Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan
dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah
kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana
perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam
waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri
yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada
harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak
adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi
yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa
(Stuart dan Laraia, 2001).

Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah. Setiap


individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, tapi
jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri
akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ternyata dampaknya mampu
menimbulkan dampak sangat besar dan berpengaruh terhadap jiwa seseorang
yang tidak dapat mengantisipasi gejala yang timbul. Hasil survey Organisasi
Kesehatan 2 Dunia (WHO) tahun 2000 menyatakan tingkat gangguan kesehatan
jiwa orang di Indonesia tinggi dan di atas rata-rata gangguan kesehatan jiwa
didunia. Hal Ini ditunjukkan dengan data yang dikeluarkan oleh Departemen
Kesehatan RI tahun 2000: Rata-rata 40 dari 100.000 orang di Indonesia
melakukan bunuh diri, sementara rata-rata dunia menunjukkan 15,1 dari 100.000
orang, Rata-rata orang bunuh diri di Indonesia adalah 136 orang per-hari atau
48.000 orang bunuh diri per tahun, Satu dari empat orang di Indonesia mengalami
gangguan kesehatan jiwa, Penderita gangguan jiwa di Indonesia, hanya 0,5 % saja
yang dirawat di rs jiwa.

1
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian dari Harga Diri Rendah ?


2. Apa saja etiologi Harga Diri Rendah ?
3. Apa saja Manifestasi Klinik Harga Diri Rendah?
4. Apa saja Penatalaksanaan Harga Diri Rendah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui pengertian dari Harga Diri Rendah


2. Untuk mengetahui etiologi dari Harga Diri Rendah
3. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Harga Diri Rendah
4. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Harga Diri Rendah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,


dicerai suami, putus sekolah, PHK perasan malu karena sesuatu ( korban
perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba ).
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri. (Keliat, 2006)

B. Tanda dan gejala

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat


tindakan terhadap penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut
jadi botak setelah mendapat terapi sinar pada kanker.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya ini tidak akan terjadi jika
saya kerumah sakit, menyalahgunakan/mengejek dan mengkritik diri
sendiri.
3. Merendahkan martabat. Misalnya saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya
tentang memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

C. Penyebab
Harga diri rendah sering di sebabkan karena adanya koping individu
yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik, kurangnya umpan

3
balik yang positif, kurangnya sistem pendukung, kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi
sistem keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan awal, sehingga
individu yang mempunyai koping individu tidak efektif akan menunjukkan
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri atau tidak dapat memecahkan
masalah terhadap tuntuan hidup serta peran yang dihadapi.

1. Perkembangan individu
Faktor penyebabnya dapat dimulai sejak masih bayi, seperti penolakan
orang tua menyebabkan anak merasa tidak dicintai dan mengakibatkan
anak gagal mencintai dirinya dan akan gagal untuk mencintai orang
lain. Pada saat anak berkembang lebih besar, anak mengalami
kurangnya pengakuan dan pujian dari orang tua dan orang yang dekat
atau penting baginya. Ia merasa tidak adekuat karena selalu tidak
dipercaya untuk mandiri dan memutuskan sendiri akan bertangguang
jawab terhadap perilakunya.
2. Sikap orang tua yang selalu mengatur
Sikap orang tua yang terlalu mengatur dan mengontrol, membuat anak
merasa tidak berguna
3. Ideal diri tidak realistis
Individu yang selalu dituntut untuk berhasil akan merasa tidak punya
hak untuk gagal dan berbuat kesalahan. Ia membuat standar yang tidak
dapat dicapai,dan seperti cita-cita yang terlalu tinggi dan tidak realistis
yang pada kenyataan tidak dapat dicapai membuat individu
menghukum diri sendiri dan akhirnya percaya diri akan hilang.
Gangguan fisik dan mental dapat membuat individu dan keluarga
merasa rendah diri. Sistem keluarga yang tidak berfungsi.

4
C. Tindakan

1. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri
yaitu :
- Memberi kesempatan untuk berhasil
- Menanamkan gagaasan
- Mendorong aspirasi
- Membantu membentuk koping

2. Penatalaksanaan Medis
Chlorpromazine ( CPZ ) : 3 x100 mg
Indikasi
Untuk sindrom psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental : waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu
bekerja, hubungan sosial dam melakukan kegiatan rutin.
2) Halloperidol ( HP ) : 3 x 5 mg
Indikasi
Penatalasanaan psikosis kronik dan akut, gejala demensia pada
lansia, pengendalian hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-
anak.
Cara kerja
Halloperidol merupakan derifat butirofenon yang bekerja sebagai
antipsikosis kuat dan efektif untuk fase mania, penyebab maniak depresif,
skizofrenia dan sindrom paranoid. Di samping itu halloperidol juga
mempunyai daya anti emetik yaitu dengan menghambat sistem dopamine
dan hipotalamus. Pada pemberian oral halloperidol diserap kurang lebih
60–70%, kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 2-6 jam dan
menetap 2-4 jam. Halloperidol ditimbun dalam hati dan ekskresi

5
berlangsung lambat, sebagian besar diekskresikan bersama urine dan
sebagian kecil melalui empedu.
Kontra indikasi
Parkinsonisme, depresi endogen tanpa agitasi, penderita yang
hipersensitif terhadap halloperidol, dan keadaan koma.

Efek samping
Pemberian dosis tinggi terutama pada usia muda dapat terjadi
reaksi ekstapiramidal seperti hipertonia otot atau gemetar. Kadang-kadang
terjadi gangguan percernaan dan perubahan hematologik ringan, akatsia,
dystosia, takikardi, hipertensi, EKG berubah, hipotensi ortostatik,
gangguan fungsi hati, reaksi alergi, pusing, mengantuk, depresi, oedem,
retensio urine, hiperpireksia, gangguan akomodasi.
3) Trihexypenidil ( THP ) : 3 x 2 mg
Indikasi
Semua bentuk parkinson (terapi penunjang), gejala ekstra
piramidal berkaitan dengan obat-obatan antipsikotik.
Cara kerja
Kerja obat-obat ini ditujukan untuk pemulihan keseimbangan
kedua neurotransmiter mayor secara alamiah yang terdapat di susunan
saraf pusat asetilkolin dan dopamin, ketidakseimbangan defisiensi
dopamin dan kelebihan asetilkolamin dalam korpus striatum. Reseptor
asetilkolin disekat pada sinaps untuk mengurangi efek kolinergik berlebih.
Kontra indikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini atau antikolonergik lain,
glaukoma, ulkus peptik stenosis, hipertrofi prostat atau obstruksi leher
kandung kemih, anak di bawah 3 tahun, kolitis ulseratif.
Efek samping
Pada susunan saraf pusat seperti mengantuk, pusing, penglihatan
kabur, disorientasi, konfusi, hilang memori, kegugupan, delirium,
kelemahan, amnesia, sakit kepala. Pada kardiovaskuler seperti hipotensi

6
ortostatik, hipertensi, takikardi, palpitasi. Pada kulit seperti ruam kulit,
urtikaria, dermatitis lain. Pada gastrointestinal seperti mulut kering, mual,
muntah, distres epigastrik, konstipasi, dilatasi kolon, ileus paralitik,
parotitis supuratif. Pada perkemihan seperti retensi urine, hestitansi urine,
disuria, kesulitan mencapai atau mempertahankan ereksi. Pada psikologis
seperti depresi, delusu, halusinasi, dan paranoid.

c. Terapi okupasi / rehabilitasi

Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan


menggunakan aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa
kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 )

d. Psikoterapi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi


suportif dan individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis
dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel,
2004 )

e. Terapi psikososial

Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk


skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien.
Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang
diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah dan
perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.

7
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri
sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,
merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri
(Keliat, 1998).
Dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting sekali membina
hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik
dengan tenaga medis (dokter dan perawat), keluarga dan juga lingkungan
(tetangga dan masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien
dirawat maupun perawat yang merawat tercapai.

B. SARAN
1. Klien
- Libatkan klien dalam aktivitas positif
- Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
- Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
- Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negative
3. Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement

8
9
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat, at all. 1998. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

10

Anda mungkin juga menyukai