Abstract: The purpose of this study are: (1) To determine the ability of understanding mathematical difference
between students who had Auditory Intellectual Repetition learning model and Problem Based Learning
model. This research is a quasi-experimental research, pretest-posttest Control Design. The population in this
study were all students of VII class SMP Negeri 1 Cisurupan by taking a sample of two classes of VII-A class
as an experimental 1st class and VII-B class as the experimental 2nd class. The research instrument used is to
test the ability of mathematical understanding. Based on the research, we found that: There were differences in
the ability of mathematical understanding among students who earn AIR learning model and PBL model.
Keywords:Auditory Intellectual Repetition learning model, Problem Based Learning model, quasi-
experimental research, pretest-posttest Control Design, mathematical understanding
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui perbedaan kemampuan pemahaman
matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition (AIR)
dengan Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain
penelitian Pretest-Posttest Control Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri
1 Cisurupan dengan mengambil sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas VII-A sebagai kelas eksperimen I dan
kelas VII-B sebagai kelas eksperimen II. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan
pemahaman matematis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa: Terdapat perbedaan kemampuan
pemahaman matematis antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran AIR dengan PBL.
Kata kunci: Kemampuan pemahaman matematis, model pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition,
Problem Based Learning, metode eksperimen
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 69
ekspositori. Hal ini menunjukan bahwa siswa tentu dibutuhkan pula model pembelajaran
kurang aktif dalam belajar sehingga yang berbasis pada pemahaman matematis
kemampuan pemahaman matematis siswa secara aktif dan kreatif. Diantaranya model
akan pelajaran sangat sulit bahkan tidak pembelajaran yang dimaksud adalah model
banyak siswa yang tidak paham tentang pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition
pelajaran yang di berikan dan di jelaskan oleh (AIR) dan model Problem Based Learning
guru. (PBL).
Salah satu upaya untuk Berdasarkan latar belakang masalah
mengembangkan kreativitas dalam yang telah uraikan di atas, maka penulis
pembelajaran matematika adalah dengan cara merumuskan permasalahan dalam penelitian
mengintegrasikan suatu model pengembangan ini yaitu: “Apakah terdapat perbedaan
kreativitas itu dalam proses belajar mengajar kemampuan pemahaman matematis antara
matematika. Sebagaimana yang dinyatakan siswa yang mendapatkan model pembelajaran
Reigeluth dan Meril (dalam Fitryani, 2013:5) Auditory Intellectualy Repetition (AIR)
bahwa “Struktur isi pelajaran merupakan dengan Problem Based Learning (PBL)?”
variabel pembelajaran di luar kontrol guru”. Menurut Driver (dalam Nurkarimah,
Model pembelajaran merupakan variabel 2006:12), “Pemahaman adalah kemampuan
manipulatif, yang mana setiap guru memiliki untuk menjelaskan suatu situasi atau tindakan.
kebebasan untuk memilih dan menggunakan Seseorang dikatakan paham, apabila ia dapat
berbagai model pembelajaran sesuai dengan menjelaskan atau menerangkan kembali inti
karakteristik materi pelajarannya.Model dari materi atau konsep yang diperolehnya
pembelajaran memiliki fungsi sebagai secara mandiri”.
instrumen yang membantu atau memudahkan Menurut Mayer (dalam Kesumawati,
siswa, dalam memperoleh sejumlah 2010:20) pemahaman merupakan aspek
pengalaman belajar. Pengembangan model fundamental dalam pembelajaran, sehingga
pembelajaran dalam konteks peningkatan model pembelajaran harus menyertakan hal
mutu perolehan hasil belajar siswa perlu pokok dari pemahaman. Hal-hal pokok dari
diupayakan secara terus menerus dan bersifat pemahaman untuk suatu objek meliputi
komprehensif. Dengan demikian model tentang objek itu sendiri, relasi dengan objek
pembelajaran yang dilakukan di kelas harus lain yang sejenis, relasi dengan objek lain
diatur berdasarkan kebutuhan dan karakteristik yang tidak sejenis.
siswa yang belajar serta karakteristik materi Menurut Hewson dan Thorleyn (dalam
yang akan diajarkan. Nurhayati, 2010:23) “Pemahaman adalah
Untuk mewujudkan harapan agar konsepsi yang bisa dicerna oleh siswa
siswa menjadi aktif, kreatif dan memiliki sehingga siswa mengerti apa yang
kemampuan pemahaman matematis yang baik, dimaksudkan, mampu menemukan cara untuk
72 JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 11, NOMOR 1, JANUARI 2017
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 69
Tabel 1
Fase-Fase Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Faseke- Indikator Aktivitas/Kegiatan guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
Orientasi siswa menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
1
kepada masalah memotivasi siswa terlibat pada aktivitas
pemecahan masalah yang dipilihnya
Mengorganisasika Guru membantu siswa mendefinisikan dan
2 n siswa untuk mengorganisasikan tugas belajar yang
belajar berhubungan dengan masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk
Membimbing
mengumpulkan informasi yang sesuai,
penyelidikan
3 melaksanakan eksperimen, untuk
individual maupun
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok
masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan
Mengembangkan dan menyiapkan karya sesuai seperti
4 dan menyajikan laporan, video, dan model dan membantu
hasil karya mereka untuk berbagi tugas dengan
temanya.
Menganalisis dan Guru membantu siswa untuk melakukan
mengevaluasi refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
5
proses pemecahan mereka dan proses-proses yang mereka
masalah gunakan.
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 73
kelas eksperimen I dan kelas VII-B dijadikan Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
sebagai kelas eksperimen II.
Penelitian ini menggunakan dua cara
DesainPenelitian pengumpulan data yaitu dengan tes soal
Desain penelitian yang digunakan adalah berupa tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-
Pretest-Posttest Control Design. Adapun test) dan angketuntuksiswa. Tes soal dilakukan
desain penelitiannya sebagai berikut: sebelum dan sesudah pelaksanaan
O X1 O pembelajaran pada kelas eksperimen I
O X2 O mendapatkan modelpembelajaranAuditory
Ruseffendi (2005:35) Intellectualy Repetition (AIR)dan
Keterangan: kelaseksperimen II mendapatkanProblem
O: Pretest dan posttest yaitu tes kemampuan Based Learning (PBL). Angket untuk siswa
pemahaman matematis siswa diberikan kepada siswa eksperimen I dan
X1: Perlakuan eksperimen I(model eksperimen II sesudah pembelajaran
pembelajaran Auditory Intellectualy matematika selesai.
Repetition)
HASIL DAN PEMBAHASAN
X2: Perlakuan eksperimen II (model
pembelajaran Problem Based Learning) Deskripsi Hasil Penelitian
Tabel 2
Hasil Tes Awal (Pre-test) dan Tes Akhir (Post-test) Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Eksperimen I Eksperimen II
(AIR) (PBL)
Kelas
Jumlah Jumlah
𝒙 S 𝒙 s
Siswa Siswa
Pre-test 6,7941 2,9927 5,4545 3,1533
34 33
15,764 13,151
Post-test 4,2998 3,6582
7 5
Skor Ideal : 28
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 75
Berdasarkan tabel 6 diperoleh nilai Efektivitas siswa ini dilihat dari skor hasil
Fhitung 1,3815 Ftabel 1,805 maka Ho post-test yang dibandingkan dengan Kriteria
diterima, artinya kedua varians homogen. Ketuntasan Minimal KKM yaitu 75 yang
Karena kedua data berdistribusi normal dan sudah ditentukan oleh sekolah, baik dari kelas
Tabel 7
HasilUjit TesAkhir (Posttest)
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 77
Tabel 8
DeskripsiPersentaseKriteriaKetuntasan Minimal BelajarSiswaKelasEksperimen I
danKelasEksperimen II
Kelas
Eksperimen I Eksperimen II
Kriteria
Persentase
Fi Persentase (%) fi
(%)
Tuntas 3 8,8% 0 0%
BelumTun
31 91,2% 33 100%
tas
Jumlah 34 100% 33 100%
Berdasarkan tabel 8 dapat terlihat bahwa pemahaman matematis siswa. Hasil tes akhir
kelas eksperimen I lebih efektif dibandingkan (post-test) diperoleh menunjukan adanya
dengan kelas eksperimen II. Hal tersebut perbedaan skor setelah siswa diberi perlakuan,
ditinjau dari hasil persentasenya, dimana kelas kelas eksperimen I melalui model
eksperimen I memperoleh 8,8% dengan pembelajaranAuditory Intellectualy Repetition
kategori tuntas, sedangkan kelas eksperimen II (AIR)dan kelaseksperimen II melaluiProblem
memperoleh 0% dengan kategori tuntas. Based Learning (PBL). Dari hasil analisis data
pengujian hipotesis tes akhir (post-test).
Pembahasan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “Terdapat
Dari hasil tes awal (pre-test) kemampuan perbedaan kemampuan pemahaman matematis
pemahaman matematis siswa, diperoleh bahwa anatara siswa yang mendapatkan model
skor rata-rata tes awal (pre-test) kedua kelas pembelajaran Auditory Intellectualy Repetition
tidak berbeda secara signifikan. Begitu juga (AIR) dengan Problem Based Learning (PBL).
siswa yang mendapatkan model pembelajaran guru MTs Arohmah Garut: Tidak
Auditory Intellectually Repetition (AIR) diterbitkan.
dengan Problem Based Learning (PBL)”. Novita, D. (2016). Pengembangan LKS
berbasis Project Based Learning
untuk pembelajaran materi segitiga
DAFTAR PUSTAKA di kelas VII. Jurnal Pendidikan
Astuti, T. P. (2013). Perbedaan Kemampuan Matematika, 10(2). 1-12.
Nurhayati, Y. (2010). Upaya Meningkatkan
Pemahaman Matematis Siswa Antara
Kemampuan Pemahaman Matematika
Yang Mendapatkan Model
Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Snowball Throwing
Tipe Student Team Achievement
Dengan Yang Mendapatkan Model
Division (STAD). Skripsi STKIP. Garut:
Pembelajaran Numbered Heads
Tidak diterbitkan.
Together (NHT). Skripsi STKIP. Garut:
Nurkarimah, R. (2006). Perbandingan
Tidak diterbitkan.
Kemampuan Pemahaman Matematik
Fitryani, F. (2013). Perbandingan
Antara Siswa Yang Menggunakan
Kemampuan Komunikasi Matematis
Reciprocal Teaching Dengan
Antara Siswa Yang Mendapatkan Model
Pembelajaran Konvensional Pada
Pembelajaran Auditory Intellectually
Pembelajaran Matematika. Skripsi
Repetition (AIR) Dengan Snowball
STKIP. Garut: Tidak diterbitkan.
Throwing. Skripsi STKIP. Garut: Tidak
Ramadhani, Y. R. (2013). Perbandingan
diterbitkan.
Kemampuan Pemahaman Matematis
Heriawan, Darmajari dan Senjay. (2012).
Antara Siswa Yang Mendapatkan
Metodologi Pembelajaran. Banten:
Pendekatan Problem Based Learning
Lembaga Pembinaan dan
(PBL) Dan Yang Mendapatkan
Pengembangan Profesi Guru (LP3G).
Pembelajaran Langsung. Skripri STKIP
Kesumawati, N. (2010). Peningkatan
Garut: tidak diterbitkan.
Kemampuan Pemahaman, Pemecahan
Ruseffendi, ET. (2005). Dasar-Dasar
Masalah, Dan Disposisi Matematis
Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-
Siswa SMP Melalui Pendekatan
Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito.
Pendidikan Matematika Realistik.
Rusman, (2010). Model-Model Pembelajaran
Disertasi Doktor UPI. Bandung: Tidak
Mengembangkan Profesionalisme Guru.
diterbitkan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Komalasari. (2011). Pembelajaran
Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran
Konstektual. Bandung: Refika Aditama.
Berorintasi Standar Proses Pendidikan.
Nanang. (2006). Model Pembelajaran.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Makalah pada Lokakarya Bagi Guru-
68
Kemampuan Pemahaman ..., UsmanFauzanAlan, EkasatyaAldilaAfriansyah 77
68