Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU URETER

DIRUANG EDELWAYS RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun oleh :

Nama : Ismaul Wijayatri

Npm :920173024

Prodi: S1 Ilmu Keperawatan (3A)

Semester: 5

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AJARAN 2019/2020


1. PENGERTIAN
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan
substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2009).
Batu Saluran Kemih adalah penyakit dimana didapatkan material keras seperti batu yang
terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran
kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam
kalsium, magnesium, asam urat dan sistein (Chang, 2009 dalam Wardani, 2014).
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks
ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun
ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi (Brunner dan
Suddarth,2009).
2. ETIOLOGI
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu
saluran kemih diantaranya sebagai berikut :
a. Faktor intrinsic
Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin laiki-laki lebih besar dari pada
perempuan.
b. Faktor ekstrinsik
Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat dan kalsium
mempermudah terjadinya batu). Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014),Terbentuknya
batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi
saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik)
3. TANDA DAN GEJALA/ MANIFESTASI KLINIS
Menurut Putri dan Wijaya (2013),tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih sangat ditentukan
oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan
gejala umum yaitu hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan
endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Batu pada pelvis ginjal dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat, umumnya gejala batu saluran kemih
merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :
a. Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam bentuk pegal hingga kolik
atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis.
b. Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena.
c. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
d. Gangguan fungsi ginjal.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
4. PATHOFISIOLOGI
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3 faktor yang mendukung proses
ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan produksi matriks protein. Pada umumnya Kristal
tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang
lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui saluran kencing hingga pada
lumen yang sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat
merupakan gabungan dari 20 beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium
fosfat dan kalsium oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009 menyatakan bahwa sebagian batu
saluran kemih adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori
terbentuknya batu antara lain :
a. Teori Inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic sebagai inti. Substansi
organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein yang akan
mempermudah kristalisasi dan agresi substansi pembentuk batu.
b. Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang
bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan garam urat. Sedangkan pada urin
yang bersifat alkali akan mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori kurangnya faktor penghambat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat,
magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
5.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Wijayaningsih (2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran kemih diantaranya
sebagai berikut :
1. Urinalisa
Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan Kristal (sistin,
asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat), urin 24 jam
:(kreatinin, asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urin
menunjukan Infeksi saluran kemih (ISK),Blood ureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan
urin) ; abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin).
2. Darah lengkap
Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
3. Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal
4. Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada area ginjal dan
spanjang ureter.
5. Ultrasonografi
ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih adalah menghilangkan
obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan
mmengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai tujuan tersebut, dapat dilakukan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri, obstruksi disertai
perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal.
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
4. Mencari latar belakang terjadinya batu.
5. Mengusahakan penceghan terjadinya rekurensi
Penatalaksanaan secara umum pada obstruksi saluran kemih bagian bawah diantaranya sebagai berikut :
1. Cystotomi
salah satu usaha untuk drainase dengan menggunakan pipa sistostomy yang ditempatkan
langsung didalam kandung kemih melalui insisi supra pubis.
2. Uretrolitotomy
tindakan pembedahan untuk mengangkat batu yang berada di uretra.
Menurut Purnomo dalam Wardani (2014) pemeriksaan penunjang yang dapat dilaukan yaitu
Extracorporeal Shockwave Lithotripsy (ESWL) merupakan tindakan non-invasif dan tanpa
pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh
untuk memecah batu dan Tindakan endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut
dimasukan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit.
9. PENGKAJIAN
Pengkajian yang diambil menurut Ardiansyah dalam Rais (2015) diantarannya sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan,kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang urine lebih
sedikit,hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana kuning
keruh,sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,
dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen,nyeri panggul, kolik ginjal, kolik
uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat kolik renal atau bladder
tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
f. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
3. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan
ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat
atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum, terjadi
distensi abdomen, penurunan bising usus.
c. Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).Penurunan
haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan
dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola
berkemih.
d. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien terpapar
suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis atau
adanya cedera pada medulla spinalis.
e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
f. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.
g. Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke punggung,
abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan
kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak
hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi.
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah sakit.
i. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit dan penatalakasanaan.
j. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
4. Pengkajian Fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan
tanda-tanda vital.
b. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
c. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
d. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
e. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
f. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya
kering, pucat.
g. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
h. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
i. Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak.Suara napas abnormal
j. Pemeriksaan Abdomen
Adanya nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan muntah. Palpasi ginjal
dilakukan untuk mengidentifikasi massa, pada beberapa kasus dapat teraba ginjal
pada sisi sakit akibat hidronefrosis.
k. Pemeriksaan Genitalia
Pada pola elimina siurine terjadi perubahan akibat adanya hematuri, retensi urine,
dan sering miksi
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi
duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.

10. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut b.d insisi bedah
2. Ansietas b.d prognosis pembedahan, tindakan infasi diagnostik.
3. Defisiensi pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit

11. Intervensi Keperawatan


No. Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Nyeri akut
1. b.d adanya Setelah dilakukan tindakan O : lakukan pengkajian nyeri
insisi bedah keperawatan 2x24 jam nyeri secara komperhensif
dapat teratasi dengan Kriteria N : berikan posisi yang nyaman
Hasil : E : ajarkan teknik relaksasi
o Nyeri berkurang nafas dalam
o Skala nyeri menurun C : kolabirasikan pemberian
o Klien dapat beristirahat analgesik sesuai indikasi
dan rileks
Defisiensi 2.pengetahuan Setelah dilakukan tindakan O : kaji tingkat pengetahuan
b.d kurangnya informasi keperawatan 2x24 jam mengenai kondisinya
tentang proses penyakit pengetahuan klien meningkat N : jelaskan tentang tanda dan
dengan Kriteria Hasil : gejala yang memerlukan
o Memahami penjelasan evaluasi medic ( nyeri berulang)
perawat E : ajarkan pentingnya
o Mampu menjawab mempertahankan asupan hidrasi
pertanyaan validasi 3-4 liter/hari
o Berdiskusi aktif C : diskusikan pilihan terapi
analgesik atau penanganan
Daftar pustaka

Deswanti. 2009. Proses Keperawatan dan Berfikir kritis. Jakarta: Salemba Medika
Maya. 2013. Buku Ajar Pathofisiologi. Tanggerang Selatan : Binarupa Aksara
Muttaqin. A & Sari K. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan. Jakarta : salamba
Medika
Nahdi. 2013. Nefrolitiasis dan Hidronefrosis Sinistra dengan Infeksi Saluran Kemih Atas. Lampung.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Anda mungkin juga menyukai