Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas dan morbiditas padaa wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di negara berkembang. Kematian pada saat melahirkan biasanya menjadi
faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktivitasnya. Menurut
Organisasi Dunia atau World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa
angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih
tinggi dibandingkan dengan Negara ASEAN lainya.
Persalinan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia
dimana angka kematian ibu bersalin yang cukup tinggi. Keadaan ini disertai
dengan komplikasi yang mungkin saja timbul selama persalinan, sehingga
memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam bidang kesehatan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan menurunkan angka kematian,
kesakitan ibu dan perinatal. Persalinan sampai saat ini masih merupakan masalah
dalam pelayanan kesehatan. Hal ini diakibatkan pelaksanaan dan pemantauan
yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,
bahkan dapat berlanjut pada
Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan kajian dan bukti ilmiah
menunjukan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan
salah satu upaya efektip untuk mencegah kesakitan dan kematian.
Penatalaksanaan komplikasi yang terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu perlu diantisipasi
adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksanaakan konplikasi pada
jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi dan
ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi kebersihan penatalaksanaan
komplikasi yang umumnya akan selalu berada menurut derajat keadaan dan
tempat terjadinya.

1
Asuhan persalinan kala I, II, III, dan IV memegang kendali penting pada ibu
selama persalinan karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses
persalinan, membuat ibu lebih yakin untuk menjalani proses persalinan serta
untuk mendeteksi konplikasi yang mungkin terjadi selama persalinan dan
ketidaknormalan dalam proses persalinan.

Asuhan persalinan normal ini bertujuan untuk menjaga kelangsungan dan


memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui upaya
yang terintegritas dan lengkap tetapi dengan intervensi, sehingga setiap intervensi
yang akan di aplikasikan dalam asuhan persalinan normal mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan. Asuhan persalinan memegang kendali penting
pada ibu karena dapat membantu ibu dalam mempermudah proses persalinannya,
membuat ibu lebih yakin untuk menjalani hal tersebut serta untuk mendeteksi
komplikasi yang mungkin terjadi dan ketidaknormalan dalam proses persalinan
Maka untuk melaksanakan standar Asuhan Persalinan Normal (APN) diperlukan
pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan yang sesuai
dengan standar yang ada, salah satunya upaya yaitu perlunya bidan mengikuti
pelatihan APN terutama yang belum pernah mengikuti. Hubungan antara
kompetensi bidan berdasarkan sikap dengan

2
2

1.2 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan persalinan


normal.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tinjauan teoritis persalinan normal


b. Untuk mengetahui dan menerapkan managemen asuhan persalinan normal
c. Mahasiswa diharapkan dapat membuat dokumentasi asuhan kebidanan
persalinan normal
d. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami pengisian
partograf

1.3 Manfaat Penulisan

Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi


perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan
persalinan normal pada ibu bersalin fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian persalinan


Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasibelakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin (Prawihardjo, 2008)
Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan
beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses
persalinan, bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepada pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu dan bayi
dalam keadaan baik.

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR
DepKes RI, 2008; 37).

2.2 Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan merupakan gerakan-gerakan janin pada proses


persalinan yang meliputi langkah sbb :

a. Turunnya kepala, meliputi :


1) Masuknya kepala dalam PAP
2) Dimana sutura sagitalis terdapat ditengah-tengah jalan lahir tepat diantara
symfisis dan promontorium, disebut synclitismus.Kalau pada synclitismus
os.parietal depan dan belakang sama tingginya jika sutura sagitalis agak
kedepan mendekati symfis atau agak kebelakang mendekati promontorium
disebutAsynclitismus

3
4

3) Jika sutura sagitalis mendekati symfisis disebut asynclitismus posterior


jika sebaliknya disebut asynclitismus anterior.
b. Fleksi
Fleksi disebabkan karena anak didorong maju dan sebaliknya mendapat
tahanan dari pinggir PAP serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
c. Putaran paksi dalam
Yaitu putaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah
dari bagian depan memutar ke depan ke bawah symfisis.
d. Ekstensi
Setelah kepala di dasar panggul terjadilah distensi dari kepala hal ini
disebabkan karena lahir pada intu bawah panggul mengarah ke depan dan
keatas sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.
e. Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
anak torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
f. Ekspulsi
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar sesuai arah punggung dilakukan
pengeluaran anak dengan gerakan biparietal sampai tampak ¼ bahu ke arah
anterior dan posterior dan badan bayi keluar dengan sangga susur.

2.3 Tahapan Persalinan


Pada proses persalinan menurut (Mochtar,R, 2001) di bagi 4 kala yaitu :
1. Kala 1 : Kala pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap (10
cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase :
a. Fase laten
1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secara bertahap
2) Pembukaan kurang dari 4 cm
3) Biasanya berlangsung kurang dari 8 jam
b. Fase aktif
5

1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat


(kontraksi adekuat / 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2) Serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan
1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
4) Berlangsung selama 6 jam dan di bagi atas 3 fase, yaitu :

2. Kala II : Kala pengeluaran janin


Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengejan
mendorong janin hingga keluar.
Pada kala II ini memiliki ciri khas :
1) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali
2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan
3) Tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB
4) Anus membuka

Menurut Kismoyo (2014) lama pada kala II ini pada primi dan multipara
berbeda yaitu :

1) Primipara kala II berlangsung sekitar 2 jam


2) Multipara kala II berlangsung sekitar 1 jam

3. Kala III : Kala uriYaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri


(plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus
teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang
menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his
pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1 – 5 menit plasenta
terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan
sedikit dorongan (brand androw,seluruh proses biasanya berlangsung 5 –
6

30 menit setelah bayi lahir. Dan pada pengeluaran plasenta biasanya


disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100-200cc.
Tanda kala III terdiri dari 2 fase :
1) Fase pelepasan uri
Mekanisme pelepasan uri terdiri atas:
a. Schultze
Data ini sebanyak 80 % yang lepas terlebih dahulu di tengah
kemudian terjadi reteroplasenterhematoma yang menolak uri mula
mula di tengah kemudian seluruhnya, menurut cara ini perdarahan
biasanya tidak ada sebelum uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
b. Dunchan
Lepasnya uri mulai dari pinggirnya, jadi lahir terlebih dahulu dari
pinggir (20%) Darah akan mengalir semua antara selaput ketuban
c. Serempak dari tengah dan pinggir plasenta
2) Fase pengeluaran uri
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri yaitu :
a. Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada / diatas simfisis, tali
pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum lepas, bila
tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti plasenta sudah
terlepas.
b. Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, bila diam/turun berarti sudah terlepas
c. Strastman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti sudah
terlepas.
a) Rahim menonjol diatas symfisis
b) Tali pusat bertambah panjang
c) Rahim bundar dan keras
7

4. Kala IV: Kala pengawasanYaitu waktu setelah bayi lahir dan uri selama
1-2 jam dan waktu dimana untuk mengetahui keadaan ibu terutama
terhadap bahaya perdarahan post partum. Pengawasan kala 4 ini dilakukan
setelah ibu merasa nyaman. Pada 1 jam pertama, dilakukan pemeriksaan
TTV setiap 15 menit sekali. Sedangkan pada 1 jam kedua dilakukan setiap
30 menit sekali.

2.4 Managemen Asuhan Kebidanan Persalinan Normal


1. Varney
a. Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian
dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara
lain:

1) Keluhan klien
2) Riwayat kesehatan klien
3) Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau catatan terbaru atau tahun sebelumnya
5) Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien. Pada langkah ini bidan mengumpulkan
data dasar awal secara lengkap.
b. Interpretasi data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan menginterpretasikan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan
diagnosis atau masalah. Diagnosis yang dirumuskan adalah diagnosis
dalam lingkup praktik kebidanan yang tergolong pada nomenklatur
standar diagnosis, sedangkan prihal yang berkaitan dengan
pengalaman klien dihasilkan dalam pengkajian.
c. Identifikasi diagnosis masalah/ masalah potensial
8

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis


potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan asalah yang sudah
teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan
antisipasi agar diagnosis/masalah tersebut tidak terjadi. Selain itu,
bidan harus bersiap-siap apalagi diagnosis/masalah tersebut benar-
benar terjadi. Contoh diagnosis/masalah potensial:
1) Potensial Perdarahan Post-partum, apabila diperoleh data ibu
hamil kembar, polihidramnion, hamil besar akibat menderita
diabetes.
2) Kemungkinan Distosia Bahu, apabila data yang ditemukan
adalah kehamilan besar.
d. Identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Ada kemungkinan, data
yang kita peroleh memerlukan tindaka yang harus segera dilakukan
oleh bidan sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu
beberapa waktu lagi. Contohnya pada kasus-kasus kegawatdaruratan
kebidanan, seperti perdarahan yang memerlukan tindakan KBI dan
KBE.
e. Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana
asuhan yang menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-
langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang akan
diperkiran terjadi selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan
apakah perlu menunjuk klien. Setiap asuhan yang direncanakan harus
disetujui kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien.
9

f. Pelaksanaan
Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah
melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5
secara aman dan efesian. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh bidan atau
anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri,
bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya. Dalam situasi ini bidan harus berkolaborasi dengan
tim kesehatan lain atau dokter. Dengan demikian bidan harus
bertanggung jawab atas terlaksananya rencana asuhan yang
menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.
g. Evaluasi
Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan oleh bidan adalah:
1) Melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,
untuk menilai apakah sudah benar-benar terlaksana/terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam
masalah dan diagnosis
2) Mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif
untuk mengetahui mengapa proses manajeen ini tidak efektif.
1. SOAP
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam kebidanan meliputi
SOAP yang dimana terdiri dari (subjektif, objektif, assessment, dan
planning) Pendokumentasian metode SOAP merupakan kemajuan
informasi yang sistematis yang mengorganisir penemuan & kesimpulan
anda menjadi suatu rencana asuhan. Metode ini merupakan penyaringan
intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan untuk tujuan penyediaan &
pendokumentasian asuhan kebidanan.
SOAP merupakan urut-urutan yang dapat membantu anda dalam
mengorganisir pikiran anda & memberikan asuhan yg menyeluruh. SOAP
adalah catatan yg bersifat sederhana, jelas, logis & tertulis. Seorang bidan
hendaknya menggunakan SOAP setiap kali ia bertemu dengan pasiennya.
10

S Data Subjektif : Catatan ini menggambarkan pendokumentasian


hasil pengumpulan data melalui anamnesis yang
berhubungan dengan masalah sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran
dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung
atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa.

O Data Objektif : Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan
fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data
fisiologis, hasil observasi yang jujur,
informasikan teknologi (hasil laboratorium, sinar
X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat
dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen
yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

A Analisa atau Masalah atau diagnosa yang ditegakkan


Pengkajian : berdasarkan data atau informasi subjektif maupun
objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan
karena keadaan pasien terus berubah dan selalu
ada informasi baru baik subjektif maupun
objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-
pisah, maka proses pengkajian adalah sesuatu
proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti
perkembangan pasien dan menjamin sesuatu
perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti
sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
11

P Plan/Planning : Membuat rencana tindakan saat itu atau yang


Perencanaan, akan datang. Proses ini untuk mengusahakan
pelaksanaan dan mencapai kondisi pasien sebaik mungkin atau
evaluasi menjaga dan mempertahankan kesejahteraannya.
Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari
kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas
waktu tertentu,tindakan yang diambil harus
membantu pasien mencapai kemajuan dalam
kesehatan dan harus mendukung rencana dokter
jika melakukan kolaborasi. Dalam langkah P
dalam SOAP berisi tentang perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

2. Partograf

a. Pengertian Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu


persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-KR,
2007).

b. Tujuan

Adanya tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.
Dengan demikian dapat pula mendeteksi secara dini kemungkinan
terjadinya partus lama.
3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauian kondisi ibu,
kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan
12

medikamentosa yang diberikan, pemeriksaan laboratorium,


membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam
medik ibu bersalin dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2008).
Jika digunakan dengan tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
1) Mencatat kemajuan persalinan.
2) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.
3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini
penyulit persalinan.
5) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (JNPK-KR,
2008).
c. Penggunaan Partograf
Partograf harus digunakan:
1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan
merupakan eemen penting dari asuhan persalinan. Parograf harus
digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.
Partograf sangat membantu penolong persalinan dalam memantau,
mengevaluasi dan membuat keputusan klinik, baik persalinan
dengan penyulit.
2) Selama persalinan dan kelahiran bayi di semua tempat (rumah,
puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dll).
3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan
asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya
(Spesialis Obstetri, Bidan, Dokter Umum, Residen dan Mahasiswa
Kedokteran) (JNPK-KR, 2008).
d. Pengisian Partograf
Pengisian partograf antara lain:
13

1) Pencatatan selama fase laten kala I persalinan selama fase laten,


semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini
dapat dilakukan secara terpisah, baik di catatatan kemajuan
persalinan maupun di Kartu Menuju Sehat (KMS) ibu hamil.
Tanggal dan waktu harus dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga
harus dicatatkan. Kondisi ibu dan bayi juga harus dinilai dan
dicatat dengan seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin: setiap 30 menit
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit
c) Nadi: setiap 30 menit
d) Pembukaan serviks: setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin: setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
h) Pencatatan selama fase akhir persalinan (JNPK-KR, 2008).
i) Pencatatan selama fase aktif persalinan
Halaman depan partograf mencatumkan bahwa observasi yang
dimulai pada fase ktif persalinan, dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan, meliputi:
a) Informasi tentang ibu
(1) Nama, umur
(2) Gravida, para, abortus
(3) Nomor catatan medik nomor puskesmas
(4) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah:
tanggal dan waktu penolong persalinan mulai merawat
ibu)
b) Waktu pecahnya selaput ketuban
c) Kondisi janin:
(1) Denyut jantung janin
14

(2) Warna dan adanya air ketuban


(3) Penyusupan (moulose) kepala janin.
d) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
(2) Penurunan bagian terbawah janin atau presentase janin
(3) Garis waspada dan garis bertindak
e) Jam dan waktu
(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
f) Kontraksi uterus: frekuensi dan lamanya
g) Obat-obatan dan cairan yang diberikan:
(1) Oksitosin
(2) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
h) Kondisi ibu:
(1) Nadi, tekanan darah dan temperatur
(2) Urin (volume, aseton, atau protein)
i) Asuhan, pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat
dalam kolom tersedia disisi partograf atau dicatatan
kemajuan persalinan) (Sarwono, 2009).
2) Mencatat temuan pada partograf
Adapun temuan-temuan yang harus dicatat adalah:
a) Informasi tentang ibu
b) Kondisi janin
Bagian atas grafik pada partograf adalah untuk pencatatan
Denyut Jantung Janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala
janin).
(a) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Nilai dan catat DJJ setiap 30 menit (lebih sering jika ada
tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak dibagian atas partograf
menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan memberi tanda titik pada
garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ.
15

Kemudian hubungkan yang satu dengan titik lainnya dengan


garis tegas bersambung.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantra 180 dan
100. Akan tetapi penolong harus waspada bila DJJ dibawah 120
atau diatas 160.
(b) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan pemeriksaan


dalam dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah.
Catat semua temuan-temuan dalam kotak yang sesuai dibawah
lajur DJJ. Gunakan lambang-lambang berikut ini:

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah).


J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.
M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur mekonium.
D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur
darah.
K : Selaput ketuban sudah pecah tapi air ketuban
tidak mengalir lagi
(c) Penyusupan (Molase) tulang kepala janin
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh
kepala bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras
(tulang) panggul ibu. Semakin besar derajat penyusupannya
atau tumbang tindih antara tulang kepala (CPD).
Ketidakmampuan untuk berakomodasi atau disporposi
ditunjukan melalui derajat penyusupan atau tumpang tindih
(molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup, sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan
disporposi kepala panggul maka penting untuk tetap
memantau kondisi janin serta kemajuan persalinan.
16

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan


antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang ada
dikotak yang sesuai dibawah lajur air ketuban. Gunakan
lambang-lambang berikut ini:
0: Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura
dengan mudah dapat dipalpasi.
1: Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
tetapi masih dapat dipiahkan.
3: Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih
dan tidak dapat (JNPK-KR, 2008).
BAB III
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Identitas

Nama : Ny.M Nama :Tn.A


Umur :25 thn Umur : 30 thn
Nikah / lamanya :1x / setahun Nikah/ lamanya :1x/setahun
Suku : Aceh Suku :Aceh
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :IRT Pekerjaan :Petani
Alamat : Kuala Jeumpa Alamat :Jumpa

2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur sejak 11.00 WIB tanggal
18-6-2012. Ibu mengatakan mengeluarkan lendir darah tanggal 18-6-
2012 jam 11.00 WIB dan ibu mengatakan mengeluarkan cairan tanggal
18-06-2012 pada jam 12.00 WIB
b. Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini perkawinan yang pertama. Menikah sejak usia
24 tahun.

19
c. Riwayat menstruasi
Ibu mengatakan menarche mulai usia 12 tahun siklus 30 hari, lama haid 5
hari, tidak mengalami disminore tidak ada fluor albus
HPHT : 1- 05 2019
HPL : 08-08-2019
Umur kehamilan 9 4 hari
10 4 minggu 3 hari
11 4 minggu 2 hari
12 4 minggu 3 hari
1 4 minggu 3 hari
2 4 minggu 1 hari
3 4 minggu 3 hari
4 4 minggu 2 hari
5 4 minggu 3 hari
6 2 minggu 4 hari
38 minggu
d. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan pernah menggunakan kontrasepsi pil sejak tahun
2004 dan berhenti pada tahun 2011 dengan alasan ingin memiliki anak.
e. Riwayat kesehatan
1) Kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kronis, akut
ataupun keturunan seperti jantung, DM, hipertensi, TBC, asma,
kanker
2) Kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah menderita penyakit
kronis, akut ataupun keturuna seperti jantung, DM, hipertensi, TBC,
asma, kanker.

34
f. Riwayat kehamilan sekarang
1) Ibu mengatakan ini kehamilan ke dua
2) Ibu melakukan ANC pertama kali dipuskesmas tanggal 10-05-2018 saat
uk 13 minggu
3) Frekuensi ANC : TM1 : tidak pernah
TM2 : 3 kali
TM 3 : 2 kali
4) Keluhan dalam kehamilan
TM1 : tidak ada
TM2 : pusing
TM 3 : pegel-pegel

g. Pola kebiasaan sehari-hari


1) Ibu mengatakan makan 3x sehari, jenis nasi, sayur, lauk. Porsi satu
piring dan tidak ada keluhan
2) Ibu mengatakan minum 7-8 gelas sehari. Jenis, air mineral, susu, teh.
Tidak ada keluhan
3) Eliminasi
BAB : ibu mengatakan BAB 1x sehari saat pagi, keluhan tidak ada
BAK : ibu mengatakan BAK 5-6x sehari
4) Istirahat terakhir
Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan malam 5-6 jam. keluhan ibu
sering susah istirahat karena sering kencing
5) Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali seharo, keramas 2 hari sekali
6) Pola aktifitas
Ibu mengatakan bekerja sebagai ibu rumah tangga, melakukan
pekerjaan rumah seperti mencuci, menyapu, memasak.

35
h. Keadaan psikososial ibu
1) Ibu mengatakan senang dengan kehamilan saat ini
2) Ibu mengatakan tidak takut menghadapi persalinan
3) Ibu mengatakan hubungannya dengan keluarga baik ditandai dengan
beberapa keluarga dan tetangga mengantar ibu ke bidan
4) Ibu mengatakan menjalankan ibadah sholat lima waktu karena
beragama islam

B. DATA OBYEKTIF
1. Keadaan Umum
KU : Baik Kesadaran : Komposmentis
TD : 120/80 N : 80 kali/menit
S : 36,5 R : 20 kali/menit
TB : 148 cm BB : 68 cm
LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : rambut hitam, tidak rontok, tidak ada pembekakan
abnormal ataupun luka.
2) Muka : tidak ada odem, tidak tampak pucat
3) Telingga : simetris, bersih, tidak ada seret
4) Mata :simetris, kojungtivamerah muda,seklera putih tidak
ada kelaianan
5) Hidung : bersih tidak ada polip
6) Mulut :bibir tidak kering, tidak ada sariawan,gigi tidak
berlubang dan bersih
7) Leher :tidak ada pembegkakan vena jugularis dan Kelenja limfe
8) Dada :simetris, puting susu menonjol, areola hitam,
tidak adapembekakan abdomen, sudah keluar kolestrum
9) Abdomen

36
Pembesaran perut memanjang, tempak linia nigra, tidak ada luka
bekas oprasi, tidak ada strie grafidarum, palpasi : TFU : 30cm. HIS : 3
kali dalam 10 menit selama 35 detik. TBJ (30-11) x 155 : 2945 gram.
Palpasi leopod:
Leopod I :teraba bulat, lunak tidak melenting disimpulkan
bokong, TFU palpasi: setinggi 3 jari dibawah Px.
Leopod II :keraba bagian perut ibu bagian kanan keraba
seperti papan panjang dan keras dan bagian kiri
perut ibu teraba kecil- kecil
Leopod III :bagian terendah janin teraba bulat keras disimpulka kepala
dan sudah tidak bisa digoyangkan
Leopod IV : tangan pemeriksa divergen (kepala sudah masuk panggul)
DJJ :150kali permenit pada pungtum maksimum
disebelah kanan bawah pusat

9). Genetalia :bersih tidak ada keputihan, tidak ada pembesaran abnormal
pada kelenjar bartolini, ataupun klitoristampak keluar
lendir darah Periksa dalam denganindikasi ketuban pecah
pada pukul 12.00 WIB, tujuan dilakukan pemeriksaan
dalam untuk mengetahui turunnya kepala, pembukaan,
dominator dan presentasi janin. Hasil dari periksa dalam
antara lain: vulva uretra tenanng, dinding vagina licin,
porsio tipis, pembukaan 5 cm, selaput ketuban tidak ada,
presentasi kepala, penurunan kepala di H2 tidak ada
bagian lain yangmenumbung, STLD positif, AK jernih.

10) .Ekstremitas :Atas dan bawah : normal, tidak ada kelainan bentuk
tulang,tida ada varises, kaki tidak ada odem
11) .Punggung : normal, tidak ada kelainan ulang belakang

37
II. INTERPRETASI MASALAH
A. Diagnosa kebidanan
G2P1A0Ah1umur 36 tahun UK 38 minggu denganKPSW, janin tunggal,
punggung kanan, presentasi kepala dan sudah masuk panggul dalam
persalinan kala I fase aktif.
B. Data Dasar
1. Data subjektif
a. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan berusia 36 tahun
b. Ibu mengatakan pernah melahirkana 1 kali dan hidup
c. Ibu mengatakan usia kehamilan sudah 38 minggu
d. Ibu mengatakan mules sejak pukul 09.00 WIB
e. Ibu mengatakan kencang-kencang teratur selama 5 menit sekali
f. Ibu mengatakan keluar lendir darah pada pukul 11.00 WIB
g. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir pada pukul 12.00 WIB
2. Data Objektif
Palpasi leopod :
leopod I : bokong
Leopod II : puka
Leopod III : kepala
Leopod IV : devergen dan sudah masuk PAP
DJJ : 150 kali per menit
Periksa dalam : vulva uretra tenang, dinding vagina licin, porsio
menipis, pembukaan 5 cm, selaput ketuban tidak
ada,presentasi belakang kepala, penurunan di H2,
tidak ada bagian yang menumbang, STLD positif,
AK jernih.
C. Masalah : tidak ada

38
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. PERENCANAAN
1. Jelaskan hasil pemeriksaan
2. Beri ibu makan dan minum
3. Anjurkan ibu miring ke kiri
4. Persiapkan alat persalinan
5. Observasi keadaan ibu dengan lembar patograf
6. Lakukan pemeriksaan setiap 30 menit untuk memantau DJJ, His, dan
nadi ibu kemudian pada 4 jam berikutnya pukul 16.30 WIB

V. PELAKSANAAN YANG MENYELURUH


1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu sudah masuk dalam
persalinan kala I fase aktif
2. Memberikan ibu makanana jenis nasi, sayuran, lauk, roti, dan minuman
teh haangat, air putih, susu pada ibu, menganjurkan ibu makan dan
minum
3. Mempersiapkan alat persalinan terdiri dari partes set, ember, handuk,
underpet, APD, kain
4. Menganjurkan ibu miring ke kiri
5. Mengobservasi, mencatat perkembangan kemajuan di lembar partograf
6. Melakukan pemeriksaan setiap 30 menit, untuk memantau DJJ, His dan
nadi ibu

VI. EVALUASI
1. Ibu mengerti dengan penjelsan bidan
2. Ibu telah mendapat nutrisi dari makan dan minum
3. Ibu telah berbaring miring ke kiri
4. Alat partes telah disiapkan
5. Kemajuan persalinan telah dicatat di lembar patograf

39
6. Tanggal 18-6-2012 dilakukan pemeriksaan dalam dilakukan pukul
14.30 WIB karena ibu merasa tidak tahan untuk meneran, ibu ingin
buang air besar. Hasil periksa dalam vulva uretra tenang, dinding
vagina licin, porsio tidak teraba, pembukaan 10 cm, selaput
ketuban tidak ada, presentasi belakang kepala, UUK jam 12,
molase tidak ada, penurunan kepala di H4, tidak ada bagian janin
yang menumbung, STLD positif.

40
PENDOKUMENTASIAN SOAP

S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng teratur dan mengeluarkan lendir darah

O : K/U : Baik

TTV : TD : 120/80 mmHg

N : 80 kali/menit

R : 20 kali/menit
S : 36,5 derajat celcuis

A : G2P1A0Ah1umur 36 tahun UK 38 minggu dengan janin tunggal,


presentasi belakang kepala

P :

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu sudah masuk


dalam persalinan kala I fase aktif
2. Memberikan ibu makanana jenis nasi, sayuran, lauk, roti, dan
minuman teh haangat, air putih, susu pada ibu, menganjurkan ibu
makan dan minum
3. Mempersiapkan alat persalinan terdiri dari partes set, ember, handuk,
underpet, APD, kain
4. Menganjurkan ibu miring ke kiri
5. Mengobservasi, mencatat perkembangan kemajuan di lembar
partograf
6. Melakukan pemeriksaan setiap 30 menit, untuk memantau DJJ, His
dan nadi ibu

41
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan merupakan proses alami yang akan berlangsung dengan


sendirinya, tetapi persalinan pada anusia setiap saat terancam dan
membahayakan ibu maupun janin. Sehingga persalinan memerlukan
pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas memadai.
Persalinan dibagi menjadi emat tahap penting dan kemungkinan penyulit
dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. (Manuaba, IG., 1999)
Managemen asuhan persalinan meliputi pendokumentasian dalam
bentuk varney dan soap serta pengisian partograf. Sebagai tenaga
kesehatan yang lebih banyak melakukan asuhan persalinan, bidan dituntut
pula mampu menerapkan dokumentasi asuhan kebidanan dan melakukan
pengisian partograf secara benar.

B. Saran

1. Institusi Pendidikan
Agar laporan ini dapat dipergunakan sebagai bahan bagi
pembelajaran.
2. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami mengenai
asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal berikut managemen dan
pengisian partograf.

42
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 2008. Asuhan kebidanan Ibu hamil. Jakarta : EGC.

Andriyani, A. 2014. Modul 3: Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin


Normal. Yogyakarta: Aditya Media

Depkes RI. 2002. Asuhan persalinan normal. Jakarta : Dinas Kesehatan.

Jannah, N. 2012. Buku asuhan kehamilan. Yogyakarta : Andi Media

JNPK-KR, Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Revisi, 2007

Kismoyo, C.P., dkk. 2014. Modul 2 Persalinan Normal: Persalinan Bagi Ibu dan
Bayi. Yogyakarta: Aditya Media

Kusuma, C.H. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Diktat Ajar. Universitas


Muhammadiyah Purwokerto.

Mochtar, R. 2002. Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC.

Varney, H. 2007. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta : EGC.

43

Anda mungkin juga menyukai