Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
No.8 Tahun 1995 “Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
dengan efek yang diterbitkannya, dan lembaga serta profesi yang berkaitan
dengan efek. Saat ini pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan
yang semakin baik, hal ini dibuktikan dengan selalu bertambahnya perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun ke tahun sehingga semakin
1995)”
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal atau investor. Dana yang diperoleh dari pasar modal
dan lain-lain. Kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan
instrumen keuangan.
Di dalam pasar modal terdapat beberapa variabel yang juga ikut serta
Harga Saham Gabungan (IHSG) antara lain adalah Tingkat Inflasi, Suku Bunga
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan cerminan dari kegiatan pasar
modal secara umum. Peningkatan IHSG menunjukkan pasar modal sedang bullish,
sebaliknya jika menurun menunjukkan kondisi pasar modal sedang bearish. Untuk itu,
seorang investor harus memahami pola perilaku harga saham di pasar modal.
Sekitar tahun 2012 dimulai terjadinya krisis moneter yang melanda negara
negara negara di kawasan Eropa secara signifikan dan juga Negara-negara lain
pengaruh yang bervariasi. Belum lama ini juga telah terjadi revolusi dan
konflik besar di banyak Negara di Timur Tengah, mulai dari revolusi politik di
beberapa Negara dan konflik Negara Iran dengan Barat dan sekutu. Kondisi
tersebut tentunya akan berpengaruh pada pergerakan harga minyak dunia. Hal
Selain itu, kondisi makroekonomi dalam negeri pada periode tersebut juga
sempat mengalami kekacauan, antara lain; inflasi sempat naik secara ekstrim
pada pertengahan tahun 2012 hingga akhir 2012. Kenaikan ekstrim tersebut
sampai melewati angka 10%. Kemudian mulai turun di awal 2014. Pada
dari 3% dan bertahan hinga akhir 2014. Begitu juga yang terjadi pada IHSG di
BEI. IHSG sempat mengalami depresiasi secara ekstrim hingga 50% pada
awal 2012 dan bertahan hingga pertengahan 2012. Namun setelah itu IHSG
mulai mengalami kenaikan secara kontinyu hingga akhir 2016, dan sempat
menyentuh angka di atas 4.000 poin pada pertengahan 2016. (www.bi.go.id &
finance.yahoo.com).
mempengaruhi naik turun nya kinerja saham,salah satu nya adalah faktor makro
diperhatikan oleh investor ketika ingin berinvestasi di bursa efek Indonesia adalah
semakin banyak orang memiliki kelebihan dana yang akan dimanfaatkan untuk
pertumbuhan pesat telah mengalami perununan yang drastis. Hal ini disebabkan
karena melemahnya nilai dan mengakibatkan terjadinya inflasi. Suku bunga dan
inflasi yang tinggi mempunyai hubungan yang negatif bagi pasar modal.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor
yang berasal dari luar negeri (eksternal) dan faktor yang berasal dari dalam negeri
(internal). Faktor yang berasal dari luar negeri tersebut bisa datang dari indeks bursa
asing negara lain (Dow Jones, Hang Seng, Nikkei, dll), tren perubahan harga minyak
dunia, tren harga emas dunia, sentimen pasar luar negeri, dan lain sebagainya. Sedangkan
faktor yang berasal dari dalam negeri bisa datang dari nilai tukar atau kurs di suatu negara
terhadap negara lain, tingkat suku bunga dan inflasi yang terjadi di negara tersebut,
kondisi sosial dan politik suatu negara, jumlah uang beredar dan lain sebagainya.
kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi. Inflasi diukur
Untuk mengukur laju inflasi di Indonesia, salah satu indikator yang sering
digunakan yaitu Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index
(CPI). IHK mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh
mengenai hubungan antara tingkat inflasi dengan harga saham. Pendapat pertama
menyatakan bahwa ada korelasi positif antara inflasi dengan harga saham
(demand pull inflation) yaitu inflasi yang terjadi karena adanya kelebihan
permintaan atas jumlah barang yang tersedia. Pada keadaan ini perusahaan dapat
menyatakan bahwa ada korelasi negatif antara inflasi dengan harga saham.
Pendapat ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi adalah cost
push inflation, yaitu inflasi yang terjadi karena kenaikan biaya produksi, dengan
adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian
untuk membayar deviden menurun yang akan berdampak pada penilaian harga
diketahui situasi secara umum. Hal ini disebabkan, Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) dapat digunakan untuk menilai situasi pasar secara umum atau
dan jasa secara terus-menerus. Kenaikan harga ini berupa perubahan persentase.
Inflasi tingi menyebabkan biaya bahan bangunan dan biaya konstruksi yang
jual saham dengan harapan return yang tinggi. Sebaliknya pada saat tingkat inflasi
Tingkat suku bunga SBI juga merupakan salah satu variabel yang dapat
bunga SBI bisa mempengaruhi suku bunga deposito yang merupakan salah satu
modalnya. Jika suku bunga SBI yang ditetapkan meningkat, investor akan
mendapat hasil yang lebih besar atas suku bunga deposito yang ditanamkan
Saham Gabungan.
saham di bursa efek, yakni investasi pada valuta asing dalam hal ini adalah dollar
(USD). Jika saat nilai tukar dollar sedang melemah terhadap rupiah dan dapat
dengan harapan ketika kurs dollar terhadap rupiah kembali meningkat dia akan
menjualnya kembali ke dalam bentuk mata uang rupiah, sehingga dia memperoleh
gain dari selisih kurs. Di samping sebagai alternatif investasi, pergerakan mata
uang tersebut juga berdampak pada perdagangan ekspor impor barang dan jasa
berdampak pada aktivitas Pasar Modal, dan selanjutnya akan berakibat pada
Pada awal September 2008, sebagai akibat lanjut dari krisis subprime
perumahan terbesar Fannie Mae dan Freddie Mac. Hal yang lebih mengejutkan
adalah bangkrutnya lehman Brothers dan Merrill Lynch yang kemudian diakuisisi
oleh Bank of America. Bank Sentral AS telah memberikan dana untuk pasar
sebesar US$ 70 miliar, tetapi Indeks Dow Jones tetap jatuh 4,4%, atau terbesar
sejak September 2001. Hal tersebut mengakibatkan bursa-bursa Eropa juga jatuh
peringkat utang Amerika dari AAA menjadi AA+. Hal tersebut berdampak juga
pada Indeks Dow Jones yang turun sebesar 5,5%. Bursa-bursa dunia termasuk
Bursa Efek Indonesia juga terkena dampak dari penurunan tersebut (Tempo
Interaktif, 2011).
sangat besar bagi negara-negara lain. Hal ini juga termasuk pengaruh dari
merupakan salah satu index dalam NYSE (New York Stock Exchange) akan
berpengaruh pada pergerakan index harga saham negara-negara lain. Salah satu
contoh pada tahun 2012 saat itu krisis mortgage di AS yang akhirnya juga
menyeret IHSG turun hingga 50%, padahal dampak krisis itu terhadap
terhadap IHSG, harga emas dunia berpengaruh positif terhadap IHSG, Kurs
terhadap IHSG, indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Selain itu,
Pramulia (2012) mengungkapkan bahwa variabel tingkat inflasi, suku bunga SBI,
dan kurs USD, berpengaruh secara simultandan parsial terhadap IHSG. Tentunya
masih banyak lagi penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, dan akan
perubahan kurs dollar (USD) terhadap harga pasar saham gabungan periode 2012-
gabungan (IHSG) dari tahun 2012 hingga tahun 2016 mengalami fluktuasi,
pada tahun 2012 IHSG mencapai harga Rp. 18.199,5 lalu mengalami kenaikan
yang cukup jauh pada tahun 2013 dan 2014 pada tahun 2015 terjadi penurunan
suku bunga SBI antara tahun 2012 – 2016 pada tingkat suku bunga terjadi
fluktuasi suku bunga SBI. Pada tahun 2012 7,15% hingga mengalami
kenaikan pada tahun 2014 sebesar 7,75%, suku bunga SBI kembali turun pada
tahun 2015 posisi 7,50% dan 6,50% pada tahun 2016. Pada saat terjadinya
harga pasar saham dalam keadaan stabil terjadi penurunan tingkat suku bunga
SBI sebaliknya pada saat kondisi harga pasar saham tidak stabil maka tingkat
saham dan begitu juga sebaliknya. Dalam menghadapi kenaikan tingkat suku
bunga SBI, para pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat
suku bunga SBI kembali pada tingkat yang dianggap normal. Sebaliknya, jika
tingkat suku bunga SBI jangka panjang meningkat maka pemegang saham
Inflasi dan Suku Bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Kurs Rupiah
terhadap IHSG.
Untuk Kurs Dollar (USD) Pada tahun 2012 sampai tahun 2015
Dollar di Indonesia.
terdahulu adalah penelitian ini memfokuskan pada Indek Harga Saham Yang
perekonomian yang terjadi pada saat yang tersebut. Selain itu, kondisi
tukar Rupiah yang menurunkan laju inflasi. Faktor lain adalah kenaikan suku
(Indonesian Economic Review and Outlock, 2013). Oleh karena itu, penulis
ingin menguji kembali adanya pengaruh variabel moneter dan indeks bursa
internasional terhadap Indeks Harga Saham Gabungan dalam judul “
Nilai Kurs Dollar AS (USD) dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap
2012 – 2016”
2016 .
(SBI), Nilai Kurs Dollar AS (USD) dan Indeks Dow Jones (DJIA)
2012 – 2016 .
Indonesia ( SBI ), Nilai Kurs Dollar AS ( USD ) dan Indeks Dow Jones (
AS ( USA ) dan Indeks Dow Jones ( DJIA ) dan index Harga Saham
1. Bagi Penulis
2. Bagi Pembaca
3. Bagi Akademis
1. M.Zuhdi Amin (2012) Tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai kurs
dipengaruhi oleh variabel lain diluar model penelitian ini, seperti; harga minyak
bersama-sama variabel makro ekonomi (jumlah uang yang beredar, tingkat suku
bunga SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah) terhadap Indeks Harga Saham
terhadap Indeks harga saham Gabungan (IHSG). Hal ini berarti jika tingkat
suku bunga SBI naik maka IHSG akan menjadi turun. Pada saat tingkat suku
5. (Yuppa , 2014 ) Inflasi IHK dan kurs rupiah/dollar Amerika secara simultan
Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK)
asset yang ditahan beberapa waktu yang akan datang (Novitasari, 2013).
(Zulaikha, 2013).
pada masa penelitian, tidak berdampak besar pada naik turunnya harga
9. Penelitian yang juga dilakukan oleh Reny Wijaya (2013) yang meneliti