Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini Membahas “Fokus Pengembangan Wilayah Tertinggal dan Terpencil” Sebagai
Bahan belajar mata pelajaran geografi di SMAN 9 Kota Jambi.
Dalam penyusunan makalah ini, Kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai teman saya itu bisa teratasi. Oleh karena itu, Kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua Teman-Teman Kami dan
media yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat Kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Penulis

( Jihan Meta Ardhana)


DAFTAR ISI

KATA PENGATAR......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iV
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Maslah................................................................................................... 1
1.3 Tujuan penulisan.................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Daerah Tertingal................................................................................. 3
2.2 Faktor Penyebab Daerah itu tertingal................................................................ 3
2.3 Kriteria Daerah tertinggal................................................................................... 4
2.4 Upaya mengembangkan daerah tertinggal....................................................... 6
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................. 7
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 7
3.2 Saran........................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 8
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berada di kawasan asia tenggara.
Layaknya sebuah Negara berkembang, Indonesia tak akan pernah lepas dengan program-
program pembangunan baik dalam skala lokal maupun skala nasional. Pada hakikatnya
tujuan pembangunan adalah mewujudkan masyarakat yang mempunyai tingkat
kesejahteraan sosial yang tinggi. Namun dalam perjalanannya, berbagai kendala masih
sering dijumpai.
Menurut data BPS indonesia, jika dilihat dari administratif kabupaten/kota, data terkini
pemerintah menyebutkan terdapat 122 kabupaten/kota yang memiliki daerah
tertinggal. Padahal lanjut Marwan, dari hasil pertemuannya dengan berbagai kepala daerah
dan aparatur desa, jumlah kabupaten/kota yang memiliki desa tertinggal mencapai 200 -
300 kabupaten/kota. Sebanyak 32.000 desa dari 74.093 jumlah desa di Indonesia atau 52,79
persen. (SJ)
Salah satu kendala yang mendominasi adalah rendahnya tingkat aksesbilitas ke daerah
pembangunan. Hal inilah yang menjadi penyebab utama kesenjangan pembangunan.
Kesenjangan pembangunan, baik antar golongan masyarakat maupun antar daerah yang
relatif masih tinggi berusaha terus diturunkan. Berbagai program percepatan yang
diharapkan menjadi katalis terhadap peningkatan kegiatan pembangunan nyatanya masih
dirasa kurang dampaknya.
Salah satu contohnya adalah tarik-menarik kewenangan dan masalah birokrasi yang terlalu
rumit (Koran Jakarta:16 oktober 2013). Oleh karena itu pemerintah membuat Kementrian
Pembangunan Daerah Tertinggal. Dalam rangka melaksanakan pembangunan di daerah
tertinggal diperlukan data-data yang akurat, terperinci, aktual, dan mudah diakses sehingga
memudahkan bagi Kementerian PDT dan Kementerian/Lembaga dalam melakukan afirmasi
dan intervensi untuk percepatan pembangunan di daerah tertinggal.
Di Indonesia sendiri tercatat ada 122 kabupaten/kota daerah tertinggal yang menyebar di
seluruh Indonesia. Dalam pengkategorian sebuah daerah tertinggal terdapat 5 faktor yang
mempengaruhi anatara lain faktor geografis, sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
prasarana dan sarana, serta daerah terisolasi, rawan konflik dan rawan bencana. Pada
umumnya pada aspek seumber daya manusia, masyarakat di daerah tertinggal mempunyai
tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan
adat yang belum berkembang.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Daerah tertinggal?
2. Apa yang menyebabkan daerah tertinggal?
3. Bagaimana karakteristik daerah tertinggal?
4. Bagaimana upaya pengembangan wilayah daerah tertinggal oleh pemerintah?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian daerah tertinggal.
2. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan suatu daerah dapat tertinggal
3. Untuk mengetahui karakteristik daerah tertinggal.
5. Untuk mengetahui upaya pengembangan didaerah tertinggal.
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Daerah Tertinggal
Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang
masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam
skala nasional. Pengertian daerah tertinggal sebenarnya Multi-interpretatif dan amat luas.
Meski demikian, ciri umumnya antara lain: tingkat kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi
amat terbatas dan terfokus pada sumber daya alam, minimnya sarana dan prasarana, serta
kualitas SDM yang rendah.
Daerah tertinggal secara fisik terkadang lokasinya amat terisolasi. Beberapa pengertian
wilayah tertinggal telah disusun oleh masing-masing instansi sektoral dengan pendekatan
dan penekanan pada sektor terkait (misal: transmigrasi, perhubungan, pulau-pulau kecil dan
pesisir, dan lain sebagainya). Wilayah tertinggal secara definitif dapat meliputi dan melewati
batas administratif daerah sesuai dengan keterkaitan fungsional berdasarkan dimensi
ketertinggalan yang menjadi faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor 001/KEP/M-
PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal, yang dimaksud
dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya
relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah
tertinggal pada dasarnya berbeda dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program
pembangunan daerah tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan.

2.2. Faktor Penyebab Daerah Tertinggal


Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor penyebab,
yaitu:
1. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya yang
jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil
atau karena faktor geomorfologi lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik
transportasi maupun media komunikasi.
2. Sumber daya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumber daya alam, daerah yang memiliki
sumber daya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang
dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumber
daya alam yang berlebihan.
3. Sumber daya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan,
pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum
berkembang.
4. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan,
pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal
tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, di samping itu seringnya suatu
daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir,
dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan yang tidak
tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah tertinggal, kesalahan pendekatan
dan prioritas pembangunan, serta tidak dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam
perencanaan dan pembangunan.

2.3. Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal


Unit terkecil daerah tertinggal yang digunakan dalam Strategi Nasional ini adalah wilayah
administrasi Kabupaten. Hal ini sesuai dengan kewenangan otonomi daerah yang secara
penuh diberikan kepada pemerintah Kabupaten.
Penetapan kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan
berdasarkan pada perhitungan 6 (enam) kriteria dasar yaitu : perekonomian masyarakat,
sumber daya manusia, prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal),
aksesibilitas dan karakteristik daerah, serta berdasarkan kabupaten yang berada di daerah
perbatasan antarnegara dan gugusan pulau-pulau kecil, daerah rawan bencana, dan daerah
rawan konflik. Ke-6 (enam) kriteria ini diolah dengan menggunakan data Potensi Desa
(PODES) 2003 dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2002 dan data Keuangan
Kabupaten 2004 dari Departemen Keuangan. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka
ditetapkan 199 kabupaten yang dikategorikan kabupaten tertinggal.
Menurut Lucky H. Korah, sekretaris Kementerian Negara PDT (2008) daerah tertinggal
mempunyai ciri yaitu tidak bisa berkembangnya individu, masyarakat dan wilayahnya.
Sedangkan, menurut Sarwono (2008) Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan
kondisi sosial, budaya, ekonomi dan wilayah (fungsi intern dan intra spasial baik pada aspek
lingkungan, aspek manusianya, maupun prasarana pendukungnya) kurang berkembang
dibandingkan daerah lain. Kriteria utama yang digunakan dalam penentuan suatu daerah
tertinggal antara lain, perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, prasarana
(infrastruktur), kemampuan keuangan lokal (celah fiskal), aksesibilitas, dan karakteristik
daerah. Saat ini masih terdapat 122 kabupaten yang masuk dalam daerah tertinggal di
Indonesia. Berikut ini penjelasannya:

1. LKMProvinsi Aceh: Kab. Aceh Singkil.


2. Provinsi Sumatera Utara: 1. Kab. Nias; 2. Kab. Nias Selatan; 3. Kab. Nias Utara; 4. Kab. Nias
Barat.
3. Provinsi Sumatera Barat: 1. Kab. Kepulauan Mentawai; 2. Kab. Solok Selatan; 3. Kab.
Pasaman Barat.
4. Provinsi Sumatera Selatan: 1. Kab. Musi Rawas; 2. Kab. Musi Rawas Utara.
5. Provinsi Bengkulu: Kab. Seluma.
6. Provinsi Lampung: 1. Kab. Lampung Barat; 2. Kab. Pesisir Barat.
7. Provinsi Jawa Timur: 1. Kab. Bondowoso; 2. Kab. Situbondo; 3. Kab. Bangkalan; 4. Kab.
Sampang.
8. Provinsi Banten: 1. Kab. Pandeglang; 2. Kab. Lebak.
9. Provinsi NTB: 1. Kab. Lombok Barat; 2. Kab. Lombok Tengah; 3. Kab. Lombok Timur; 4.
Kab. Sumbawa; 5. Kab. Dompu; 6. Kab. Bima; 7. Kab. Sumbawa Barat; 8. Kab. Lombok Utara.
10. Provinsi NTT: 1. Kab. Sumba Barat; 2. Kab. Sumba Timur; 3. Kab. Kupang; 4. Kab. Timor
Tengah Selatan; 5. Kab. Timor Tengah Utara; 6. Kab. Belu; 7. Kab. Alor; 8. Kab. Lembata; 9.
Kab. Ende; 10. Kab. Manggarai; 11. Kab. Rote Ndao; 12. Kab. Manggarai Barat; 13. Kab.
Sumba Tengah; 14. Kab. Sumba Barat Daya; 15. Kab. Nagekeo; 16. Kab. Manggarai Timur;
17. Kab. Sabu Raijua; 18. Kab. Malaka.
11. Provinsi Kalimantan Barat: 1. Kab. Sambas; 2. Kab. Bengkayang; 3. Kab. Landak; 4. Kab.
Ketapang; 5. Kab. Sintang; 6. Kab. Kapuas Hulu; 7. Kab. Melawi; 8. Kab. Kayong Utara.
12. Provinsi Kalimantan Tengah: 1. Kab. Seruyan.
13. Provinsi Kalimantan Selatan: 1. Kab. Hulu Sungai Utara.
14. Prov. Kalimantan Timur: 1. Kab. Nunukan; 2. Kab. Mahakam Ulu.
15. Provinsi Sulawesi Tengah: 1. Kab. Banggai Kepulauan; 2. Kab. Donggala; 3. Kab. Toli-Toli;
4. Kab. Buol; 5. Kab. Parigi Moutong; 6. Kab. Tojo Una-Una; 7. Kab. Sigi; 8. Kab. Banggai Laut;
9. Kab. Morowali Utara.
16. Prov. Sulawesi Selatan: 1. Kab. Jeneponto.
17. Prov. Sulawesi Tenggara: 1. Kab. Konawe; 2. Kab. Bombana; 3. Kab. Konawe Kepulauan.
18. Prov. Gorontalo: 1. Kab. Boalemo; 2. Kab. Pohuwato; 3. Kab. Gorontalo Utara.
19. Prov. Sulawesi Barat: 1. Kab. Polewali Mandar; 2. Kab. Mamuju Tengah.
20. Prov. Maluku: 1. Kab. Maluku Tenggara Barat; 2. Kab. Maluku Tengah; 3. Kab. Buru; 4.
Kab. Kepulauan Aru; 5. Kab. Seram Bagian Barat; 6. Kab. Seram Bagian Timur; 7. Kab. Maluku
Barat Daya; 8. Kab. Buru Selatan.
21. Prov. Maluku Utara: 1. Kab. Halmahera Barat; 2. Kab. Kepulauan Sula; 3. Kab. Halmahera
Selatan; 4. Kab. Halmahera Timur; 5. Kab. Pulau Morotai; 6. Kab. Pulau Taliabo.
22. Prov. Papua Barat: 1. Kab. Teluk Wondama; 2. Kab. Teluk Bintuni; 3. Kab. Sorong Selatan;
4. Kab. Sorong; 5. Kab. Raja Ampat; 6. Kab. Tambaru; 7. Kab. Maybrat.
23. Prov. Papua: 1. Kab. Merauke; 2. Kab. Jayawijaya; 3. Kab. Nabire; 4. Kab. Kepulauan
Yapen; 5. Kab. Biak Numfor; 6. Kab. Paniai; 7. Kab. Puncak Jaya; 8. Kab. Boven Digoel; 9. Kab.
Mappi; 10. Kab. Asmat; 11. Kab. Yahukimo; 12. Kab. Pegunungan Bintang; 13. Kab. Tolikara;
14. Kab. Sarmi; 15. Kab. Keerom; 16. Kab. Waropen; 17. Kab. Supiori; 18. Kab. Mamberamo
Raya; 19. Kab. Nduga; 20. Kab. Lanny Jaya; 21. Kab. Mamberamo Tengah; 22. Kab. Yalimo;
23. Kab. Dogiyai; 24. Kab. Intan Jaya; dan 25. Kab. Diiyai.

2.4. Upaya mengembangkan Daerah tertinggal


Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi masalah
ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah mengeluarkan Permen
PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan strategi pembangunan daerah
tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005
tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.
Kementerian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi
dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN). Kedua
program kerja tersebut mempunyai tujuan untuk mempercepat pertumbuhan daerah-
daerah yang tertinggal. Pemerintah juga mengadakan Program Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal atau disebut juga dengan P2DTK. Program (Sarpung) Sarjana Pulang
Kampung juga diterapkan Pemkab Tapin, Kalimantan Selatan untuk menyebarkan tenaga
pendidik di daerah mereka. Program beasiswa dan penggalangan dana untuk anak-anak
yang mempunyai masalah ekonomi juga semakin digalakkan karena pada dasarnya masalah
ekonomi kerap menjadi masalah utama yang membelenggu masyarakat di daerah
tertinggal. Masalah ini sepatutnya tidak hanya menjadi tugas pemerintah dalam
menyelesaikannya, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat dalam
pelaksanaannya.
Pembukaan UUD 1945 yang berisi tujuan pendidikan nasional adalah membentuk warga
Negara yang cerdas, mandiri dan dilandasi oleh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Hal ini sepatutnya menjadi landasan utama dalam merealisasikan pendidikan yang berbasis
pemberdayaan masyarakat agar terlatih kecerdasannya.
Strategi pembangunan daerah tertinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-
masing daerah. Strategi dimaksud meliputi:
1. Pengembangan ekonomi lokal, strategi ini diarahkan untuk mengembangkan ekonomi
daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi sumber daya lokal
(sumber daya manusia, sumber daya kelembagaan, serta sumber daya fisik) yang dimiliki
masing-masing daerah, oleh pemerintah dan masyarakat, melalui pemerintah daerah
maupun kelompok-kelompok kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
2. Pemberdayaan Masyarakat, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya, ekonomi, dan politik.
3. Perluasan Kesempatan, strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian daerah
tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju
4. Peningkatan Kapasitas, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
kelembagaan dan sumber daya manusia, Pemerintah dan masyarakat di daerah tertinggal.
5. Peningkatan Mitigasi, Rehabilitasi dan Peningkatan, strategi ini diarahkan untuk
mengurangi risiko dan memulihkan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh konflik dan
bencana alam serta berbagai aspek dalam wilayah perbatasan.
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya, ekonomi dan
wilayah (fungsi intern dan intra spasial baik pada aspek lingkungan, aspek manusianya,
maupun prasarana pendukungnya) kurang berkembang dibandingkan daerah lain.
Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi pada hal
materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu orang tua daripada
harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang menyebabkan masyarakat desa di daerah
tertinggal.
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut terhadap upaya
pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji coba mekanisme sering dianggap
para pengajar sebagai sebuah malapetaka atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat
untuk mereka. Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam
menghadapi masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan strategi
pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis dari Undang-undang
nomor 25 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional.
Kementerian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang terbagi
dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang (RPJPN).

3.2. Saran
Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga masyarakat
luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah tertinggal ini pemerintah juga
mengajak masyarakat ikut serta. Mengingat pendidikan merupakan salah satu pilar penentu
bangsa dimasa depan. Sebagai masyarakat, kita harus mengubah pandangan masyarakat
daerah tertinggal tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pilar
penting dalam kehidupan bernegara.
Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan berhubungan selanjutnya
kepada masa depan individu tersebut dan selanjutnya juga akan berpengaruh pada bangsa
dalam waktu mendatang. Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan sangat
dibutuhkan. Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.
Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah banyak usaha
yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang tinggi dari pemerintah
daerah, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa kita sebagai masyarakat dan abdi
Negara untuk melanjutkan program-program tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai
Negara yang maju dan terdepan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991.Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sastradipoera Koemaruddin. 1989.Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan
Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
http://dernewblogadres.blogspot.com/2015/05/makalah-daerah-tertinggal.html?m=1
http://makalah-dudi.blogspot.com/2016/10/pembangunan-daerah-tertinggal-di.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai