Anda di halaman 1dari 30

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Muamalah dan Fiqh Muamalah


Dalam kehidupan sosial antara manusia, Islam sudah menata secara
sempurna sebuah aturan (hukum) yang di dalamnya terdapat adab/ etika dalam
hidup bermasyarakat yang semuanya terangkum dalam hukum muamalah.
Secara etimologi kata Muamalat yang kata tunggalnya muamalah (al-
mu’amalah) yang berakar pada kata ‗aamala secara arti kata mengandung arti
―saling berbuat‖ atau berbuat secara timbal balik. Lebih sederhana lagi berarti
―hubungan antara orang dan orang―. Muamalah secara etimologi sama dan
semakna dengan al-mufa’alah yaitu saling berbuat. Kata ini, menggambarkan
suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dengan seseorang atau beberapa
orang falam memenuhi kebutuhan masing-masing. Atau muamalah secara
etimologi artinya saling bertinfak, atau saling mengamalkan.
Secara terminologi, muamalah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu
pengertian muamalah dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian
muamalah dalam arti luas ―menghasilkan duniawi supaya menjadi sebab
suksesnya masalah ukhrawy‖.
Menurut Muhammad Yusuf Musa yang dikutip Abdul Madjid:
―Muamalah adalah peraturan-peraturan Allah yang harus diikuti dan ditaati
dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia‖.
―muamalah adalah segala peraturan yang diciptakan Allah untuk
mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam hidup dan kehidupan‖.
Jadi, pengertian muamalah dalam arti luas yaitu aturan-aturan (hukum-
hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan
duniawi dalam pergaulan sosial.

22
23

Adapun pengertian dalam arti sempit (khas), didefinisikan oleh para


ulama sebagai berikut:
1. Menurut Hudhari yang dikutip Hendi Suhendi ―Muamalah adalah semua
manfaat yang membolehkan manusia saling menukar manfaatnya‖.
2. Menurut Rasyid Ridha, ―muamalah adalah tukar menukar barang atau
sesuatu yang bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan‖.
Dari definisi diatas daapt dipahami bahwa pengertian muamalah dalam
arti sempit yaitu semua akad yang membolehkan manusia saling menukar
manfaatnya dengan cara-cara dan aturan-aturan yang telah ditrentukan Allah
dan manusia wajib menaati-Nya.31
Adapaun pengertian muamalah yang sebagaimana dikemukakan oleh
Abdullah al-Sattar Fathullah Sa‘ad yang dikutip oleh Nasrun Haroen yaitu,
―hukum-hukum yang berkaitan dengan tindakan manusia dalam persoalan
jual-beli, utang piutang, kerjasama dagang, perserikatan, kerjasama dalam
penggarapan tanah, dan sewa menyewanya‖. Manusia dalam definisi diatas
adalah seseorang yang mukalaf, yang telah dikenai beban taklif, yaitu yang
telah berakal balig dan cerdas.

B. Prinsip-Prinsip Muamalah32
Pada pembahasan sebelumnya telah dikemukakan bahwa Fiqh
Muamalat adalah ilmu tentang hukum-hukum syara‘ yang mengatur hubungan
antara manusia dengan manusia lain yang sasaranya adalah harta benda atau
mal. Hubungan tersebut sangat luars karena mencakup hubungan antara
sesama manusia, baik muslim maupun non muslim. Namun ada beberapa
prinsip yang menjadi acuan dan pedoman secara umum untuk kegiatan
mumalat ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.

31
Abdul Rahman Ghazaly, dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012 ),3.
32
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013),3.
24

1. Muamalah adalah Urusan Duniawi


Muamalat berbeda dengan ibadah. Dalam ibadah, semua perbuatan
dilarang kecuali yang diperintahkan. Oleh karena itu, semua perbuatan yang
dikerjakan harus sesuai dengan tuntuna yang diajarkan oleh Rasulullah.
Sebaliknya, dalam muamalat, semua boleh kecuali yang dilarang.
Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di bidang
harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya diserahkan oleh
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara
transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan. Asal tidak
bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam syara‘.

2. Muamalat harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan Kedua


Belah Pihak.
Persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi
merupakan asas yang sangat penting untuk keabsahan setiap akad. Hal ini
didasarkan kepada firman Allah dalam surat an-nisa. (4): 29:




Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu33; Sesungguhnya
Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

33
Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga larangan membunuh orang lain, sebab
membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.Untuk
menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan Ijab dan qobul atau serah
terima antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.
25

3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum


Dalam masalah Muamalat, adat kebiasaan bisa dijadikan dasar hukum,
dengan syarat adat tersebut diakui dan tidak bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan umum yang ada dalam syara'.
Sesuatu yang oleh orang muslim dipandang baik maka di sisi Allah
juga dianggap baik.

4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain


Setiap transaksi dan hubungan perdata (muamalat) dalam Islam tidak
boleh menimbulkan kerugian kepada diri sendiri dan orang lain hal ini
didasarkan pada hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah addaruquthni dan lain-lain dari Abi Sa'id al-khudri bahwa
Rasulullah bersabda:
‫ال ضر ر و ال ضرار‬

―Janganlah merugikan diri sendiri dan janganlah merugikan orang lain.‖


Dari hadits ini kemudian dibuatlah kaidah kuliah yang berbunyi:

‫أضر ر يزال‬

―Kemudhorotan harus dihilangkan.‖

Mohammad Daud Ali mengemukakan 18 Prinsip yang menjadi asas-


asas hukum Islam di bidang muamalah asas-asas tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Asas kebolehan atau mubah


Azas ini menunjukkan kebolehan melakukan semua hubungan perdata,
sepanjang hubungan itu tidak dilarang oleh Alquran dan as-sunnah. Dengan
demikian, pada dasarnya segala bentuk hubungan perdata boleh dilakukan,
selama tidak ditentukan lain dalam Alquran dan as-sunnah. Ini berarti bahwa
26

Islam membuka pintu selebar-lebarnya kepada pihak-pihak yang


berkepentingan untuk mengembangkan dan menciptakan bentuk dan macam
hubungan perdata baru, Sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat.
2. Asas kemaslahatan hidup
Kemaslahatan hidup adalah segala sesuatu yang mendatangkan
kebaikan, berguna dan berfaedah bagi kehidupan. Asas kemaslahatan hidup
adalah suatu asas yang mengandung makna bahwa hubungan perdata apapun
dapat dilakukan, asal hubungan itu mendatangkan kebaikan, berguna dan
berfaedah bagi kehidupan pribadi dan masyarakat, meskipun tidak ada
ketentuannya dalam Alquran dan as-sunnah. Asas ini sangat berguna untuk
mengembangkan berbagai lembaga hubungan perdata, dan dalam menilai
lembaga-lembaga hukum non Islam yang ada dalam suatu masyarakat.
3. Asas kebebasan dan kesukarelaan
Asas ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus
dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak yang
melahirkan kesukarelaan dalam persetujuan harus selalu diperhatikan. Asas
ini juga mengandung arti bahwa selama Alquran dan as-sunnah tidak
mengatur secara rinci suatu hubungan perdata, maka selama itu pula para
pihak yang bertransaksi mempunyai kebebasan untuk mengaturnya atas dasar
kesukarelaan masing-masing. Asas ini Sebagaimana telah penulis Kemukakan
dibuka, bersumber dari AlQuran surat annisa (4) ayat 29.
4. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat
Asas ini mengandung makna bahwa segala bentuk hubungan perdata
yang mendatangkan kerugian atau mudharat harus dihindari, sedangkan
hubungan perdata yang mendatangkan manfaat bagi diri sendiri dan
masyarakat harus dikembangkan. Dalam asas ini juga terkandung pengertian
bahwa dalam melakukan suatu transaksi, menghindari kerusakan harus
27

didahulukan daripada meraih keuntungan. Contohnya perdagangan narkotika,


prostitusi, dan perjudian.

5. Asas kebajikan (kebaikan)


Asas Ini mengandung arti bahwa setiap hubungan perdata seyogyanya
mendatangkan kebajikan atau kebaikan kepada kedua belah pihak dan pihak
ketiga dalam masyarakat. kebajikan yang akan diperoleh seseorang haruslah
didasarkan pada kesadaran pengembangan kebaikan dan kerangka
kekeluargaan.
6. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat.
Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat adalah asas
hubungan perdata yang disandarkan pada Sikap saling menghormati,
mengasihi, dan tolong-menolong dalam mencapai tujuan bersama. Asas ini
menunjukkan suatu hubungan perdata antara para pihak yang menganggap
diri masing-masing sebagai anggota keluarga, meskipun pada hakekatnya
bukan keluarga. Asas ini diambil dari Al Quran surat Al Maidah (5) ayat 5
dan Hadis yang menyatakan bahwa umat manusia berasal dari satu keluarga.
7. Asas adil dan berimbang
Asas keadilan mengandung makna bahwa hubungan perdata tidak
boleh mengandung unsur-unsur penipuan, penindasan, pengambilan
kesempatan pada waktu pihak lain sedang berada dalam kesempitan. Asas ini
juga mengandung arti bahwa hasil yang diperoleh harus berimbang dengan
usaha atau ikhtiar yang dilakukan oleh seseorang.
8. Asas mendahulukan kewajiban dari hak
Asas Ini mengandung arti bahwa dalam pelaksanaan hubungan
perdata. Para pihak harus mengutamakan penunaian kewajiban terlebih dahulu
daripada menuntut hak. Dalam ajaran islam, seseorang baru memperoleh
haknya misalnya mendapat imbalan (pahala) setelah ia menunaikan
kewajibannya terlebih dahulu.
28

9. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain


Asas ini mengandung arti bahwa para pihak yang mengadakan
hubungan perdata tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain dalam
hubungan perdata nya. Merusak harta Meskipun tidak merugikan diri sendiri,
tetapi merugikan orang lain, tidak dibenarkan dalam hukum Islam. Ini berarti
bahwa menghancurkan atau memusnahkan barang untuk mencapai
kemantapan harga atau keseimbangan pasar, tidak dibenarkan oleh hukum
Islam.
10. Asas kemampuan berbuat atau bertindak
Pada dasarnya setiap manusia dapat menjadi subjek hukum dalam
setiap hubungan perdata, jika memenuhi syarat untuk melakukan tindakan
hukum. Dalam hukum Islam manusia yang dipandang mampu berbuat atau
bertindak melakukan hubungan perdata adalah orang yang mukallaf, yaitu
orang yang mampu memikul kewajiban dan hak, sehat rohani dan jasmani.
Hubungan perdata yang dibuat oleh orang yang tidak mampu memikul
kewajiban dan hak dianggap melanggar asas ini. Oleh karena itu, hubungan
perdatanya batal karena dipandang bertentangan dengan salah satu asas
hukum Islam.
11. Asas kebebasan berusaha
Asas ini mengandung makna bahwa pada prinsipnya setiap orang
bebas berusaha untuk menghasilkan sesuatu yang baik bagi dirinya dan
keluarganya. Asas ini juga mengandung arti bahwa setiap orang mempunyai
kesempatan yang sama untuk berusaha tanpa batasan, kecuali yang telah
ditentukan batasannya (dilarang) oleh hukum Islam
12. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa
Asas ini mengandung makna bahwa seseorang akan memperoleh suatu
hak, misalnya berdasarkan usaha dan jasa baik yang dilakukannya sendiri
maupun yang diusahakannya bersama-sama dengan orang lain. Usaha dan
jasa yang dilakukan haruslah usaha dan jasa yang baik, bukan usaha dan jasa
29

yang mengandung unsur kejahatan keji dan kotor. Usaha dan jasa yang
dilakukan melalui kejahatan, kekejian, dan kekotoran tidak dibenarkan oleh
hukum Islam.
13. Asas perlindungan hak
Asas Ini mengandung arti bahwa semua hak yang diperoleh seseorang
dengan jalan yang halal dan sah harus dilindungi. Apabila hak itu dilanggar
oleh salah satu pihak dalam hubungan perdata, maka pihak yang dirugikan
berhak untuk menuntut pengembalian hak itu atau menuntut kerugian kepada
pihak yang merugikannya.
14. Asas hak milik berfungsi sosial
Asas ini menyangkut pemanfaatan hak milik yang dimiliki oleh
seseorang menurut hukum, Islam hak milik tidak boleh dipergunakan hanya
untuk kepentingan pribadi pemiliknya, tetapi juga harus diarahkan untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial. Agama Islam mengajarkan bahwa harta
yang telah dikumpulkan oleh seseorang dalam jumlah yang cukup mencapai
nisab, wajib dikeluarkan zakatnya untuk menyantuni golongan masyarakat,
antara lain fakir miskin, yang disebut mustahik zakat, sebagaimana yang
tercantum dalam surat at-taubah (9) ayat 60:





Artinya :Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
30

dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,


dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana34
15. Asas yang beritikad baik harus dilindungi
Asas ini berkaitan erat dengan asas lain yang menyatakan bahwa orang
yang melakukan perbuatan tertentu bertanggung jawab atas risiko
perbuatannya. namun, jika ada pihak yang melakukan suatu hubungan perdata
tidak mengetahui cacat yang tersembunyi dan mau punya itikad baik dalam
hubungan perdata, maka kepentingannya harus dilindungi, dan ia berhak
menuntut sesuatu Jika dia dirugikan karena itikad baiknya itu.
16. Asas resiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja
Asas ini mengandung penilaian yang sangat tinggi terhadap kejadian
pekerjaan, yang berlaku terutama di perusahaan-perusahaan yang merupakan
persekutuan antara pemilik modal (harta) dan pemilik tenaga (kerja). Jika
perusahaan merugi Maka menurut asas ini, kerugian hanya dibebankan pada
pemilik modal atau harta saja, tidak pada pekerjaannya. Ini berarti bahwa
pemilik tenaga dijamin haknya untuk mendapatkan upah sekurang-kurangnya
untuk jangka waktu tertentu setelah ternyata perusahaan menderita kerugian.
17. Asas mengatur dan memberi petunjuk
Sesuai dengan sifat hukum keperdataan pada umumnya dalam hukum
Islam berlaku asas yang menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan hukum

34
Yang berhak menerima zakat Ialah: (a) orang fakir: orang yang Amat sengsara hidupnya,
tidak mempunyai harta dan tenaga untuk memenuhi penghidupannya. (b) orang miskin: orang yang
tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan. (c) Pengurus zakat: orang yang diberi
tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat. (d) Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk
Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah. (e) Memerdekakan budak:
mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir. (f) Orang berhutang:
orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya.
Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan
zakat, walaupun ia mampu membayarnya. (g) Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan
pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu
mencakup juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.
(h) orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam
perjalanannya.
31

perdata kecuali yang bersifat ijbari karena ketentuannya telah kota hanyalah
bersifat mengatur dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang akan
memanfaatkannya telah mengadakan hubungan perdata para pihak dapat
memilih ketentuan lain berdasarkan kesukarelaan asal ketentuan itu tidak
bertentangan dengan ketentuan yang ada dalam hukum Islam (syara')
18. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi
Asas ini mengandug makna bahwa hubungan perdata selayaknya
dituangkan dalam perjanjian tertulis dihadapan para saksi hal ini sesuai
dengan Firman Allah dalam surat Al-Baqarah 2 ayat 282 :




















32

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah35tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan
hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau
lemah (keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka
hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan
dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang
lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-
saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang seorang
mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik
kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu,
lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat
kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu),
kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara
kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi
saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah
kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.

C. Pengertian MLM (Multi Level Marketing)


Multi Level Marketing adalah salah satu di antara dua tipe dasar Direct
Selling. Direct Selling adalah metode penjualan barang dan/atau jasa tertentu
kepada konsumen dengan cara tatap muka di luar lokasi eceran tetap oleh
jaringan pemasaran yang dikembangkan oleh Mitra Usaha (istilah lainnya
distributor, member, pengusaha mandiri, dealer, independent business owner,
mitra kerja, mitra salur) dan bekerja berdasarkan komisi penjualan, bonus

35
Bermuamalah ialah seperti berjualbeli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan
sebagainya
33

penjualan, bonus-bonus lain dan iuran keanggotaan. Dilihat dari level


pemasaran, Direct Selling terbagi kepada dua jenis:

1. Single Level Marketing/ SLM(Pemasaran Satu Tingkat) adalah metode


pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui
program pemasaran berbentuk satu tingkat, dimana Mitra Usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan
barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri.
2. Multi Level Marketing/ MLM(Pemasaran Multi Tingkat) adalah metode
pemasaran barang dan/atau jasa dari sistem Penjualan Langsung melalui
program pemasaran berbentuk lebih dari satu tingkat, dimana mitra usaha
mendapatkan komisi penjualan dan bonus penjualan dari hasil penjualan
barang dan/atau jasa yang dilakukannya sendiri dan anggota jaringan di
dalam kelompoknya. Secara teknis operasional, direct selling dilakukan
dengan menggunakan dua model, yaitu, One on One dan party Plan.

Dalam modelone on one ini seorang penjual yang merupakan


agen/anggota/kontraktor yang mandiri atau lepas, menarik konsumen
yang berpotensi di area khusus berdasarkan pendekatan orang ke orang.
Mereka menawarkan produk, serta mendapat komisi atau basis lain.
Pendapatan mereka dapat juga diperoleh dari selisih harga pembelian ke
supllier dan penjualan ke konsumen.

Pada model party plan ini seorang penjual, karyawan lepas atau
tetap, bertugas mencari atau menjadi tuan rumah yang mengundang
sekelompok orang di rumahnya dalam rangka sales party untuk
mendemonstrasikan produk. Penghasilan si penjual juga atas dasar selisih
harga eceran. Si tuan rumah biasanya diberikan hadiah sebagai tanda
terima kasih sesuai dengan nilai penjualan tertentu. Dengan demikian
34

secara sederhana dapat dikatakan bahwa MLM adalah sistem/cara


penjualan/pemasaran langsung suatu produk, baik berupa barang atau jasa
kepada konsumen (pembeli, pengguna). Dalam perkataan lain, penjualan
itu tidak lewat distributor utama—sub—distributor/agen—toko, tapi
langsung kepada konsumen. Sehingga biaya distribusi (penyaluran,
pengiriman) barang sangat minim. MLM juga menghilangkan biaya
promosi karena distribusi dan promosi ditangani langsung oleh distributor
dengan sistem berjenjang (pelevelan). Jadi, inti dari sistem MLM bukan
semata-mata hendak memperbanyak anggota melainkan hendak menjual
produk (barang atau jasa), dengan biaya yang sangat murah dan laba
melimpah.36

Ada beberapa pengertian menurut para ahli mengenai pengertian


MLM, diantaranya adalah:

1. Menurut Peter J .Clathier definisi atau pengertian Multi Level


Marketing (MLM) adalah: suatu cara atau metode menjual barang
secaralangsungkepadapelangganmelaluijaringan yang dikembangkan
oleh para distributor lepas yang memperkenalkan para distributor
berikutnya pendapatan dihasilkan terdiri dari laba eceran dan laba
grosir ditambah dengan pembayaran-pembayaran berdasarkan
penjualan total kelompok yang dibentuk oleh sebuah distributor.
2. Menurut David Roller definisi atau pengertian Multi Level Marketing
(MLM) adalah sistem melalui mana sebuah induk perusahaan
mendistribusikan barang atau jasanya. Lewat suatu jaringan orang -
orang bisnis yang independen tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi
di seluruh dunia. Orang-orang bisnis atau para wiraswatawan ini

36
Amin Muchtar, (http://www.sigabah.com/beta/hukum-bisnis-melalui-mlm/, 21 April 2015)
diunduh pada 9 juni 2016 pukul 11:40
35

kemud ian mensponsori orang-orang lain lagi, untuk membantu


mendistribusikan barang dan jasanya, proses orang. membantu orang
inibisaditeruskanlagilewatsatuataubeberapatingkat pemasukan.37

D. Pengertian Multi Level Marketing Syariah38

Perusahaan MLM syariah adalah perusahaan yang menerapkan sistem


pemasaran modern melalui jaringan distribusi yang berjenjang, dengan
menggunakan konsep syariah, baik dari sistemnya maupun produk yang
dijual. Pada dasarnya MLM syariah merupakan konsep jual beli yang
berkembang dengan berbagai macam variasinya. Perkembangan jual beli dan
variasinya ini tentu saja menuntut kehati-hatian agar tidak bersentuhan dengan
hal-hal yang diharamkan oleh syariah, misalnya riba dan gharar, baik pada
produknya atau pada sistemnya. Menurut Syafei (2008:73) jual beli dalam
bahasa Arab adalah ba’i yang secara etimologi berarti pertukaran sesuatu
dengan sesuatu yang lain. Sedangkan menurut istilah ba’i berarti pertukaran
harta (benda) dengan harta berdasarkan cara khusus yang diperbolehkan.
Landasannya adalah terdapat pada surat Al Baqarah ayat 275 dan Al Baqarah
ayat 282. Pada Al Baqarah ayat 275 Allah berfirman :





37
http://www.lepank.com/2012/08/pengertian-multi-level-marketing_25.html, diunduh pada
hari 18 juni 2016 pukul 23:07
38
Wester, rabu 09 mei 2012, http://westar-holligant.blogspot.co.id/2012/05/makalah-mlm
syariah.html, diunduh pada senin, 13 juni 2016 pukul 10:44
36





Artinya :

“orang-orang yang Makan (mengambil) riba39 tidak dapat berdiri melainkan


seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila40. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-
orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus
berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya
dahulu41 (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”

E. Fatwa DSN MUI Tentang Penjualan Langsung Berjenjang Syariah 42


Saat ini bisnis syariah telah berkembang pesat; bisnis syariah telah
menjadi bahan kajian, penelitian, seminar dan bahkan telah terbentuk
beberapa institusi bisnis syariah baik yang bergerak dalam sektor keuangan
atau yang sering disebut dengan LKS (Lembaga Keuangan Syariah) seperti
Bank, Koperasi jasa keuangan Syariah (KJKS), dan BMT ataupun yang
bergerak di bidang lain seperti asuransi, pasar modal seperti JII, bursa
komoditi seperti JFX Sharia, Hotel syariah dan MLM Syariah.

39
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang
yang sejenis, tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian,
seperti penukaran emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam
ayat ini Riba nasiah yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
40
Maksudnya: orang yang mengambil Riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan
syaitan.
41
Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
42
Sofwan Jauhari, (jurnal, ―Fatwa MUI Mengenai MLM‖, 2013)
37

Di Indonesia saat ini setidaknya terdapat 8 juta penduduk yang terlibat


aktif dalam industry MLM. Karena Syariah Islam harus menjawab semua
permasalahan ummatnya, maka kajian tentang hal ini menjadi penting. Saat
ini di Indonesia ada sekitar 600 perusahaan MLM, dan 62 dantaranya adalah
legal dan sudah menjadi anggota APLI (Asosiasi Penjualan Langsung
Indonesia) sebagai wadah resmi perusahaan MLM di Indonesia.

Dua belas (12) poin Persyaratan MLM syariah :

Bagian ini merupakan kandungan terpenting dalam fatwa tersebut,


yaitu mengenai 12 point persyaratan yang harus terdapat dalam sebuah
industri/perusahaan MLM. Sebuah perusahaan atau industry MLM dianggap
HALAL dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syaraiah apabila
memenuhi 12 poin persyaratan. Yaitu :

1. Adanya obyek transaksi riil yang diperjualbelikan berupa barang atau


produk jasa.

Syarat pertama ini merupakan rukun akad yang harus dipenuhi oleh
semua akad, seperti akad bai‘ atau jual beli, ijarah, murabahah, bahkan akad
nikah sekalipun. Setiap akad harus memenuhi rukun-rukunya yaitu (1) ada
para pihak yang berakad, (2) ada sighot akad (ijab dan qabul) (3) ada obyek
akad, jika suatu akad tidak memenuhi rukun-rukun tersebut, maka akadnya
menjadi batal. Dalam prakteknya memang ada beberapa perusahaan yang
mengklaim sebagai industri MLM namun mereka tidak menjual produk
barang ataupun jasa apapun, ada yang menyatakan bahwa yang mereka jual
adalah hak usaha, bahkan ada yang menyatakan bahwa yang mereka bayarkan
itu adalah suatu sedekah.
38

2. Barang atau produk jasa yang diperdagangkan bukan sesuatu yang


diharamkan dan atau yang dipergunakan untuk sesuatu yang haram.

Hal ini bisa menjadi tolok ukur bagi masyarakat yang paling mudah,
apabila ada perusahaan yang mengklaim sebagai industri MLM namun
mereka tidak menjual produk barang maupun jasa, maka jelas ini tidak
memenuhi prinsip syariah, kemungkinannya mereka adalah sebuah money
game atau perjudian.

Dalam implementasinya, MUI mempunyai bagian yang disebut


dengan LP POM MUI untuk memberikan sertifikasi Halal pada produk
barang yang dijual oleh semua perusahaaan di Indonesia, baik yang dijual
oleh indiustri MLM maupun non MLM. hanya saja MUI tidak mewajibkan
sertifikasi halal harus diberikan oleh MUI, tetapi sertifikasi produk Halal bisa
diberikan oleh lembaga lain di luar negeri seperti JAKIM di Malaysia ataupun
IFANCA.

Masyarakat perlu mengetahui bahwasanya ada Sertifikasi Halal dan


ada labelisasi Halal. Sertifikasi diberikan kepada produk tertentu dan tidak
dicantumkan pada setiap kemasan produk, sedangkan labelisasi halal
dicantumkan pada setiap produk yang dijual kepada konsumen.

3. Transaksi dalam perdagangan tersebut tidak mengandung unsur gharar,


maysir, riba, dharar, dzulm, maksiat.

Dalam point ke tiga ini fatwa menjelaskan adanya 6 point yang


terlarang dalam setiap industry MLM. Diantaranya adalah:

a. Larangan gharar. gharar adalah setiap transaksi yang tidak jelas, atau
bahkan mengandung unsur penipuan secara sengaja. Ketidak jelasan
mungkin terjadi pada harganya, jenis atau spesifikasi barang yang
39

diperjual belikan, ukuran atau takarannya, ketidak jelasan hasilnya,


ketidak jelasan atau ketidak pastian serah terima barang yang diperjual
belikan, atau tidak jelas atas efek apa yang akan muncul dari transaksi
tersebut,dan ketidakjelasan ini mengandung unsur khathar
(bahaya/resiko) bagi sebagian atau seluruh pihak.Yakni ketidak jelasan
atau penipuan mengacu pada hadits point d yaitu Rasul melarang jual
beli dengan system melempar batu dan jual beli gharar.
b. Larangan maysir yang mengacu kepada QS 5: Maysir atau perjudian,
adalah segala bentuk transaksi yang mengandung unsur untung-
untungan, taruhan, yang ketika akad itu terjadi hasil yang akan
diperolehnya belum jelas, dalam transaksi tersebut akan ada sebagian
pihak yang diuntungkan dan sebagian pihak yang dirugikan.
c. Larangan unsur riba mengacu QS Al-Baqarah 2:275. Secara umum
Riba dapat kita kelompokkan menjadi dua macam, yaitu Riba Nasi'ah
dan Riba Fadl.
1) Riba Nasiah Nasi-ah artinya penundaan, yaitu Riba yang terjadi
dalam suatu suatu transaksi karena adanya unsur penundaan, baik
yang terjadi dalam jula beli maupun dalam transaksi hutang
piutang. Riba Nasi-ah merupakan jenis riba yang populer pada
jaman jahiliyah.
Contoh Riba Nasi-ah yang popular adalah riba yang
terdapat dalam Qardl (hutang piutang) yaitu seseorang
memberikan qordl kepada pihak lain sejumlah uang dalam tempo
yang disepakati, dan pihak mustaqridl (orang yang berhutang)
harus membayar pada waktu yang disepakati dengan sejumlah
tambahan tertentu sesuai dengan waktu yang disepakati pula.
Riba inilah riba yang diharamkan oleh Al-Quran Riba ini
pada dasarnya terjadi pada aqad qardl, akan tetapi dia juga bias
terjadi dalam akad jual beli seperti orang yang menjual/menukar
40

emas dengan emas tetapi satunya diserahkan saat akad, dan satu
lagi diserahkan 3 bulan setelah akad.

2) Riba Fadl, fadlartinya kelebihan, yaitu riba yang terjadi dalam


suatu transaksi pertukaran atau jual beli, di mana penjual dan
pembeli melakukan akad jual beli antara barang yang sama
(sejenis) tetapi terdapat perbedaan kwantitas. Riba Fadl adalah
jenis riba yang diharamkan melalui hadits nabi, contohnya yaitu
apabila seseorang menukar gandum dengan gandum tetapi tidak
sama ukurannya.

Hanya saja dalam hal ini terdapat perbedaan apakah riba


fadl berlaku pada jenis harta tertentu yang disebutkan dalam
hadits, atau juga berlaku pada jenis harta lain yang dapat dikiaskan
dengan yang disebutkan dalam hadits, jika dilakukan qiyas, apa
yang menjadi 'illat atau standar dalam melakukan qiyas.

Hadits yangdimaksud dalam hal ini adalah :

‫سهه َم ََل ت َ ِبيعٌُا‬


َ ًَ ‫عهَ ْي ِو‬ ‫صههى ه‬
َ ُ‫اَّلل‬ ‫سٌ ُل ه‬
َ ِ‫اَّلل‬ ُ ‫ع ْنوُ قَب َل َر‬ ‫ً ه‬
َ ُ‫اَّلل‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ قَب َل أَبٌُ َب ْك َزة َ َر‬-
‫س ٌَاءٍ ًَ ِبيعٌُا‬ َ ِ‫س ٌَا ًء ب‬ ‫ضتَ بِ ْبن ِف ه‬
َ ‫ض ِت إِ هَل‬ ‫س ٌَاءٍ ًَ ْان ِف ه‬ َ ‫َب بِبنذه َىبِإ ِ هَل‬
َ ‫س ٌَا ًء ِب‬ َ ‫انذهى‬
. ‫ْف ِشئْت ُ ْم‬ َ ‫ب َكي‬ِ ‫ضتَ ِببنذه َى‬‫ض ِت ًَ ْان ِف ه‬
‫َب ِب ْبن ِف ه‬
َ ‫انذهى‬
Dari Abu Bakrah ra berkata: Rasulullah saw bersabda Janganlah kamu
jual mas dengan mas kecuali sama ukurannya, dan janganlah (kamu jual)
perak dengan perak kecuali sama ukurannya. Dan jualllah mas dengan
perak atau perak dengan mas sesuai kehendakmu (HR. Bukhari).
41

d. Larangan dzulm mengacu pada QS Al-Baqarah(2) : 279





Artinya : Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa


riba),Makaketahuilah,bahwaAllah danRasul-Nya akan
memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya.

Larangan maksiat mengacu kepada kaidah umum dalam Islam yang


sudah sangat jelas.

Dalam industry MLM kemungkinan adanya unsurriba dan maysir


terletak pada system pembagian bonus atau marketingplan, bukan terletak
pada produknya, hal ini tidak mudah bagi masyarakat untuk mengetahui
apakah marketingplan MLM tersebut mengandung unsur riba dan maysir
atau tidak. Sedangkan unsur gharar (ketidak jelasan atau penipuan) bisa
terdapat dalam produk maupun marketingplan.

4. Tidak ada kenaikan harga/biaya yang berlebihan (excessive mark-up),


sehinggamerugikankonsumen karena tidak sepadan dengan
kualitas/manfaat yang diperoleh.

DalambabJualbeliada istilah Khiyar Ghibn.Ghibn adalah


ketidaksesuaian antara harga dengan barang. Khiyar Ghibn adalah hak
untuk melakukan cancellation (ilgho‘) dalam jual beli yang terjadi karena
harga yang ditentukan oleh penjual tidak sesuai dengan harga pasar (harga
umum), khiyar ini dibenarkan dengan catatan penjual dan atau pembeli
42

tidak mengetahui harga pasar serta tidak mahir melakukan proses tawar
menawar, ghibn adalah salah satu bentuk penipuan.

Larangan excessive mark-up bagi industry MLMsebenarnya masih


merupakan hal yang bersifat relative mengenai tingkat kemahalannya dan
masih bersifat khilafiyah dalam kedudukan hukumnya, namun nampaknya
DSN MUI mencantumkan syarat ini dalam fatwanya dengan mengikuti
pendapat imam ahmad dan malik, dan ini barangkali akan menjadi positif
karena lebih kepada membela kepentingan masyarakat konsumen, agar
perusahaan tidak mengambil keuntungan yang berlebihan sehingga dapat
merugikan konsumen, hal ini juga untuk mengendalikan agar perusahaan
tidak melakukan praktek money game dengan produk-produk yang bersifat
kamuflase, seakan-akan menjual suatu produk tetapi produk itu sebenarnya
hanya menjadi alat agar seakan-akan ada produk riilnya.

5. Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran


maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang
terkait langsung dengan volume atau nilai hasil penjualan barang atau
produk jasa, dan harus menjadi pendapatan utama mitra usaha dalam
PLBS.

Poin ini merujuk kepada kaidah fiqh yang tersebut dalam fatwa yaitu:

‫اَلجز عهى قدر انمشقت‬

Upah adalah sesuai dengan jerih payah atau usaha. Untuk meneliti apakah
sebuah MLM menerapkan point persyaratan ini atau tidaknya, kita dapat
melihat dari marketingplann atau system pembagian bonus yang berlaku pada
perusahaan tersebut. Diantara indikatornya adalah apabila anggota yang
mendaftar belakangan berpeluang mendapatkan bonus yang lebih besar
43

dibanding anggota yang mendaftar lebih duluanmaka kemungkinan besar


MLM tersebut menerapkan konsep upah sesuai dengan jerih payah, namun
jika sebaliknya maka kemungkinan besar MLM tersebut tidak sesuai dengan
point persyaratan ini.

Dengan persyaratan ini, maka setiap member, kapanpun dia mendaftar


akan memiliki peluang untuk sukses, dan berpeluang mendapatkan bonus
besar, karena bonus akan diberikan sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh
member tersebut.

Indikator lain berlaku atau tidaknya poin ini adalah, MLM tersebut tidak
hanya menitikberatkan pada perekrutan member baru, tetapi sangat peduli
terhadap pembinaan member yang ada serta menekankan pada penjualan
produk. Karena dengan kewajiban membina downline serta kewajiban
menjual mereka harus bekerja secara kontinyu, berbeda halnya jika mereka
mendapatkan bonus yang besar hanya dengan merekrut, maka perekrutan bisa
dilakukan dengan janji-janji yang mungkin sulit untuk dipenuhi.

Meskipun demikian, perlu dimaklumi bahwa kaidah fiqh ini adalah


ungkapan yang diberikan oleh ulama‘, dia bukan dalil qoth’i dari Al-quran
atau sunnah sehingga kebenarannya tidaklah bersifat mutlak.

6. Bonus yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota (mitra usaha) harus
jelas jumlahnya ketika dilakukan transaksi (akad) sesuai dengan target
penjualan barang dan atau produk jasa yang ditetapkan oleh perusahaan.

Persyaratan ini mengacu kepada ketentuan umum tentang akad,


khususnya yang berkaitan dengan MLM seperti akad ijarah atau ju’alah.
Hanya saja dalam prakteknya banyak orang yang tidak memahami system
pembagian bonus dalam perusahaan MLM yang dia masuk di dalamnya, hal
44

ini bukan berarti tidak jelas, sebenarnya besaran bonusnya jelas seperti yang
tertera dalam marketingplan, tetapi banyak orang yang tidak mau repot. Hal
ini seperti yang terjadi dalam akad Bank Syariah, dalam pengamatan
sederhana, banyak penabung di bank syariah yang tidak mengetahui akad apa
yang dipakainya, syarat dan ketentuan apa yang berlaku di bank, mereka
hanya membubuhkan tanda tangan tanpa membaca.

7. Tidak boleh ada komisi atau bonus secara pasif yang diperoleh secara
reguler tanpa melakukan pembinaan dan atau penjualan barang dan atau
jasa;

Passive income atau komisi pasif seringkali menjadi hal yang diidam-
idamkan oleh setiap pelaku MLM, apalagi moneya game yang berkedok
MLM, banyak dari pelaku MLM yang menjanjikan passif income. Hal ini
menjadi kritik point bagi pelaku MLM Syariah. Adanya passive income pada
satu member biasanya –mau tidak mau- mengharuskan adanya kerja keras
daripada pihak yang lainnya agar target penjualan dan keuntungan perusahaan
tetap tercapai sehingga dapat membagikan bonus kepada para anggotanya.
Jika passif income ini terjadi, maka dugaan kuat yang terjadi dalam rantai
MLM tersebut adalah ketidak adilan anggota, ada yang bekerja keras namun
mendapatkan bonus yang minimal dan di sisi lain akan ada member yang
tidak melakukan kegiatan usaha apapun tetapi memperoleh bonus yang sangat
besar karena mereka telah berada pada posisi tertentu.

MLM syariah megharuskan setiap member/pelaku untuk selalu


bekerja secara kontinyu sampai kapanpun,pada peringkat tertinggi dalam
keanggotannya sekalipun, meskipun jenis pekerjaan mungkin berbeda. Dalam
MLM ada beberapa jenis pekerjaan seperti memprospek atau mencari calon
anggota baru, presentasi kepada calon anggota baru, merekrut, memfollow up
45

member baru, menjual produk, membimbing downline, memberikan training


dan pelatihan, mengontrol jaringan, dan bisa jadi ada yang hanya berperan
mirip sebagai konsultan.

MLM yang tidak menerapkan system passive income di dalamnya,


biasanya selalu ada kewajiban tutup point, yakni kewajiban menjual produk
bagi setiap member dalam jumlah tertentu setiap bulannya. Hanya saja bagi
masyarakat awam, kewajiban tutup point ini justru menjadi hal yang dianggap
tidak menarik bagi perusahaan MLM itu, tetapi ini merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi oleh MLM syariah, logikanya adalah, jika setiap member
tidak ingin menjual produk, atau member bisa mendapatkan bonus tanpa
harus menjual, dari mana perusahaan akan mendapatkan keuntungan dan
membagikan bonus kepada member?

Dengan kata lain MLM Syariah biasanya selalu ada kewajiban tutup
point atau kewajiban melakukan pembinaan agar tidak terjadi passive income.

8. Pemberian komisi atau bonus oleh perusahaan kepada anggota (mitra


usaha) tidak menimbulkan ighra’.

Ighra’ adalah memberikan iming-iming atau janji-janji manis yang


berlebih-lebihan. Ketentuan DSN MUI dalam fatwa ini, menurut penulis,
sebenarnya lebih merupakan panggilan atau control moral. Di dalam dunia
tasawwuf ada istilah hubbub dunya atau thuulul amal. (cinta dunia- banyak
berangan-angan). Dua sifat ini merupakan ahlak yang tidak baik karena akan
membuat seseorang terlena dengan kehidupan dunia dan lalai terhadap
kehidupan akhiratnya.

Sebenarnya Ighra’ dalam batas tertentu bisa jadi merupakan hal yang
positif, karena dengan adanya ighro, iming-iming atau insentif yang
46

dijanjikan, seseorang akan termotifasi untuk melakukan suatu pekerjaan atau


untuk bekerja lebih keras. Tanpa ada motifasi maka manusia akan cenderung
bermalas-malasan, hanya saja motifasi itu tidak boleh berlebihan. Ini menjadi
PR bagi para pelaku MLM, bagaimana agar motifasi yang diberikan kepada
membernya dilakukan secara wajar, tidak berlebih-lebihan.

9. Tidak ada eksploitasi dan ketidakadilan dalam pembagian bonus antara


anggota pertama dengan anggota berikutnya.

Mengukur ada atau tidak adanya eksploitasi dalam pembagian bonus


MLM merupakan hal yang tidak mudah, standar kualitatif ini belum ada,
tetapi untuk bisa dipahami secara mudah, khsususnya bagi akademisi yang
pada umumnya belum melirik kepada industry MLM, secara umum ada atau
tidaknya eksploitasi dapat diketahui dari marketingplannya.

Sebagaisalahsatu tolakukurnyaadalahjikamarketingplan-nya
memberikan peluang kepada setiap member yang mendaftar lebih dalu pasti
mendapatkan bonus yang lebih besar, maka ini adalah salah satu bentuk
eksploitasi yang dilarang, kemungkinan besarnya MLM tersebut tidak dapat
memenuhi fatwa ini, sehingga belum dapat dikategorikan sebagai industry
MLM Syariah.

MLM yang tidak melakukan eskploitasiantar anggota akan


memberikan peluang yang sama kepada setiap member, dan akan memberikan
bonus sesuai hasil kerjanya, tidak peduli apakah dia bergabung lebih dahulu
ataukah bergabung belakangan. Semua member berpeluang untuk menjadi
besar.

10. Sistem perekrutan keanggotaan, bentuk penghargaan dan acara


seremonial yang dilakukan tidak mengandung unsur yang bertentangan
47

dengan aqidah, syariah dan akhlak mulia, seperti syirik, kultus, maksiat
dan lain-lain.

Ini adalah poin/persyaratan ke sepuluh dalam fatwa DSN MUI


mengenai MLM Syariah. Mayoritas MLM sering mengadakanberbagai
pertemuan/eventmulaidaripresentasipeluangusaha,pemberian penghargaan,
training dan pembinaan anggota, ulang tahun, touring sebagai insentif dan
lain-lain. Kegiatan ini sebenarnya tidak terkait secara khusus dengan dunia
MLM dan tidak terkait langsung dengan akad-akad yang ada dalam kegiatan
bisnis MLM Artinya: Perusahaan apapun, konvensional ataupun MLM akan
dihadapkan pada kemungkinan untuk melakukan acara–acara seremonial
sepertiulang tahunperusahaan, gathering,pesta, penghargaan kepada karyawan
teladan atau bahkan ketika perusahaan mendapatkan prestasi tertentu.
Kegiatan-kegiatan ini juga tidak selamanya menjadi kewajiban setiap
member.Seorang member bisa saja merekrut banyak anggota dan menjual
produksebanyak mungkin tanpa harus menghadiri acara tersebut, meskipun
ini jarang terjadi.

Jadi, point persyaratan ke-10ini sebenarnya tidak hanya berlaku bagi


industry MLM tetapi berlaku setiap perusahaan dan bahkan bagi usaha
perorangan, point ini juga berlaku untuk berbagai kegiatan dalam dunia
pendidiakan, social dan politik dll.

11. Setiap mitra usaha yang melakukan perekrutan keanggotaan berkewajiban


melakukan pembinaan dan pengawasan kepada anggota yang direkrutnya
tersebut.
48

Dalam suatu hadits Rasul bersabda :

َ ًَ ‫عهَيو‬
‫ كهكم راعٍ ًكهكم‬:‫سهم‬ َ ‫صهى هللا‬ ُ ‫ قَب َل َر‬:‫ أَنهوُ قَب َل‬،‫ع َمز‬
َ ‫سٌل هللا‬ ُ ‫ع ْن ابن‬
َ
،‫عهَى اننبس راعٍ عهييم ًىٌ مسئٌل عنيم‬ َ ‫ فبألميز انّذي‬،‫ع ْن رعيتو‬ َ ‫مسئٌل‬
‫عهَى بيت‬
َ ‫عهَى أىم بيتو ًىٌ مسئٌل عنيم ًامزأة انزجم راعيت‬َ ٍ‫ًانزجم راع‬
‫عهَى مبل سيده ًىٌ مسئٌل‬
َ ٍ‫ ًعبد انزجم راع‬،‫سًجيب ًًندىب ًىً مسئٌنت عنيم‬
.‫ع ْن رعيتو‬
َ

Dari Ibnu Umar berkata, bahwa rasulullah saw bersabda : setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung atas orang-orang yang
dipimpinnya. Seorang amir (ketua) atas sekelompok orang bertanggung atas
(keadaan) mereka dan akan diminta pertanggung jawabannya, seorang lelaki
adalah pemimpin atas keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya,
seorang istri adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya dan
akan diminta pertanggung jawabannya, seorang budak juga pemimpin atas
harta tuannya dan akan diminta pertanggung jawabannya. (HR Malik.)

Hadits ini nampaknya terlewatkan dalam fatwa tersebut, karena


menurut penulis ini merupakan hadits yang dapat dijadikan pedoman atas
point persyaratan ke-11 dalam fatwa ini, namun tidak dicantumkan dalam
pertimbangan atau tidak menjadi dalil yang dijadikan landasan tertulis dalam
fatwa tersebut.

Menurut penulis, dimasukkannya persyaratan ini dalan fatwa tersebut


merupakan hal yang positif, meskipun boleh jadi ajaran ini merupakan hal
yang bersifat general-universal dalam semua hal seperti yang tersebut dalam
hadits. Dalam prakteknya memang banyak money gameyang berkedok MLM,
mereka hanya mengutamakan perekrutan anggota baru kemudian para
anggota itu dibiarkan begitu saja. Hal ini antara lain dikarenakan perusahaan
hanya memerlukan uang iuran pendaftaran dari setiap member yang
bergabung, perusahaan mungkin tidak menjual produk riil sehingga tidak
49

perlu pembinaan, perusahaan yang demikian ini mungkin bahkan memang


berencana untuk tidak hidup dalam masa yang panjang, sehingga tidak perlu
pembinaan.

Seorang upline tidak tertarik untuk membina downline nya, karena


perusahaan tidak mementingkan penjualan produk, atau bahkan menafikan hal
tersebut. Dengan penjelasan ini maka salah satu indikator MLM Syariah
adalah bagaimana para member yang menjadi anggota lebih dulu memberikan
kepedulian dan bimbingan yang maksimal kepada member yang masuk
belakangan. Hal ini akan menjadi sangat positif jika pembinaan yang
dilakukan oleh mereka mendapatkan dukungan yang sepenuhnya dari pihak
perusahaan.

12. Tidak melakukan kegiatan money game.

Seringkali ditemukan kerancuan istilah antara MLM atau pemasaran


berjenjang dengan permainan uang (money game). Money game adalah
perjudian murni yang tidak ada produk apapun dalam bentuk barang ataupun
jasa. Moneyangame selalu mengacu kepada skema ponzi atau sistem
piramida. Namun lebih bahayanya, seperti yang pernah penulis temukan di
lapangan adalah money game ini terkadang menggunakan baju agama dengan
istilah ibadah atau sedekah. Bagi penulis, money game dengan baju ibadah
adalah seperti pelacur yang berkata bahwa dirinya melacurkan diri demi untuk
menafkahi keluarganya.

Dalam fatwa ini, money game didefinisikan sebagai kegiatan


penghimpunan dana masyarakat atau penggandaan uang dengan praktik
memberikan komisi dan bonus dari hasil perekrutan/ pendaftran Mitra Usaha
yang baru/bergabung kemudian, dan bukan dari hasil penjualan produk, atau
dari hasil penjualan produk namun produk yang dijual tersebut hanya
50

kamuflase atau tidak mempunyai mutu/kualitas yang dapat


43
dipertanggungjawabkan.

F. Standard Operating Procedure (SOP)


Pada dasarnya SOP (Standard Operating procedure) adalah suatu perangkat
lunak pengatur, yang mengatur tahapan suatu proses kerja. Yang dimaksud
bersifat tetap, rutin, dan tidak berubah-ubah, prosedur kerja tersebut dibekukan
menjadi dokumen tertulis yang disebut sebagai Standard Operating procedure
atau disisngkat SOP. Dokumen tertulis ini selanjutnya dijadikan standar bagi
pelaksanaan prosedur kerja tertenu tersebut.44
Standard operating procedure (SOP) merupakan panduan yang digunakan
untuk memastikan kegiatan operasional organisasi atau perusahaan berjalan
dengan lancar. Penggunaan SOP dalam organisasi bertujuan untuk memastikan
organisasi beroperasi secara konsisten, efektif, efisien, sistematis, dan terkelola
dengan baik, untuk menghasilkan produk yang memiliki mutu konsisten sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.45
Dalam suatu perusahaan, efisiensi yang diharapkan demi kemajuan
perusahaan paling tidak adalah dalam hal waktu penyelesaian pekerjaan. Dengan
lebih tepatnya suatu pekerjaan dapat diselesaikan berarti akan lebih banyak
volume pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam setiap satuan waktunya.
Berikutnya lagi adalah dalam hal kualitas kerjaan baik yang terkait dengan
pelayanan maupun terkait produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi.
Efisiensi dari kedua hal tersebut di atas, secara langsung akan berdampak pada
biaya operasional yang semakin efisien, yang tentu saja yang merupakan harapan
semua perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

43
http://www.stiualhikmah.ac.id/index.php/artikel-ilmiah/116-fatwa-mui-mengenai-mlm,
44
Budihardjo, "panduan praktis menyusun SOP Standard Operating Procedure", (Jakarta :
Raih Asa Sukses, 2014), 7.
45
Arini, ―Mudah Menyusun SOP‖,(Jakarta: Penebar Plus, 2014), 11.
51

Mengingat akan harapan Setiap perusahaan sebagaimana disebutkan diatas,


penerapan SOP dalam setiap unit kerja dalam perusahaan memiliki peran
strategis yang sangat unggul. Ini Karena akan menyebabkan peningkatan
efisiensi pada setiap proses kerja dalam setiap unit kerja perusahaan. Apalagi
Apabila semua unit kerja dalam perusahaan atau organisasi sepakat untuk
disiplin dan konsisten dalam menerapkan sop sesuai kepentingan dan kebutuhan
pada unit kerja masing-masing, dapat dipastikan bahwa efisiensi akan dapat
tercapai secara menyeluruh dalam perusahaan disebut. Itulah sebabnya penerapan
SOP sangat direkomendasikan karena memiliki peran yang sangat strategis bagi
perusahaan ataupun organisasi apapun.46

46
Budihardjo, "panduan praktis menyusun SOP Standard Operating Procedure", (Jakarta :
Raih Asa Sukses, 2014) Hlm 8.

Anda mungkin juga menyukai