Anda di halaman 1dari 41

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA TEST)

Cabang Ilmu : D3 Kebidanan


Topik : Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA TEST)
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2019
Tempat : Yayasan Sumber Mas
Waktu Pelaksanaan : 13.00 WIB
Waktu Acara : 20 menit
Pembicara : R. Siti Aisyah
Peserta / Sasaran : Ibu-ibu Arisan
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir

1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Inspeksi Visual Asam Asetat diharapkan
semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengerti apa itu
Inspeksi Visual Asam Asetat, serta mengerti apa manfaat dari Inspeksi
Visual Asam Asetat.
2. Tujuan Khusus
1. Semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengetahui tentang
IVA TEST?
2. Semua kalangan masyarakat dapat ikut serta dalam pemeriksaan Iva Test.
3. SUB TOPIK
Pengertian IVA
Keuntungan, Jadual dan syarat mengikuti IVA
Kategori IVA dan tempat pelayanan IVA
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
5. MEDIA
Leaflet
6. MATRIKS KEGIATAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 15 menit Penjelasan materi Iva Test

3 Evaluasi 5 menit Tanya jawab

4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

7. EVALUASI
Seluruh kalangan Pasangan Usia Subur dapat mengerti mengenai Inspeksi
Visual Asam Asetat serta seluruh beberapa Pasangan Usia Subur mengikuti
pemeriksaan Iva Test yang diadakan di Balai Desa Rombiya Barat pada
Hari Rabu, Tanggal 27 Februari 2019 dan juga berkolaborasi dengan
puskesmas.
MATERI

A. PENGERTIAN IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara
sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca
E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia,
2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat
mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions)
dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai
prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif
(negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97%
(Wijaya Delia, 2010). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining
alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah
untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat
serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah
serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada
serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai
normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk
dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang
diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan
3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
B. TUJUAN IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.
C. KEUNTUNGAN IVA
Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes
diagnosa lainnya adalah :
1. Mudah, praktis, mampu laksana
2. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
4. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhan
Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA
1. Kinerja tes sama dengan tes lain
2. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya
D. JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
E. SYARAT MENGIKUTI TEST IVA
1. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2. Tidak sedang datang bulan/haid
3. Tidak sedang hamil
4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
F. PELAKSANAAN SKRINING IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan
alat sebagai berikut:
1. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
2. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
3. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4. Spekulum vagina
5. Asam asetat (3-5%)
6. Swab-lidi berkapas
7. Sarung tangan
G. CARA KERJA IVA
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan
dengkul ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan
dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril
basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah
warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah
transformasi bearti hasilnya negative.
H. KATEGORI IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
2. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
3. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
4. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
I. PENATALAKSANAAN IVA
1. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
2. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
3. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga
sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan
tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
4. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
J. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan
IVA diantaranya oleh :
1. Perawat terlatih
2. Bidan
3. Dokter Umum
4. Dokter Spesialis Obgyn
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelaja
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20
januari 2011)
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual
deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-
kanker-serviks.html. Diakses 20 Januari 2011 jam 09.13 wib)
Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
IMUNISASI

Cabang Ilmu : D3 Kebidanan


Topik : Imunisasi
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2019
Tempat : Yayasan Sumber Mas
Waktu Pelaksanaan : 13.45 WIB
Waktu Acara : 20 menit
Pembicara : R. Siti Aisyah
Peserta / Sasaran : Ibu-ibu Arisan
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir

1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Imunisasi diharapkan semua
kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat mengerti apa itu
Imunisasi, serta mengerti apa manfaat dari Imunisasi.
2. Tujuan Khusus
a. Semua kalangan Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
mengetahui tentang Imunisasi?
b. Semua kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap
3. SUB TOPIK
Pengertian Imunisasi
Tujuan Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi
Jadwal pemberian Imunisasi
Efek samping Imunisasi
Tempat memperoleh Imunisasi
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
8. MEDIA
Leaflet
9. MATRIKS KEGIATAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 15 menit Penjelasan materi Iva Test

3 Evaluasi 5 menit Tanya jawab

4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

10. EVALUASI
Seluruh kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita apat mengerti
mengenai Imunisasi serta seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita
dapat membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap.
MATERI

A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan bibit penyakit yangtelah dilemahkan atau dilumpuhkan.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif
pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan).
B. Tujuan Pemberian Imunisasi
1. Daya tahan tubuh anak meningkat.
2. Pencegahan timbulnya penyakit pada anak, antara lain:
 Penyakit TBC
 Penyakit difteri
 Penyakit tetanus
 Penyakit pertusis
 Penyakit meningitis
 Penyakit polio
 Penyakit campak
 Penyakit hepatitis B
C. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan/pertahanan
aktif terhadap penyakit TBC. Jadwal pemberian imunisasi BCG
sebaiknya dilkukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan,
tetpai sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun. Imunisasi BCG
cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan
usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit BCG.
Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan
imunisasi
2. Imunisasi DPT
Tujuan pemberian imunisasi DPT adalah untuk memberikan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
Diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali,
sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu
3. Imunisasi Polio
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomiolitis. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian
imunisasi polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B,
dan DPT
4. Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Menurut WHO, imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena
angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, pemerintah
mencanangkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan,
yaitu antara usia 6-9bulan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap hepatitis B. Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
6. Imunisasi Hib
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap virus atau bacteri yang menyerang THT pada bayi atau balita
dengan cara pemberian suntikan 3 kali dengan jarak 1 bulan sekali.
D. Jadwal Pemberian Imunisasi
USIA IMUNISASI
< 24 jam HB0
1 bulan BCG, OPV 1
2 bulan DPT – HB – Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT – HB – Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT – HB – Hib 3, OPV 4, IPV
9 bulan Campak

E. Efek Samping Imunissasi


1. BCG
Reaksi yang mungkin timbul pada pemberian imunisasi BCG
adalah kadang bernanah, tetapi akan sembuh dengan sendirinya
walaupun lambat. Biasanya suntikan BCG tidamenimbulkan panas.
2. DPT
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
3. POLIO
Reaksi yang timbul tidak ada, mungkin akan terdapat berak-berak
ringan. Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah,
imunisasi polio dapat ditangguhkan.
4. CAMPAK
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi
demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
5. HIB
Biasanya reaksi alami yang ditimbulkan dari selesai penyuntikkan
vaksin Hib, bayi atau anak akan mengalami nyeri dan bengkak pada
daerah suntikkan. Ini akan hilang dengan sendirinya, tapi jika ibu
sangat panik bisa berika kompres hangat pada daerah bekas suntikkan
tersebut untuk mengurangi nyeri pada bayi dan anak.
6. HEPATITIS B
Reaksi yang mungkin terjadi adalah berupa nyeri pada tempat
suntikan, yang mungkin di sertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam 2 hari. 6.
F. Tempat Memperoleh Imunisasi
1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. Rumah bersalin
4. Posyandu
5. Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak)
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan


Petugas Imunisasi, Jakarta, (1985).

Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam


Rangka Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
1988.

Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta,
1988
penelitian mulai dari desain hingga analisis data (Hidayat, Aziz Alimul, A,

2007). Pada kerangka ini disajikan alur penelitian seperti gambar dibawah ini:

Responden : Ny. “X” usia 21 tahun GIP00000 Usia kehamilan 39

minggu

Variabel penelitian terdiri dari : Kehamilan, Persalinan, Nifas,

Neonatus, dan KB

Analisa Data : Wawancara, Observasi, dan Pemeriksaan Fisik

Pengolahan Data : Dokumentasi

Penyajian Hasil

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 : Kerangka Kerja (Frame Work) Asuhan Kebidanan

Komprehensif kehamilan, persalinan, nifas, bbl, dan kb pada Ny. ” X” di

wilayah kerja BPS Indri Ari, Amd.Keb.


SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

Cabang Ilmu : D3 Kebidanan


Topik : Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2019
Tempat : Dusun Rombiya
Waktu Pelaksanaan : 15.30 WIB
Waktu Acara : 20 menit
Pembicara : R. Siti Aisyah
Peserta / Sasaran : Warga Dusun Rombiya
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir

1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
diharapkan semua kalangan masyarakat dapat mengerti apa itu Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat, serta mengerti apa manfaat dari Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Semua kalangan masyarakat dapat mengetahui bagaimana caranya
untuk melakukan PHBS?
b. Semua kalangan masyarakat dapat melakukan PHBS.
3. SUB TOPIK
Pengertian Perilaku Hidup bersih Dan Sehat.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga
Apa manfaat ruma tangga ber PHBS ?
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
5. MEDIA
Leaflet
6. MATRIKS KEGIATAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 15 menit Penjelasan materi PHBS

3 Evaluasi 5 menit Tanya jawab

4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup


7. EVALUASI
Seluruh kalangan masyarakat dapat mengerti mengenai Perilaku
Hidup Bersih Dan Sehat serta seluruh kalangan masyarakat dapat
menerapkan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari.
MATERI
1. Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
PHBS adalah semua perilaku yang dilakukan atas kesadaran,
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di
bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan
dimasyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dirumah Tangga.
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan
anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat.
Rumah tangga Ber-PHBS adalah rumah tangga yang melakukan 10
PHBS di rumah tangga yaitu :
1. Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan.
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
(bidan, dokter, dan tenaga para medis lainnya).
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam
membantu persalinan, sehingga keselamatan ibid an bayi lebih
terjamin. Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera
ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Persalinan
yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi asi ekslusif.
Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan
tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan
alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik. Air Susu ibu pertama berupa cairan
bening berwarna kekuningan (kolostrum), sangat baik untuk bayi
karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakitApa manfaat
memberikan ASI?
Bagi ibu:
1. Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
2. Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
3. Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
4. Menunda kehamilan berikutnya.
5. Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Bagi bayi:
1. Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
2. Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
1. Praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian
susu formula dan perlengkapannya.
2. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu
formula misalnya merebus air dan perlengkapannya.
3. Menimbang balita setiap bulan.
1. Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan?
Penimbangan balita di maksudkan untuk memantau
pertumbuhannya setiap bulan.
2. Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan?
Penimbangan balita di lakukan setiap bulan mulai dari umur 1
tahun sampai 5 tahun diposyandu.
3. Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan
balita?
Setelah balita ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya
naik atau tidak naik (lihat perkembangannya)
4. Menggunakan air bersih.
1. Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan
dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak,
mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur,
mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena penyakit
atau terhindar sakit.
2. Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat
dibedakan melalui indra kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa,
dicium, dan diraba):Air harus berwarna bening/jernih.
 Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur,
sampah, busa dan kotoran lainnya.
 Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak
payau, dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia
beracun.
 Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau
belerang.
3. Apa manfaat menggunakan air bersih?
Terhindar dari gangguan penyakit seperti Diare, Kolera, Disentri,
Thypus, Kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan.
Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
4. Di mana dapat memperoleh sumber air bersih?
 Mata air
 Air sumur atau air sumur pompa
 Air ledeng atau perusahaan air minum
 Air hujan
 Air dalam kemasan
5. Mengapa air bersih harus dimasak mendidih bila ingin diminum?
Meski terlihat bersih, air belum tentu bebas kuman penyakit.
kuman penyakit dalam air mati pada suhu 100 derajat C (saat
mendidih).
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun.
1. Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih
dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri
penyebab penyakit. Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan.
Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk ke dalam tubuh,
yang bisa menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan
kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan
kuman masih tertinggal di tangan.
2. Kapan saja harus mencuci tangan?
 Setiap kali tangan kita kotor (setelah; memegang uang,
memegang binatang, berkebun, dll).
 Setelah buang air besar
 Setelah menceboki bayi atau anak
 Sebelum makan dan menyuapi anak
 Sebelum memegang makanan
 Sebelum menyusui bayi
3. Apa manfaat mencuci tangan?
Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan
Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Kolera Disentri,
Typus, kecacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (ISPA), Flu burung atau SevereAcuteRespiratorySyndrome
(SARS).
Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman.
4. Bagaimana cara mencuci tangan yang benar?
Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun.
Bersihkan telapak, pergelangan tangan, sela-sela jari dan punggung
tangan.
Setelah itu keringkan dengan lap bersih.
6. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas
pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau
tempat duduk dengan leher angsa (cemplung) yang dilengkapi
dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya.
1. Siapa yang diharapkan menggunakan jamban?
Setiap anggota rumah tangga harus menggunakan jamban untuk
buang air besar/buang air kecil.
2. Mengapa harus menggunakan jamban?
Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.Tidak
mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat
menjadi penular penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus,
kecacingan, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit, dan
keracunan.
3. Apa saja syarat jamban sehat?
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air
minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)
Tidak berbau.
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
Tidak mencemari tanah sekitarnya.
mudah dibersihkan dan aman digunakan.
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Penerangan dan ventilasi yang cukup.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
4. Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam
keadaan bersih.
Di dalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
Tidak ada serangga,(kecoa,lalat,) dan tikus yang berkeliaran.
Tersedia alat pembersih (sabun, sikat, dan air bersih).
Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu.
1. Apa itu rumah bebas jentik?
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan
pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
2. Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)
Adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk
(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti
bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah
seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon,
pagar bambu, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam
seminggu.
3. Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
 Anggota rumah tangga
 Kader
 Juru pemantau jentik (Jumatik)
 Tenga pemeriksa jentik lainnya.
4. Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara :3 M
plus (Menguras, Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan
nyamuk).
PSN merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan
kepompong nyamuk penular berbagai penyakit seperti Demam
Berdarah Dengue, Chikungunya, Malaria, Filariasis (kaki gajah) di
tempat-tempat perkembangannya.
3 M Plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN
yaitu:Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air
seperti bak mandi, tatakan kulkas, tatakan pot kembang dan tempat
air minum burung.Menutup rapat-rapat tempat penampungan air
seperti lubang bak control, lubang pohon, lekukan-lekukan yang
dapat menampung air hujan.Mengubur ataumenyingkirkan barang-
barang bekas yang dapat menampung air seperti ban bekas, kaleng
bekas, plastik-plastik yang dibuang sembarangan (bekas
botol/gelas akua, plastik kresek, dll).Plus Menghindari gigitan
nyamuk, yaitu:Menggunakan kelambu ketika tidur.Memakai obat
yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya obat nyamuk ;
bakar, semprot, oles/usap ke kulit, dll.Menghindari kebiasaan
menggantung pakaian didalam kamar.Mengupayakan pencahayaan
dan ventilasi yang memadai. Memperbaiki saluran talang air yang
rusak. Menaburkan larvasida (bubuk pembunuh jentik) di tempat-
tempat yang sulit dikuras misalnya di talang air atau di daerah sulit
air.Memilihara ikan pemakan jentik di kolam/bak penampung air,
misalnya ikan cupang, ikan nila, dll.Menanam tumbuhan pengusir
nyamuk misalnya, Zodia,Lavender,Rosemerry, dll.
5. Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit
dengan perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
Kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit semakin besar
seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, Cikungunya
atau kaki gajah.
Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
1. Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah.
Setiap anggota rumah tangga mengkonsunsi minimal 3 porsi buah
dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
2. Mengapa kita harus makan sayuran dan buah?
Makan sayur dan buah setiap hari sangat penting,
karena:Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur
pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh.Mengandung serat yang
tinggi. Serat adalah makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
yang sangat berfungsi untuk memelihara usus. Serata tidak dapat
dicerna oleh pencernaan sehingga serat tidak menghasilkan tenaga
dan dibuang melalui tinja. Serat tidak untuk mengenyangkan tetapi
dapat menunda pengosongan lambung sehingga orang menjadi
tidak cepat lapar.
3. Manfaat mengkonsumsi buah dan sayur ?
Mencegah Diabetes, Melancarkan buang air besar, Menurunkan
berat badan, Membantu proses pembersihan racun (detoksifikasi),
Mencegah kanker, Memperindah kulit, rambut dan kuku,
Membantu mengatasi Anemia (kurang darah), Membantu
perkembangan bakteri yang baik dalam usus.
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari.
Aktifitas fisik bisa berupa :
1. Olah raga
2. Jalan santai
3. Maraton
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Karena didalam rokok terdapat zat-zat kimia yang berbahaya bagi
tubuh, seperti Tar dan Nicotin. Sehingga jika terhirup dapat
menimbulakan kanker dan penyakit lainnya.
3. Apa manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS?
1. Bagi Rumah Tangga :Setiap anggota keluarga menjadi sehat
dan tidak mudah sakit, Anak tumbuh sehat dan cerdas, Anggota
keluarga giat bekerja, Pengeluaran biaya rumah tangga dapat
ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga, pendidikan dan
modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.
2. Bagi Masyarakat:Masyarakat mampu mengupayakan
lingkungan sehat, Masyarakat mampu mencegah dan
menanggulangi masalah –masalah kesehatan, Masyarakat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, Masyarakat
mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin,
arisan jamban, ambulans desa dan lain-lain.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
INSPEKSI VISUAL DENGAN ASAM ASETAT (IVA TEST)

Cabang Ilmu : D3 Kebidanan


Topik : Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA TEST)
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2019
Tempat : Yayasan Sumber Mas
Waktu Pelaksanaan : 13.00 WIB
Waktu Acara : 20 menit
Pembicara : Titin Syahadatina
Peserta / Sasaran : Ibu-ibu Arisan
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir

3. TUJUAN
3. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Inspeksi Visual Asam Asetat diharapkan
semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengerti apa itu
Inspeksi Visual Asam Asetat, serta mengerti apa manfaat dari Inspeksi
Visual Asam Asetat.
4. Tujuan Khusus
11. Semua kalangan Pasangan Usia Subur (PUS) dapat mengetahui tentang
IVA TEST?
12. Semua kalangan masyarakat dapat ikut serta dalam pemeriksaan Iva Test.
13. SUB TOPIK
Pengertian IVA
Keuntungan, Jadual dan syarat mengikuti IVA
Kategori IVA dan tempat pelayanan IVA
14. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
15. MEDIA
Leaflet
16. MATRIKS KEGIATAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 15 menit Penjelasan materi Iva Test

3 Evaluasi 5 menit Tanya jawab

4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

17. EVALUASI
Seluruh kalangan Pasangan Usia Subur dapat mengerti mengenai Inspeksi
Visual Asam Asetat serta seluruh beberapa Pasangan Usia Subur mengikuti
pemeriksaan Iva Test yang diadakan di Balai Desa Rombiya Barat pada
Hari Rabu, Tanggal 27 Februari 2019 dan juga berkolaborasi dengan
puskesmas.
MATERI

K. PENGERTIAN IVA
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara
sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca
E. Bertiani, 2009). IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks)
dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia,
2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat
mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions)
dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai
prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif
(negative predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97%
(Wijaya Delia, 2010). Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining
alternatife dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah
untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan oleh
tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat
serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah
serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada
serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai
normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk
dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. Serviks yang
diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan
3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah
homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
L. TUJUAN IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan
pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui
kelainan yang terjadi pada leher rahim.
M. KEUNTUNGAN IVA
Menurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes
diagnosa lainnya adalah :
5. Mudah, praktis, mampu laksana
6. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan
7. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana
8. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhan
Menurut (Emilia. 2010 :53) keuntungan IVA
3. Kinerja tes sama dengan tes lain
4. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya
N. JADWAL IVA
Program Skrining Oleh WHO :
7. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
8. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-
55 tahun
9. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55
tahun (Nugroho Taufan, dr. 2010:66)
10. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada
wanita usia 25-60 tahun.
11. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur
hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.
12. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+)
adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
O. SYARAT MENGIKUTI TEST IVA
5. Sudah pernah melakukan hubungan seksual
6. Tidak sedang datang bulan/haid
7. Tidak sedang hamil
8. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
P. PELAKSANAAN SKRINING IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan
alat sebagai berikut:
8. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
9. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada
posisi litotomi.
10. Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
11. Spekulum vagina
12. Asam asetat (3-5%)
13. Swab-lidi berkapas
14. Sarung tangan
Q. CARA KERJA IVA
1. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan
mengenai prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan
sangat penting dalam pemeriksaan ini.
2. Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan
dengkul ditekuk dan kaki melebar).
3. Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.
4. Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air hangat dan
dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk
melihat leher rahim.
5. Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril
basah untuk menyerapnya.
6. Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit,
reaksinya pada leher rahim sudah dapat dilihat.
7. Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-putihan,
kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi
menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah
warna menjadi putih.
8. Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah
transformasi bearti hasilnya negative.
R. KATEGORI IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
5. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
6. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks).
7. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).
Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker
serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
8. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan
temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi
penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih
pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
S. PENATALAKSANAAN IVA
5. Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung
leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%,
jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil
pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim
berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka
dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
6. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa
langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang
menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya
lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode
diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit
tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian,
bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker
stadium lanjut.
7. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga
sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan
tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010)
8. Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang
terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah
muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut
baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan
dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi
berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.
T. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan
IVA diantaranya oleh :
5. Perawat terlatih
6. Bidan
7. Dokter Umum
8. Dokter Spesialis Obgyn
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Azwar. 2007. Perilaku dan Sikap Manusia. Bandung : ALFABETA
Azwar. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
Pelaja
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Febri. 2010. Kesehatan Reproduksi. (http://bidanshop.blogspot.com. Diakses 20
januari 2011)
Melianti Mira. 2011. Skining Kanker Serviks dengan Metode Inspeksi Visual
deang Asam Asetat (IVA) test. (http://stikesdhb.ac.id/kebidanan/91-skrining-
kanker-serviks.html. Diakses 20 Januari 2011 jam 09.13 wib)
Kartono. 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : EGC
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
IMUNISASI

Cabang Ilmu : D3 Kebidanan


Topik : Imunisasi
Hari / Tanggal : Sabtu, 03 Maret 2019
Tempat : Yayasan Sumber Mas
Waktu Pelaksanaan : 13.45 WIB
Waktu Acara : 20 menit
Pembicara : Titin Syahadatina
Peserta / Sasaran : Ibu-ibu Arisan
Metode : Ceramah, Tanya Jawab
Media : Leaflet
Materi : Terlampir

1. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Diadakannya penyuluhan berupa Imunisasi diharapkan semua
kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat mengerti apa itu
Imunisasi, serta mengerti apa manfaat dari Imunisasi.
2. Tujuan Khusus
c. Semua kalangan Ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
mengetahui tentang Imunisasi?
d. Semua kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dapat
membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap
3. SUB TOPIK
Pengertian Imunisasi
Tujuan Pemberian Imunisasi
Jenis Imunisasi
Jadwal pemberian Imunisasi
Efek samping Imunisasi
Tempat memperoleh Imunisasi
4. METODA PENYAMPAIAN
Ceramah tanya jawab
18. MEDIA
Leaflet
19. MATRIKS KEGIATAN

No Jenis kegiatan Waktu Materi

1 Pembukaan 2 menit Perkenalan

2 Proses 15 menit Penjelasan materi Iva Test

3 Evaluasi 5 menit Tanya jawab

4 Penutup 3 menit Kesimpulan,salam penutup

20. EVALUASI
Seluruh kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita apat mengerti
mengenai Imunisasi serta seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita
dapat membawa anak-anaknya untuk imunisasi lengkap.
MATERI

G. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Memberikan kekebalan tubuh dengan cara
memasukkan bibit penyakit yangtelah dilemahkan atau dilumpuhkan.
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan secara aktif
pada bayi atau anak terhadap penyakit tertentu, dengan memasukkan
vaksin (bibit penyakit yang telah dimatikan/dilemahkan).
H. Tujuan Pemberian Imunisasi
1. Daya tahan tubuh anak meningkat.
2. Pencegahan timbulnya penyakit pada anak, antara lain:
 Penyakit TBC
 Penyakit difteri
 Penyakit tetanus
 Penyakit pertusis
 Penyakit meningitis
 Penyakit polio
 Penyakit campak
 Penyakit hepatitis B
I. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG bertujuan untuk memberikan kekebalan/pertahanan
aktif terhadap penyakit TBC. Jadwal pemberian imunisasi BCG
sebaiknya dilkukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 12 bulan,
tetpai sebaiknya diberikan pada umur 0-2 tahun. Imunisasi BCG
cukup diberikan 1 kali saja. Pada anak yang akan diimunisasi dengan
usia lebih dari 2 bulan, harus dilakukan Montaux test dulu. Gunanya
untuk mengetahui apakah ia telah terjangkit penyakit BCG.
Seandainya hasil positif, anak tersebut selayaknya tidak mendapatkan
imunisasi
2. Imunisasi DPT
Tujuan pemberian imunisasi DPT adalah untuk memberikan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit
Diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT dapat diberikan 3 kali,
sejak bayi berumur 2 bulan dengan selang waktu antara dua
penyuntikan minimal 4 minggu
3. Imunisasi Polio
Vaksinasi diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomiolitis. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir
atau berumur beberapa hari, selanjutnya setiap 4-6 minggu. Pemberian
imunisasi polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, Hepatitis B,
dan DPT
4. Imunisasi Campak
Imunisasi diberikan untuk mendapat kekebalan terhadap penyakit
campak secara aktif. Menurut WHO, imunisasi campak cukup
diberikan 1 kali suntikan setelah bayi berumur 9 bulan, tetapi karena
angka kesakitan campak di Indonesia masih tinggi, pemerintah
mencanangkan pemberian imunisasi campak sebelum usia 9 bulan,
yaitu antara usia 6-9bulan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap hepatitis B. Imunisasi aktif dilakukan dengan cara pemberian
suntikan dasar sebanayk 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara
suntikan 1 dan 2, dan lima bulan antara suntikan 2 dan 3.
6. Imunisasi Hib
Pemberian vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan
terhadap virus atau bacteri yang menyerang THT pada bayi atau balita
dengan cara pemberian suntikan 3 kali dengan jarak 1 bulan sekali.
J. Jadwal Pemberian Imunisasi
USIA IMUNISASI
< 24 jam HB0
1 bulan BCG, OPV 1
2 bulan DPT – HB – Hib 1, OPV 2
3 bulan DPT – HB – Hib 2, OPV 3
4 bulan DPT – HB – Hib 3, OPV 4, IPV
9 bulan Campak

K. Efek Samping Imunissasi


1. BCG
Reaksi yang mungkin timbul pada pemberian imunisasi BCG
adalah kadang bernanah, tetapi akan sembuh dengan sendirinya
walaupun lambat. Biasanya suntikan BCG tidamenimbulkan panas.
2. DPT
Reaksi yang mungkin terjadi biasanya demam ringan,
pembengkakan dan rasa nyeri di tempat suntikan selama 1-2 hari.
3. POLIO
Reaksi yang timbul tidak ada, mungkin akan terdapat berak-berak
ringan. Pada anak dengan diare berat atau sedang sakit parah,
imunisasi polio dapat ditangguhkan.
4. CAMPAK
Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi. Mungkin terjadi
demam ringan dan tampak sedikit bercak merah pada pipi di bawah
telinga pada hari ke 7-8 setelah penyuntikan.
5. HIB
Biasanya reaksi alami yang ditimbulkan dari selesai penyuntikkan
vaksin Hib, bayi atau anak akan mengalami nyeri dan bengkak pada
daerah suntikkan. Ini akan hilang dengan sendirinya, tapi jika ibu
sangat panik bisa berika kompres hangat pada daerah bekas suntikkan
tersebut untuk mengurangi nyeri pada bayi dan anak.
6. HEPATITIS B
Reaksi yang mungkin terjadi adalah berupa nyeri pada tempat
suntikan, yang mungkin di sertai dengan timbulnya rasa panas atau
pembengkakan. Reaksi ini akan menghilang dalam 2 hari. 6.
L. Tempat Memperoleh Imunisasi
1. Rumah sakit
2. Puskesmas
3. Rumah bersalin
4. Posyandu
5. Praktek Dokter Swasta (terutama dokter spesialis anak)
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal PPM dan PLP, Pelaksanaan Imunisasi Modul Latihan


Petugas Imunisasi, Jakarta, (1985).

Departemen Kesehatan, Bercakap Dengan Ibu-Ibu-Petunjuk Bagi Kader Dalam


Rangka Promosi Posyandu, Pusat Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Jakarta,
1988.

Tim Pengelola UPGK Tk. Pusat, Buku petunjuk Untuk Latihan Kader, Jakarta,
1988

Anda mungkin juga menyukai