Anda di halaman 1dari 2

Apa itu Anorexia? Anorexia merupakan salah satu gangguan dari eating disorders.

Pasien yang
menderita anoreksia nervosa menilai berat badan mereka secara berlebihan dan memilih figure
yang kurus sebagai bentuk ideal. DSM - IV membedakan dua tipe anoreksia nervosa. Dalam tipe
terbatas, penurunan berat badan dicapai dengan sangat membatasi asupan makanan; dalam tipe
makan-berlebihan-pengurasan, orang yang bersangkutan secara rutin juga makan berlebihan dan
kemudian mengeluarkannya. Berbagai perbedaan antara dua subtype ini memperkuat validitas
pemisahannya. Subtype makan berlebihan-pengurasan tampaknya lebih bersifat psikopatologis;
para pasien menunjukkan gangguan kepribadian, perilaku impulsif, mencuri, penyalahgunaan
alkohol dan obat-obatan, menarik diri dari pergaulan sosial, dan upaya bunuh diri lebih banyak
dibanding para pasien anorexia tipe terbatas. Adapun criteria dari DSM-IV-TR untuk anoreksia
Nervosa, yaitu: 1. Menolak untuk mempertahankan berat badan normal 2. Meskipun berat
badannya sangat kurang, namun mengalami ketakutan yang amat sangat untuk menjadi gemuk.
3. Gangguan citra tubuh 4. Pada perempuan yang telah mengalami menstruasi, terjadi amenorea.
Anorexia nervosa umumnya timbul pada awal hingga akhir remaja, sering kali timbul setelah
satu rangkaian diet dan terjadinya stress di kehidupannya. Kondisi ini sekurang-kurangnya
sepuluh kali lebih banyak terjadi pada kaum perempuan dibanding laki-laki, dengan prevalensi
sepanjang hidup di bawah 1% (Striegel-Moore dkk., 1999; Waltres & Kendler, 1994). Bila
anoreksia nervosa terjadi pada laki-laki, simtomatologi dan berbagai karakteristik lain, seperti
penuturan tentang konflik keluarga, secara umum sama dengan yang dituturkan kaum perempuan
yang dialami dengan gangguan tersebut (Olivardia dkk., 1995). Para pasien anoreksia nervosa
sering kali didiagnosis sengan depresi, gangguan obsesif-kompulsif, fobia, gangguan panic,
alkoholisme, dan berbagai gangguan kepribadian lainnya (Godart dkk., 2000; Ivarsson dkk.,
2000; Walters & Kendler., 2004). Meskipun sudah kurus, perempuan yang menderita anorexia
nervosa merasa bahwa beberapa bagian tubuh mereka terlalu gemuk dan menghabiskan banyak
waktu mengamati secara kritis tubuh mereka di depan cermin.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.delladamayanti.com/anorexia-
nervosa_55209c57813311a77419fa11

Apa Faktor-Faktor Penyebab Anorexia? 1. Faktor Biologis Genetik. Anoreksia dapat terjadi
dalam satu keluarga. Kerabat tingkat pertama dari remaja perempuan yang menderita anorexia
nervosa memiliki kemungkinan sepuluh kali lebih besar disbanding rata-rata untuk menderita
gangguan anoreksia nervosa (a.l., Storober dkk., 2000). Studi terhadap orang kembar terkait
eating disorders juga menunjukkan pengaruh genetik. Sebagian besar studi tentang anorexia
nervosa menunjukkan tingkat kesesuaian yang lebih tinggi pada kembar MZ disbanding DZ
(Fichter & Naegel, 1990; Holland dkk., 1988) dan gen memiliki pengaruh yang lebih besar pada
orang-orang kembar yang menderita eating disorders dibandingkan dengan faktor-faktor
lingkungan (Wade dkk., 2000). Gangguan Makan dan Otak. Hipotalamus adalah pusat otak yang
penting dalam pengaturan rasa lapar dan makan. Kadar beberapa hormone yang diatur oleh
hipotalamus, seperti kortisol, memang tidak normal pada penderita anoreksia nervosa, namu
bukan penyebab anoreksia, melainkan akibat kondisi melaparkan diri sendiri, dan kadarnya
kembali normal seiring dengan bertambahnya berat badan (Doerr dkk., 1980; Stoving dkk.,
1999). Opioid endogenus adalah zat yang diproduksi tubuh untuk mengurasi rasa sakit,
meningkatkan mood, dan menekan selera makan, setidak-tidaknya pada mereka yang meimiliki
berat badan rendah. Opioid diproduksi dalam kondisi kelaparan dan dianggap berperan dalam
snoreksia dan bulimia, namun dengan cara yang berbeda. Kelaparan pada pasien anoreksia dapat
menaikkan kadar opioid endogenus yang menyebkan kondisi eforia yang memberikan penguatan
positif (Marrazzi & Luby, 1986). 2. Pengaruh Sosiokultural Sepanjang sejarah berbagai standar
telah ditetapkan masyarakat mengenai tubuh yang ideal, terutama tubuh perempuan ideal, sangat
bervariasi. Berdasarkan standar modern para perempuan tersebut bertubuh gemuk. Pada masa-
masa terakhir standar ideal dalam budaya Amerika bergerak ke arah peningkatan langsing.
Contohnya, para peserta kontes kecantikan semakin langsing sejak tahun 1988. Beberapa
penelitian pada tahun 1990an menunjukkan bahwa kecenderungan ini telah menurun (Wiseman
dkk., 1992). Meskipun demikian, suatu studi baru-baru ini gagal untuk mendukung pemikiran
tersebut. Pengaruh gender. Salah satu alsan utama atas prevalensi gangguan makan yang lebih
besar pada kaum perempuan kemungkinan adalah fakta bahwa standar budaya masyarakat Barat
menguatkan keinginan untuk menjadi kurus pada perempuan dibanding laki-laki. Berbagai studi
lintas budaya. Gangguan makan tampaknya lebih banyak terjadi dalam masyarakat industri,
seperti Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan Eropa., disbanding dalam masyarakat
nonindustri. Dalam suatu studi epidemiologisyang dilakukan di Swiss, insiden anoreksia nervosa
meningkat empat kali lipat dari tahun 1950an hingga tahun 1970-an (Will & Grossman., 1983).
Perbedaan etnik. Di Amerika Serikat, pernah dilaporkan bawa insiden anoreksia delapan kali
lebih banyak terjadi pada perempuan kulit putih dibandingkan pada perempuan kulit hitam
(Dolan, 1991). Berbagai studi yang lebih mutakhir mengonfirmasi lebih banyak gangguan makan
dan ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh yang lebih besar di kalangan perempuan kulit putih
disbanding kalangan perempuan Afrika Amerika, namun perbedaan dalam gangguan makan
actual khususnya bulimia, ternyata tidak sebesar yang dilaporkan (Wildes, Emery, & simons,
2001). Bagaimana Pandangan Teori Psikologis Terhadap Anorexia? · Pandangan Psikodinamika
Terdapat banyak teori psikodinamika mengenai eating disorders. Sebagian besar berpendapat
bahwa penyebab utamanya terdapat dalam hubungan orangtua-anak yang terganggu dan sepakat
bahwa beberapa karakteristik kepribadian penting, seperti harga diri yang rendah dan
perfeksionisme, ditemukan pada individu yang mengalami eating disorders. Berbagai teori
psikodinamika juga menyatakan bahwa simtom-simtom gangguan makan menjadi suatu
pemenuhan bagi beberapa kebutuhan, sperti meningkatkan rasa efektivitas diri melalui
keberhasilan mempertahankan diet ketat atau tidak tumbuh secara seksual dengan menjadi sangat
kurus sehingga tidak mencapai bentuk tubuh seorang perempuan pada umumnya (Goodsitt,
1997). · Pandangan Kognitif –Perilaku Berbagai teori kognitif-perilaku mengenai anoreksia
nervosa mencangkup banyak faktor yang telah dijelaskan di atas. rasa takut terhadap kegemukan
dan gangguan citra tubuh dihipotesiskan sebagai faktor-faktor yang memotivasi yang menjadikan
kondisi melaparkan diri sendiri berat badan sebagai penguat yang penuh daya. Perilaku untuk
mencapai atau memepertahankan rubuh kurus diperkuat secara negatif dengan berkurangnya
kecemasan akan menjadi gemuk. Terlebih lagi, diet dan penurunan berat badan dapat diperkuat
secara positif dengan perasaan, memiliki, menguasai atau kontrol diri yang ditimbulkannya
(Fair-burn, Shatran & Cooper, 1999; Garner, Vitousek & Pike, 1997). Faktor penting yang lain
yang menghasilkan dorongan kuat untuk langsing dan citra tubuh yang terganggu adalah kritik
dari teman-teman sebaya dan orangtua tentang kelebihan berat badan yang dialami (Paxton dkk.,
1991; Thompson dkk., 1995).

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.kompasiana.delladamayanti.com/anorexia-
nervosa_55209c57813311a77419fa11

Anda mungkin juga menyukai