Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MAKALAH

MK. Pend AGAMA KRISTEN


PRODI S1 PTO-FT

Skor Nilai:

BUDAYA
Pdt. Dr. Sampitmo Habeahan, M.Th, M.Pd.k, D.TH. dkk

KELOMPOK 8

STEVEN GLORY TAMBA (5173122020)

LEONARDO NAINGGOLAN

GYAKHIN BOAS SIMANULANG

EDWARD LOUIS GINTING

ANDRI SANJAYA PURBA

TOGU ADI SAPUTRA HUTABARAT

ALBERTO TONDANG

RISWANDY NAINGGOLAN

DOSEN PENGAMPU : Pdt. BOIMIN SIRAIT, M.Th

MATA KULIAH : PEND. AGAMA KRISTEN


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
Mei 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan
RahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pend Agama
Kristen ini yang berjudul “BUDAYA”. Kami berterima kasih kepada Bapak dosen yang
bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami
meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Medan, Mei 2019

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................1
1.3 TUJUAN...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3
2.1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN.....................................................................................3
a. Kultur................................................................................................................................3
b. Peradapan..........................................................................................................................3
c. Kebudayaan.......................................................................................................................3
d. Cara Hidup........................................................................................................................3
2.2. KEBUDAYAAN DIPANDANG DARI SUDUT ALKITAB............................................4
a. Mandat Berbudaya............................................................................................................4
b. Mengatur kelahiran...........................................................................................................4
c. Memenuhi bumi................................................................................................................4
d. Menaklukan bumi.............................................................................................................4
e. Berkuasa atas burung –burung di udara, ikan-ikan di laut dan binatang yang merayap di
bumi..........................................................................................................................................5
f. Mengusahai.......................................................................................................................5
2.3. DOSA DAN PEMBERONTAKAN KEBUDAYAAN TERHADAP KUASA ALLAH. .5
a. Dalam cerita Kain dan Habel( Kejadian 4).......................................................................6
b. Menara Babel ( Kejadian 11)............................................................................................6
2.4. SIKAP KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN...........................................................6
a. Sikap Antagonistics ( Sikap menentang atau menolak)....................................................7
b. Sikap Akomodasi Dan Rekapiulasi...................................................................................7
c. Sikap Dominasi.................................................................................................................8
d. Sikap Dualistik..................................................................................................................9
e. Pengudusan.......................................................................................................................9

ii
2.5. BUDAYA YANG HARUS DIKEMBANGKAN JAMAN MODERN INI....................10
a. Budaya berfikir dan bertindak kritis...............................................................................10
b. Budaya bekerja keras......................................................................................................11
c. Budaya Bijaksana............................................................................................................13
BAB III PENUTUP......................................................................................................................16
3.1. KESIMPULAN...............................................................................................................16
3.2. SARAN...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kata kebudayaan dalam bahasa indonesia berasal dari bahasa sangskerta” budi” atau
bentuk tunggal, dan “budaya berarti roh,akal, pikiran. Dalam bahasa inggris digunakan kata “
culture” yang berasal dari bahasa latin “colere” yang berarti menanam,mengerjakan,menggarap
dan memelihara. Culture terjadi bilamana ada sesuatu yang ditanam, dikerjakan, digarap atau
dipelihara oleh manusia.
Oleh karena itu, kultur selalu memiliki dua sifat material (bendawi) yakni hasil buatan
tangan manusia yang berkenaan dengan: pertanian,peternakan, kerajinan tangan, hasil-hasil
teknologi manusia mulai dari yang bernilai ekonomis rendah hingga yang tinggi: dan immaterial
(rohani) yakni menyangkut: adat-istiadat, kesenian,bahasa-sastra, musik,hasil-hasil ilmu
pengetahuan, filsafat dan lain-lain. Menurut Dr. J Verkuyl mendefinisikan kebudayaan sebagai
berikut: “ kebudayaan ialah pengerjaan kemungkinan-kemungkinan dalam alam kejadian oleh
manusia. Dimana pun manusia ‘mengubah’ dan ‘mengerjakan’ (mengusahakan) kemungkinan-
kemungkinan jasmani dan rohani dari pada alam yang dijadikan oleh Tuhan ini,disitulah terdapat
‘kebudayaan’.
Dalam sejarah manusia yang dicatat dalam Alkitab, sering terjadi pergumulan dna
ketegangan antara Kristen dengan kebudayaan, yakni ketika unsur kebudayaan itu dipengaruhi
iblis dan jatuh ke dalam dosa. Oleh karena itu, sebagai umat Kristen kita harus memahami
bagaimana kita menanggapi kebudayaan yang sesuai dengan ajaran Alkitab.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan?
b. Bagaimana kebudayaan dipandanng dari sudut Alkitab?
c. Bagaimana dosa dan pemberontakan kebudayaan terhadap Kuasa Allah?
d. Bagaimana sikap Kristen terhadap kebudayaan?
e. apa saja budaya yang harus dikembangkan di jaman yang modern ini?

1
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan kebudayaan.
b. Untuk mengetahui bagaimana kebudayaan dipandanng dari sudut Alkitab.
c. Untuk mengetahui bagaimana dosa dan pemberontakan kebudayaan terhadap Kuasa Allah.
d. Untuk megetahui bagaimana sikap Kristen terhadap kebudayaan.
e. Untuk mengetahui apa saja budaya yang harus dikembangkan di jaman yang modern ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Ada beberapa istilah yang dipakai untuk menunjukkan pengertian kebudayaan. Verkuyl
dalam buku Etika Kristen dan Kebudayaan, menyebutkan sebagai berikut :
a. Kultur
Berasal dari bahasa Latin : Cultura, yang artinya membuat, mengolah, mengerjakan dan
menanam. Jika kebudayaan dikaitkan dengan istilah kultur, maka kebudayaan berarti : suatu
kegiatan pengerjaan, kegiatan pengolahan.
Misalnya: Seorang petani mengerjakan tanahnya supaya memberi hasil, kegiatan pertanian
adalah kebudayaan.
b. Peradapan
Berasal dari bahasa Arab : Adab artinya kesopanan, kehalusan, kebaikan budi pekerti.
Bertitik tolak dari kata adab, peradapan, maka kebudayaan adalah suatu perilaku hidup sopan,
halus dan baik budi pekerti. Orang-orang yang berperilaku sopan, halus, dan baik adalah orang-
orang yang berbudaya.
c. Kebudayaan
Berasal dari bahasa Snsekerta: Budaya kata jamak dari Budi yang artinya: roh atau akal.
Jadi kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh roh, akal(budi) manusia.
d. Cara Hidup
Kata Cara berasal dari bahasa sansekerta berarti: laku, kelakuan. Cara hidup berarti laku
hidup kelakuan hidup. Kebudayaan berarti bagaimana cara hidup manusia itu.

Dari beberapa istilah diatas dapat diatrik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah segala
sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan kemauan manusia.
Ilmu pengetahuan sebagai hasil pikiran manusia juga adalah kebudayaan. Teknologi
sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan. Kesenian
sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat music, gerakan,lukisan, pahatan,
dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan adat-istiadat dan kebiasaan hidup sebagai cara
hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Wujud kebudayaan dapat bersifat material dan dapat bersifat immaterial. Kebudayaan
berwujud material, misalnya : alat-alat perkakas, mesin-mesin serta teknologi, termasuk
computer. Sedangkan kebudayaan berwujud immaterial antara lain: adat-istiadat, kebiasaan
hidup, kesenian, sastra, music, hasililmu pengetahuan filsafat dan lain-lain.

3
2.2. KEBUDAYAAN DIPANDANG DARI SUDUT ALKITAB
a. Mandat Berbudaya
Segera setelah Allah menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan ( Kejadian 1: 27):
kepada mereka langsung dikaruniakan berbagai mandat atau kuasa. Salah satu dari mandat-
mandat itu adalah mandat berbudaya. Tujuan agar manusia itu mengembangkan segala
kemungkinan atau potensi yang dimilikinya untuk kepentingan manusia dan lingkungannya.
(Kejadian 1:28 dan Kejadian 2 : 15).
b. Mengatur kelahiran
Dalam nats Kejadian 1:28 “ Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada
mereka: Beranakcuculah dan bertambah banyak: - penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung di udara dan atas binatang yang merayap
dibumi”. Tuhan mengaruniakan ‘kemampuan’ dan potensi untuk ‘menggandakan’ kehidupan
manusia itu melalui prokreasi (pelanjutan kelahiran). Disinilah terletak ‘ mandat’ berbudaya itu,
yakni budaya mengatur kelahiran dan kelangsungan kehidupan manusia di atas bumi ini.

c. Memenuhi bumi
Prokreasi atau pelanjutan kelahiran bertujuan untuk ‘memenuhi’ bumi. Mandat memenuhi
bumi yang telah diterima oleh manusia sejak penciptaannya dan telah berlangsung ribuan bahkan
jutaan tahun hingga sekarang. Makin sesaknya oleh pertambahan penduduk, sehingga semakin
perlu usaha memperkecil angka pertambahan penduduk. Ini juga termasuk mandat budaya!

d. Menaklukan bumi
Manusia diberi Tuhan mandat menaklukkan daya-daya alam, baik yang bersifat natural
ataupunn supranatural. Untuk menaklukkan alamperairan manusia menciptakan alat-alat mulai
dari perahu kecil hingga kapal-kapal raksasa: ruang angkasa ditaklukkan dengan pesawat-
pesawat super model: menaklukkan hujan,petir, cuaca dan lain-lain. Manusia menciptakan
teknologi tepat guna. Semuanya itu adalah bagian budaya manusia.

e. Berkuasa atas burung –burung di udara, ikan-ikan di laut dan binatang yang
merayap di bumi
Sama halnya dengan mandate-mandat sebelumnya, maka mandate ke empat ini juga
menyangkut pengembangan budaya manusia. Untuk “menguasai” segala jenis burung-burung di

4
udara, ikan-ikan di laut dan binatang yang merayap dibumi manusia harus mengembangkan
berbagai jenis teknologi. Dalam hal ini termasuk juga teknologi rekayasa genetika dalam
kehidupan pengunggasan, perikanan, dan pengembangan spesies binatang-binatang yang
merayap di atas bumi ini. Atas dasar mandate ini seharusnya manusia mampu mengatasi semua
jenis penyakit yang timbul. Dan semua hal ini berkenaan dengan pengmbangan kebudayaan.

f. Mengusahai
Kata “menguasai” di sini lebih tepat berkonotasi mengubah, mengerjakan, mengusahakan
atau memelihara kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam alam semesta. Dalam hal ini
manusia berusaha mengembangkan kemampuannya mengolah dan mengusahai segala milik
Tuhan yang ada dalam seluruh alam dan jagat raya. Pengusahaan terhadap alam semesta yang
sudah dilakukan mulai dari Adam dan Hawa di taman Eden (Firdaus) hingga keturunannya yang
kita keturunannya yang kita maksudkan dengan mandate berbudaya.

2.3. DOSA DAN PEMBERONTAKAN KEBUDAYAAN TERHADAP KUASA ALLAH


Dalam sejarah manusia yang dicatat dalam Alkitab, sering terjadi pergumulan dna
ketegangan antara Kristen dengan kebudayaan, yakni ketika unsur kebudayaan itu dipengaruhi
iblis dan jatuh ke dalam dosa. Di sini, manusia yang menjadi motor penggerak budaya itu sendiri
memberontak terhadap kuasa Allah. Hal itu terjadi Karena di dalam kebudaayan itu unsur
manusiawi yang menjadi dominan, ingin berkuasa atas sesamanya dan bahkan atas diri Allah
sendiri. Contoh :

a. Dalam cerita Kain dan Habel( Kejadian 4)


Kain adalah petani dan Habil adalah penggembala dan peternak. Habil orang yang
beribadaha kepada Tuhan, dengan anak kambingnya dia memuji Tuhan melalui upacara korban
sehingga budaya dan ibada berjalan dengan bersama-sama. Sedangkan kain tidak hidup di dalam
kultus walaupun ia mempunyai kultur yang baik, melainkan di dalam kebudayaannya dia
memberontak kepada Allah dan kepada sesame manusia. Bermula dari penolakan Allah terhadap
persembahannya timbullah pemberontakan dalam hatinya yang berpuncak pada ketegangan
hatinya membunuh adiknya Habil. Dalam hal ini budaya menguasai ibadah atau kultur
mendominasi kultur. Akhirnya pemberontakan kepada Allah dan sesame manusia pun terjadi.

5
b. Menara Babel ( Kejadian 11)
Ini merupakan hasilperkembangan budaya dan peradapan manusa yang sangat
spektakuler, manusia berusaha mendirikan tugu yang menjulang tinggi hingga mencapai langit.
Inilah hasil teknolohi budaya manusia yang tertinggi yang dapat dicapai manusia saat itu. Tetapi
saying, motif dan tujuan pendirian menara yang sangat tinggi ini mau mengimbangi dan
menyamai kehebatan Allah sehingga menjadi alat pemberontakan melawan kewibawaan Allah.
Ketika Allah mengetahui hal ini, ia mengacaukan alat komunikasi manusia sehingga teknologi
pembuatan menara tinggi pun batal. Akibat penyalahgunaan budaya manusia maka Babel yang
seharusnya menjadi kota Allah akhirnya menjadi kota iblis.
Perkembangan budaya manusia bias saja merupakan tanda pemeliharaan dan
penyelamatan budaya manusia, tetapi bias juga jatuh menjadi tanda kefasikan dan pendurhakaan
manusia. Makanya hati-hati dalam perkembangan budaya kita.

2.4. SIKAP KRISTEN TERHADAP KEBUDAYAAN


Untuk membantu kita sikap, sikap Kristen terhadap budaya maka gagasan Richard
Niebuhr memahami isi dalambukunya Christ and Culture sangat bermanfaat kita telah kembali.
Niebuhr menguraikan bahwa sepanjang sejarah telah diberikan berbagai jawab yang sangat
berlainan terhadap soal perhubungan antara agama Kristen atau gereja dengan kebudayaan.
Pendekatan Niebuhr ini sangat bermanfaat bagi gereja-gereja dan orang Kristen di Indonesia. Dr.
J. Verkuyl membahas pandangan Niebuhr ini dalam bukunya Etika Kristen dan Kebudayaan.
Menurut Niebuhr ada lima macam, sikap umat Kristen terhadap kebudayaan antara lain :

a. Sikap Antagonistics ( Sikap menentang atau menolak)


Sikap kristen yang antagonis adalah sikap yang melihat pertentangan yang tak
terdamaikan antara agama dengan kebudayaan. Akibatnay orang Kristen harus menolak dan
menyingkirkan kebudayaan dari dalam hidupnya. Sikap seperti ini misalnya kita temukan pada
pengajaran:
- Tertulianus
Dia menyerukan : “apakah sangkut pautnya Yerusalem dengan Athena?”. Ini berarti
bahwa anata iman Kristen dan kebudayaan sama sekali tidak ada hubungannya. Kebudayaan

6
adalah bersangkut-paut dengan berhala-hala seperti permainan, tari-tarian, sandiwara,
kemiliteran dan lain-lain. Dan semua itu harus disingkirkan dari kehidupan Kristen.
- Aliran pietis
Aliran ini cenderung menganggab bahwa kebudayaan semata-mata sebagai kekuasaan
iblis. Akibatnya banyak orangkristen melihat bahwa segala ungkapan yang berbau budaya
merupakan dosa. Mereka menyerukan “singkirkanlah kebudayaan, pantangilah kebudayaan!”.
- Mazhab-mazhab, sekte dan bidat Kristen
Hal ini misalnya dengan jelas kita temukand alam aliran saksi Jahowa dan juga
kharismatik. Mereka sagfat bermusuhan dengan kebudayaan serta menyerukan para pengikutnya
supaya menolak serta menentang segala yang berbau adat dan unsur-unsur budaya. Bagi mereka
semua itu merupakan kerajaan iblis yang harus ditumpas.

b. Sikap Akomodasi Dan Rekapiulasi


Sikap akomodasi dan rekapiulasi berarti menyesuaikan diri dengan kebudayaan yang ada.
Dengan demikuan maka pada hakekanya agama Krisen sering sekali dikorbankan untuk
kepentingan budaya. Beberapa contoh dan okoh yang mempolerkannya,antara lain:
- Klements dari Alexandria
Mereka pernah menyesuaikan Injil dengan Filsafat Plato.mereka menganjurkan supaya;
“Yerusalem menyesuaikan diri dengan Athena”. Ini berarti agar orang Kristen meyesuaikan diri
dengan filsafat kafir.
- Pada abad-abad pencerahan di Eropa
Pada jaman ini dan berikutnya yakni abad ke 18-19 banyak orang Eropa, Amerika yang
menyamakan agama Kristen dengan rationalism, humanism, dan liberalism. Mereka kurang
melihat dosa dalam kebudayaan yang pad awaktu itu sangat pesat perkembangannya, mereka
kurang memperhatikan bahwa kebudayaan tidak hanya terdapat tendendsi yang menunjuk
kepada Yerusalem baru,tetapi juga merujuk pada Babel. Mereka tidak bersifat kritis kepada
kebudayaan. Mereka tidak tahu bahwa pada saat itu kebudayaan barat telah rusak oleh sifat
coraknya yang rationalistis, materialistis, mantinonistis dam imperialistis.

c. Sikap Dominasi
Dalam perjalanan sejarah kehidupan Kristen ditemukan juga adanya sikap dominasi
(penguasaan) gereja terhadap kebudayaan ini. Contoh yang paling jelas kita temukan pada agama
7
Katolik Roma ini dibentuk oleh pemikiran Thomas dari Aquino. Yang terpenting dari pandangan
mereka adalah adanya perbedaan antara ordo naturalis (tata tertib alamiah atau tata tertib kodrat)
dan ordo supranaturalis (tata tertib supra-alamiah atau tata tertib adi-kodrati). Karena dosa
turunan, maka manusia kehilangan anugrah supra-alamiah (anugerah adi-kodrat). Akibatnya
keselarasan di dalam tabiatnya (kodratnya) terganggu. Tetapi hakekatnya tabiat (kodrat)
manusiawi tidak menjadi rusak oleh dosa.
Menurut Thomas, manusia telah dapat memelihara kebajikan dan kecakapan-
kecakapannya di bidang kodrati. Tetapi tujuan hidup manusia itu tidak terletak pada ‘ordo
naturalis’ kebudayaan, tetapi pada ‘ordo supra-naturalis’ anugerah. Tujuan itu baru dapat dicapai,
apabila manusia telah dapat memandang Allah untuk selama-lamanya. Jalan yang menuju tujuan
ini adalah melalui sakramen-sakramen gerejani. Dari sakramen-sakramen itu manusaia beroleh
anugerah supra-alamiah.
Kebudayaan haruslah di bawah hierarchis (tingkat) gereja. ‘ordo naturalis kebudayaan
haruslah disucikan oleh gereja dan di bawahi oleh Ordo Supra- naturalis gereja’. Dalam
perjalanan hidup gereja Roma Katolik kita dipersaksikan bagaimana unsur-unsur budaya ini
betul-betu dipakai sepenuhnya oleh gereja. Katedral-katedral menggunakan gaya bangunan
gothis abad pertengahan; gereja Roma Katolik menguasai seleuruh unsur-unsur budaya;
musik,seni lukis,seni pahat, seni bangunan, seni sastra, lakon-lakon, sandiwara dan lain-lain
semuanya bersifat gerejani. Kebudayaan digunakan menyatakan Kerajaan Allah di dunia ini.

d. Sikap Dualistik
Yakni sikap orang Kristen yang ‘serba dua’ terhadap kebudayaan. Ada yang Kristen yang
hendak memisahkan antara iman dan kebudayaan. Menurut aliran ini; “ Kebudayaan ini adalah
hasil usaha manusia yang berdosa”. Tetapi kebudayaan itu tidak dapat dan tidak boleh dihindari.
Kita harus menuntut kebudayaan dan di dalam usaha di bidang kebuadayaan itu kita hanya dapat
menyumbangkan kefasiksn kita. Tetapi kepercayaan kepada Kerajaan Allah di dalam Tuhan
Yesus Kristus adalah lepas dari pada Kebudayaan”.
Sikap dualistic ini kerap kali kita jumpai dalam kenyataan hidup. Juga dalam kehidupan
masyarakat Kristen di Indonesia, terutama di kalangan mereka yang berkecimpung dalam
pekerjaan yang ada hubungannya dengan budaya, dan pada mereka para cerdik pandai. Pada
mereka tampaklah pemisahan yang jelas antara Iman dan Kebudayaan. Di satu pihak mereka

8
menerima seluruh kebudayaan modern serta seluruh perwujudannya. Tetapi di pihak lain, mereka
tidak ingin melepaskan kepercayaannya kepada Kristus. Tetapi Iman dan Kebudayaan itu dalam
hidupnya merupakan dua lapangan yang terpisah dan yang tidak saling mempengaruhi.

e. Pengudusan
Ada golongan Kristen yang tidak menyetujui keempat-empat pendirian di atas. Mereka
tidak menganjurkan “menyingkirkan” atau “menyerah” terhadap kebudayaan; mereka tidak mau
‘tunduk’ kepada kebudayaan yang dipaksakan oleh gereja, atau tidak mau ‘menolak’ kebudayaan
yang memang sudah hidup di tengah-tengah kehidupan sehari-sehari. Selain itu mereka juga
tidak mau ‘memisahkan’ secara yajam antara Iman dan Kebudayaan. Tetapi mereka
mempertahankan paham ‘Pengudusan Kebudayaan’. Oleh Iman dan Rahmat Allah mereka
menerima budaya dan segala unsur-unsurnya di bawah pengudusan Roh Allah. Apa alasan
teologis menguduskan budaya?
a. Adanya hubungan dan kesatuan antar kejadian dan pembaharuan terhadap ciptaan
Allah. Tuhan Yesus telah menjadi manusia dan hidup di dalma budaya manusia.
Kedatangannya dalam kehidupan manusia adalah untuk emyelamatkan alamyang
dijadikan ini dari kekuasaan dosa iblis. Ia menjadikan kiat menjadi ciptaan baru
dalam Kristus (2 Korintus 5:17)
b. Injil harus menjadi “ragi”,yang meresap dalam segala kehidupan dan budaya manusia.
Injil menyalahkan dosa dan iblis, tetapi mengasihi manusia, keluarga dan segala unsut
social-budaya yang berkembang didalamnya. Injil merupakan kabar kesuakaan yang
mewartakan keampunan dosa dan juga menjadi pembimbing kita dalamketaatan baru
kepada Allah.
c. Dalam khotbah di bukit, Tuhan Yesus menyatakan peranan orang Kristen “Garam dan
Terang” (Mat 5). Garam mempunyai daya penolak kebusukan, terang bergumul untuk
menyingkirkan kegelapan. Demikianlah orang Kristen yang sudah terpanggil, supaya
bergumul di tengah-tengah kebudayaan pada jaman mereka untuk melawan
keburukan, kemerosotan dan budaya yang bertentangan dengan kehendak Allah. Di
samping berjuang untuk melawna segala kebusukan dan kemerosotan budaya, Gereja
dan orang Kristen harus berjuang menguduskan segala unsur budaya dengan
menggunakan semnagat kematian dna kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.

9
2.5. BUDAYA YANG HARUS DIKEMBANGKAN JAMAN MODERN INI
Era globalisasi dan modernisas mempengaruhi paradigm kehidupan manusia. Mau tidak
mau, maunisia harus memperbaiki dan menungkatkan berbagai potensi kemanusiannya,
diantaranya:

a. Budaya berfikir dan bertindak kritis


Dari sejak awal kehidupan manusia, ada dua kekuatan yang besar terdapat dalam
kehidupan kita. Pertama ialah adanya kebebasan dan kemerdekaan. Kebebasan dan kemerdekaan
ini mencakup banyak hal, antara lain untuk beribadah dan menjalankan keyakinan agamanya
menurut kepercayaannya sendiri, kemerdekaan berkumpul, berserikat dan menyatakan
keinginannya dan lain-lain. Kekuatan yang kedua adanya kebebasan dan kemerdekaan
menggunakan pikiran dan daya cipta untuk ‘merubah’ dan mempengaruhi dunia. Berfikir dan
bertindak kritis adalah suatu budaya yang bertujuan mengangkat dan menghargai kepribadian
manusia. Berfikir dan bertindak kritis mambawa manusia mampu mengembangkan diri, potensi,
dan kemanusiaanya. Orang yang berfikiran sendiri dan mampu bertindak kritis tidak akan
membeo, bungkem, serta mati rasa sebaliknya akan mampu menyatakan isi hatinya dengan bebas
tanpa diliputi rasa takut,cemas atau kuatir meskipun bertentangan dengan opini publik.
Budaya berfikir dan bertindak kritis ini sungguh amat perlu dikembangkan pada jaman
reformasi dan demokrasi ini. Kita baru saja keluar dari keterkekangan berfikir dan pemasungan
bertindak kritis pada jaman yang lalu. Pada jaman itu hampir di semua lapisan kehidupan
masyarakat dikukung dan dipasung khususnya dalam mengeluarkan pendapat dan
mengexpresikan tindakan demokrasi, termasuk dalam hal berserikat, bororganisasim berkumpul,
beragama, hingga kebebasan beribadah.
Ketahuilah, budaya berfikir dan bertindak kritis adalah bagian dari Iman Kristen. Kenapa
demikian? Sebab Tuhan Yesus juga mengajarkan hal itu kepada kita, bukan?. Lihat saja sikap
Yesus kepada orang-orang Farisi, Ahli Taurat dan Sadusi yang kerap kali datang mencobai Yesus
dalam diskusi teologis. Yesus menyatakan bagaimana sikapNya menghadapi para pendemo
tersebut dengan menghadirkan sikap berfikir dan bertindak kritis. Ketika orang Jahudi membawa
seorang wanita yang kedapatan berbuat tidak senonoh melanggar susila kepada Yesus, bagaiman
sikap Yesus terhadap orang Jahudi dan perempuan jalang itu? Yesus mengajak mereka berfikir
10
dan bertanya kepada suara hati masing-masing. Sambil membungkuk dan menulis di atas tanah,
Yesus mengatakan “ Barang siapa diantara kamu tidak berdosa hendaklah ia yang pertama
melemparkan batu kepada perempuan itu” (Johanes 8:7b).
Setiap orang diajak berfikir dan mendengar suara hatinya,lalu satu persatu diantara
mereka meninggalkan Yesus dan perempuan itu. Lalu Yesus berkata lagi kepada perempuan itu: “
Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”
( Yohanes 8:11b)”. kepada waniita itu Yesus memberi pelajaran baru, yakni memikirkan
perbuatannya yang jahat dan merobah dirinya untuk bertobat.Simak apa yang diangkat Yesus
dalam perumpamaan tetntang dua orang anak Matius 21:38-32. Pada ayat yang pertama jelas
sekali Yesus betul-betul menghidupkan budaya berfikir dari para pendengarNya.

b. Budaya bekerja keras


Alkitab mengajarkan orang Kristen supaya hidup dalam budaya ;kerja keras’. Inilah
perbedaan prinsipil antara manusia dengan hewan, makhluk atau benda lainnya. Hewan hidup
berdasarkan insting atau naluri; mesin-mesin bekerja digerakkan atas perintah manusia tanpa
kesadaran apapun.
1. Kerja sebagai hakekat manusia
Banyak orang yang mendasarkan budaya kerja manusia itu pada Kejadian 3:17-19
dimana ketika manusia itu jatuh dalam dosa, Allah menghukum mereka dengan bersusah payah
mencari rezeki dan makanan seumur hidupnya. Hal ini keluru dan tidak alkitabiah. Sebab budaya
kerja itu bukan lahir akibat hukuman, apalagi kutukan Allah atas dosa-dosanya. Budaya kerja itu
sudah muncul sejak awal dalam Kejadian 1:28 dan Kejadian 2:2. Manusia telah diberi mandat
untuk bekerja,meniru Allah yang juga tetap kerja. Tuhan Allah telah menciptakan manusia
menurut ‘gambar’ dan ‘rupa’ Allah.
2. Kerja sebagai berkat
Pada Kejadian 3:17-19 Allah menghukum pemberontakan manusia: “….dengan bersusah
payah engkau akan mencari rezekimu dari tanah seumur hidupmu”(ayat d). inilah akibat
ketamakan manusia yang menginginkan kesamaan dengan Penciptanya. Tanpa memendang
sepele hukuman ini, manusia tidak boleh berputus asa sebab kasih Allah mesih lebih besar
dibandingkan dengan hukuman ini. Penghiburan Allah untuk membebaskan manusia dari laknat
ini telah kita temukan dalam Kejadian 5:29. Oleh Yesus Kristus laknat dan hukuman untuk kerja

11
dengan susah payah diubah menjadi berkat. Orang yang percaya kepada Yesus Kristus
melakukan pekerjaannya dipercayai sebagai anugerah dan berkat kepadanya.
Orang yang kerja berarti tubuhnya bergerak,aktif dan dinamis. Jika seharian bekerja maka
tubuh akan mengalami keringat dan capek. Tetapi tidak apa-apa, berarti metabilisme tubuh
berjalan dengan smpurna dan berkhasiat sehingga kepada nikmat atau enaknya tidur.
3. Meningkatkan budaya kerja keras
Apa artinya bekerja keras? Bekerja keras artinya bekerja dengan menggunakan
semaksimal mungkin segala potensi,kekuatan,kemampuan yang dimiliki untuk sesuatu jenis
pekerjaan yangmenjadi tanggung jawab kita dengan sungguh-sungguh. Potensi dan kekuatan
atau kemampuan yang dimiliki oleh manusia itu beraneka jenis, mulai dari tenaga, pikiran,
keterampilan, pendidikan, waktu (kesempatan) yang ada, dana dan daya. Semua potensi dan
kemampuan ini digerakkan semaksimal mungkin untuk tujuan memperoleh hasil yang juga
semaksimal mungkin.
Pada zaman ini ungkapan: “ Dengan sedikit kerja atau usaha kita peroleh hasil yang
sebanyak-banyaknya!. Tidak dapat dipertahankan dalam prinsip kerja keras ini. Kerja keras
membutuhkan tenaga dan usaha yang maksimal. Jelaslah bahwa budaya kerja keras budaya
Kristen atau budaya Alkitabsendiri yang juga harus menjadi budaya mehasiswa Kristen. Lebih
jelasnya kita perlu belajar dari Rasul Paulus sendiri. Paulus adalah profil manusia berbudaya
kerja keras. Sebagai seorang pekabar injil yang super sibuk Paulus hidup dengan bekerja sebagai
tukang kemah (Kisah Rasul 18:3). Sangat mudah kita bayangkan bagaimana Paulus harus
banting tulang bekerja keras untuk menjalankan kedua bidang tugas ini: menginjil dan mencari
makan dengan membuat kemah. Demikian pekerjaan berhasil, buktinya banyak jemaat yang
tumbuh dari hasil pelayananya. Kerja keras Paulus ini diakuinya juga dalam 1 Kor 15: 10 dan 2
Kor 11:27: itu sebabnya paulus kerap kali mensemangati orang-orang Kristen untuk berbudaya
kerja keras.
Hal itu misalnya kita jumpai dalam suratnya kepada jemaat efesus 4:28 “Orang yang
mencuri janganlah ia mencuru lagi tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang
baik dengan tangannya sendiri supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang
berkekurangan. Paulus menemukan ada diantara warga jemaat yang tidak mau hidup dengan
kerja keras, sebaliknya menempuh jalan pintas melalui perbuatan yang buruk seperti: mencuri
dan menipu perbuatan ini sangat memalukan, apalagi dilakukan oleh orang yang percaya kepada

12
Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu harus bertobat, dan mengubah pola kehidupannya melalui:
Budaya kerja keras.

c. Budaya Bijaksana
Kata “bijaksana” sering dipadankan dengan kata “hikmat”, sehingga menjadi “hikmat
kebijaksanaan”. Buku yang paling banyak menggunakan kata hikmat dan kebijaksanaan ini
dalam Alkitab adakah kKitap Amsal Sulaiman
1. Ber-Hikmat berarti Ber-Tuhan
Dari uraian diatas cukup jelas bagi kita bahwa perkataan ‘Hokmah’ atau ‘Himat’ atau
‘bijaksana’ (batak: bisuk,hapistara,parbinotoan,hapantason) bukan hanya menunjuk pada orang
yang memiliki ilmu pengetahuan kecerdasan dan akal budi manusia tetapi juga kerohanian
(spritualitas) yang baik, kejujuran, kerendahan hati dan hubungan yang baik dengan Allah.
Dengan demikian orang yang berhikmat tidak hanya sekedar berilmu
pengetahuan,cerdas,cakap,pintar dan menguasai keahlian, tetapi Tuhan yang juga dianugrahi
oleh spritualitas yang baik, rendah hati, taat, taku akan Tuhan, jujur dan teladan dalam hal iman.
Ini sangan penting bagi kita, sebab ukuran orang yang berhikmat itu bukanlah ilmu
pengetahuan atau kecerdsan berfikir semata-mata, tetapi juga mencakup hidup kerohanian
(spiritualitas) yang baik di hadapan Tuhan dan masyarakat. Tanpa spiritualitas yang baik dan
benar, maka semua ilmu, kepintaran, kecakapan,dan segala bentuk kecerdasan yang dimilikinya
akan berjalan ‘timpang’, ‘berat sebelah’ dan menyimpang dari kehendak Allah. Itu sebabnya tidak
jarang, dan bahkan banyakorang yang pintar dan cerdas tetapi koruptor,penipu, penjahat, berbuat
mesum dan terlibat tindakan criminal. Donald C. Stamps (Editor Umum) merumuskan
pandangannya demikian: berhikmat berarti hidup dan berfikir sesuai dengan kebenaran, jalan dan
pola Allah. Berhikmat artinya, mendekati seluruh kehidupan dari sudut pandangan Allah, percaya
bahwa segala sesuatu yang dikatakan Allah itu benar, dan merupakan satu-satunya standard
hidup yang layak (Donald C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, penerbit gandum
mas kotak pos 46 malang,1994 hal. 964)

2. Sumber Hikmat dan Kebijaksanaan


Semua hikmat adalah dariTuhan Allah sendiri. Alkitab sungguh-sungguh kaya akan
informasi ini, misalnya kita temukan informasitentang hal ini, misalnya kita temukan dalam

13
keluaran 36:1, 2:1; Raja 4:29; 5:12. Amsal 1:7 mengatakan: “ takut akan Tuhan adalah
permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan”. Hikmat
sebagaimana dimaksudkan oleh raja sulaiman dalam kitab Amsal ini hanya dimiliki oleh orang-
orang yang dekat dengan Tuhan Allah, yakni orang saleh, rendah hati dan beribadah kepada
Tuhan. Orang atheis, dan yang tidak mengenal Allah pasti tidak memiliki hikmat dalam arti yang
sesungguhnya. Mungkin mereka hanya sampai kepada tingkat ilmu pengetahuan biasa yang
dengan usaha manusia, melalui pendidikan formal atau non-formal atau dengan cara-cara
lainnya.
Dalam kitab 1 korintus 1:30 makian ditegaskan lagi prinsip ini bahwa Yesus Kristus
sendirilah yang menjadi hikmat Allah yang hadir di tengah-tengah kita. Selengkapnya nats
dituliskan demikian : “Tetapi oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah
menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita”. Jelaslah,,
hanya melalui kepercayaan akan Yesus Kristus dan Firman Allah yang tertulis dalam Alkitab kita
memiliki Hikmat dan Kebijaksanaan yang setia dan sempurna. Ke arah itulah kita semua
terpanggil, agar memiliki hikmat yang benar, yang berasal dari allah sendiri.

3. Mengembangkan Budaya Hikmat/ Kebijaksanaan


Bagaimana agar kita sampai kepada “budaya hikmat dan kebijaksanaan?”. Tidak ada cara
lain, kecuali kita harus hidup di dalam Firman Allah, percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan
Yesus Kristus. Di luar itu tidak ada! Dengan mempedomani ketegasan ini, tentulah akan kita
tolak ungkapan klasik yang mengatakan hidup ini perlu “bijaksana-bijaksana”. Apapun kata
orang tentang arti dna makna ungkapan ini, maka pada hakekatnya istilah ini dimunculkan dalam
konteks pengertian yang negatif. Istilah ini melegalisir segala perbuatan akal-akalan yang senafas
dengan penipuan untuk mendapatkan apa saja yang kita inginkan. Tentu “hikmat” yang sejati
tidak akan melegalisir perbuatan sedemikian sebab hal itu bertentangan dengan kehendak
pemberi hikmat itu sendiri yakni Tuhan Allah didalam Yesus Kristus.
Untuk menjadikan hikmat dan kebijaksanaan ini menjadi budaya kita haruslah kita resapi
kembali pribadi Tuhan Yesus sendiri. Dialah profil dan Tokoh Alkitab yang hidup dengan kerja
keras, berfikir dan bertindak kritis serta bijaksana. Orang Kristen harus senantiasa kreatif dan

14
memiliki inisiatif serta bertanggung jawab dalam segala perbuatannya meneladani Tuhan Yesus
Kristus.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dihasilkan manusia melalui pikiran, perasaan dan
kemauan manusia. Ilmu pengetahuan sebagai hasilpikiran manusia juga adalah kebudayaan.
Teknologi sebagai hasil kemauan berdasarkan pikiran dan pengalaman adalah kebudayaan.
Kesenian sebagai hasil perasaan yang diungkapkan melalui suara alat-alat music,
gerakan,lukisan, pahatan, dan bahasa indah (sastra) adalah juga kebudayaan adat-istiadat dan
kebiasaan hidup sebagai cara hidup sehari-hari, juga disebut kebudayaan.
Dalam sejarah manusia yang dicatat dalam Alkitab, sering terjadi pergumulan dna
ketegangan antara Kristen dengan kebudayaan, yakni ketika unsur kebudayaan itu dipengaruhi
iblis dan jatuh ke dalam dosa. Di sini, manusia yang menjadi motor penggerak budaya itu sendiri
memberontak terhadap kuasa Allah. Oleh karena itu, sebagai umat Kristen kita hasru mengambil
sikap sebagai anak Allah. Sikap kriten terhadap kebudayaan antara lain: sikap antagonistic, sikap
dominasi,sikap akomodasi dan kapitulasi, sikap dualistic, dan pengudusan. Disamping kita juga
harus mampu memeperbaiki dan meningkatkan berbagai potensi kemanusiaan,
diantaranya:budaya berfikir dan bertindak kritis, budaya kerja keras dan budaya bijaksana.

3.2. SARAN
Pembuatan makalah tentang Pendidikan Agama Kristen yang berjudul “BUDAYA” ini
sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan sumber yang saya peroleh. Sehingga isi dari
makalah ini masih bersifat umum, oleh karena itu saya harapkan agar pembaca bisa mencari
sumber yang lain guna membandingkan dengan pembahasan yang saya buat, yang bertujuan
mengoreksi bila terjadi kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sampitmo, dkk. 2018. Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi. Medan : CV. Permata
Mitra Sari.
Silitonga, SAM. 2011. Agama Kristen di Perguruan Tinggi. Medan : CV. Mitra

17

Anda mungkin juga menyukai