SAP
SAP
1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Inspeksi Visual Asam Asetat diharapkan
semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengerti apa itu
Inspeksi Visual Asam Asetat, serta mengerti apa manfaat dari Inspeksi
Visual Asam Asetat.
2. Tujuan Khusus
1. Semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengetahui tentang
IVA TEST?
2. Semua kalangan masyarakat dapat ikut serta dalam pemeriksaan Iva Test.
3. SUB TOPIK
Pengertian IVA
Keuntungan, Jadual dan syarat mengikuti IVA
Kategori IVA dan tempat pelayanan IVA
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
5. MEDIA
Leaflet
6. MATRIKS KEGIATAN
7. EVALUASI
Seluruh kalangan Pasangan Usia Subur dapat mengerti mengenai Inspeksi
Visual Asam Asetat serta seluruh beberapa Pasangan Usia Subur mengikuti
pemeriksaan Iva Test yang diadakan di Balai Desa Rombiya Barat pada
Hari Rabu, Tanggal 27 Februari 2019 dan juga berkolaborasi dengan
puskesmas.
MATERI
A. PENGERTIAN IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara
sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca
E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia,
2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat
mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions)
dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai
prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif
(negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97%
(Wijaya Delia, 2010). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining
alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah
untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat
serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah
serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada
serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai
normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk
dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang
diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan
3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
B. TUJUAN IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.
C. KEUNTUNGAN IVA
Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes
diagnosa lainnya adalah :
1. Mudah, praktis, mampu laksana
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhan
Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA
1. Kinerja tes sama dengan tes lain
2. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya
D. JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
E. SYARAT MENGIKUTI TEST IVA
1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
F. PELAKSANAAN SKRINING IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan
alat sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
G. CARA KERJA IVA
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan
dengkul ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan
dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril
basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah
warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah
transformasi bearti hasilnya negative.
H. KATEGORI IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
I. PENATALAKSANAAN IVA
1. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
2. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
3. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga
sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan
tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
4. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
J. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan
IVA diantaranya oleh :
1. Perawat terlatih
2. Bidan
3. Dokter Umum
4. Dokter Spesialis Obgyn
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelaja
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20
januari 2011)
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual
deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-
kanker-serviks.html. Diakses 20 Januari 2011 jam 09.13 wib)
Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
IMUNISASI
1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Imunisasi diharapkan semua
kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat mengerti apa itu
Imunisasi, serta mengerti apa manfaat dari Imunisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Semua kalangan Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
mengetahui tentang Imunisasi?
b. Semua kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap
3. SUB TOPIK
Pengertian Imunisasi
Tujuan Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi
Jadwal pemberian Imunisasi
Efek samping Imunisasi
Tempat memperoleh Imunisasi
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
8. MEDIA
Leaflet
9. MATRIKS KEGIATAN
10. EVALUASI
Seluruh kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita apat mengerti
mengenai Imunisasi serta seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita
dapat membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap.
MATERI
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan bibit penyakit yangtelah dilemahkan atau dilumpuhkan.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif
pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan).
B. Tujuan Pemberian Imunisasi
1. Daya tahan tubuh anak meningkat.
2. Pencegahan timbulnya penyakit pada anak, antara lain:
Penyakit TBC
Penyakit difteri
Penyakit tetanus
Penyakit pertusis
Penyakit meningitis
Penyakit polio
Penyakit campak
Penyakit hepatitis B
C. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan/pertahanan
aktif terhadap penyakit TBC. Jadwal pemberian imunisasi BCG
sebaiknya dilkukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan,
tetpai sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun. Imunisasi BCG
cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan
usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit BCG.
Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan
imunisasi
2. Imunisasi DPT
Tujuan pemberian imunisasi DPT adalah untuk memberikan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
Diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali,
sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu
3. Imunisasi Polio
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomiolitis. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian
imunisasi polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B,
dan DPT
4. Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Menurut WHO, imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena
angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, pemerintah
mencanangkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan,
yaitu antara usia 6-9bulan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap hepatitis B. Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
6. Imunisasi Hib
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap virus atau bacteri yang menyerang THT pada bayi atau balita
dengan cara pemberian suntikan 3 kali dengan jarak 1 bulan sekali.
D. Jadwal Pemberian Imunisasi
USIA IMUNISASI
< 24 jam HB0
1 bulan BCG, OPV 1
2 bulan DPT – HB – Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT – HB – Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT – HB – Hib 3, OPV 4, IPV
9 bulan Campak
Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta,
1988
penelitian mulai dari desain hingga analisis data (Hidayat, Aziz Alimul, A,
2007). Pada kerangka ini disajikan alur penelitian seperti gambar dibawah ini:
minggu
Neonatus, dan KB
Penyajian Hasil
1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
diharapkan semua kalangan masyarakat dapat mengerti apa itu Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat, serta mengerti apa manfaat dari Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Semua kalangan masyarakat dapat mengetahui bagaimana caranya
untuk melakukan PHBS?
b. Semua kalangan masyarakat dapat melakukan PHBS.
3. SUB TOPIK
Pengertian Perilaku Hidup bersih Dan Sehat.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga
Apa manfaat ruma tangga ber PHBS ?
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
5. MEDIA
Leaflet
6. MATRIKS KEGIATAN
3. TUJUAN
3. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Inspeksi Visual Asam Asetat diharapkan
semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengerti apa itu
Inspeksi Visual Asam Asetat, serta mengerti apa manfaat dari Inspeksi
Visual Asam Asetat.
4. Tujuan Khusus
11. Semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengetahui tentang
IVA TEST?
12. Semua kalangan masyarakat dapat ikut serta dalam pemeriksaan Iva Test.
13. SUB TOPIK
Pengertian IVA
Keuntungan, Jadual dan syarat mengikuti IVA
Kategori IVA dan tempat pelayanan IVA
14. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
15. MEDIA
Leaflet
16. MATRIKS KEGIATAN
17. EVALUASI
Seluruh kalangan Pasangan Usia Subur dapat mengerti mengenai Inspeksi
Visual Asam Asetat serta seluruh beberapa Pasangan Usia Subur mengikuti
pemeriksaan Iva Test yang diadakan di Balai Desa Rombiya Barat pada
Hari Rabu, Tanggal 27 Februari 2019 dan juga berkolaborasi dengan
puskesmas.
MATERI
K. PENGERTIAN IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara
sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca
E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia,
2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat
mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions)
dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai
prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif
(negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97%
(Wijaya Delia, 2010). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining
alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah
untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat
serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah
serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada
serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai
normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk
dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang
diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan
3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
L. TUJUAN IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.
M. KEUNTUNGAN IVA
Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes
diagnosa lainnya adalah :
5. Mudah, praktis, mampu laksana
6. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
7. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
8. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhan
Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA
3. Kinerja tes sama dengan tes lain
4. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya
N. JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
7. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
8. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
9. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
10. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
11. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
12. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
O. SYARAT MENGIKUTI TEST IVA
5. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
6. Tidak sedang datang bulan/haid
7. Tidak sedang hamil
8. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
P. PELAKSANAAN SKRINING IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan
alat sebagai berikut:
8. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
9. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
10. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
11. Spekulum vagina
12. Asam asetat (3-5%)
13. Swab-lidi berkapas
14. Sarung tangan
Q. CARA KERJA IVA
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan
dengkul ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan
dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril
basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah
warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah
transformasi bearti hasilnya negative.
R. KATEGORI IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
5. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
6. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
7. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
8. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
S. PENATALAKSANAAN IVA
5. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
6. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
7. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga
sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan
tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
8. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
T. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan
IVA diantaranya oleh :
5. Perawat terlatih
6. Bidan
7. Dokter Umum
8. Dokter Spesialis Obgyn
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelaja
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20
januari 2011)
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual
deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-
kanker-serviks.html. Diakses 20 Januari 2011 jam 09.13 wib)
Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
IMUNISASI
1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Imunisasi diharapkan semua
kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat mengerti apa itu
Imunisasi, serta mengerti apa manfaat dari Imunisasi.
2. Tujuan Khusus
c. Semua kalangan Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
mengetahui tentang Imunisasi?
d. Semua kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap
3. SUB TOPIK
Pengertian Imunisasi
Tujuan Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi
Jadwal pemberian Imunisasi
Efek samping Imunisasi
Tempat memperoleh Imunisasi
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
18. MEDIA
Leaflet
19. MATRIKS KEGIATAN
20. EVALUASI
Seluruh kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita apat mengerti
mengenai Imunisasi serta seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita
dapat membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap.
MATERI
G. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan bibit penyakit yangtelah dilemahkan atau dilumpuhkan.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif
pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan).
H. Tujuan Pemberian Imunisasi
1. Daya tahan tubuh anak meningkat.
2. Pencegahan timbulnya penyakit pada anak, antara lain:
Penyakit TBC
Penyakit difteri
Penyakit tetanus
Penyakit pertusis
Penyakit meningitis
Penyakit polio
Penyakit campak
Penyakit hepatitis B
I. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan/pertahanan
aktif terhadap penyakit TBC. Jadwal pemberian imunisasi BCG
sebaiknya dilkukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan,
tetpai sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun. Imunisasi BCG
cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan
usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit BCG.
Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan
imunisasi
2. Imunisasi DPT
Tujuan pemberian imunisasi DPT adalah untuk memberikan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
Diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali,
sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu
3. Imunisasi Polio
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomiolitis. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian
imunisasi polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B,
dan DPT
4. Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Menurut WHO, imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena
angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, pemerintah
mencanangkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan,
yaitu antara usia 6-9bulan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap hepatitis B. Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
6. Imunisasi Hib
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap virus atau bacteri yang menyerang THT pada bayi atau balita
dengan cara pemberian suntikan 3 kali dengan jarak 1 bulan sekali.
J. Jadwal Pemberian Imunisasi
USIA IMUNISASI
< 24 jam HB0
1 bulan BCG, OPV 1
2 bulan DPT – HB – Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT – HB – Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT – HB – Hib 3, OPV 4, IPV
9 bulan Campak
Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta,
1988