Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ORGANIK

ACARA V
(KARBOHIDRAT II)

Kelompok (4)
Penanggung Jawab :

Zulfa Qory Aina (A1F018022)


Nabilla Cahya Isnaeni (A1F018080)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia yang
berfungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat secara garis
besar dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas monosakarida, disakarida
dan oligosakarida. Karbohidrat kompleks terdiri atas polisakarida dan polisakarida
non pati (serat). Pencernaan karbohidrat dimulai dari mulut, kemudian terhenti
sebentar di lambung dan dilanjutkan ke usus halus kemudian di serap oleh dinding
usus, masuk ke cairan limpa, kemudian ke pembuluh darah kapiler dan dialirkan
melalui vena portae ke hati dan sebagian pati yang tidak dicerna masuk ke usus
besar. Sisa karbohidrat yang masih ada, dibuang menjadi tinja. Fungsi lain
karbohidrat bagi tubuh yaitu pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein,
pengatur metabolisme lemak dan membantu mengeluarkan feces. Sumber
karbohidrat adalah padi-padian atau serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering
dan gula. Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat yaitu penyakit
kurang kalori protein, obesitas dan diabetes mellitus.
Karbohidrat merupakan zat gizi sumber energi paling penting bagi makhluk
hidup. Karbohidrat merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh manusia
yang befungsi untuk menghasilkan energi bagi tubuh manusia. Karbohidrat sebagai
zat gizi merupakan nama kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur
molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan-persamaan dari sudut kimia
dan fungsinya. Semua karbohidrat terdiri atas unsur Carbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O).
Karbohidrat yang penting dibagi menjadi dua golongan yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri atas
monosakarida yang merupakan molekul dasar dari karbohidrat, disakarida yang
terbentuk dari dua monosa yang dapat saling terikat, dan oligosakarida yaitu gula
rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa dan fruktosa. Karbohidrat
kompleks terdiri atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua ikatan
monosakarida dan serat yang dinamakan juga polisakarida nonpati.
Konsumsi karbohidrat sebaiknya 70% adalah gula kompleks yang bersumber
dari serat. Kelebihan karbohidrat khususnya gula sederhana dapat memicu kondisi
ketosis, yaitu produksi keton oleh hati yang tidak dapat dioksidasi oleh darah.
Keadaan ini dapat menyebabkan pembakaran lemak yang berlebihan dengan
indikasi peningkatan volume urine, mual, depresi, lelah dan pusing.
Karbohidrat yang mengandung gula sederhana yaitu gula yang mudah
dimetabolisme menjadi asetil CoA yang selanjutnya memasuki biosintesis lemak.
Asupan karbohidrat yang mengandung gula sederhana yang tinggi tanpa diikuti
dengan aktifitas fisik akan mempercepat biosintesis lemak. Sumber karbohidrat
utama adalah tumbuhan.
Karbohidrat selain berfungsi untuk menghasilkan energi, juga mempunyai
fungsi yang lain bagi tubuh. Fungsi lain karbohidrat yaitu pemberi rasa manis pada
makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran
feses.
B. Tujuan

Praktikum ini bertujuan ntuk mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan amilum
(pati).
II. TINJAUAN PUSTAKA

Nama karbohidrat pertama kali dikemukakan oleh para ahli kimia perancis.
Nama tersebut diberikan untuk golongan senyawa senyawa senyawa organik yang
tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, dalam senyawa senyawa ini, dua
unsur yang terakhir mempunyai perbandingan 2:1, seperti perbandingan hidrogen
dan oksigen pada air. Mereka menganggap senyawa senyawa ini merupakan hidrat
dari karbon yang mempunyai rumus perbandingan Cn(H2O)m , n=m atau kelipatan
urutan bilangan bulat seterusnya, misalnya glukosa adalah C6H12O6 atau laktosa
adalah C12H22O11. Akhirnya pada tahun 1880-an disadari bahwa anggapan hidrat
dan karbon merupakan anggapan yang keliru, dan karbohidrat sebenarnya adalah
polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton atau turunan dari keduanya. Sakarida
atau zat gula adalah nama yang sering dipakai sebagai pengganti nama karbohidrat
(Sumardjo, 2009).
Nama lain dari karbohidrat adalah sakarida. Melihat struktur molekulnya,
karbohidrat lebih tepat didefinisikan sebagai polihidroksialdehid atau
polihidroksiketon yang mengandung unsur – unsur karbon (C), hidrogen (H), dan
oksigen (O) dengan rumus empiris total (CH2O) (Suherman B, 2011).
Karbohidrat merupakan sumber kalori utama bagi manusia selain protein dan
lemak. Karbohidrat yang mempunyai rumus empiris (CH2O)n ini juga mempunyai
peranan penting dalam menentukan karakteristik bahan makanan, misalnya rasa,
warna, tekstur, dan lain-lain. Sedangkan dalam tubuh, karbohidrat berguna untuk
mencegah tibulnya pemecahan pemecahan protein tubuh yang berlebihan,
kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak dan protein
(Mukti, 2018).
Di alam, karbohidrat dibentuk dari reaksi CO2 dan H2O dengan bantuan sinar
matahari melalui proses fotosintesis dalam sel tanaman yang berkrolofil. Sebagian
besar bahan-bahan nabati yang merupakan sumber karbohidrat diperoleh dari
serelia, umbiumbian, dan batang tanaman misanya sagu (Ni’maturohmah E, dan
Yunita, 2015).
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan
dan tumbuhan disamping lemak dan protein. Senyawa ini dalam jaringan
merupakan cadangan makanan atau energi yang disimpan dalam sel. Karbohidrat
yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan cadangan makanan yang disimpan
dalam akar, batang, dan biji sebagai pati (amilum). Karbohidrat dalam tubuh
manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan
sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh – tumbuhan
(Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu
karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis
karbohidrat terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana, karbohidrat
kompleks memiliki lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul.
Karbohidrat sederhana terdiri dari :
1. Monosakarida yang terdiri atas jumlah atom C yang sama dengan molekul
air, yaitu C6(H2O)6 dan C5(H2O)5
2. Disakarida yang terdiri atas ikatan 2 monosakarida dimana untuk tiap 12
atom C ada 11 molekul air C12(H2O)11
3. Gula alkohol merupakan bentuk alkohol dari monosakarida
4. Oligosakarida adalah rantai pendek yang dibentuk oleh galaktosa, glukosa,
dan fruktosa.
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia diseluruh dunia. Pati terutama terdapat
dalam padi – padian, biji bijian, dan umbi umbian. Jumlah unit glukosa dan
susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain bergantung jenis tanaman
asalnya. Rantai glukosa terikat satu sama lain melalui ikatan alfa yang dapat
dipecah dalam proses pencernaan. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat,
amilosa, dan amilopektin, dalam kondisi yang berbeda beda (Almatsier, 2010).
Pati atau amilum merupakan karbohidrat kompleks yang dihasilkan oleh
tumbuhan, dimana didalamnya terkandung kelebihan glukosa (produk fotosintesis).
Ubi kayu atau singkong, mengandung karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar
35,3% per 100 g. Hidrolisa pati merupakan proses pemecahan molekul amilum
menjadi bagian-bagian penyusunnya, seperti glukosa (Retnoyatiningsih, 2011).
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar, dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati adalah suatu polisakarida yang
mengandung amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polisakarida berantai
lurus bagian dari butir – butir pati yang terdiri atas molekul – molekul glukosa yang
terikat satu sama lain melalui ikatan α-1,4- glikosidik (Nasution, 2011).
Pembuatan dekstrin selama ini menggunakan proses konversi kering dan
konversi basah menggunakan asam. Tetapi dalam perkembangannya penggunaan
enzim sebagai biokatalis lebih banyak digunakan karena berbagai pertimbangan,
menurut adalah tidak membutuhkan alat pemroses dengan konstruksi khusus, dapat
dilakukan pada pH dan suhu yang tidak ekstrim, konversi tinggi, dan pengendalian
prosesnya mudah. Hidrolisis secara enzimatis lebih menguntungkan dibandingkan
hidrolisis asam, karena prosesnya lebih spesifik, kondisi prosesnya dapat dikontrol,
biaya pemurnian lebih murah, dan kerusakan warna dapat diminimalkan (Noriko
dan Pambudi, 2014).
Umumnya pembuatan dekstrin menggunakan enzim α-amilase dengan
memotong rantai panjang pati menjadi unit-unit rantai glukosa, molekul pati yang
lebih pendek yang disebut maltodekstrin, dengan Dextrose Equivalent (DE) < 20.
Sedangkan pada penelitian ini molekul pati akan dipecah secara enzimatis
menggunakan enzim β-amilase dengan konsentrasi (0.06%, 0.08% dan 0.10%) dan
lama inkubasi (5 jam, 10 jam dan 15 jam). Enzim β-amilase sama seperti α-amilase
memotong ikatan α-1,4 glikosidik, tetapi proses pemotongannya sangat lambat dan
hanya memotong 2 gugus glukosa setiap potongannya. Dan proses pemotongannya
satu-persatu dari ujung terluar amilosa atau amilopektin dimulai dari gugus non-
reduksi. Produk akhir berupa maltosa dan dekstrin dengan DE < 5 dan lebih dari
2.Sejak ditemukan cara hidrolisis pati menjadi bahan yang lebih manis oleh
Kirchoff, banyak usaha yang telah dilakukan orang untuk lebih meningkatkan rasa
manis dari produk hidrolisis tersebut (Sukardati 2001).
Hidrolisis dengan meggunakan kombinasi enzim-enzim berlangsung dalam 2
tahap, yaitu :
1. Proses Liquifikasi, proses pencairan gel pati dengan menggunakan enzim
αamilase. Hasil hidrolisanya adalah dextrin. Proses ini berlangsung pada pH 5,5,
suhu 85°C, waktu proses 40 menit, perbandingan pati dan enzim 1 : 0,002. Jika
proses ini dilakukan pada pH dan suhu tidak optimal maka aktivitas enzim akan
berkurang dan enzim akan rusak dan mati (Othmer, 1976). Reaksi : C6H10O5 + H2O
α-amilase C12H22O11 α –amilase adalah endo-enzim yang bekerjanya memutus
ikatan α – 1,4 dibagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin. α-
amilase relatif tahan panas, tetapi tidak tahan terhadap pH yang rendah. Enzim
αamilase mempunyai suhu optimum 800C – 1100 C dan pH optimum 5,0 – 7,0.

2. Proses Sakarifikasi, proses hidrolisis dextrin menjadi glukosa dengan bantuan


enzim amiloglukosidase. Proses ini berlangsung pada pH 4,5, suhu 60°C, waktu
reaksi 48-96 jam, dengan penambahan enzim 0,5 – 1,1 L/TDS. Proses ini dilakukan
pada suhu dan pH yang optimal sesuai dengan kereaktifan enzim glukoamilase,
untuk waktu dan penambahan enzim juga harus sesuai dengan substrat yang di
tambahkan sehingga didapatkan kadar glukosa yang maksimal (Coney, 1979)

Reaksi : glukoamilase C6H10O5 + H2O C12H22O11.


Enzim glukoamilase bersifat eksoamilase, yaitu dapat memotong ikatan α-1,4 pada
pati. Disamping itu amiloglukosidase (glukoamilase) juga dapat memotong ikatan
α-1,6, sehingga molekul-molekul pati dapat dikonversikan menjadi molekul-
molekul glukosa bebas. Enzim glukoamilase (amiloglukosidase) mempunyai suhu
optimum 500C – 600C dan pH optimum 4,0 – 5,0 (Siregar, 2014).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

a. Alat
1. Water bath 3. Pipet ukur
2. Tabung reaksi 4. Filler
5. Pipet tetes 7. Pengukur waktu
6. Karet 8. Cawan porselen
b. Bahan
1. Larutan sukrosa 1% 5. Kertas pH
2. Pereaksi benedict 6. Larutan amilum 1%
3. Larutan HCl pekat 7. Larutan iodium
4. Larutan NaOH 2% 8. Larutan HCl 2N
B. Prosedur Kerja

a. Hidrolisis sukrosa
Dimasukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 tetes
HCl pekat

Dicampur dengan baik, lalu dipanaskan dalam penangas air mendidih selama
30 menit

Setelah didinginkan, dinetralkan larutan dengan NaOH 2% 5 tetes dan diuji


dengan kertas pH

Selanjutnya diuji dengan benedict

Disimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis sukrosa

b. Hidrolisis pati
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi 5 ml amilum 1%, kemudian ditambahkan
2,5 ml HCl 2N

Dicampur dengan baik, lalu dimasukan dalam penangas air mendidih

Setelah 3 menit, diuji dengan diambil 2 tetes larutan ditambah 2 tetes iodium
dalam tabung reaksi dicatat perubahan warna yang terjadi

Dilakukan uji iodium setiap 3 menit - 15 menit sampai hasil berwarna kuning
pucat

Dilanjutkan hidrolisis selama 5 menit

setelah didinginkan, diambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu dinetralkan


dengan 5 tetes NaOH 2%. Diuji dengan kertas pH

Disimpulkan apa yang dihasilkan hidrolisis pati


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Hidrolisis sukrosa
Perlakuan Uji Hasil Uji Kertas pH
5 ml sukrosa 1% Benedict Biru kehijauan 1

2. Hidrolisis pati
Perlakuan Hidrolisis Hasil uji Iodium Uji lakmus
(menit) (kertas pH)
5 ml amilum 1% 3 Cokelat pekat 1
+ 6 Cokelat 1
25 ml HCl 2N 9 Cokelat kekuningan 1
+ 12 Kuning 1
Pemanasan 15 Kuning pucat 1

B. Pembahasan

Karbohidrat yaitu senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen. Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1
atom O. Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan
struktural dan metabolik. Pada tumbuhan untuk sintesis CO2 + H2O yang akan
menghasilkan amilum / selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan pada
binatang tidak dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung pada
tumbuhan. Karbohirat merupakan sumber energi dan cadangan energi, yang melalui
proses metabolisme (Murray, 2009). Praktikum karbohidrat II dengan tujuan untuk
mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan amilum(pati).
Percobaan hidrolisis sukrosa. Alat yang digunakan untuk percobaan hidrolisis
sukrosa yaitu tabung reaksi, pipet tetes, waterbath, pipet ukur, filler, pengatur
waktu, cawan porselen dan karet. Bahan yang digunakan adalah larutan sukrosa
1%, larutan HCl pekat, Larutan NaOH 2%, Kertas pH, dan benedict. Sukrosa lebih
dikenal dengan gula pasir. Sukrosa terdapat pada semua tanaman yang mengalami
fotosintesis dan berfungsi sebagai sumber energi. Gula ini diperoleh dari tanaman
tebu dan bit, terdiri dari satu satuan glukosa dan satu satuan fruktosa. Sukrosa terdiri
dari satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa (Tim Dosen, 2009).
Percobaan hidrolisis sukrosa diawali dengan dimasukkannya larutan sukrosa
1% sebanyak 5 ml ke dalam tabung reaksi serta ditambahkan 3 tets larutan HCl
pekat dan dicampur. Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis atau asam yang
menghidrolisis disakarida. Penambahan HCl akan mempengaruhi pH larutan, hal
ini ditunjukan dengan kertas indikator yang bernilai 1. Setelah penambahan HCl
larutan tidak mengalami perubahan dari segi fisik, melainkan tetap berwarna putih
jernih (bening). Hal ini karena sukrosa belum terhidrolisis oleh HCl. Setelah
dilakukan pencampuran, kemudian dipanaskan dalam penangas air mendidih
selama 30 menit. Proses pemanasan bertujuan untuk memecah molekul menjadi
lebih kecil sehingga mudah dihidrolisis. Sukrosa yang terhidrolisis menghasilkan
glukosa dan fruktosa. Setelah proses pemanasan, kemudian ditunggu hingga dingin.
Kemudian dinetralkan larutan dengan NaOH 2% sebanyak 5 tetes dan di uji dengan
kertas pH. Penetralan dengan NaOH agar suasana menjadi netral sehingga dapat
menghentikan proses hidrolisis. Setelah dilakukan penetralan dengan NaOH,
kemudian dilakukan pengujian dengan benedict. Uji Benedict bertujuan untuk
mengetahui adanya gula pereduksi dalam larutan sampel (Aprilia, 2015). Setelah
dilakukan uji benedict, kemudian disimpulkan hasil dari hidrolisis sukrosa tersebut.
Pada praktikum yang kami lakukan dengan larutan sampel 5 ml sukrosa 1% hasil
ujinya adalah bewarna biru kehijauan, artinya larutan sampel tersebut memiliki
konsentrasi gula reduksi yang sedikit, karena menurut (Aprilia, 2015) semakin
berwarna merah bata maka gula reduksinya semakin banyak, sehingga larutan
sampel 5 ml sukrosa 1% memiliki gula reduksi yang sedikit karena larutannya tidak
terlaru pekat dan jumlah larutan sampel tidak terlalu banyak. Berdasarkan teori,
percobaan hidrolisis sukrosa yang ditambahkan HCl pekat dan dipanaskan serta
dinetralkan dengan NaOH, kemudian diuji dengan kertas lakmus yang menandakan
bahwa larutan tersebut dalam keadaan asam. Bila diambil beberapa tetes dan diuji
dengan benedict, setelah dipanaskan berubah menjadi warna merah bata. Uji
Benedict digunakan untuk mengetahui kandungan gula pereduksi pada sampel yang
akan diuji. Uji Benedict berisi larutan alkali. Larutan alkali dari tembaga direduksi
oleh gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas dengan membentuk
kupro oksida berwarna. Larutan Benedict mengandung kupri sulfat, natrium
karbonat, dan natrium sitrat. Sukrosa mempunyai sifat memutar cahaya ter
polarisasi ke kanan. Hasil hidrolisis sukrosa yaitu campuran glukosa dan fruktosa
disebut gula invert. Dasar reaksinya adalah disakarida jika diberi asam lalu
dipanaskan akan terhidrolisis menjadi 2 molekul-molekul monosakarida. Sukrosa
oleh HCl dalam keadaan panas akan terhirolisis, lalu menghasilkan glukosa dan
fruktosa.
Percobaan hidrolisis amilum(pati). Alat yang digunakan untuk percobaan
hidrolisis amilum(pati) adalah tabung reaksi, pipet tetes, water bath, pipet ukur,
filler, karet,cawan porselen, dan pengatur waktu. Bahan yang digunakan untuk
percobaan hidrolisis amilum(pati) adalah larutan amilum 1%, larutan HCl 2N,
larutan iodium, larutan NaOH 2%, dan kertas pH. Pada hidrolisa pati, asam yang
sering digunakan adalah asam asetat, asam fosfat, asam klorida. Asam – asam
tersebut sering digunakan terutama untuk industri makanankarena bersifat mudah
menguap, sehingga memudahkan pemisahan dari produknya (Utami dkk, 2014).
Percobaan hidrolisis amilum(pati) diawali dengan pencampuran antara
amilum 1 % sebanyak 5 ml dengan 2,5 ml HCl 2N. HCl berfungsi sebagai asam
yang akan menghidrolisis amilum. Dalam hidrolisis karbohidrat, pati akan
mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim atau asam selama pemanasan
menjadi molekul–molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis tersebut. Mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih
pendek (6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Dekstrin kemudian pecah lagi
menjadi maltose yang kemudian pecah lagi menjadi maltose yang kemudian pecah
lagi menjadi glukosa. Setelah dilakukan pencampuran, kemudian dipanaskan
dengan penangas air yang mendidih. Tujuan dari pemanasan diatas hanya dilakukan
untuk mempercepat terjadinya atau jalannya reaksi hidrolisis pati. Amilum dalam
suasana asam jika dipanaskan akan menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil
hidrolisis dapat diuji dengan iodine dan menghasilkan warna biru sampai tidak
berwarna (Nisyak, 2019). Setelah 3 menit, kemudian diuji dengan mengambil 2
tetes larutan ditambah 2 tetes iodium dalam tabung reaksi. Pati merupakan
polisakarida yangterdapat pada sebagian besar tanaman, terutama golongan umbi
seperti kentang dan pada biji – bijian seperti jagung dan padi. Pati terbagi menjadi
dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa
dengan struktur makromolekul linier yang dengan iodium memberikan warna biru.
Fraksi tidak terlarut dinamakan amilopektin dengan struktur bercabang. Dengan
penambahan iodium, fraksi memberikan warna ungu sampai merah. Langkah
selanjutnya yaitu dilakukan uji iodium setiap 3 – 15 menit sampai hasil berwarna
kuning pucat. Hal ini didasarkan pada hidrolisis sempurna terbentuk apabila
menjadi senyawa yanglebih sederhana yang terdeteksi dari perubahan warna.
Langkah selanjutnya adalah dilakukan hidrolisis selama 5 menit. Setelah
didinginkan, diambil 2 ml larutan hasil hidrolisis, lalu dinetralkan dengan 5 tetes
NaOH 2%. Diuji dengan kertas pH. Penetralan dengan NaOH bertujuan untuk
menghentikan proses hidrolisis. Funsi larutan hidrolisis dinetralkan terbelih dahulu
supaya larutan hasil hidrolisis tersebut pHnya sesuai. Kemudian disimpulkan hasil
dari hidrolisis pati.

Pada hasil praktikum yang kami lakukan hasil hidrolisis dengan waktu
hidrolisis 3, 6, 9, 12, dan 15 menit secara berturut-turut adalah coklat padat, coklat,
coklat kekuningan, kuning, dan kuning pucat. Jika dibandingkan degan literature
ada yang sesuai dan tidak sesuai dengan literature. Hasil yang tidak sesuai
kemungkinan kesalahannya terletak pada saat ketepatan waktu pemanasan, bisa jadi
hasil tidak sesuai karena waktu pemanasan melebihi dari waktu yang ditentukan.
Cara mengetahui bahwa hidrolisis pati telah sempurna ialah hidrolisis pati
sempurna jika, hasil hidrolisis bereaksi positif dengan pereaksi benedict
membentuk endapan merah bata. Hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dapat
meningkatkan proses reaksi yang terjadi dibuktikan dengan adanya endapan merah
bata yang terjadi pada tabung reaksi yang dipanaskan. Pada tabung terdapat
endapan merah bata banyak karena dengan adanya pendidihan menyebabkan
terjadinya hidrolisis sehingga menghasilkan gugus reduksi bebas yang lebih
banyak. Tanpa pemanasan menyebabkan tidak terjadinya hidrolisis sehingga hanya
mempunyai sebuah gugus reduksi bebas (Hamri, 2016).

Lamanya waktu hidrolisis dalam pembuatan maltodekstrin merupakan


faktor yang sangat penting dan merupakan faltor yang sangat menentukan mutu
produk akhir yang di hasilkan. Semakin lama waktu hidrolisis, maka akan semakin
kecil kadar pati sisa yang terkandung. (Agus, 2009).

Waktu Hidrolisis Warna dengan Hasil Hidrolisis

Setelah 3 menit Biru Amilosa


Setelah 6 menit Ungu Amilopektin
Setelah 9 menit Violet Amilopektin
Setelah 12 menit Merah Eritrodekstrin
Setelah 15 menit Kuningcoklat Aktrodekstrin
Setelah 18 menit Kuningpucat Maltose

Tabel hasil hidrolisis pati degan uji iodium dan benedict (Hamri, 2016).
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil hidrolisis sukrosa dengan uji benedict menghasilkan warna biru


kehijauan, namun berdasarkan teori seharusnya warna yang dihasilkan yaitu
endapan merah bata. Hasil hidrolisis amilum (pati) menghasilkan warna cokelat
pekat, cokelat, cokelat kekuningan, kuning, dan kuning pucat, namun berdasarkan
teori warna hasil percobaan tersebut ada yang salah. Hal tersebut dikarenakan
terletak pada saat ketepatan waktu pemanasan.

B. Saran

Praktikum Karbohidrat II, perlu dilengkapi peralatan laboratorium sehingga


waktu yang digunakan dapat lebih efektif serta ketertiban saat jalannya praktikum
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Istadi, dan Rahmayanti D. 2010. Permodelan dan Optimasi Hidrolisa Pati Menjadi
Glukosa dengan Metode Artificial Neural Network-Genetic Algorithm.
Jurnal Teknik. Vol. 31 (2):102-113.
Kusbandari Aprilia. 2015. Analisis Kualitatif Kandungan Sakarida Dalam Tepung
dan Pati Umbi Ganyong (Canna edulis Ker.). Jurnal Pharmaciana. 5 (1): 35-
42.
Mukti K, Rohmawati N, Sulistiyani. 2018. Analisis Kandungan Karbohidrat,
Glukosa dan Uji Daya Terima Pada Nasi Bakar, Nasi Panggang, dan Nasi
Biasa. Jurnal Agroteknologi. Vol. 12(1):90-99.
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper. EGC, Jakarta.
Nasution, H.D.U. 2011. Pemanfaatan Limbah Biji Mangga Arumanis. IPB :
Fakultas Teknologi Pertanian, Bogor.
Ni’maturohmah E, dan Yunianta. 2015. Hidrolisis Pati Sagu (Metroxylon sagu
Rottb.) Oleh Enzim β-Amilase Untuk Pembuatan Dektrin. Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 3(1) : 292-302.
Nisyak, Khoirun. 2019. Penuntuk Praktikum Biokimia. Qiara Media Partner, Jawa
Timur.
Noriko N, dan Pambudi A. 2014. Diversifikasi Pangan Sumber Karbohidrat Canna
edulis Kerr. (Ganyong). Jurnal Sains dan Teknologi. 2(4):248-252.
Nurjannah L, Suryani, Achmadi S, Azhari A. 2017. Produksi Asam Laktat Oleh
Lactobacillus delbrueckii subsp. Bulgaricus Dengan Sumber Karbon Tetes
Tebu. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. 9 (1): 1-9.
Permana Hamri. 2016. Hidrolisi Pati Pada Amilum. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Padang. Padang.
Risnoyatiningsih S. 2011. Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara
Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia. 5(2):417-424.
Sirajuddin, S dan Najamuddin, U. 2011. Penuntun Praktikum Biokimia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasauddin, Makasar.
Siregar N. 2014. Karbohidrat. Jurnal Ilmu Keolahragaan. 13(2):38-44.
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia. Buku Panduan Kuliah Mahasiswa.
Tim Dosen Kimia. 2009. Kimia Dasar 2. UPT MKU Universitas Hasanudin,
Makasar.
Triyono Agus. 2009. Karakteristik Hasil Optimalisasi Usaha Produksi Pati
Termodifikasi Secara Enzimatik dari Umbi-Umbian Dengan Konverter
Sistem Pemanas Berjaked Oli. Jurnal Teknik Kimia. 1 (1): 1-4.
Utami, Rina Sari dan Eva Pamungkas Sari. 2014. Pengaruh Waktu Hidrolisa dan
Konsentrasi Asam pada Hidrolisa Pati Kentang dengan Katalis Asam. Jurnal
Ekuilibrium. 2(13) : 45-49.
LAMPIRAN

No. Gambar Keterangan

1. Pipet tetes

2. Filler

3. Cawan porselen

4. Penangas air (Water Bath)


5. Tabung reaksi

6. Pipet ukur

7. Larutan amilum 1%

8. Larutan HCL 2N
9. Larutan NaOH 2%

10. Kertas pH

11. Larutan benedict


12. Larutan sukrosa 1%

13. Larutan HCl pekat

14. Dimasukkan 5 ml sukrosa ke tabung


reaksi
15. Ditambah 3 tetes HCl pekat

16. Dipanaskan 30 menit

17. Dinetralkan dengan 5 tetes NaOH

18. Diuji dengan kertas pH


19. Diuji dengan benedict

20. Dimasukkan amilum ke dalam tabung


reaksi

21. Ditambah 2,5 ml HCl 2N

22. Dimasukkan ke penangas air


23. Hasil hidrolisis pati
JOBDESK

Zulfa Qory Aina (A1F018022)


1. Pendahuluan
2. Tinjauan Pustaka
3. Pembahasan
4. Lampiran
Nabilla Cahya Isnaeni (A1F018080)
1. Tinjauan Pustaka
2. Metode
3. Hasil
4. Pembahasan
5. Penutup

Anda mungkin juga menyukai