Anda di halaman 1dari 9

1.

Detergen
a. Pengertian
Detergen berbeda dengan sabun dalam kerjanya pada air sadah. Sabun
membentuk senyawa tidak larut dengan ion air sadah (Ca dan Mg) yang
menyebabkan endapan dan mengurangi busa dan cleaning actionnya. Detergen
bereaksi dengan ion air sadah yang hasil produknya larut atau terdispersi secara
koloid dalam air.
Detergen dibagi dalam 4 kelompok utama, yaitu anionik, kationik,
nonionik dan amfoterik. Kelompok terbesarnya adalah anionik yang biasanya
adalah garam natrium dari sulfonat (organik sulfat).
Pengotor dapat dihilangkan melalui proses pembasahan, pengemulsian,
pendispersian dan atau pelarutan noda oleh cleaning agent. Molekul detergen
yang berkelompok dalam air dinamakan micelles. Bagian hidrokarbon dari
molekul detergen berkelompok dengan micelles dinamakan hidrofobik (tidak
suka air) sedangkan bagian polar berada di luar micelles dinamakan hidrofilik
(suka air). Senyawa yang tidak dapat larut dalam air kemudian terlarut ke dalam
bagian tengah micelles yang ditarik oleh grup hidrokarbon. Proses ini dinamakan
solubilisasi.
Dewasa ini, komposisi detergen diubah ke komposisi yang lebih ramah
lingkungan. Hal ini dikarenakan detergen memiliki fosfat yang menyebabkan
eutrofikasi dalam air alam.

2.3.2. Raw Material (Bahan Mentah)


Bahan aktif detergen adalah surfaktan. Kebanyakan menggunakan bahan
inorganik, seperti oleum, caustic soda, natrium fosfat dan additives yang 3% dari
detergen.

2.3.2.1. Surfaktan
Surfaktan adalah bahan yang dapat meningkatkan sifat rambatan suatu
cairan pada suatu objek. Sifat zat seperti ini dimanfaatkan untuk menurunkan

1
tegangan permukaan suatu cairan atau pada larutan dimana antara dua larutan
memiliki efek interfacial tension.
Proses pencucian meliputi :
1. Dengan membasahi kotoran dan permukaan kotoran yang ingin dicuci
dengan larutan detergen
2. Memindah kotoran dari permukaan
3. Memelihara kotoran pada larutan stabil
Dalam air cucian, detergen mempunyai wetting agent yang dapat
mempermudah menembus ke serat pakaian dan mengangkat kotoran. Setiap
molekul larutan pencuci dapat dianggap sebagai rantai panjang. Ujung rantainya
adalah hidrofobik dan ujung yang lainnya adalah hidrofilik. Bagian hidrofobik
bekerja menyelubungi dan mengikat noda. Pada waktu yang bersamaan, bagian
hidrofilik dari detergen berikatan dengan air sehingga noda dapat terangkat dari
serat pakaian mengikuti aliran air.
Klasifikasi surfaktan :
1. hydrofobik merupakan hidrokarbon dengan jumlah 8 hingga 18 atom
karbon yang berbentuk lurus ataupun bercabang. Ada juga benzene yang
mengganti ikatan atom karbon tersebut, contohnya C12H25-, C9H19.C6H4-.
2. hydrofilik dapat berupa anionik, contohnya –OSO4- atau SO32-; kationik,
contohnya –N(CH3)3+ atau C5H5N+; atau nonionik –(OCH2CH2)nOH. Pada
senyawa anionik, senyawa yang paling banyak dipakai adalah linear
alkylbenzene sulfonate (LAS) dari minyak bumi dan alkyl sulfates dari
lemak hewan dan tumbuhan. Anionik dan kationik tidak cocok untuk
sabun. Kondensasi etilen oksida dari fatty alkohol adalah contoh non-ionik
surfaktan. Non-ionik lebih efektif dari anionik dalam mengangkat kotoran
pada temperatur yang lebih rendah untuk serat kain.

Rantai Lurus Alkil Benzen


n-Alkana dipisahkan dari kerosin dengan mengadsropsinya menggunakan
saringan molekular. Alkana bercabang dan siklik mempunyai diameter cross-
sectional yang lebih besar dari rantai lurus sehingga memungkinkan pemisahan

2
menggunakan saringan. Metode pemisahan senyawa parafin dari rantai alkana
bercabang dan rantai siklik yang bereaksi dengan urea atau thiourea. Urea akan
bereaksi dengan rantai lurus hidrokarbon (≥7 atom karbon) untuk memberikan
crystalline adduct yang dipisahkan dengan filtrasi. Pengadukan dapat diperoleh
dengan memanaskan air pada 80 sampai 900C. Sebaliknya, thiourea akan bereaksi
dengan rantai hidrokarbon bercabang tetapi tidak akan membentuk adduct dengan
rantai lurus atau aromatik. Parafin yang terpisah diubah menjadi benzene alkylates
atau diretakkan untuk menghasilkan α-olefin.
Olefin rantai lurus dihasilkan dari dehidrogenasi parafin, polimerisasi
etilen ke α-olefin menggunakan katalis aluminum trietil (katalis pada proses
perombakan lemak Ziegler), meretakkan lilin parafin atau dengan
dehidrohalogenasi alkil halida. α-Olefin atau alkana halida dapat digunakan untuk
alkylate benzena melalui reaksi Friedel-Crafts dengan memperkerjakan asam
hidrofluorik atau aluminum florida sebagai katalis.

2. Sabun
a. Pengertian
Sabun merupakan zat yang jika bereaksi dengan air sadah akan
membentuk endapan. Sabun terbentuk dari garam sodium atau potassium dari
asam karboksilat panjang (seperti asam stearat, asam oleat atau palmitat dan asam
myristat) sebagai hasil hidrolisis terhadap minyak atau lemak oleh basa (NaOH
atau KOH). Sabun berfungsi sebagai emulgator terhadap kotoran, minyak dan oli
sehingga kotoran-kotoran ini mudah terlepas dan terbawa melalui pembilasan
dengan air. Sifat sabun ini menjadi kurang berfungsi apabila air untuk pencuci
atau pembilasnya bersifat sadah.

b. Raw Material (bahan baku pembuatan sabun)


Bahan dasar sabun adalah minyak/ lemak dan NaOH (soda kaustik) dan
KOH dengan bahan tambahan berupa pengharum, pewarna, bahan pengisi dan
lain-lain. Lemak merupakan komponen utama dalam pembuatan sabun. Lemak ini
mengandung campuran gliserida yang didapat dari lemak padat yang diberi

3
pemanasan. Lemak padat dirombak dengan dipanaskan, yang setelah itu
membentuk lapisan diatas permukaan air sehingga dapat diambil dengan mudah.
Lemak ini biasanya dicampur dengan minyak kelapa di ketel sabun atau
penghidrolisis untuk meningkatkan kelarutan sabun tersebut. Dalam pembuatan
sabun, fatty grases (± 20%) adalah bahan baku yang paling penting setelah lemak.
Lemak greases dapat didapatkan dari babi dan hewan domestik dimana bahan ini
penting sebagai sumber gliserin dari asam karboksilat.
Penambahan minyak kelapa pada pembuatan sabun sangatlah penting.
Sabun dengan bahan dasar minyak kelapa bertekstur kuat dan terlihat lebih
mengkilat. Minyak kelapa sebagian besar mengandung gliserida dari asam laurtat
dan asam myristat.
Bahan baku pembuatan sabun sangat banyak konsumennya, terutama soda
kausatik, garam, soda ash, dan kausatik potassium, begitu pula sodium silikat,
sodium bikarbonat, dan trisodium pospat.
Bahan anorganik yang ditambahkan pada pembuatan sabun disebut
Builders. Tetrasodium piropospat dan sodium Tripolipospat merupakan bahan
tambahan pada sabun yang dinamakan Builders.
Dibawah ini merupakan susunan prinsip pembuatan sabun padat:
1. Pengangkutan lemak dan minyak.
2. Pengangkutan dan pembuatan soda kaustik.
3. Pencanpuran katalis, ZnO, dengan leburan lemak dan pemanasan pada
tanki pencampur.
4. Lemak panas dan katalis masuk ke dalam menara hidrolisis melalui bagian
bawah.
5. Perombakan lemak terjadi secara countercurrent di dalam hydrolyzer
pada suhu 2500C dan tekana 4,1 MPa. butiran lemak akan naik ke atas
berlawanan dengan fase cairnya.
6. Fasa cairnya (H2O) akan melarutkan rombakan gliserin (±12%), jatuh ke
bawah dan terpisah.
7. Kemudian fasa gliserin-air di uapkan dan dimurnikan. Didapatkan gliserin.

4
8. Fasa asam lemak yang keluar dari bagian atas hydrolizer dikeringkan
dalam flash tank menggunakan cahaya kilasan dan dipanaskan dengan
cepat.
9. Di dalam high-vacuum still, asam lemak didistilasi dari bawah.
10. Sabun di bentuk dengan melanjutkan penetralisasian menggunakan 50%
soda kaustik dalam mixer-neutralizer dengan kecepatan tinggi.
11. Sabun murni ini dibebaskan pada suhu 93oC kedalam tanki pencampuran
dengan digoncangkan secara perlahan untuk keluar dari penetralisasian.
Pada saat ini sabun murni dapat dianalisis: 0.002 hingga 0.10 % NaOH,
0.3 hingga 0.6% NaCl, dan ±30% H2O. sabun murni ini dapat diolah,
dipotong atau dikeringkan, tergantung pada permintaan produk. Diagram
alir pada gambir 29.3 menggambarkan proses finishing sabun padat.
12. Proses finishing ini dapat di detailakan: tekanan yang dilakukan pada
sabun murni mencapai 3.5 MPa, dan sabun dipanaskan pada suhu 200oC
dalam steam exchanger dengan tekan tinggi. Sabun panas ini, dilepaskan
pada tanki yang bertekanan atmosfer, dimana dikeringkan (hingga
mencapai 20 %) karena larutan sabun dapat terbentuk diatas titik didihnya
pada tekanan atmosfer. Pada hubungan ini, pasta sabun dicampur dengan
udara dalam mesin, dimana sabun juga didinginkan oleh sirkulasi air laut,
yang kemudian keluar dari 105oC menjadi 65oC. Pada temperatur ini,
sabun dilanjutkan dengan pemotongan dengan ukuran sabun padat. Lalu
segera didinginkan, dicap, dan dibungkus dengan operasi mesin. Proses ini
berlangsung selama 6 jam.

5
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
1. Pembuatan detergen dan sabun pada skala industri merupakan
gabungan dari ilmu-ilmu exact sebegitu rupa, dan memerlukan alat-
alat yang perlu pengendalian khusus dan mempunyai spesifikasi
tertentu.
2. Pada proses pembuatan detergen, yang pertma kali dilakukan adalah
dengan pembuatan surfaktan. Lalu hasil surfaktan ini, untuk membuat
detergent dicampur dengan phospat, silikat dan dry scrap. Adapun
komposisi surfaktan adalah alkyl benzene sulfonat, fatty alcohol,
oleum dan larutan NaOH. Proses pembuatan detergen melalui alat
crutcer yang dilanjutkan ke drop tank setelah itu dipompa ke spray
tower untuk pembentukan serbuk. Serbuk ini di angkat dengan lift
udara dan diberi aroma (parfum) kemudian menuju packing.
3. Pada proses pembuatan sabun, raw material (bahan baku) yang
digunakan adalah lemak, basa kausatik (NaOH atau KOH), dan katalis.
Pertama-tama lemak dan katalis dimasukkan sebagai feed awal menuju
ke blend tank, setelah itu menuju Hidrolizer. Pada hidrolizer lemak
dihidrolisis yang dapat membentuk asam lemak (gas) dan gliserin.
Setelah itu asam lemak menuju heat exchanger, lalu ke high vacuum
still yang dilanjutkan ke kondensor dan distillate receiver. Pada
distillate receiver muncul hasil samping berupa asam lemak.
Kemudian dari distillate receiver dilanjutkan ke mixer neutralizer
dimana ditambahkannya soda kausatik yang setelah itu menuju soap
blender dan menghasilkan sabun padat. Untuk produksi sabun cair,
maka proses tidak cukup sampai disini, dilanjutkan menuju high

6
pressure pump lalu heat exchanger, flash tank dan packing. Selain
sabun yang diproduksi pada proses ini, gliserin dan asam lemak
merupakan hasil samping yang cukup besar pemroduksiannya.

LAMPIRAN

Pertanyaan 1 (Dwi)
Mengapa bentuk alat pada pembuatan pembuatan detergen (spray tower)
berbentuk seperti corong?
Jawab:
bentuk alat yang didesain seperti corong mempunyai tujuan/ fungsi
tersendiri. Kita mengetahui bahwa detergent yang telah di spray akan
menjadi serbuk, seperti detergen yang kita ketahui sehari-hari. Bentuk
tersebut merupakan fluida, dengan desain seperti itu, maka fluida
tersebut tetap mengalir namun sedikit demi sedikit. Selain alasan
tersebut, terdapat 1 faktor lagi yang menyebabkan desain bentuk seperti
itu, yaitu agar detergen yang keluar dari alat ini sedikit demi sedikit
karena akan melalui lift udara, dimana lift udara pastilah hanya dapat
mengangkat serbuk detergen sedikit demi sedikit.

Pertanyaan 2. (Lilis Triyowati)


Untuk mengendalikan tekanan pada hidrolizer (pada pembuatan sabun) yang
terlihat bahwa suhu dan tekanannya cukup besar yaitu 2500C dan 4 MPa?
Jawab:
Untuk mengendalikan alat tersebut adalah dengan mengontrol alat
dengan melihat meteran pada alat tersebut sehingga jika terjadi tekanan
yang lebih besar dapat diatur pada tekanan dan suhu yang diinginkan.
Selama proses indutri lancar, dan terkendali dengan tekanan yang
cukup besar tersebut pastilah alat tersebut tetap terkendali. Selain itu
alat tersebut tentulah dari produsen alatnya sudah terdesain sedemikian
rupa sehingga tahan pada suhu dan tekanan sebesar itu.

7
Pertanyaan 3. (Ayu Indah Wibowo)
Proses apakah dan dimanakah sehingga detergent dapat berbentuk serbuk?
Jawab:
Untuk detergent dapat berbentuk serbuk adalah melalui proses pada
spray tower. Campuran (Bubur surfaktan, sodium tripolipospat , dan
bermacam-macam bahan aditif ) dari crutcher lalu dihidrolisis
menggunakan air. Setelah itu untuk pembentukan menjadi serbuk,
disemprotkan dibawah tekanan tinggi ke dalam high spray tower
setinggi 24m, melawan udara panas dari tungku api. Ukuran dan
densitas yang sesuai dapat dibentuk. Butiran yang sudah dikeringkan di
alirkan ke upper story lagi melalui lift yang dapat mendinginkan
mereka dari 1150C dan menstabilkan butiran (Austin, 1984)

Pertanyaan 4. (Ridhani Rida)


Mengapa dikehidupan sehari-hari ada sabun yang berbentuk batang dan adapula
yang berbentuk cair. Bagaimana proses pembuatan sabun yang berbentuk cair?
Jawab:
Pada dasarnya, proses pembuatan sabun pada makalah ini adalah proses
pembuatan sabun yang berbentuk padatan. Namun untuk proses
pembuatan sabun cair memang terdapat prosesnya tersendiri. Bahan
bakunya pun terdapat perbedaan antara pembuatan sabun dan detergen.
Yaitu kalau bahan baku sabun cair selain lemak dan basa, ditambahkan
juga EDTA. Berdasarkan bahan baku yang digunakan untuk membuat
sabun cair maka sampai saat ini telah dikenal tiga macam proses
pembuatan sabun cair, yaitu proses saponifikasi trigliserida, netralisasi
asam lemak dan proses saponifikasi metil ester asam lemak. Perbedaan
antara ketiga proses ini terutama disebabkan oleh senyawa impurities
(hasil samping) yang ikut dihasilkan pada reaksi pembentukan sabun
cair , proses pemurnian sabun, senyawa impurities ini harus dihilangkan
untuk memperoleh sabun yang sesuai dengan standar mutu yang

8
diinginkan tentu saja unit operasi yang terlibat dalam pemurnian ini
berbeda tiap proses yang dipakai disebabkan berbedanya sifat masing –
masing proses (www.ristek.co.id).

DAFTAR PUSTAKA

Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. Singapore:


McGraw-Hill International Book Company.
Iqbal, Ahmad. 2009. Pembuatan sabun cair. http://www.riset.com . diakses pada
tanggal 2 oktober 2012 pukul 15.54.

Anda mungkin juga menyukai