Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PELANGGARAN OKNUM PENEGAK HUKUM BAGI

PELAKSANAAN HUKUM DI INDONESIA


Disusun Oleh :
Andhika Sigit Juliyanto
Fendy Heryanto

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia pada saat ini sedang mengalami multi krisis yang salah satunya adalah
dalam penegakan hukum. Terlihat dari penegakan hukum semata-mata mengutamakan aspek
kepastian hukum dengan mengabaikan aspek keadilan,dan kemanfaatan hukum bagi
masyarakat. (Suhardin, 2009).
Jelas bahwa hukum adalah aturan-aturan yang mempunyai kekuatan mengikat dan
memberikan sanksi, maka seharusnya hukum diimplementasikan secara adil dan bijaksana,
baik dari pembuat kebijakan, pihak penegak hukum, serta seluruh pihak yang diikat oleh
hukum. Namun dalam praktek di kalangan aparatur penegak hukum belum sepenuhnya
menyadari hal tersebut. Tercermin dari kinerja aparatur penegak hukum dalam hukum dalam
pemberantasan korupsi, merabaknya mafia peradilan, pelanggaran hukum dalam penilitian
APBN dan APBD di kalangan birokrasi. Daftar ketidakpuasan masyrakat dalam pengegakan
hukum semakin bertambah panjang apabila membuka kembai lembaran-lembaran lama seprti
kasus Marsinah, kasus wartawan Udin, kasus Sengkon dan Karta, kasus Tanah Karet di Papua
dan lain-lainnya. (Fakrulloh, 2005).
Di samping krisis dalam penegakan hukum, terjadi kecenderungan pengabaian terhadap
hukum, ketidakhormatan dan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Sebagai contoh,
sejumlah persepsi ketidakpercayaan masyarakat pada hukum adalah (1) adanya perangkat
hukum, baik produk legislatif maupun eksekutif yang dianggap belum mencerminkan
keadilan sosial ; (2) lembaga peradilan yang belum independen dan imparsial ; (3) penegakan
hukum yang masih inkonsisten dan deskriminatif ; (4) perlindungan hukum pada masyarakat
yang belum mencapai titik kepuasan.
1.2 Rumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini, didapat hasil yang
diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa perumusan masalah.
Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah :
a) Bagaimana pelaksanaan hukum di Indonesia?
b) Pelanggaran apa saja yang pernah dilakukan aparatur penegak hukum dalam jejak
hukum di Indonesia?
c) Bagaimana mencapai supremasi hukum yang diharapkan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
a) Mengetahui pelaksanaan hukum di Indonesia
b) Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

1.4 Kajian Pustaka


Pelanggaran hukum adalah setiap perbuatan melawan hukum yang oleh karenanya
menimbulkan kerugian pada orang lain, dan ada sanksi atau hukuman untuk setiap tindakan
pelanggaran hukum. Pelanggaran oknum penegak hukum sendiri adalah tindakan melanggar
hukum yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum.
Penegakan hukum merupakan pusat seluruh “aktivitas kehidupan” hukum yang
dimulai dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakkan hukum. Penegakan
hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara berbagai perilaku manusia yang mewakili
kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam bingkai aturan yang telah disepakati bersama.
(Fakrulloh, 2005)
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum
dan aparat ( orangnya ) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur [rnrgak hukum yang
terlibat dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa,
hakim, dan petugas sipir pemasyarakatan. Setiap aparat dan aparatur terkait mencakup pula
pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas atau perannya yaitu terkait dengan kegiatan
pelaporan atau pengaduan. (Asshiddiqie)
Pelanggaran hukum yang dilakukan oleh oknum penegak hukum tentu akan
berpengaruh pada pelaksanaan hukum di Indonesia, terutama pada sikap masyarakat terhadap
pelaksanaan hukum di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka
atau studi literatur, yaitu penulis yang mengambil sumber penulisan dari internet, jurnal
hukum, dan buku.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penegakan Hukum


Penegakan hukum merupakan pusat seluruh “aktivitas kehidupan” hukum yang dimulai
dari perencanaan hukum, pembentukan hukum, penegakkan hukum.. Penegakan hukum ditujukan
guna meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat. Hal ini dilakukan antara
lain dengan menertibkan fungsi, tugas dan wewenang lembaga-lembaga yang bertugas
menegakkan hukum menurut proporsi ruang lingkup masing-masing, serta didasarkan atas
kerjasama yang baik dan mendukung tujuan yang hendak dicapai.
Penegakan hukum dan keadilan secara teoritis dinyatakan efektif apabila 5 pilar hukum
berjalan baik yakni : instrument hukumnya, aparat penegak hukumnya, faktor warga
masyarakatnya yang terkena lingkup peraturan hukum, faktor kebudayaan atau legal culture,
faktor sarana dan fasilitas yang dapat mendukung pelaksanaan hukum.
Hikmahanto Juwono menyatakan terdapat beberapa problem penegakan hukum baik
didalam maupun di luar institusi hukum. Problem dalam penegakan hukum meliputi hal:
1. Problem pembuatan peraturan perundang-undangan.
2. Masyarakat pencari kemenangna bukan keadilan.
3. Uang mewarnai penegakan hukum.
4. Penegakan hukum sebagai komoditas politik, penegakan hukum yang
diskriminatif dan ewuh pekewuh.
5. Lemahnya sumberdaya manusia.
6. Advokat tahu hukum versus advokat tahu koneksi.
7. Keterbatasan anggaran.
8. Penegakan hukum yang dipicu oleh media masa.
Problem tersebut diatas memerlukan pemecahan atau solusi, dan negara yang dalam hal
ini diwakili pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dengan tujuan memperbaiki kinerja institusi
hukum, aparat penegak hukum dengan anggaran yang memadai diharapkan dapat memberikan
output yang lebih baik berupa meningkatkan perlindungan warga negara serta menjamin
ketentraman dan kesejahteraan sosial bagi seluruh anggota masyarakat.
2.2 Pengertian Aparatur Penegak Hukum
Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan
aparat ( orangnya ) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat
dalam proses tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum jaksa, hakim, dan
petugas sipir pemasyarakatan.
Pelaksanaan hukum di dalam masyarakat selain tergantung pada kesadaran hukum
masyarakat juga sangat banyak ditentukan oleh aparat penegak hukum. Maka dari hal tersebut,
teladan baik, integritas, dan moralitas aparat penegak hukum mutlak harus baik, karena mereka
sangat rentan dan terbuka peluang bagi praktik suap dan penyalahgunaan wewenang.
Kualitas dan kemampuan aparatur penegak hukum dikembangkan melalui peningkatan
kualitas dan profesionalisme melalui sitem pendidikan dan pelatihan dengan kurikulum yang
akomodatif terhadap setiap perkembangan pembangunan serta pengembangan sikap aparatur
penegak hukum yang menjunjung tinggi kejujuran, kebenaran dan keadilan, bebas dari korupsi,
kousi, dan nepotisme serte bertanggungjawab dalam bentuk perilaku yang teladan. Aparatur
penegak hukum dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya secara profesional perlu didukung
oleh sarana dan prasarana hukum yang memadai serta diperbaiki kesejahteraannya agar di dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya dapat berjalan dengan baik dan terhindar dari pengaruh dan
intervensi pihak-pihak dalam bentuk korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Dalam struktur kenegaraan modern, tugas penegak hukum itu dijalankan oleh
komponen yudikatif dan dilasanakan oleh birokrasi, sehingga sering disebut juga birokrasi
penegak hukum. Eksekutif dengan birokrasinya merupakan bagian dari mata rantai untuk
mewujudkan rencana yang tercantum dalam (peraturan) hukum. Kebebasan peradilan merupakan
essensilia daripada suatu negara hukum, saat ini sudah terwujud dimana kekusaan kehakiman
adalah mereka yang bebas dari pengaruh unsur eksekutif, legislatif, serta kebebasan peradilan ikut
menentukan kehidupan bernegara dan tegak tidaknya prinsip Rule of Law.
2.3 Pelanggaran-pelanggaran Aparatur Penegak Hukum
Aparatur penegak hukum sangat rentan melakukan pelanggaran hukum, karena aparat
merupakan bagian yang bersinggungan langsung dengan berbagai tindak pidana dan berpeluang
besar untuk melakukan praktik suap maupun penyalahgunaan wewenang. Beberapa pelanggaran
tersebut antara lain :
a) Abraham Samad tersangka penyalahgunaan wewenang – Pada 26 Januari lalu,
Direktur Eksekutif KPK Watch M Yusuf Sahide melaporkan ke Bareskrim Polri soal pertemuan
Abraham dengan Plt Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menjelang Pemilu Presiden
2014 lalu. Menurut dia, pertemuan keduanya membahas kesepakatan mengenai proses hukum
yang menjerat politisi PDI-P Emir Moeis. Samad dituduh menyalahgunakan kewenangannya
sebagai pimpinan KPK untuk membarter kasus itu dengan keinginannya menjadi calon wakil
presiden bagi Jokowi. Dalam sebuah jumpa pers, Hasto menyebutkan, Abraham menawarkan
keringanan hukuman bagi Emir asalkan dipilih menjadi pendamping Jokowi.
(Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Abraham Samad Jadi Tersangka Kasus
Penyalahgunaan Wewenang, http://jateng.tribunnews.com/2015/02/27/abraham-samad-jadi-
tersangka-kasus-penyalahgunaan-wewenang.)
Editor: iswidodo
b) Oknum hakim kembali tertangkap, reformasi penegak hukum dinilai gagal -
Bertambahnya oknum hakim yang tertangkap dalam operasi tangkap tangan terhadap Ketua
Pengadilan Tinggi Manado Sudiwardono disebut sebagai kegagalan reformasi aparat penegak
hukum. Pakar hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar, menilai reformasi
kehakiman hanya berhasil pada level pembuatan regulasi, khususnya dalah hal memperkuat sistem
pengawasan. "Tetapi reformasi dalam lingkup budaya hukum aparat penegak hukum di kekuasaan
kehakiman, reformasinya gagal total," ujar Fickar, melalui keterangan tertulis, Minggu
(8/10/2017). "Terutama pada mental dan moralnya sehingga budaya korupnya tidak akan pernah
hilang. Bahkan sistemik atau melembaga," lanjut dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Oknum Hakim Kembali
Tertangkap, Reformasi Penegak Hukum Dinilai Gagal",
https://nasional.kompas.com/read/2017/10/08/10570701/oknum-hakim-kembali-tertangkap-
reformasi-penegak-hukum-dinilai-gagal.
Penulis : Ambaranie Nadia Kemala Movanita
c) Kasus suap hakim Pengadilan Negeri Medan, KPK ungkap ada kode ratu
kecantikan - TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menemukan adanya
penggunaan kode dalam perkara kasus suap yang melibatkan hakim Adhoc Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Negeri Medan, Merry Purba.
"Uang suap yang diterima Merry disamarkan menggunakan kode 'pohon' dan 'ratu
kecantikan'," kata Ketua KPK Agus Rahardjo di gedung KPK, Jakarta Selatan pada Rabu, 29
Agustus 2018. Kode pohon diartikan untuk uang dan ratu kecantikan untuk nama hakim. Dalam
kasus suap tersebut, kata Agus, Merry diduga menerima uang sebesar 280 ribu dolar Singapura
dari Direktur PT Erni Putra Terari, Tamin Sukardi.
Uang suap tersebut diberikan secara bertahap melalui perantara.
Pemberian pertama dilakukan pada 24 Agustus 2018 di Hotel JW Marriot Medan sebesar 150 ribu
dolar Singapura melalui panitera pengganti PN Medan Helpandi dan orang kepercayaan Tamin,
Hadi Setiawan. Ketiganya juga sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Adapun pemberian kedua telah dilaksanakan dan uang sebesar 130 ribu dolar Singapura
yang diduga akan diberikan kepada Merry telah di tangan Helpandi. Saat itu lah, KPK melakukan
OTT di PN Medan pada Selasa, 28 Agustus 2018.
KPK menduga uang tersebut diberikan oleh Tamin kepada Merry untuk mempengaruhi
putusan perkara kasus korupsi penjualan tanah berstatus aset negara yang menjeratnya. Dalam
putusan yang dibacakan pada 27 Agustus 2018, Tamin divonis 6 tahun penjara dan denda Rp 500
juta subsider enam bulan kurungan dan uang pengganti Rp 132 miliar. Vonis tersebut lebih ringan
dari tuntutan jaksa yakni 10 tahun pidana penjara dan denda Rp500 juta subsider enam bulan
kurungan dan uang pengganti Rp132 miliar.
Artikel ini telah tayang di Tempo.co dengan judul "Kasus Suap Hakim PN Medan, KPK
Ungkap Ada Kode Ratu Kecantikan", https://nasional.tempo.co/read/1121749/kasus-suap-hakim-
pn-medan-kpk-ungkap-ada-kode-ratu-kecantikan.co
Penulis : Ninis Chairunnisa
Selain beberapa kasus diatas, peristiwa klasik yang menjadi bacaan umu sehari-hari
adalah: koruptor kelas kakap dibebaskan karena kurangnya bukti, sementara pencuri ayam bisa
terkena hukuman tiga bulan penjara karena adanya bukti nyata. Ketimpangan dan putusan hukum
yang tidak menyentuh rasa keadilan masyarakat tetap terasakan dari hari ke hari.
2.4 Akibat Pelanggaran Oknum Penegak Hukum di Indonesia terhadap perilaku
masyarakat
Pelanggaran Hukum oleh beberapa oknum penegak hukum sudah berlangsung terus
menerus selama puluhan tahun. Masyarakat sudah terbiasa melihat bagaimana law in action
berbeda dengan law in book. Beberapa contoh kasus berikut ini menunjukkan bagaimana perilaku
masyarakat terhadap hukum di Indonesia.
a) Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum
Masyarakat meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka, dan sedapat
mungkin dihindari. Bila seseorang melanggar peraturan lalu lintas misalnya, maka sudah jamak
dilakukan upaya “damai” dengan petugas polisi yang bersangkutan agar tidak membawa kasusnya
ke pengadilan. Memang dalam hukum perdata, dikenal pilihan penyelesaian masalah degan
abritase atau mediasi di luar jalur pengadilan untuk menghemat waktu dan biaya.
Namun tidak demikian hal nya dengan hukum pidana yang hanya menyelsaikan masalah
melalui pengadilan. Di Indonesia, bahkan persoalan pidana pun masyarakat mempunyai pilihan
diluar pengadilan.
Pendapat umum menempatkan hakim pada posisi “tertuduh” dalam lemahnya
penegakkan hkum di Indonesia, namun demikian peranan pengacara, jaksa penuntut dan polisi
sebagai penyelidik dalam hal ini juga penting. Suatu dakwaan yang sangat lemah dan tidak cermat,
didukung dengan argumentasi asal-asalan, yang berasal dari hasil penyelidikan yang tidak akurat
dari pihak kepolisian, tentu saja akan mempersulit hakim dalam memutuskan suatu perkara.
Kelemahan penyidikan dan penyusunan dakwaan ini kadang bukan disebabkan rendahnya
kemampuan aparat maupun ketiadaan sarana pendukung, tapi lebih banyak disebabkan oleh
lemahnya mental aparat itu sendiri.

b) Pengadilan Rakyat
Fenomena “Pengadilan Rakyat” kiranya bisa menjadi satu sinyal adanya kebekuan
tersebut. Tindakan main hakim sendiri yang oleh Prof. Sudikno Mertokusumo diartikan sebagai
tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendak sendiri yang bersifat sewenang-wenang
tanpa persetujuan pihak lain yang berkepentingan sepertinya menjadi satu jawaban atas ketidak
percayaan terhadap sistem sosaial yang kita bangun selama ini yang termanifestasi dalam tata
aturan kehidupan bernegara dan bermasyarakat melalui seperangkat norma, kaidah, dan peraturan
legal formal perundang-undangan negara.
Prof. Donald Black (dalam The Behavior of Law, 1976) merumuskan bahwa ketika
pengendalian sosial oleh pemerintah (hukum) tidak jalan, maka bentuk lain dari pengendalian
sosial secara otomatis, akan muncul. Suka atau tidak suka, tindakan-tindakan individu maupun
massa yang dari kacamat yuridis dapat digolongkan sebagai tindakan main hakim sendiri, pada
hakikatnya merupakan wujud pengendalian sosial oleh rakyat.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penegakkan hukum adalah proses upaya yang dilakukan untuk tegak dan terlaksananya
norma-norma hukum secara nyata sehingga menjadi pedoman perilaku interaksi hukum dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Komponen dalam penegakkan hukum meliputi
aparatur penegak hukum, dalam hal ini baik pihak yang membuat kebijakan maupun pihak yang
melaksanakan hukum, serta masyarakat yang menjadi obyek hukum. Keduanya merupakan
faktor penting dalam tegaknya hukum dalam sebuah negara, karena setiap komponen memiliki
perannya masing-masing yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Beberapa tindak pelanggaran yang dilakukan oleh oknum penegak hukum
menyebabkan pengaruh negatif kepada masyarakat mulai dari ketidakpercayaan kepada hukum
sehingga beberapa masyarakat lebih memilih menghindari hukum, dan mencari jalan lain untuk
menyelesaikan tindak pelanggaran mereka, padahal hal tersebut malah bisa menimbulkan
tindak pelanggaran yang lebih kompleks. Bentuk lain bukti dari ketidakpercayaan masyarakat
terhadap hukum adalah pengadilan rakyat yang merupakan tindakan pengendalian sosial
otomatis yang pada hakikatnya adalah main hakim sendiri.
Setiap komponen memiliki peran dan fungsinya masing-masing, dalam rangka
mencapai tegaknya hukum di Indonesia perlu adanya sinergi yang baik dari semua komponen
agar tercipta kondisi serta supremasi hukum yang nyata, bersih, dan berkeadilan.

3.2 Saran
Dalam mencapai supremasi hukum yang kita harapkan, bukan hanya faktor hukum,
namun faktor aparat penegak hukum juga berpengaruh dalam mewujudkan supremasi hukum.
Masyarakat mulai tidak percaya terhadap hukum dan proses hukum ketika hukum itu sendiri
masih belum dapat memberikan keadilan dan perlindungan bagi masyarakat. Ketidakpercayaan
tersebut tercermin dari sikap-sikap masyarakat terhadap pelaksanaan hukum yang ada, mereka
berusaha menghindari setiap proses hukum yang melibatkan mereka.
Sudah saatnya para aparat penegak hukum memperbaiki sikap untuk mencapai
supremasi hukum dan keadilan yang diharapkan oleh masyarakat dengan berbagai cara, salah
satunya adalah dengan mengurangi pelanggaran yang dilakukan oleh oknum aparat. Dari sisi
masyarakat, juga harus mendukung pelaksanaan hukum dengan tidak melakukan tindakan-
tindakan yang mencerminkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum. Dengan begitu,
akan tercipta sinergi yang baik antara aparat penegak hukum dengan masyarakat sehingga
pelaksanaan hukum di Indonesia dapat mencapai titik tujuan yang diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA
Arianto, H. (2012). Peranan Hakim Dalam Upaya Penegakkan Hukum di Indonesia. Lex
Jurnalica.
Asshiddiqie, J. (t.thn.). Penegakan Hukum.
Fakrulloh, Z. A. (2005). Penegakan Hukum Sebagai Pelauang Menciptakan Keadilan.
Jurisprudence.
Friedrich, C. J. (2004). Filsafat Hukum : Perspektif Historis. Bandung: Nuansa dan Nusamedia.
Juwono, H. (2006). Penegakan hukum dlaam kajian law and development. Jakarta: Varia
Peradilan.
Manan, B. (2007). Persepsi masyarakat mengenai Pengadilan dan Peradilan yang baik. Jakarta:
Varia Peradilan.
Sanyoto. (2008). Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum.
Suhardin, Y. (2009). Fenomena Mengabaikan Keadilan Dalam Penegakan Hukum. Mimbar
Hukum.
X, S. H. (2007). Merajut Kembali Keindonesiaan Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai