Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
secara ideal akan meringkaskan data diagnostik yang kita peroleh sehingga memudahkan
sistem klasifikasi pertama yang diterima secara umum dan lazim dipakai sampai
ciri- ciri yang sama, maka suatu sistem klasifikasi dibutuhkan untuk memudahkan
Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi
terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang
meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusif, malposisi
Klasifikasi yang umum dipakai dalam bidang ortodonti yaitu klasifikasi yang
1
menyangkut rahang (klasifikasi Skeletal), dan klasifikasi yang menyangkut jaringan
Menurut Proffit, et.al., (2007), klasifikasi maloklusi Angle terdiri dari yaitu kelas
I, kelas II dan kelas III. Perawatan kelas I Angle berbeda-beda tergantung pada kelainan
Yang dibahas pada makalah ini yaitu Perawatan Maloklusi Kelas I Angle tipe 2.
2
BAB II
ciri yang sama, maka suatu sistem klasifikasi dibutuhkan untuk memudahkan
Menurut Van der Linden (1987), kegunaan klasifikasi adalah untuk alasan
praktis sehingga dapat menjelaskan anomali apa yang ditemukan. Klasifikasi harus
patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit, et.al., 2007).
Maloklusi adalah merupakan suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal
gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahang
konsep dari oklusi normal. Oklusi normal adalah relasi molar kelas I, gigi terletak dalam
3
Sistem klasifikasi yang umum dipakai di bidang ortodonti, yaitu :
1. Klasifikasi Angle
2. Klasifikasi Dental
3. Klasifikasi Simon
Klasifikasi Skeletal
pertama yang diterima secara umum dan lazim dipakai sampai sekarang. Angle
menyeragamkan pembahasan.
1. Oklusi Normal :
Hubungan gigi molar pertama rahang atas dan molar pertama rahang bawah
yaitu puncak bonjol mesio bukal gigi molar pertama rahang atas terletak pada
bukal grove gigi molar pertama rahang bawah. Puncak bonjol kaninus gigi
4
rahang atas terletak pada titik pertemuan antara kaninus bawah dengan premolar
Puncak bonjol mesiobukal gigi molar pertama tetap rahang atas berada
pada buccal groove dari molar pertama tetap rahang bawah. Gigi molar
ditemukan di regio rahang bawah anterior, erupsi bukal dari kaninus atas,
5
Gambar 2.2 Maloklusi kelas I Angle (Neutroclusion)
Molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke mesial daripada molar
pertama tetap rahang bawah atau puncak bonjol mesiobukal gigi molar
pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove
Gigi molar pertama tetap rahang atas terletak lebih ke distal dari gigi
molar pertama tetap rahang bawah atau puncak bonjol mesiobukal gigi
molar pertama tetap rahang atas letaknya lebih ke posterior dari buccal
6
Gambar 2.4 Maloklusi kelas III Angle ( Mesioclusion)
bawah,sebagai berikut : Puncak bonjol gigi molar pertama rahang atas terletak pada
Menurut Proffit, et.al., (2007), klasifikasi maloklusi Angle terdiri dari tiga kelas yaitu kelas
labial (ektopik).
Tipe 2 : Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau
protrusif.
7
Tipe 3: Terdapat gigitan bersilang anterior (crossbite anterior) karena inklinasi
8
BAB III
Maloklusi kelas I Angle tipe 2 ( Dewey ) adalah Puncak bonjol mesiobukal gigi
molar pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap
rahang bawah. Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau
protrusif. Selain labioversi ditandai juga dengan deep bite karena ekstrusi gigi anterior
rahang bawah.
• Kebiasaan menghisap ibu jari atau jari lain biasanya dilakukan pada anak-anak. Jika
9
menimbulkan gigi insisif rahang atas protrusif dan gigi insisif rahang bawah
• Kebiasaan buruk bernafas melalui mulut menyebabkan gigi insisif rahang atas
Diagnosis bidang ortodontik dapat didefinisikan sebagai interpretasi data klinis untuk
dan tidak terfokus pada satu aspek saja. Adapun tahapan penegakan diagnosis ortodontik,
1. Analisa Umum
Biasanya pada bagian awal suatu status pasien tercantum nama, kelamin, umur,dan
alamat pasien. Kelamin dan umur pasien selain sebagai identitas pasien juga sebagai
10
misalnya perubahan fase gigi geligi dari sulung ke permanen. Keluhan utama pasien
biasanya tentang keadaan susunan giginya yang dirasakan kurang baik sehingga
c. Ras
d. Bentuk Skelet
e. Ciri Keluarga
f. Serta Penyakit
g. Alergi obat-obatan
h. Kelanan endokrin
i. Tonsil
2. Analisa local
Analisis lokal terdiri atas analisis ekstraoral dan intraoral, untuk mengetahui
meliputi bentuk kepala, simetri wajah, tipe wajah, tipe profil, bibir,fungsi bicara,
kebiasaan jelek. Analisis intraoral meliputi lidah, palatum,kebersihan mulut, karies, dan
3. Analisa fungsional
a. Path of closure
b. Devisiasi mandibula
c. Displancement mandibular
d. Sendi temporomandibula
11
4. Analisa model
Model studi adalah rekam ortodontik yang paling sering digunakan untuk
mudah dan murah. Keadaan yang dapat dilihat pada model menurut Rahardjo (2011)
5. Analisis Sefalometri
terlalu terang, sefalogram diletakkan pada tracing box dengan iluminasi baik,kertas
penapakan asetat yang bagus yang terfiksasi dengan pita adhesif transparan serta
Pertama kali perlu diketahui titik-titik penting dua titik dihubungkan jadi
garis garis yang berpotongan jadi sudut. Pembacaan biasanya pada besar sudut untuk
A (subspinale): titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang atas, secaratoritis
Go (gonion): titik tengah pada lengkungan sudut mandibula di antara ramus dan korpus
12
Me (menton): titik terendah pada dagu
Prosthion (Pr): titik paling bawah dan paling anterior prosessus alveolarismaksila, pada
Insisif superior (Is):ujung mahkota paling anterior gigi insisivus sentral atas
Insisif inferior (Ii):ujung mahkota paling anterior gigi insisivus sentral bawah
Infradental (Id):titik paling tinggi dan paling anterior prosessus alveolaris mandibula,
Orbital (Or): titik yang paling bawah pada tepi bawah tulang orbita
Porion (Po): titik paling luar dan paling superior ear rod
Pogonion (Pog/Pg): titik paling anterior tulang dagu, pada bidang tengah Garis yang
S– N: garis yang menghubungkan Sela tursika (S) dan Nasion (N),merupakan garis
N– A
N– B
Nasion-Pogonion (N-Pg) : garis yang menghubungkan Nasion (N) dan Pogonion (Pg),
Y-Axis: garis yang menghubungkan sela tursika (S) dan gnathion (Gn),digunakan
13
Gambar 3.3 titik antropometri
Sudut SNA menyatakan letak maksila terhadap kranium. Rata-rata untuk kaukasoid
82°. Sudut SNB menyatakan letak mandibula terhadap kranium. Rata-rata untuk kaukasoid
80°. Sudut ANB menyatakan hubungan maksila terhadap mandibula. Sudut ANB didapatkan
dari selisih sudut SNA dan sudut SNB. Pada keadaan normal, sudut ANB = 2° (kelas I), kelas
Analisis Foto Rontgen diperlukan apabila dibutuhkan diagnosis tentang keadaan jaringan
dento skeletal pasien yang tidak dapat diamati langsung secara klinis, seperti:
Foto periapikal : Untuk menentukan gigi yang tidak ada, apakah karena telah dicabut,
impaksi atau agenese. Untuk menentukan posisi gigi yang belum erupsi terhadap
membandingkan ruang yang ada dengan lebar mesiodistal gigi permanen yang belum
erupsi.
14
Panoramik : Radiografi panoramik berguna untuk mendapatkan gambaran utuh dari
sinar-x tetap diam, sedangkan pada radiografi panoramik sumber sinar–x dan film
berputar mengelilingi pasien, gerakan kurva film berputar pada sumbunya dan bergerak
mengelilingi pasien. Sumber sinar-x dan tempat film bergerak bersamaan dan
Keuntungan dari radiografi panoramik adalah cakupannya yang luas meliputi tulang
wajah dan gigi, dosis radiasi rendah, kenyamanan pemeriksaan untuk pasien, bisa
15
digunakan pada pasien yang tidak dapat membuka mulut, waktu yang dibutuhkan untuk
seperti : memelihara kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah terjadinya karies gigi,
pemberian fluor pada gigi sulung agar tidak mudah karies, penambalan gigi sulung harus
baik dan tidak mengubah ukuran mesio-distal gigi dan titik kontaknya, menghilangkan
kebiasaan buruk : bernafas melalui mulut, menghisap jari, mendorong lidah, menggigit
bibir, pemakaian space maintainer pada kasus premature loss gigi sulung untuk mencegah
• Ortodonti Interseptik adalah Perawatan ortodonti yang dilakukan jika sudah terjadi
maloklusi ringan dan sudah dapat terlihat maloklusi yang berkembang akibat adanya
faktor keturunan, intrinsik dan ekstrinsik, seperti : pemakaian space regainer untuk
• Ortodonti korektif adalah maloklusi yang terjadi sudah cukup parah bahkan sudah
tersebut.
16
Perawatan maloklusi kelas I Angle tipe 2 ada tiga macam, yaitu :
1. Ekspansi ke lateral
lengkung rahang atas. Ekspansi transversal/lateral ada 2 yaitu Ekspansi ortopedik dan
Ekspansi ortodonti.
17
Ekspansi ortodonti, yaitu :
Pada pasien yang telah selesai tumbuh kembangnya, ekspansi yang dapat dihasilkan
menghasilkan ruangan 2 kali lebih besar dari hasil ruangan rata-rata pada ekspansi
transversal.
wajah.
18
Gambar 3.7 Ekspansi sagital
2. Ekstraksi
memerlukan ruangan lebih dari 7mm. Pencabutan merupakan cara yang paling
mudah dan cepat untuk mendapatkan ruangan, tetapi bukan berarti pencabutan
Pencabutan unilateral yaitu pada keadaan gigi berjejal unilateral atau adanya
-
19
3. Tanggul gigitan anterior
Untuk memperbaiki deep bite karena terjadi intrusi gigi anterior rahang bawah dan
ekstrusi gigi posterior rahang atas yang disebabkan oleh kebiasaan menghisap ibu
jari.
Tanggul gigitan atau bite plane/raiser adalah suatu peninggian yang terbuat dari
akrilik dengan cara memperlebar dan mempertebal pelat landasan di bagian anterior atau
posterior setinggi 2-3mm. Tanggul gigitan anterior merupakan modifikasi pelat landasan
akrilik pada palatum yang berupa penambahan ketebalan pelat akrilik di daerah gigi
insisif rahang atas. Tanggul gigitan anterior akan berkontak dengan gigi insisif bawah
Bidang gigitan dibuat dengan ketinggian tertentu sehingga gigi posterior terbuka 2-
3 mm.
20
Gambar 3.8 Tanggul gigitan anterior
Gambar 3.9 Anteriror bite plane with acrylic button dan. Bite plane posterior
a. Bite plane anterior : Plat dengan dataran gigitan diregio anterior berfungsi untuk
mencegah kontak oklusal gigi posterior sehingga gigi-gigi tersebut dapat elongasi,
b. Bite plane posterior : Plat peninggi gigitan ini berupa plat dengan perluasan yang
berfungsi untuk mencegah kontak oklusal gigi-gigi anterior sehingga gigi-gigi yang
21
cross bite/malposisi diregio anterior dapat dikoreksi dengan pir-pir
gigi posterior.
22
BAB IV
KESIMPULAN
Maloklusi kelas I Angle tipe 2 ( Dewey ) adalah Puncak bonjol mesiobukal gigi molar
pertama tetap rahang atas berada pada buccal groove dari molar pertama tetap rahang bawah.
Gigi anterior terutama pada gigi rahang atas terlihat labioversi atau protrusif. Selain labioversi
ditandai juga dengan deep bite karena ekstrusi gigi anterior rahang atas
Etiologi maloklusi kelas I Angle tipe 2 adalah Kebiasaan menghisap ibu jari atau jari
lain biasanya dilakukan pada anak-anak. Jika kebiasaan ini berlanjut sampai periode gigi tetap
dapat menimbulkan gigi insisif rahang atas protrusif dan gigi insisif rahang bawah linguoversi.
Jumlah gigi yang mengalami protrusi atau linguoversi bergantung pada jumlah gigi yang
berkontak dan kebiasaan buruk bernafas melalui mulut menyebabkan gigi insisif rahang atas
Perawatan maloklusi kelas I Angle tipe 2 yaitu apabila kekurangan ruangan 24mm yaitu
untuk mendapatkan ruangan dengan cara ekspansi ke lateral, apabila kekurangan ruangan lebih
dari 7mm yaitu untuk mendapatkan ruangan dengan cara ekstraksi, serta pemakaiaan tanggul
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, C.P. & Kerr, W.J. 1990. The Design, Construction and Use of Removable
Orthodontic Appliances. 6th Edition . Thomson Litho Ltd. East Kilbride. Scotland. h. 74
80, 96 – 99.
2. Alexander, R.G. 2001. Teknik Alexander : Konsep dan Filosofi Kontemporer. Editor Ed.
3. Graber, T.M. & Vanarsdall, R.L. 1994. Orthodontics : Current Principles and Techniques.
2nd Edition. Mosby Year Book Inc., St. Louis, Missouri. h.511 – 520.
4. Moyers, R.E. 1988. Handbook of Orthodontics. 4th Edition. Year Book Medical
5. Proffit, W.R. & Fields, H.W. 2000. Contemporary Orthodontics. 4th Edition. Mosby Inc.,
7. Rakosi, T.; Jonas, I. & Graber, T.M. 1993. Color Atlas of Dental Medicine : Orthodontic
8. Van der Linden, Frans P.G.M. 1987. Diagnosis and Treatment Planning in Dentofacial
24