MEMBACA HIKAYAT KADIROEN KARYA SEMAOEN
‘Yeni Mulyani Supriatin *)
Abstrak
‘Sccjarah sastra Indonesia selama ini diketahui tik awalnya ditandai dengan lahimya
novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Namun,jika meninjau kembali ke masa-masa
tahun 1920-an, novel Siti Nurbaya bukanlah satu-satunya novel yang ada. Satu di antara
novel yang ada adalah Hikayat Kadirun karya Semaoen. Penelitian ini mengangkat
Hikayat Kadirun karya Semaoen yang menggambarkan siuasi pergerakan pada zaman
kolonial, baik pergerakan yang berbasis nasional maupun pergerakan yang berbasis
intematisional yang biasa disebut dengan paham interasionalime.
Kata kunci: zaman kolonial, paham nasionslisme, intemasionalisme
READING KADIROEN TALE WRITTEN BY SEMAOEN
Abstract
The history of indonesia literature has been marked by the appearance of Siti
Nurbaya novel written by Marah Rusli. However, if we trace the 1920' novel,
Sit Nurbaya is not the only novel having “Kadiroen Tale” written by Semaoen.
This research 1s trying to take it in order to describe movement situation in colo-
nial period either national or international usually called internasionalism.
Key words: colonial period, nationalism, inernasionalism
1, Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Hikayat Kadiroen selanjutnya disebut
(HK) adalah novel karya Semaoen yang
diterbitkan di Semarang pada tahun 1920.
Sebelumnya HK dipublikasikan dalam
bentuk cerita bersambung dalam surat kabar
Sinar Hindia. Kemudian, novel ini diterbitkan
Kembali oleh penerbit Yayasan Bentang
Budaya di Yogyakarta pada tahun 2000.
Penerbitan HK yang terakhir ini
dimaksudkan untuk meninjau ulang
adanya kemungkinan memperbincangkan
Kembali sejarah sastra Indonesia modern
yang konon ditandai dengan Siti Nurbaya,
yaitu sebuah novel yang lahir setelah HK
atau pun Student Hidjo karya Mas Marco.
HK adalah satu dari sedikit novel politik
yang terbit pada zaman kolonial, yang
64
diitulis pada tahun 1919 ketika Semaoen
dijebloskan ke dalam penjara oleh
Pemerintah Hindia Belanda karena
persdelict. Dalam hal ini menarik disimak
tinjauan Damono (1999:69—82) tentang,
keterlibatan sastra Indonesia. Dalam tulisan
itu dibahas keterlibatan sastra atau
sastrawan dalam masyarakat yang secara
tersirat dinyatakan betapa ideologi
pengerang ikut menentukan wujud karya
sastra yang dihasilkannya, Karya Semaoen.
yaitu HK tampaknya juga bisa dikaitkan
dengan ideologi yang dia anut
Sesungguhnyalah HK’ merepresentasikan
paham komunisme internasional yang
dianut oleh pengarangnya. Secara
gamblang Semaoen dalam HK
memperkenalkan dan mempropagandakan
komunisme melalui pergerakan partai
komunis kepada masyarakat.Di samping itu, HK merupakan novel
politik yang menggambarkan suasana
pergerakan. Adanya paham komunisme ini
‘memunjukkan bahwa pada zaman kolonial
terdapat pluralisme pergerakan yang berbau
politik di Indonesia. Dengan demikian, selain
paham nasionalisme juga terdapat paham
internasionalisme yang tidak lain adalah
komunisme internasional. Gagasan atau
paham tersebut tidak hanya disuarakan
melalui kegiatan politik, _tetapi
terekspresikan dan tergemakan dalam karya
sastra atau dalam HK. Paham
internasionalisme yang dalam hal ini adalah
‘Komunisme internasional yang mempunyai
tujuan membebaskan rakyat dari penjajahan
sangat relevan dengan cita-cita Kadiroen,
protagonis novel ini, Oleh karena itu, tidak
ragu-ragu Kadiroen meninggalkan
jabatannya sebagai patih untuk bergabung,
dengan partai komunis. Kadiroen
menggunakan partai komunis sebagai
kendaraannya dalam berpolitik untuk
mengangkat derajat rakyat Hindia dari
pemerintah kolonial dan para kapitalis yang,
membelit perekonomian rakyat.
1.2 Masalah
Untuk mengetahui lebih jauh tentang
HK karya Semaoen masalah yang diangkat
dalam makalah ini ialah ebagaimana paham
komunisme terekspresikan atau suasana
pergerakan yang diciptakan untuk
membentuk suatu negara yang merdeka
dan berdaulat tergambarkan dalam HK?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan novel HK karya Semaoun
tentang paham komunisme dan suasana
pergerakan yang diciptakan untuk
membentuk suatu negara yang merdeka
dan berdaulat
1.4 Metodologi
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian novel HK karya Semacen ini
adalah menggunakan semiotik yang
dikembangkan oleh Riffatere, Untuk
pemberian makna pada suatu karya sastra,
‘Yent Muvanr Suprtarzn: Mensaca Hixavar KADIROUN «+.
penelitian semiotik pertame-tama berangkat
dari pembacaan heuristik yang kemudian
disusul dengan pembacaan liermeneutik,
sebagaimana dikatakan oleh Riffaterre
(1978: 5—6). Pembacaan heuristik pada
dasarnya merupakan pembacaan karya
sastra berdasarkan struktur kebahasaannya
dengan mengacu pada konvensi sistem
semiotik tingkat pertama. Sementara itu,
pembacaan htermeneutik adalah pembacaan
karya sastra berdasarkan sistem semiotik
tingkat kedua atau berdasarkan konvensi
sastranya,
Riiffaterre mengemukakan bahwa puisi
(karya sastra) merupakan salah satu
aktivitas bahasa, Bahasa puisi bersifat
semiotik (significance) tunggal, memfokus.
Sebagai ekspresi bahasa, puisi hanya dapat
dipahami apabila pembacanya menguasai
Konvensi bahasa. Akan tetapi, pembacaan
berdasarkan konvensi bahasa itu, yang oleh
Riffaterre disebut sebagai pembacaan
heuristik, belum memadai untuk memahami
makna puisi yang sesungguhnya. Dari
pembacaan heuristik, pembaca harus
bergerak lebih jauh ke dalam pembacaan
hermeneutik, pembacaan yang berdasarkan
konvensi sastra.
Sementara itu, metode penelitian yang
digunakan menggunakan pendekatan
deskriptif, yaitu mendeskripsikan teks yang
berkaitan dengan masalah penelitian.,
sedangkan tekni pengumpulan data
menggunakan teknik studi pustaka.
2. Ringkasan Cerita a
HK mengisahkan perjuangan seorang ~
pemuda yang bernama Kadiroen, Sariman,
dan Citro dalam usahanya membebaskan
rakyat Indonesia dari penjajahan. Kadiroen
pada awal cerita bekerja di pemerintahan
dengan jabatan mantri polisi. Seb:
mantri polisi, Kadiroen digambarkan begitu
bijaksana dan selalu memperhatikan
masyarakat kelas bawah atau wong cilik.
Sikap Kadiroen ini bertolak belakang dengan
atasannya, asisten wedono, seorang peniilat.
Jika Kadiroen mencari-cari kebenaran demi
keadilan, asisten wedono mencari-cari caraMETASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64-73
supaya mendapat pujian. Orang lain tidak
ada yang mengetahui watak kedua orang
itu, Namun, melalui pencerita, pembaca
mengetahui bahwa Kadiroen berhati emas,
sedangkan asisten wedono berhati busuk. .
Sifat Kadiroen yang jujur dan berhati
mulia serta selalu memperhatikan
masyarakat kecil tidak berubah setelah ia
menjabat asisten wedono, Ia senantiasa
mendengarkan dan menyaksikan
kehidupan rakyatnya dengan cara
berkeliling desa. Kebiasaaan inilah yang
mempertemukannya dengan seorang gadis
bernama Ardinah yang kelak menjadi
istrinya,
Sejak menemui kegagalan, kesehatan
Kadiroen menjadi terganggu. Ia pun
terpaksa mengambil cuti. Kemudian,
Kadiroen dipindahkan ke desa Rejo dengan
jabatan wedono. Sebagai wedono semakin
leluasalah ia melaksanakan cita-citanya,
yaitu menyejahterakan rakyat. Akan tetapi,
cita-citanya itu sulit terwujud karena ia
tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari
asisten-asisten wedono yang berada di
bawah kekuasaannya sehingga sering
terjadi kesalahpahaman antara keinginan
Kadiroen dengan rakyatnya. Akhirnya,
Kadiroen membuka diri, siap menerima
Keluh-kesah rakyat secara langsung.
Kadiroen bertambah sibuk dan tidak sempat
memperhatikan keschatannya. Terlebih
setelah ia menjabat patih.
Saat Kadiroen menjabat patih, di tanah
Hindia datang pergerakan baru yang
mengguncang rakyat. Pergerakan itu
membawa ideologi baru tentang budi
perkerti, pikiran, adat-istiadat, dan segala
hal yang berorientasi pada kesejahteraan,
Kebersamaan, dan kemajuan rakyat.
Pergerakan ini mendapat simpatisan dari
rakyat. Pergerkan ini yang bernama Partai
Komunis (PK) dalam waktu singkat menjadi
besar. Sebaliknya, mass media yang
berbahasa Belanda dan para priyayi serta
pejabat-pejabat lainnya membenci PK.
Bahkan, mereka ingin memberantas PK
sampai habis.
Kadiroen benar-benar tertarik pada PK
karena visi dan misi partai tersebut sejalan
dengan cita-citanya. Akan tetapi, sebagai
patih, ia tidak serta merta masuk pergerakan
itu. Untuk sementara keinginannya
bergabung dengan PK dan membantu
pergerakan itu dapat diwujudkannya
melalui bantuan dana dan tulisan-
tulisannya yang dipublikasikan dalam surat
kabar Sinar Rakyat dengan menggunakan
nama samaran.
Tulisan-tulisan Kadiroen lumayan
pedas, dipandang menyerang pemerintah
kolonial sampai akhirnya ia mendapat
panggilan dari atasannya dan diadukan ke
pengadilan. Saat itu Kadiroen dapat
mempertanggungjawabkan tulisannya di
oy ae sehingga terbebas dari jeratan
a dengan Sariman, Kadiroen juga
berkenalan dengan Citro aktivitis PK.
Mereka bersama-sama beraktivitas di partai
tersebut, Bahkan, Kadiroen tinggal serumah
Sariman. Di bagian ini pengarang
memperkenalkan berbagai hal seperti
model-model pendidikan, model kehidupan
rumah tangga yang patut diteladani, dan
bagaimana mereka saling tolong-menolong,
seperti Sariman dan istrinya yang
mempertemukan Kadiroen dan Ardinah.
Akhir cerita, digambarkan Kadiroen
bertemu kembali dengan Ardinah yang
telah bercerai dengan suaminya. Atas restu
orang tuanya, Kadiroen menyunting
Ardinah.
3. Pembahasan Novel
Kadiroen
Ringkasan tersebut mengimplikasikan
bahwa nasionalisme dalam HK
;presentasikan melalui protagonis novel,
Kadiroen, Kadiroen yang berjiwa nasionalis
begitu mencintai bangsa dan negaranya
sendiri, Oleh karena itu, hati dan jiwanya
begitu gelisah saat menyaksikan negeri dan
rakyat Hindia atau orang-orang pribumi,
hidupnya terkuasai oleh orang asing dan
orang-orang pribumi yang kebetulan
memegang kendali pemerintahan.
HikayatOleh karena itu, Kadiroen senantiasa
berusaha menciptakan kemakmuran dan
kekuatan bangsanya. Di samping itu, ia pun
gigih mempertahankan dan mengabdikan
diri demi integritas bangsa. Sikap Kadiroen
yang demikian itu dibangunnya sejak ia
‘menjabat sebagai mantri polisi, suatu jabatan
terendah dalam pemerintah kolonial yang
dirintisnya sejak lulus dari OSVIA. Yang
menarik dari semua itu Kadiroen sangat
memperhatikan masyarakat kecil.
Untuk menonjolkan perilaku Kadiroen
Yang berbeda dengan pejabat atau priyayi-
Priyayi lainnya, pengarang sejak awal novel
ini mengontraskannya dengan perilaku
priyayi lainnya seperti Asisten Wedono yang
bernama Raden Panji, atasannya. Kontras
antara Kadiroen dan Raden Panji dapat
dilihat dalam oposisi biner berikut ini
Kadiroen x Raden Panji
pembela kebenaran * penjilat
mencari bukti-bukti x mencari cara
supaya dapat
Pujian
naik pangkat » turun pangkat
Oposisi biner tersebut menggambarkan
kekontrasan Kadiroen dengan Raden Panji.
Sebagai mantri polisi, Kadiroen siap
membela kebenaran untuk setiap orang
yang membutuhkannya tanpa melihat latar
belakang sosial orang itu, sedangkan Raden
Panji hanya bersedia membela pejabat-
pejabat atau orang-orang Belanda.
Perbedaan ini tentu saja mempengaruhi cara
bekerja dan perilaku keduanya. Kadiroen
senantiasa mencari bukti-bukti agar tidak
menghukum orang yang tidak bersalah,
sedangkan Raden Panji menempuh segala
cara semisal menyenangkan nyonya
Belanda dan menyalahkan Soeket,
penduduk desa, supaya mendapat nama
baik di mata atasnnya, Tentu saja cara yang
ditempuh Kadiroen adalah cara yang benar
dan membawa hasil yang memuaskan,
sedangkan Raden Panji memakai cara yang
licik sehingga merugikan banyak pihak.
Perilaku kedua orang itu tampak ketika
seorang Nyonya Belanda seekor
ayam dan seorang pribumi yang kehilangan
a ee
‘Yews Mutvant Supeiarin: Memanca Hocavar Kacimoun ..
sapi. Asisten wedono memperlakukan
Nyonya Belanda dengan sangat homat dan
segera menguruskan perihalnya, sedangkan
terhadap rakyat kecil sama sekali tidak
memperhatikannya,
Sementara itu, Kadiroen tidak
membedakan perkara keduanya. Baik
tethadap Nyonya Belanda ataupun
terhadap pribumi, ia menyelesaikannya
dengan baik. Kebusukan asisten wedono
dan kebaikan Kadiroen di akhir peristiwa
terbongkar. Kadiroen mendapat pujian,
sedangkan asisten wedono mendapat
hukuman, sebagaimana terbaca dalam
kutipan berikut,
Tuan dan Nyonya Administratur sangat
gembira melihat keberhasilan Kadiroen,
Sebab masih begitu muda, sudah sangat
cerdik dan pemberani, Sedang Tuan
Asisten Wedono, menjadi amat malu.
Di kota peristiwa itu diceritakan
kepada pembesar yang menjadi atasan
dua pejabat tersebut. Maka dengan
tersiarnya kabar itu, diuruslah masalah
Asisten Wedono dan Kadiroen.
Karena kepandaian Kadiroen, tidak
begitu lama, ia dinaikkan pangkatnya
Wedono di
Onderdistrik Gunung Ayu. Sedang
Tuan Asisten Wedono yang besar
kepala dan berhati batu dimarahi
sehingga menjadi malu. (HK, him. 38).
Kutipan tersebut mengimplikasikan
bahwa sesungguhnya ~memperoleh
penghargaan atau pujian dari atasan tidak
harus menempuh cara yang licik atau
“menyenangkan atasan’, tetapi dapat
menggunakan cara-cara sesuai dengan
hukum yang berlaku sebagaimana Kadiroen
yang berusaha mengumpulkan berbagai
bukti-bukti sehingga ia dapat berhasil
meringkus pencuri sapi dan hal yang
menyebabkan ayam Nyonya Belanda itu
Peristiwa yang menggambarkan
perbuatan Kadiroen dan Raden Panji di
awal novel ini mengindikasikan bahwa
Kadiroen yang saat itu menjabat mantri
67METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73
polisi sudah bekerja secara profesional.
Kadiroen sedikit pun tidak membeda-
bedakan siapa yang dihadapinya
Teristimewa ia loyal terhadap rakyat kecil.
Cita-citanya hanyalah satu, yaitu ingin
memakmurkan rakyat terutama yang
berada di wilayah kekuasaannya,
Sesungguhnya, Kadiroen tidak tahan
menyaksikan rakyat kecil menderita sebagai
akibat adanya kolonialisme yang bercokol di
negerinya. Ia berusaha memperjuangkan
kebebasan individu-individu dari belenggu
penjajah. Sikap Kadiroen ini dapat menjadi
tanda adanya suatu keinginan manusia
terjajah untuk membentuk suatu bangsa dan
menciptakan sebuah negeri yang tak lagi
dipegang dan dikuasai oleh penjajah. Agar
keinginannya terwujud Kadiroen senantiasa
mengumpulkan bawahannya untuk
mengetahui bagaimana keadaan dan
kehidupan rakyat, sebagaimana terbaca
dalam kutipan berikut.
‘Sahabat para lurah dan semua tetua
desa yang berkumpul di sini saya
mengajak kalian semua untuk
musayawarah di sini, tidak untuk
mendapatkan keterangan berdusta.
Saya mempunyai maksud, memak-
murkan orang kecil yang ada di wilayah
distrik saya, saya perlu mengetahui hal
ihwal rakyatku. Dan, jika saya sudah
mengerti, tentulah bisa berusaha guna
memakmurkan rakyat semuanya. Kalau
rakyat hidupnya susah tentu saya akan
turut susah. Dan Karena itu, siapa dari
alian yang saya tanyai sesuatu, jangan
takut berkata berterus terang apa
adanya. Siapa yang menjawab dusta,
maka ia saya pandang rewel dan ingin
membikin susah saya, jelas’. (HIK, him.
72)
Kutipan tersebut menggambarkan salah
satu usaha Kadiroen, yaitu memanggil
seluruh bawahannya supaya meng-
gambarkan situasi kehidupan warga di
desanya masing-masing. Untuk memak-
murkan rakyatnya, Kadiroen perlu
mengetahui bagaimana sesungguhnya
tingkat kehidupan rakyatnya, Tidak cukup
hanya menerima laporan dari bawahannya,
Kadiroen pun turun ke jalan untuk
mendengarkan secara langsung keadaan
rakyatnya dengan cara menyamar, seperti
terbaca berikut ini
Kadiroen berdandan. Dengan pakaian
palsu ia menyamar seperti orang Arab,
layaknya seorang mindring yang
mengutangkan kain pelakat dan kain
kebaya kepada penduduk desa. Dengan
pakaian begitu, ia akan mendapat
keterangan sebenarnya dari rakyat.
Kadiroen akan mendatangi tiga atau
empat desa dalam sehari di setiap
onderdistrik, Dalam empat hari
pekerjaan itu pasti selesai. (HK, hlm. 81)
Usaha-usaha yang dilakukan Kadiroen
ini mencerminkan jiwanya yang senantiasa
mencintai orang kecil. Namun, sungguh
malang usaha-usaha yang dilakukan
Kadiroen ini belum membawa hasil yang
memuaskan, Selain bawahannya yang tidak
banyak membantu, rakyat pun sulit
memahami keinginan Kadiroen. Disamping
itu, pihak-pihak penguasa juga
menghambat cite-citanya. Kadiroen sudah
berusaha maksimal, tetapi rakyatnya tetap
miskin. Kadiroen tidak mengerti apa
penyebab semua itu.
Ketidakpahaman Kadiroen baru
terjawab setelah datang gerakan baru ke
wilayahnya yang menamakannya parta
komunis atau lebih popuier dengan sebutan
PK, Tjitro, juru kampanye PK pada setiap
pidatonya senantiasan menyatakan bahwa
maksud dan tujuan PK hanyalah
memuliakan rakyat dan negeri Hindia.
Tujuan ini tentu saja cukup beralasan
kkarena saat itu keadaan negeri dan rakyat
Hindia tidak lagi makmur. Kesusahan,
kemelaratan, dan kemiskinan semakin
rakyat Hindia. Hal itu ditandai
dengan lumbung-lumbung padi kosong,
kerbau, sapi, dan ternak rakyat lainnya kian
berkurang jumlahnya. Persediaan makanan
dari hari ke hari semakin menipis sehingga
berbagai jenis penyakit berkembang di negeri
Hindia. PK sedikit demi sedikit akan
berusaha mengembalikan kehidupan rakyatHindia yang terkenal makmur kembali
seperti semula, Dengan tujuan seperti itu
sudah dapat dipastikan PK menarik
perhatian banyak orang termasuk Kadiroen,
Dalam waktu singkat pergerakan ini
berkembang dengan pesat.
Kadiroen pun menjadi paham setelah
mendengar penjelasan Tjitro bahwa
rakyat Hindia itu semata-mata
setelah rakyat Hindia diperintah oleh bangsa
Belanda, Pemerintah kolonial itu dan orang-
orang Belanda lainnya yang bermodal dan
yang menciptakan kapitalisme di bumi Indo-
esia secara kuat menguasai perekonomian
i negeri ini sehingga orang-orang pribumi
terpinggirkan. Berikut ini salah satu bagian
Pidato Tjitro yang menerangkan situasi di
Eropa yang membawa dampak buruk
terhadap kehidupan rakyat di Hindia,
Pada zaman itu, jenis dan macam
pekerjaan serta usaha rakyat di Hindia
juga semakin banyak macamnya.
Mereka lalu mulai meniru kepandaian
dan kemajuan bangsa Eropa.
Tidak lama setelah Hindia diperintah
bangsa Belanda, di Eropa ada
perubahan besar kemajuan manusia
yang juga membawa perubahan besar
di seantero dunia yakni mereka bisa
membikin mesin-mesin dan pabrik-
pabrik. Lalu mulai berdiri pabrik kereta
api, pabrik kain atau cita, Pendek kata,
sekarang adalah zamannya mesin dan
pabrik yang digerakkan oleh tenaga air
dan api alias stoom dan kemudian
dengan sistem elektrik dan sebagainya.
Keberhasilan-keberhasilan baru itu tidak
saja membawa dampak perubahan
yang besar di negeri Eropa, tetapi juga
di Hindia. Karena kita berada di Hindia,
saya akan menerangkan perubahan-
perubahan yang terjadi di Hindia saja.
Pabrik-pabrik di Eropa dapat
menghasilkan barang-barang
perdagangan seperti kain, perabotan
rumah, perhiasan badan dan
sebagainya, Jumlah barang itu amat
banyak sebab sebuah pabrik dapat
bekerja dengan cepat dan bagus. Jadi,
‘Yet Muvanr Supeiarin: Mensaca Hicavar KADmmoun
barang produksi pabrik bisa sangat
banyak jumlahnya serta murah.
Begitulah dalam hal tukar-menukar
penghasilan antara Hindia dengan
barang-barang dari pabrik Eropa maka
barang-barang produksi Eropa dapat
mengalahkan barang bikinan Hindia
yang kalah baik dan kalah murah
ketimbang barang hasil Eropa, Kain
tenun, batik, nila Jawa dan sebagainya
mulai oleh kain cap-capan, cat-cat
pabrik Eropa dan sebagainya. Karena
itu, berbagai pekerjaan bumiputra
seperti menenun, membatik, membikin
nila Jawa dan sebagainya mulai
mengalami kemunduran.
Semakin lama perdagangan bertambah
ramai sehingga toko-toko dan gudang-
gudang di kota bertambah banyak juga.
Mundurnya beberapa jenis pekerjaan
yang lama lalu diganti dengan
pekerjaan baru,
Saudara-Saudara tahu dalam situasi
serba ramai begini mulai timbul dua
golongan manusia, yaitu pertama
golongan yang memiliki pabrik,
maskapai kereta api dan mobil, toko-
toko dan sebagainya. Yang kedua
adalah golongan kaum buruh dari
berbagai macam bangsa atau mereka
yang bekerja di perusahaan golongan
pertama. Golongan kaum buruh ini
asalnya adalah dari kaum petani,
tukang batik, tukang tenun, pedagang
kecil dari berbagai macam bangsa dan
sebagainya. Mereka kehilangan
pekerjaannya karena terdesak oleh
pabrik-pabrik, oleh mesin-mesin dan
perdagangan besar.
‘Tambah maju mesin dan pabrik tambah
banyak pula pekerja yang terdesak oleh
Kekuatan mesin, Hal yang mana
semakin menambah susahnya manusia
mencari pekerjaan atau penghidupan
meskipun jenis dan macam pekerjaan
bertambah. Pada saat ini lalu datang
masanya kaum buruh saling berebut
pekerjaan. Mereka mau dibayar murah,
asal saja dapat kerjaan.METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73
Hal ini yang menyebabkan perubahan
besar di desa-desa, yaitu perubahan
yang membikin ruwetnya mencari
pekerjaan dan penghidupan penduduk
asli. Itulah salah stu sebab juga yang
menyebabkan kemunduran pemodai
kecil dan kemakmuran serta
keselamatan rakyat di Hindia, Tetapi
selain dari itu ada sebab yang lain, yaitu
orang yang bermodal yang mempunyai
Pabrik, ‘spor, toko-toko dan
sebagainya, orang yang satu sama lain
saling berebut keuntungan. (HK,
him.114-116).
Pidato yang dikemukakan oleh Tjitro
yang menerangkan latar belakang atau
sebab-sebab terjadinya kemiskinan dan
kesusahan orang-orang pribumi itu cukup
memikat Kadiroen. Bahkan, Kadiroen
semakin paham mengapa usaha-usaha yang
dilakukannya selama ini menemui
kegagalan.
Implikasi lain dari pidato Tjitro ini
adalah bahwa pembangunan, baik mental
maupun material yang dilakukan oleh
pemerintah kolonial di bumi Indonesia jelas
berorientasi pada kapitalisme telah
memarjinalkan perekonomian rakyat.
Dengan kata lain, pada zaman kolonial
distribusi dan penataan ekonomi desa—
kota, penduduk asli—asing (pendatang,
Belanda), dan sektor tradisional— industri,
serta mayoritas—minoritas, berlangsung
secara tidak beres,
PK dengan pergerakan-pergerakan di
berbagai sektor berupaya membebaskan
penderitaan rakyat dari belenggu
kapitalisme. Demikian pula dengan
Kadiroen. Karena masih menjabat sebagai
Pati, Kadiroen tidak dapat secara terang-
terangan melakukan pergerakan atas nama
PK. Dengan menggunakan nama samaran,
Kadiroen membela rakyat melalui tulisan-
tulisannya yang dipublikasikan dalam surat
kkabar Sinar Rakyat, surat kabar yang berada
di bawah naungan PK,
Kadiroen mengambil jalan tengah, jadi
tidak masuk sebagai anggotanya atau
ikut memberikan pertimbangan-
70
pertimbangan dalam vergadering-
vergadering PK. Tetapi selain membantu
dengan uang secara rahasia itu, maka
Kadiroen juga turut membantu dengan
berusaha memberikan pertimbangan
dan pengetahuannya pada organisasi
PK, yaitu dengan menulis dalam surat
kabar Sinar Rakyat. Tetapi supaya tidak
ada orang yang mengerti bahwa ia ikut
menulis, maka selamanya ia memakai
nama palsu, yaitu Pencari. Hanya
pemimpin redaksi Sariman sendiri yang
mengetahui rahasia ini. (HK, hm. 157)
Tulisan-tulisan di surat kabar Sinar
Rakyat dengan nama penulis Pencari
menarik perhatian para pejabat dan juga
redaksi media-media lain yang tidak
berpihak pada bumiputra. Menurut mereka,
tulisan Pencari itu membuat kehormatan
pemerintah kolonial ternoda. Mereka
menggugat Pencari ke pengadilan karena
telah mencemarkan nama baik pemerintah.
Pencari pun tampil ke muka umum untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Akhirmnya, terbongkar pula siapa
sesungguhnya Pencari yang tiada lain
adalah Kadiroen. Kadiroen diperingati agar
berhati-hati, Bahkan, selanjutnya Kadiroen
diberi dua pilihan, jika ingin terus menulis
harus jabatannya, dan jika ingin
terus bekerja di pemerintah ia harus
menghentikan kegiatan menulis, Kadiroen
memutuskan keluar dari jabatannya,
sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut.
(1) Pangkat regen, setidaktidaknya patih,
tetapi mesti memutuskan hubungannya
dengan pergerakan rakyat Gaji dan
pangkatnya amat besar. Tetapi cita-
citanya atau idealismenya akan mati,
(2) Pangkat dan gaji wedono ada cukupan,
berhubungan dengan gerakan rakyat
masih bisa. Tetapi pekerjaanya di sana-
sini tidak bisa semestinya karena
waktunya terpecah.
(2) Pangkat tidak ada dan gaji hanya
sedikit, tetapi sebagai mede-redacteur bisa
menunjang cita-citanya, _yaitu
membantu dengan ikhlas tenaga dan
usahanya supaya rakyat Hindia bisalepas, pintar dan kuat untuk bisa
merdeka lahir batin,
Ia bisa menuntut cita-citanya bahwa
tanah airnya akan merdeka, berdiri
sendiri seperti bangsa lainnya sehingga
bangsanya akan bisa dipandang sama
dan sederajat dengan bangsa lain.
Kadiroen dengan cepat memutuskan
dan memilih meminta lepas dari
pangkat dan jabatan priyayi dengan
hormat sebab ia mau menjalani
perbuatannya sendiri yang sesuai
dengan cita-cita dan keyakinanya, yang
sungguh mulia untuk kepentingan or-
ang banyak, (HK, hlm.175—176).
Kutipan tersebut mengimplikasikan
bahwa Kadiroen benar-benar berjiwa
nasionalis, Ia berusaha membebaskan tanah
airnya dari tangan penjajah, bisa berdiri
sendiri sehingga bangsanya bisa sejajar
dengan bangsa-bangsa lain. Dengan kata
lain, nasionalisme dalam HK
terepresentasikan, antara lain dengan cara
mencintai tanah air dan membawa rakyat
sampai ke gerbang kemerdekaan.
Untuk mencapai cita-citanya itu,
Kadiroen bersama-sama Sariman di bawah
naungan pergerakan PK berjuang melawan
penjajah. Kadiroen — meneruskan
Perjuangannya lewat tulisan-tulisannya di
Sinar Rakyat. Teladan diwujudkan terus
dalam diri Kadiroen yang bekerja dengan
integritas, dan pengabdian tinggi di tengah
tekanan dari berbagai pihak. Sejak posisinya
sebagai mantri polisi sampai dengan patih,
jurnalis kemudian kepala redaksi
pandangan dan orientasinya tidak berubah.
Hal ini pula yang menarik dalam diri
Kadiroen.
Sementara itu, selain ditunjukkan oleh
Kadiroen, teladan dalam berbagai aspek
kehidupan keluarga ditunjukkan pula
melalui sahabat-sahabat Kadiroen, terutama
Sariman dan Tjitro. Kehidupan suami-istri
Sariman dirinci secara detail dari pagi
sampai dengan malam sebagai contoh yang,
ideal. Hidup sederhana, tanpa dibantu
“buruh”, tugas-tugas rumah tangga Sariman
dipikul bersama. Simaklah kutipan berikut
‘Yeo Movant Supmsarin: Menasce Hicavar KADIROUN ...
yang menggambarkan kehidupan rumah
tangga Sariman yang harmonis.
Di galeri muka, pada waktu jam
setengah dua siang itu duduk seorang
perempuan muda. Wajahnya tidak
begitu cantik atau molek, tetapi juga
tidak jelek. Wajahnya malahan
kelihatan lebih manis, Pakaiannya
tampak seperlunya untuk kepentingan
di rumah, yang menunjukkan bahwa ia
tidak mempunyai banyak uang untuk
menghias dirinya. Gelang, tusuk konde,
subang, dan peniti dari emas atau perak
yang sangat disenangi oleh kebanyakan
kaum perempuan, barang-barang itu
sama sekali tidak menempel di
tubuhnya. Dan hanya cincin kawin dari
swasa tanpa mata yang berkilau
melingkar di salah satu jarinya. Tetapi
caranya berpakaian sederhana itu
memang kelihatan begitu bersih dan
rapi, sehingga pemakainya kelihatan
sangat pantas. Pada waktu itu
perempuan tersebut sedang bahagia
memikirkan apa yang sudah ia kerjakan
sampai saat itu,
Pagi-pagi benar ia sudah bangun, lalu
bangun seraya menyeduh wedang kopi
dan memasak nasi goreng sisa masak
kemarin sore serta membikin telur dadar
mata sapi dua. Lalu setelah suaminya
bangun dan mengerjakan hal-hal yang
perlu, mereka sarapan bersama-sama
pada waktu yang biasanya, Sehingga
laki-laki tersebut menjadi amat senang,
sehingga semakin sayang dan berterima
kkasih kepada istri tercintanya itu.
Setelah si lelaki berangkat bekerja, maka
si perempuan pergi berbelanja ke pasar.
Sedang seorang anak tetangganya
menjaga rumahnya. Dari pasar ia lantas
masak dan sambil menunggu
masakannya matang, ia mencuci
pakaian serta perabotan rumah tangga
lainnya yang kotor. Lalu mengerjakan
hal-hal lain sebagai kewajiban istri di
rumah. Ya, ia memikirkan semua
pekerjaannya yang sejak pagi hingga
jam satu lebih tidak ada hentinya itu.
aMETASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73
Tetapi karena itu semua hatinya menjadi
begitu senang. Sehingga lalu teringat
kepada Tuhan Allah dan mengirimkan
doa beberapa kali. Perempuan tersebut
merasa senang arena dengan
pekerjaannya tersebut ia merasa bisa
membantu suaminya, menyenangkan
lelaki meski hasiinya tidak seberapa best.
Dan karena rajinnya perempuan itu
saree Teas Perea
suamiku
See ere
senang hati. O, bagaimanakah tambah
besamya cinta lelakiku merasakan hidup
berumah tangga yang begini nikmat!
smbil menunggu kedatangan suaminya.
(HK, him.179=180)
Kutipan tersebut menggambarkan
kehidupan rumah tangga Sariman yang
bergaya tradisional, artinya suami sebagai
kepala rumah tangga bekerja di liar rumah
mencari nafkah, sedangkan istrinya sebagai
ibu rumah tangga yang aktif didalam rumah.
Dengan kata lain, di dalam rumah tangga
Sariman itu sudah ada pembagian tugas dan
eran masing-masing, suami berperan di
Tuang publik, sedangkan istri berperan di
ruang domestik. Tidak ada satu gambaran
Pun yang mengungkapkan pertukaran peran,
‘semisal sewaktu-waktu Sariman membantu
istrinya membereskan pekerjaan rumah
tanga atau sebaliknya istri Sariman mencari
nafkah ke ruang publik. Bahkan, untuk
‘menuntut ilmu pun, istri Sariman sama sekali
tidak pergi ke luar. la cukup belajar di rumah
dengan suaminya sebagai guru.
Karena Sariman bekerja di surat kabar,
istrinya mendapat porsi lebih besar di rumah.
Meskipun demikian, Sariman tetap
melakukan tugasnya sebelum dan sesudah
kerja sehingga istrinya mempunyai waktu
untuk belajar, bersosialisasi, dan berekreasi,
sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut.
Sehabis makan, Sariman dan Kadiroen
minum rokok dan meneruskan
pembicaraannya. Sedang si perempuan
72
mengerjakan semua hal seperti
membersihkan taplak meja dan
sebagainya. Persis jam tiga, maka
Sariman mempersilakan Kadiroen
untuk tiduran, Karena semua itu,
Kadiroen merasa begitu senang
sehingga ia merasa seperti ada di
rumahnya sendiri. Dan karena ia merasa
capek pulang bepergian dari Kota S ke
Kota G, maka ia mau tiduran itu. Ia
tanya kepada Sariman apakah tuan
dan nyonya rumah juga mau tiduran.
Tetapi dengan heran ia mendapat
keterangan bahwa mereka berdua itu
tidak pernah tidur siang. Sebab Sariman
mulai dari jam 2.30 sampai jam 4,
mengajar istrinya. Dan hari itu istrinya
harus belajar ilmu bumi. Istri Sariman
menerangkan bahwa ia sangat senang
belajar ilmu alam, ilmu bumi, ilmu
hitung, dan lain sebagainya. Perempuan
itu ingin mengerti dan pandai supaya
bisa ikut memikirkan dan membicarakan
semua hal yang penting-penting yang
terjadi di zaman kemajuan itu,
Sekarang Kadiroen mengerti, mengapa
istri Sariman itu tadi begitu fasih ikut
omong membicarakan masalah politik.
(Ak, hmi82)
Implikasi kutipan tersebut bahwa istri
adalah teman bertukar pikiran yang bisa
duduk sejajar dan ikut berdiskusi dengan
teman atau tamu suaminya, Penggambaran
kehidupan rumah tangga Sariman ini tentu
saja bukan tanpa maksud tertentu dari
pengarang. Jika dikaitkan dengan
pergerakan PK yang dijadikan pilihan
berpolitik oleh Sariman dan Sariman sendiri
berperan sebagai salah seorang yang cukup
berpengeruh di PK, kehidupan berumah
tangga Sariman ini dimaksudkan sebagai
teladan untuk pasangan-pasangan suami-
istri di bumiputra.
3. Simpulan
Simpulan yang dapat dideskripsikan
berdasarkan hasil pembahasan adalah
Novel HK menggambarkan ke i
rumah tangga Sariman. Di samping itu, PKdapat menciptakan nasionalisme karena
mobilisasi yang dilakukan oleh Sariman dan
istrinya—yang tergolong kalangan
intelektual atau elite politik— yang dijadikan
panutan oleh para pengikutnya, Pembagian
fungsi dan peran dalam rumah tangga yang
ditunjukkan keduanya juga dapat
dipandang sebagai suatu cara
mempertahankan nasionalisme lewat
mentradisionalisasi budaya etnis.
Selain kehidupan rumah tangga
Sariman yang menjadi teladan, hal lain yang
diperkenalkan PK dalam novel HK adalah
model pendidikan. Model pendidikan
komunis yang diperkenalkan lewat HK ini
dapat dicermati melalui teman-teman
Kadiroen seperti Sariman dan Tjitro. Bagian
yang mengisahkan model pendidikan ini
tampaknya cukup penting karena
Pengarang sampai memerlukan satu bab
untuk menggambarkannya. Di bagian itu
diungkap secara panjang lebar masa kecil
Sariman dan Tjitro, bagaimana keduanya
bertemu, dan bersama-sama menuntut ilmu
sampai akhirnya keduanya meraih
kesuksesan. Dengan demikian, latar
Daftar Pustaka
‘Yeon Mutvanr Suprtarin: Mensaca Hocavar KADIROUN
belakang kehidupan Sariman dan Tjitro ini
dipandang menjadi model pendidikan
untuk memberdayakan rakyat. Sambil
mencari ang untuk sekolah, kedua anak
secara mandiri membaca buku tentang
berbagai ilmu: “imu alam, ilmu bumi, ilmu
memerintah negeri, ilmu hukum, ilmu
igama, ilmu pertanian, dan ilmu
mempelajari hal-ikhwalnya hewan”.
Dengan kata lain, secara khusus novel
HK merupakan model pendidikan komunis
Indonesia dengan moralitas yang ketat
untuk memerdekakan bangsa dari
penjajahan kaum kapitalis atau kaum
bermodal yang berorientasi pada uang dan
keuntungan, Pidato Tjitro yang memberikan
sejumlah strategi perombakan struktural
untuk “merebut kekuasaan kaum yang
bermodal” (antara lain dengan mendirikan
koperasi dan serikat kerja) dan merebut
tanah air dari pemerintah kolonial (Belanda)
yang dilengkapi dengan gambaran
kehidupan para tokoh protagonist seperti
Kadiroen seolah menjadi resep lain dari
dimensi individual dan keluarga,
Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida, Jakarta: Pustaka Firdaus.
Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press.
‘Semaoen. 2000. Hikayai Kadiroen, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
*) Yent Mutyani adalah peneliti muda (IV/a)
Balal Bahasa Bandung, Kementrian
Pendidikan Nasional yang beralamat di
Jalan Sumbawa No. 11, Bandung. Nomor
telepon yang dapat dinubungi (022)
4205468 dan 08174958823 dengan pos-
el: yeni.mulyani@yahoo.com