalah komponen penting masyarakat menjadi semakin tinggi. Dalam
dari setiap jenis program pengembangan melakukan pengembangan diri, individu
masyarakat. dan masyarakat memerlukan tolok ukur
Lebih lanjut ditegaskan, persiapannya yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui
dapat sederhana, yakni bertanya pada kemajuan dan perkembangan yang
masyarakat apa yang diinginkan dalam telah dicapai. Aktivitas pengembangan
kehidupannya. Pertanyaan dapat dijawab individu dan masyarakat tersebut misalnya
secara luas, kemudian dipecah menjadi 1. Memperluas pengetahuan mengenai
spesiik. Hal ini penting, untuk mengatur fakta situasional. Jangan bersikap
masyarakat yang merupakan kumpulan tak acuh dengan lingkungan sekitar;
individu menjadi beberapa bagian yang 2. Menjalin hubungan dengan pihak
dapat dikelola. Hal tersebut dilakukan, lain; 3. Mengelola waktu secara efektif;
mengingat, di dalam masyarakat 4. Menjaga keaktualan pengetahuan agar
terdapat individu-individu yang dinamis tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas
yang mampu mereleksikan semangat mencari pengetahuan baru; 5. Berlatih
pengembangan masyarakat secara total untuk mengumpulkan fakta dan membuat
dan berkesinambungan. Pada akhirnya, asumsi; 6. Membuat jurnal pribadi dan
masyarakat yang dinamis akan melahirkan masyarakat dengan menggunakan catatan
etos kerja dan budaya pengembangan harian agar jadwal pengembangan diri dan
masyarakat yang baik. Apalagi, masyarakat menjadi teratur.
pengembangan individu dan masyarakat Selanjutnya ke 7, menentukan
selalu bersifat dinamis, berubah dari hari batas-batas kekuasaan dan otoritas yang
ke hari, dan tiap momentum pergantian dimiliki, yaitu: a. Agar individu dan
tahun, selalu diiringi dengan evaluasi diri. masyarakat dapat leluasa berkembang;
Hal ini dilakukan bukan sekadar b. Mendengarkan dengan seksama; c.
untuk mengenang masa lalu, namun Melakukan pengambilan keputusan
sebagai persiapan untuk menghadapi masa dengan baik; d. Membiasakan membuat
depan. Dengan melakukan instrospeksi teknik perencanaan (planning) yang baik.
diri, maka, dapat diketahui kekuatan dan e. Melakukan secara mandiri. Proses
kelemahan, peluang maupun tantangan pengembangan diri yang dilakukan tidak
yang dimiliki. Dimensi sosial/emosional akan berjalan lancar apabila individu dan
diasah melalui pemberian pelayanan, masyarakat mengandalkan dukungan
bersikap empati, melakukan sinergi dan dari luar. Untuk itu, diperlukan suatu self
menumbuhkan rasa aman dalam diri dan education yang berasal dari dalam diri dan
masyarakat. Dalam proses pengembangan masyarakat itu sendiri. Pembelajaran yang
diri, diperlukan keseimbangan dan sinergi harus dilakukan secara mandiri, setidaknya
untuk mencapai hasil optimal sebagaimana mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan

73
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

membuat agenda pribadi dan masyarakat, ribu; tahun 2013 sebanyak 354,2 ribu; dan
kemampuan menjadi pembelajar yang di tahun 2014 melonjak menjadi 393,98
cepat (speed learner), dan belajar secara ribu. Namun jumlah pengangguran tahun
mandiri (self learning). Kemudian, untuk 2014 menurun yaitu menjadi sebanyak
melakukan proses pengembangan diri dan 429,11 dibanding angka pengangguran
masyarakat, memang tidak bebas hambatan, tahun sebelumnya (Tahun 2013 sebanyak
bahkan seringkali penuh kendala. 5180,015) (Sumber : Diolah dari Survei
Namun, segala aktivitas ditentukan Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
oleh niat dan masyarakat akan menuai dan Survei Angkatan Kerja Nasional
hasil aktivitasnya sesuai dengan niatnya. (SAKERNAS) BPS Provinsi DKI Jakarta
Sebenarnya, niat itulah yang merupakan 2009- 2014). Asset tersebut dapat
benih dari sikap dari masyarakat sehingga dibedakan antara asset yang produktif dan
perlu dijaga kesucian dan kekuatannya. tidak produktif. Pemilikan asset relative
Dengan demikian, niat dapat memberikan tetap sebelum dan sesudah pembangunan
energi positif dalam pengembangan diri prasarana transportasi, kecuali untuk
masyarakat Jakarta atas pembangunan pemilikan rumah, TV, sepeda motor terjadi
sistem transportasi darat di wilayah peningkatan. Peningkatan tersebut terjadi
Jakarta. Apa yang bisa dimanfaatkan karena tingkat pendapatan meningkat dan
atau diperbuat oleh masyarakat atas sebagian untuk membeli/membangun
pembangunan di bidang transportasi darat rumah. Selain karena tingkat pendapatan
di Jakarta ini, atau sebaliknya masyarakat meningkat, juga karena masyarakat
sulit mengembangkan diri atas capaian semakin membutuhkan asset tersebut.
pembangunan sistem transportasi darat
tersebut. Dimensi Fungsi Sosial
Hasil trianggulasi menunjukkan Dimensi fungsi sosial di sini adalah
bahwa dampak pembangunan prasarana identik dengan dimensi Hubungan Sosial
transportasi adalah perkembangan asset Kemasyarakatan. Terkait hal ini, telah
rumah tangga. Pemilikan asset rumah dijelaskan oleh Informan bahwa individu,
tangga merupakan salah satu indikator keluarga dan kumpulan-kumpulan kecil
ekonomi rumah tangga, sehingga semakin merupakan anggota sebuah masyarakat.
banyak dan bernilai ekonomi tinggi, Dari jaringan erat wujud dalam kalangan
dan tingkat kesejahteraan rumah tangga anggota masyarakat tersebut, terbina pola
tersebut membaik. Indikator yang dipakai hubungan sosial yang berulang sifatnya;
Badan Pusat Statistik (BPS), untuk seperti kegiatan gotong royong, bersama-
rumah tangga/penduduk miskin antara sama merayakan sesuatu perayaan melalui
lain adalah kepemilikan asset/barang rumah terbuka, berkumpul menyambut
yang berharga. Berdasarkan data dari pembesar yang datang berkunjung,
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menghadiri majelis perkawinan, membantu
dan Biro Tata Pemerintahan tahun 2013 mereka yang ditimpa malapetaka atau yang
jumlah penduduk DKI Jakarta tahun 2014 meninggal dunia. Kekerapan pergaulan
(proyeksi) sebanyak 10.075,3 ribu orang. ini membina satu keterpaduan dalam
Survei Komuter 2014, Penduduk malam masyarakat sebagai satu unit sosial.
hari di DKI Jakarta sebesar 10.073.300
orang sedangkan penduduk Jakarta siang Hasil observasi menunjukkan, warga
hari sebesar 11.201.610 orang. masyarakat di Jakarta menginginkan
adanya suatu ketertiban agar tata hubungan
Jumlah penduduk miskin terus antarwarga masyarakat dapat berjalan
bertambah, tahun 2012 sebanyak 363,2 secara tertib dan lancar. Untuk kepentingan

74
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

ini, masyarakat membuat norma sebagai kebutuhan dasar setiap warga ibukota
pedoman; misalnya tata tertib di Jakarta, dilakukan lewat rehabilitasi
lingkungan RW/RT di daerah masing- sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
masing di Jakarta yang pelaksanaannya sosial, dan perlindungan sosial. Dalam
memerlukan suatu bentuk pengawasan penyelenggaraannya dilakukan atas dasar
dan pengendalian. Sehingga, terciptalah kesetiakawanan, keadilan, kemanfaatan,
suatu proses sosial yang merupakan proses keterpaduan, kemitraan, keterbukaan,
interaksi dan komunikasi antarkomponen akuntabilitas, partisipasi, profesionalisme
masyarakat Jakarta dari waktu ke waktu, dan keberlanjutan.
hingga mewujudkan suatu perubahan. Pasal 33 UUD’45 tentang Sistem
Dalam proses sosial masyarakat di Jakarta Perekonomian dan Pasal 34 tentang
,terdapat komponen-komponen yang saling Kepedulian Negara Pada Kelompok
terkait satu sama lain, yaitu: a) Struktur Lemah, menempatkan negara sebagai
sosial, yaitu susunan masyarakat yang pihak yang paling bertanggung jawab
secara komprehensif menyangkut individu, dalam mewujudkan kesejahteraan sosial.
tata nilai, dan struktur budayanya. b) Diharapkan, melalui implementasi
Interaksi Sosial, yaitu keseluruhan jalinan kebijakan sistem transportasi darat di
antarwarga masyarakat. c) Struktur alam wilayah Jakarta, maka, tujuan kebijakan
lingkungan yang meliputi letak, bentang tersebut yang antara lain adalah; mampu
alam, iklim, lora dan fauna. Seterusnya, atau berdampak positif pada peningkatan
komponen isi adalah salah satu komponen kesejahteraan sosial masyarakatnya.
yang turut mempengaruhi bagaimana
jalannya proses sosial masyarakat Jakarta.
Selaras dengan itu, terjadinya Simpulan
perubahan sosial budaya yang merupakan Implementasi kebijakan sistem
perubahan struktur sosial dan budaya di transportasi darat di Jakarta telah mampu
Jakarta akibat adanya ketidaksesuaian di meningkatkan kesejahteraan sosial
antara unsur-unsurnya, akan memunculkan sebagian warga masyarakat, artinya;
suatu corak sosial baru yang dianggap masyarakat telah merasakan dan menikmati
ideal. Dalam konteks perubahan social, hasil pembangunan transportasi darat di
masyarakat di Jakarta dalam sekat Jakarta. Selanjutnya, sebagian yang lain
pluralismenya terakomodasi secara dari masyarakat Jakarta belum secara
otomatis dalam civics responsibility, maksimal merasakan dampak positif
social economics responsibilities, dan atas kebijakan sistem transportasi darat
personal responsibility. Secara spesiik, tersebut. Bahkan yang dirasakan oleh
keadaan sosial masyarakat di Jakarta sebagian masyarakat Jakarta tersebut,
sangat kompleks, mengingat penduduknya adalah dampak negatifnya; misalnya
mencapai kurang lebih dua belas juta jiwa,kemacetan yang hampir merata di seluruh
yang terdiri dari berbagai suku, agama, wilayah Jakarta sehingga menimbulkan
tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pencemaran udara yang cukup tinggi,
lain-lainnya. aktivitas ekonomi masyarakat terhambat
Dengan demikian, Pemerintah Jakarta dan menimbulkan ekonomi biaya tinggi
dengan dukungan seluruh komponen sehingga kesejahteraan sosial pun turut
masyarakat wajib menyelenggarakan melemah.
kesejahteraan sosial. Upaya yang terarah, Hal ini diperkuat dengan angka
terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan kemiskinan yang terus meningkat di
Pemerintah Jakarta dan masyarakat dalam tahun 2014 mencapai 393,98 dibanding
bentuk pelayanan sosial untuk memenuhi tahun-tahun sebelumnya, dan masih

75
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

adanya sekelompok masyarakat yang tentang Perubahan Penghitungan


tinggal di wilayah Jakarta dengan tingkat Kehidupan Hidup Layak. Jakarta:
kesejahteraan yang masih di bawah standar Kemenaker RI.
kehidupan yang layak. Untuk itu, maka, [Kemenaker RI] Keputusan Menteri
masih diperlukan upaya yang sungguh- Tenaga Kerja No. 17 tahun 2005
sungguh dari Pemerintah DKI Jakarta tentang Komponen dan Pentahapan
untuk lebih menyempurnakan berbagai Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
kebijakan di bidang sistem transportasi Jakarta: Kemenaker RI.
darat, sehingga hasil pembangunan benar-
benar mampu dirasakan dan dinikmati oleh [Kemenaker RI] Kementerian Tenaga
seluruh warganya, bahkan oleh masyarakat Kerja Republik Indonesia.
pada umumnya. Tidak cukup sampai Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
di situ, juga perlu terus dikembangkan Transmigrasi No. PER-17/MEN/
pembangunan sistem transportasi darat VIII/2005 tentang Komponen dan
secara terpadu dengan moda transportasi Pelaksanaan Tahapan Pencapaian
lainnya, misalnya transportasi udara, dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL).
transportasi laut, serta terpadu dengan Jakarta: Kemenaker RI.
pembangunan sistem transportasi di [Kemenhub RI] Keputusan Menteri
wilayah sekitarnya; misalnya di Bogor, Perhubungan No. 49 Tahun 2005
Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur tentang Sistem Transportasi Nasional.
(Bodetabekjur). Jakarta: Kemenhub RI.
Di samping itu, perlu pencegahan [Kemenhub RI] Keputusan Menteri Tenaga
secara dini dan maksimal dampak negatif Kerja No. 13 tahun 2012 tentang
atas pembangunan sistem transportasi darat Perubahan Penghitungan Kebutuhan
di Jakarta, misalnya tingkat kemacetan, Hidup Layak. Jakarta: Kemenhub RI.
pencemaran lingkungan, ekonomi
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi
biaya tinggi, keamanan dan ketertiban,
Penelitian Kualitatif, Bandung,
keselamatan, kenyamanan, kelancaran,
Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
ketepatan waktu, pemerataan, keadilan,
dan penegakan hukum berlalu lintas. Miles, Matthew B dan Huberman, A.
Michael. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Penerbit UI Press.
Daftar Pustaka
[Setneg RI] Sekretariat Negara Republik
Anderson, James E. 2006. Public Policy Indonesia. Peraturan Pemerintah
Making. New York: Holt, Renehart Nomor 8 Tahun 2011 tentang
and Winston. Angkutan Multimoda. Jakarta:
Haryanto, Stefanus. 2009. Perumusan Setneg RI.
Kebijakan Transportasi di Indonesia: [Setneg RI] Sekretariat Negara Republik
Bersifat Reaktif atau Antisipatif, Indonesia. Peraturan Presiden Nomor
Jurnal Dinamika Masyarakat, Sistem 26 Tahun 2012. Jakarta: Setneg RI.
Transportasi Kota. 8(3): 1646-1649.
[Kemenhub RI] Kementerian Perhubungan
Kadarisman, Muh. 2014. Manajemen Republik Indonesia. Peraturan
Angkutan Lebaran Terpadu. Jurnal Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun
Manajemen Transportasi & Logistik. 2012 tentang Penyelenggaraan dan
1(2): 103. Pengusahaan Angkutan Multimoda.
[Kemenaker RI] Keputusan Menteri Kemenhub RI.
Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 [Kemenaker RI] Kementerian Tenaga

76
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
ISSN 2355-4721 Implementasi Kebijakan Sistem Transportasi Darat dan Dampaknya terhadap Kesejahteraan Sosial di Jakarta

Kerja Republik Indonesia.


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. PER-17/MEN/
VIII/2005, tentang Komponen dan
Pelaksanaan Tahapan Pencapaian
Kebutuhan Hidup Layak. Jakarta:
Kemenaker RI.
Pengembangan Transportasi Nasional
guna Mempercepat dan Memperluas
Pembangunan Ekonomi Dalam
Rangka Ketahanan Nasional; Jurnal
Kajian Lemhannas RI | Edisi 15 | Mei
2013.
[Setneg RI] Sekretariat Negara Republik
Indonesia Peraturan Pemerintah No.
8 Tahun 2011 tentang Angkutan
Multimoda. Jakarta: Setneg.
Riyanto, Bambang. 2009. Permasalahan
Transportasi dan Struktur Kota
dalam Perspektif Pembangunan
Berkelanjutan. Jurnal Dinamika
Masyarakat, Sistem Transportasi
Kota. 8(3):1623 - 1646..
Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Bisnis,
Bandung, Penerbit: Alfabeta, hlm
426.
Soejachmoen, Moekti H. 2009.
Sistem Transportasi Kota Yang
Berkelanjutan. Jurnal Dinamika
Masyarakat, Sistem Transportasi
Kota. 8(3): 6163.
[UUD 1945] Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.

77
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015
Muh. Kadarisman, Aang Gunawan, Ismiyati ISSN 2355-4721

78
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik (JMTransLog) - Vol. 02 No. 01, Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai