Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen pengampu: Ns. Evin Novianti M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh:

 Nada Mutiara (1710711028)


 Risa Safitri (1710711029)
 Ayu Nuraini Soleha (1710711030)
 Parida Pebruanti (1710711042)
 Rani Mutrika (1710711045)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2019
1. PENGERTIAN
Perawatan diri (personal hygine) mencakup aktivitas yang dibutuhkan sehari-hari yang
biasa dikenal dengan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADLs). Aktivitas ini dipelajari dari
waktu ke waktu dan menjadi kebiasaan seumur hidup. Kegiatan perawatan diri tidak hanya
melibatkan apa yang harus dilakukan (kebersihan mandi, berpakaian, toilet, makan), tetapi
juga berapa, kapan, di mana, dengan siapa, dan bagamana (Miller dalam Carpenito-Moyet,
2009).
Keadaan seseorang yang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri disebut dengan defisit
perawatan diri. Tidak ada keinginan klien untuk mandi secara teratur, menyisir rambut,
pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapih. Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada klien gangguan jiwa. Klien gangguan jiwa
kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala
gangguan negatif dan menyebabkan klien dikucilkan, baik dalam keluarga maupun
masyarakat.

2. ETIOLOGI
Menurut Potter dan Perry (2009) terdapat factor-faktor yang mempengaruhi personal hygine,
yaitu:
1. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri. Perubahan
fisik akibat operasi bedah, dapat memicu individu untuk tidak peduli terhadap
kebersihannya.
2. Status social ekonomi
Sumber penghasilan atau sumber ekonomi mempengaruhi jenis dan tingkat praktik
perawatan diri yang dilakukan. Perawat harus menentukan apakah pasien dapat
mencukupi perlengkapan perawatan diri yang penting, seperti sabun, pasta gigi, sampo.
Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah apakah penggunaan perlengkapan tersebut
sesuai dengan kebiasaan social yang dipraktikan oleh kelompok social pasien.
3. Pengetahuan
Pengetahuan perawatan diri sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Kekurangan pengetahuan tentang pentingnya perawatan diri
dan implikasinya bagi kesehatan dapat mempengaruhi praktik perawatan diri.
4. Variable kebudayaan
Kepercayaan akan nilai kebudayaan dan nilai dari mempengaruhi perawatan diri. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik kesehatan yang berbeda pula.
Disebagian masyarakat, misalnya, ada yang menerapkan mandi setiap hari, tetapi
masyarakat dengan lingkup budaya yang berbeda hanya mandi seminggu sekali.
5. Kondisi fisik
Pada keadaan tertantu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
memerlukan bantuan. Biasanya, jika tidak mampu, klien dengan kondisi fisik yang tidak
sehat lebih memilih untuk tidak melakukan perawatan diri.

3. PENGKAJIAN
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
1. Faktor psikologis
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien, sehingga klien
menjadi begitu bergantung pada perkembangan inisiatifnya terganggu. Pasien
gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan kemampuan
realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan klien tidak peduli terhadap diri dan
lingkungannya, termasuk perawatan diri.
2. Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab klien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Selain itu, faktor herediter (keturunan)berupa anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
3. Faktor sosial
Faktor sosial ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya.

b. Faktor Presipitasi
Faktor pesipitasi defisit perawatan diri, meliputi kurangnya motivasi, keusakan
kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami klien.
c. Tanda Dan Gejala / Penilaian Stressor
Tanda dan gejala yang tampak pada klien dengan gangguan defisit perawatan diri,
antara lain:
1) Data subjektif
Klien mengatakan tentang:
- Malas mandi
- Tidak mau menyisir rambut
- Tidak mau menggosok gigi
- Tidak mau memotong kuku
- Tidak mau berhias atau berdandan
- Tidak bisa atau tidak mau menggunakan alat mandi atau kebersihan diri
- Tidak menggunakan alat makan dan minum saat makan dan minum
- BAB dan BAK sembarangan
- Tidak membersihkan diri dan tidak membersihkan tempat BAB dan BAK setelah
BAB dan BAK
- Tidak mengetahui cara perawatan diri yang benar

2) Data objektif
 Badan klien bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang
 Tidak menggunakan alat-alat mandi pada saat mandi dan tidak mandi dengan
benar
 Rambut kusut, berantakan, kumis dan janggot tidak rapi, serta tidak mampu
berdandan
 Pakaian tidak rapih, tidak mampu memilih, mengambil, memakai,
mengancangkan dan memindahkan pakaian
 Memakai barang-barang yag tidak perlu dalam berpakaian, misalnya memakai
pakaian berlapis-lapis, penggunaan pakaian yang tidak sesuai. Melepas barang-
barang yang perlu dalam berpakaian, misalnya telanjang
 Makan dan minum sembarangan serta berceceran, tidak menggunakan alat
makan, tidak mampu menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke alat
makan (dari panci ke piring atau mangkok, tidak mampu menggunakan sendok
dan tidak mengetahui fungsi alat-alat makan), memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah, menelan makanan, secara aman dan
menghabiskan makanannya
 BAB dan BAK tidak pada tempatnya, klien tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK serta tidak mampu menjaga kebersihan toilet dan menyiram toilet
setelah BAB atau BAK

d. Sumber Koping
Sumber koping defisit perawatan diri mencakup kemampuan personal (personal anility)
akan:
1. Kemampuan klien dalam melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Berhias dan berdandan secara baik
3. Melakukan makan dengan baik
4. Melaksanakan BAB/BAK secara mandiri
5. Mengidentifikasi perilaku kebersihan diri yang maladaptif
6. Kemampuan klien dalam mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.

e. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi intergrasi pertumbuhan belajar dan
mencapai tujuan. Kategori ini adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatan
diri secara mandiri.
2) Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung mencelakai lingkungan. Kategorinya adalah
tidak mau merawat diri.

4. POHON MASALAH
Gambar. Pohon Masalah Diagnosis ketidakberdayaan

Gangguan pemeliharaan
kesehatan

Defisit perawatan
diri

Kehilangan fungsi tubuh, kurangnya motivasi


5. DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Individu
b. Keluarga
c. Kelompok/TAK

Anda mungkin juga menyukai