Anda di halaman 1dari 3

Jangan Sepelekan Penyakit Asam Lambung

PENYAKIT yang diakibatkan asam lambung terkadang dianggap sepele oleh pasien.
Padahal, jika asam lambung ini naik ke tenggorokan atau kerongkongan, akan menyebabkan
kerusakan saluran tenggorokan yang pada gilirannya akan menyebabkan kanker. "Ya, yang fatal
bisa menyebabkan kematian," sebut Dr Lianda Siregar SpPD, dokter spesialis penyakit dalam
dari RSU AW Sjahranie Samarinda yang berbicara dalam Simposium Gastroesophageal Reflux
Disease dan Gastropati Oains di Hotel Mesra International Minggu (27/11) kemarin. Lianda
melanjutkan, naiknya asam lambung ke kerongkongan bisa disebabkan banyak hal. Baik itu pola
makan maupun pola hidup tidak sehat, hingga kegemukan.

Pola makan yang tidak sehat di antaranya mengonsumsi teh, kopi, dan juga mengisap
rokok. "Kegemukan bisa menyebabkan asam lambung mudah tertekan ke kerongkongan. Ini
yang terkadang membuat perasaan sakit seperti terbakar di ulu hati," bebernya. Jika kondisi itu
dibiarkan, makin lama akan membuat kondisi tenggorokan makin kronis. Dia menyampaikan,
bagi orang awam, keluhan di sekitar lambung pasti diidentikkan dengan penyakit maag. Padahal,
maag bukan satu-satunya penyakit di lambung. Nah, dalam dunia kedokteran, penyakit akibat
asam lambung yang naik ke kerongkongan (esofagus) itu disebut GERD (Gastroesophageal
Reflux Disease).

"Gejala khas GERD adalah rasa panas di dada, rasa tidak nyaman waktu menelan, dan
rasa sakit waktu menelan. Gejala tambahannya meliputi serangan asma yang frekuen, batuk
lama rekfakter dengan pengobatan, suara serak, mual dan muntah, nyeri dada nonkardiak, dan
sendawa," bebernya. Disebutkan, untuk mendeteksi keberadaan GERD pada tubuh, perlu
dilakukan pemeriksaan endoskopi. Dan kedua, mengambil sampel jaringan untuk evaluasi
histologi pada barret esofagus dan gaster untuk mendeteksi sel ganas dan adanya infeksi
Helicobacter pylori. Bagaimana mengobati GERD? Untuk terapi medis, pasien menggunakan
penghambat pompa proton (PPI) standar selama delapan minggu, kemudian diturunkan
setengah dosis, selanjutnya diteruskan dengan H2 antagonis. Terapi ini berguna untuk
menyembuhkan lesi esofagus, menghilangkan gejala/keluhan, mencegah kekambuhan,
memperbaiki kualitas hidup, dan mencegah timbulnya komplikasi.

"Sebagai pencegahan, kita perlu mengetahui cara mengatur kebiasaan makan, pengertian
mengenai peranan posisi tubuh terhadap kejadian refluks. Kebiasaan yang dianjurkan, antara
lain, meninggikan kepala (15 cm) saat tidur, menghindari makanan berlemak, asam, kopi,
cokelat, mint, produk makanan dari tomat, dan minuman berkarbonasi, obat-obatan tertentu
seperti golongan anticholinergik, theophyllin. Ada juga kebiasaan yang harus ditinggalkan," beber
ketua panitia simposium. Misalnya, makan sambil tiduran atau tiduran kurang dari 2-3 jam
sesudah makan, makan terlalu banyak sekaligus, merokok, menurunkan berat badan secara
drastis bagi yang obesitas. Malangnya, banyak orang di kota besar terpaksa mempunyai gaya
hidup tak sehat. Karena kemacetan, mereka baru bisa sampai di rumah malam hari. Akibatnya,
makan malam di rumah baru bisa dilakukan pukul delapan atau sembilan malam dan tidur kurang
lebih pukul 11 malam. Untuk kasus seperti itu, disarankan agar makan malam dilakukan sebelum
pulang ke rumah, pukul 18.00 atau 18.30. Dengan demikian, ketika sampai di rumah bisa
langsung tidur.

"Karena kalau tidak demikian atau sehabis makan langsung tidur, tubuh akan memproduksi
asam lambung secara besar dan akan membahayakan kesehatan," katanya. Karena penyakit
lambung ini juga cukup berbahaya, kata Lianda, tentu perlu juga diketahui secara detil, seperti
apa sebenarnya penyakit GERD ini. Dalam Simposium gratis bagi kalangan medis yang digelar
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Indonesia (Papdi) Kaltim bekerjasama dengan PT Eisai Indonesia kemarin juga menghadirkan Dr
Chudaman Manan SpPD-KGEH dari Jakarta yang membahas Sitoproteksi dan Lesi Mukosa Akut
Gaster Akibat OAINS. Selain itu Bambang Setyawan dari PT Eisai Indoensia Jakarta. Pada
kesempatan itu, PT Eisai Indonesia memperkenalkan obat untuk mencegah dan mengatasi
penyakit GERD yakni Pariet 10 mg dan Pariet 20 Mg.(eff)

TIPS MENGATASI ASAM LAMBUNG


Gangguan pencernaan merupakan gejala penyakit yang paling kerap mengganggu
penulis selama bertahun-tahun. Untuk menanggulanginya dokter menyarankan saya untuk
menelan kaplet enzyme beberapa saat sebelum makan. Maka saya sediakan berbagai
kaplet enzym model Enzyplex, Librozymataupun Vitazym. Di samping itu di rumah saya
sediakan obat-obat maag seperti Polysilane, baik tablet hisap maupun sirupnya. Obat-obat
itu gunanya untuk mengatasi kembung [/flatulensi/ ] yang dapat secara tiba-tiba
menyerang tanpa diundang. Obat-obat racikan Cina juga tak kurang tersedia seperti jamu
Cap Kupu-Kupu, Cap Terwelu, Pat Po Les dan sebagainya. Ternyata semua obat itu
sifatnya hanya menghilangkan *gejala
*[simptomatik] dan bukan menyembuhkan penyakit [kuratif].

Pernah ada saran dari kawan kepada penulis untuk mengatasi kembung dengan minum air
panas yang ditetesi dengan minyak angin. Saat itu saya bertanya mengapa demikian? Jawabnya
begini. Perut kembung itu sebenarnya adalah situasi lambung di mana cairan lambung
membentuk gelembung-gelembung yang besar. Karena pemuaian gelembung tersebut maka
lambung terasa keras dan sakit. Dan ini juga menyebabkan rasa mual. Secara mekanis dengan
masuknya air panas dengan tetesan minyak angin maka gelembung-gelembung tersebut menjadi
pecah dan membentuk buih-buih yang lebih kecil. Akibatnya tekanan ke luar menjadi berkurang.
Disamping itu gas tersebut lebih mudah didesak keluar: ke atas melalui
sendawa atau ke bawah melalui saluran usus menjadi kentut..

Perubahan drastik terjadi setelah penulis membaca buku berjudul */The Myracle of
Enzyme/*, karya Profesor Hiromi Shinya, MD. Beliau adalah Guru Besar Kedokteran Albert
Einstein College of Medicine, AS. Sejak kecil kita diajar oleh bapak atau ibu guru untuk
mengunyah makanan sesering mungkin sampai puluhan kali sebelum menelannya. Tetapi
kenyataannya tidak ada seorang gurupun yang memberitahukan para muridnya soal */mengapa/*
harus demikian. Ya, mengapa makanan harus dikunyah dengan baik sebelum ditelan? Mungkin
ada juga guru yang menjelaskan namun masuk telinga kiri keluar telinga kanan para muridnya.
Mereka tidak /concern/ mengenai hal tersebut di saat usia mereka yang masih muda itu.

Penulis melakukan penelitian kecil terhadap kebiasaan mengunyah orang-orang di sekitar


penulis. Ternyata semuanya *tidak pernah* mengunyah lebih dari sepuluh kali kunyah sebelum
menelan makanannya. Hanya sekitar empat atau lima kali kunyah saja. Banyak pula yang
perilaku makannya seperti mengisi bensin. Mengucur terus langsung dari mulut ke perut. Apalagi
kalau sedang makan bubur atau sup. Kemudian penulis melakukan eksperimen dengan
mengubah cara mengunyah makanan sehingga setiap suapan minimal dikunyah sebanyak
tigapuluh kali. Maka perubahan besarpun kemudian terjadi. Sejak perilaku baru itu penulis hampir
tidak pernah lagi mengalami flatulensi atau perut kembung. Segala obat maag dan enzyme yang
banyak itu kini menjadi mubazir. Penulis mencoba merefleksi lebih lanjut mengenai soal kunyah
mengunyah ini. Ingin mengetahui mengapa orang kalau makan bubur malah menjadi kembung?
atau makan telur malah kembung. Ternyata kalau makan bubur orang tidak sempat atau terpikir
untuk mengunyahnya. Untuk apa? Bukankah bubur itu sendiri sudah demikian lembeknya?
Begitu pula kalau orang makan telur, mana ada yang menguramnya.

Selanjutnya penulis berpikir mengapa mengunyah lebih kerap dan lebih lama mampu
mengurangi kemungkinan kembung? Ternyata mengunyah lebih lama itu bukan pertama-tama
supaya makanan menjadi lebih lumat saja [bubur sudah lumat] melainkan untuk memberikan
kesempatan bertambahnya volume air liur ke dalam makanan tersebut. Ternyata dalam ludah
manusia terdapat berbagai jenis enzyme seperti /lipase, lisozim/ dan /amylase/. Terdapat juga
/mukosa/ dan berbagai /elektrolit /dan /bakterisida/ . [cfr. Wikipedia, Air Liur].

Itulah sebabnya guru menyarankan para muridnya untuk menunda minum sesudah makan
paling tidak setengah jam sesudah makan. Mengapa? Supaya enzyme tidak menjadi terlalu
encer saat akan menguraikan tepung atau pati, lemak dan sebagainya dalam lambung.
Penambahan obat enzyme tujuannya untuk mengentalkan dan melengkapkan jenis enzyme
tersebut. Minum tentu saja beralasan supaya kerongkongan tidak tersumbat tetapi terlalu banyak
minum bukan hanya memuluskan pipa tenggorokan tetapi juga berdampak pengenceran
enzyme.

Mengapa minum Coca Cola saat perut kosong menyebabkan kembung? Jelas karena
/carbonated drinks/ sengaja diberi gas dan berbentuk gelembung. Maka gelembung itu turut
masuk ke dalam lambung dan menekan dinding lambung sehingga terjadilah flatulensi tersebut.
Maka minum Coca Cola saat perut kosong harus dihindari. Minum Coca Cola sesudah makan
juga membuat masalah masuknya gelembung-gelembung gas ke dalam lambung.

Kebanyakan antisida [obat maag] juga memperburuk keadaan, menurut Shinya, karena
menghambat ekskresi getah lambung. Akibatnya zat bakterisida juga berkurang sehingga ada
bakteri yang selamat dan lolos menuju ke usus sehingga menyebabkan diare.

Jadi mata rantai “kembung- minum antacid” hanya dapat diputuskan dengan cara
mengunyah lebih kerap dan lebih lama. Begitu sederhana, serta bersifat kuratif dan sekaligus
menghemat banyak pengeluaran untuk obat maag, obat enzyme dan biaya periksa ke dokter.
Mengapa tidak mencobanya bila anda juga kerap mengalami perut kembung?

Anda mungkin juga menyukai