Anda di halaman 1dari 10
MEMBACA HIKAYAT KADIROEN KARYA SEMAOEN ‘Yeni Mulyani Supriatin *) Abstrak ‘Sccjarah sastra Indonesia selama ini diketahui tik awalnya ditandai dengan lahimya novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli. Namun,jika meninjau kembali ke masa-masa tahun 1920-an, novel Siti Nurbaya bukanlah satu-satunya novel yang ada. Satu di antara novel yang ada adalah Hikayat Kadirun karya Semaoen. Penelitian ini mengangkat Hikayat Kadirun karya Semaoen yang menggambarkan siuasi pergerakan pada zaman kolonial, baik pergerakan yang berbasis nasional maupun pergerakan yang berbasis intematisional yang biasa disebut dengan paham interasionalime. Kata kunci: zaman kolonial, paham nasionslisme, intemasionalisme READING KADIROEN TALE WRITTEN BY SEMAOEN Abstract The history of indonesia literature has been marked by the appearance of Siti Nurbaya novel written by Marah Rusli. However, if we trace the 1920' novel, Sit Nurbaya is not the only novel having “Kadiroen Tale” written by Semaoen. This research 1s trying to take it in order to describe movement situation in colo- nial period either national or international usually called internasionalism. Key words: colonial period, nationalism, inernasionalism 1, Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Hikayat Kadiroen selanjutnya disebut (HK) adalah novel karya Semaoen yang diterbitkan di Semarang pada tahun 1920. Sebelumnya HK dipublikasikan dalam bentuk cerita bersambung dalam surat kabar Sinar Hindia. Kemudian, novel ini diterbitkan Kembali oleh penerbit Yayasan Bentang Budaya di Yogyakarta pada tahun 2000. Penerbitan HK yang terakhir ini dimaksudkan untuk meninjau ulang adanya kemungkinan memperbincangkan Kembali sejarah sastra Indonesia modern yang konon ditandai dengan Siti Nurbaya, yaitu sebuah novel yang lahir setelah HK atau pun Student Hidjo karya Mas Marco. HK adalah satu dari sedikit novel politik yang terbit pada zaman kolonial, yang 64 diitulis pada tahun 1919 ketika Semaoen dijebloskan ke dalam penjara oleh Pemerintah Hindia Belanda karena persdelict. Dalam hal ini menarik disimak tinjauan Damono (1999:69—82) tentang, keterlibatan sastra Indonesia. Dalam tulisan itu dibahas keterlibatan sastra atau sastrawan dalam masyarakat yang secara tersirat dinyatakan betapa ideologi pengerang ikut menentukan wujud karya sastra yang dihasilkannya, Karya Semaoen. yaitu HK tampaknya juga bisa dikaitkan dengan ideologi yang dia anut Sesungguhnyalah HK’ merepresentasikan paham komunisme internasional yang dianut oleh pengarangnya. Secara gamblang Semaoen dalam HK memperkenalkan dan mempropagandakan komunisme melalui pergerakan partai komunis kepada masyarakat. Di samping itu, HK merupakan novel politik yang menggambarkan suasana pergerakan. Adanya paham komunisme ini ‘memunjukkan bahwa pada zaman kolonial terdapat pluralisme pergerakan yang berbau politik di Indonesia. Dengan demikian, selain paham nasionalisme juga terdapat paham internasionalisme yang tidak lain adalah komunisme internasional. Gagasan atau paham tersebut tidak hanya disuarakan melalui kegiatan politik, _tetapi terekspresikan dan tergemakan dalam karya sastra atau dalam HK. Paham internasionalisme yang dalam hal ini adalah ‘Komunisme internasional yang mempunyai tujuan membebaskan rakyat dari penjajahan sangat relevan dengan cita-cita Kadiroen, protagonis novel ini, Oleh karena itu, tidak ragu-ragu Kadiroen meninggalkan jabatannya sebagai patih untuk bergabung, dengan partai komunis. Kadiroen menggunakan partai komunis sebagai kendaraannya dalam berpolitik untuk mengangkat derajat rakyat Hindia dari pemerintah kolonial dan para kapitalis yang, membelit perekonomian rakyat. 1.2 Masalah Untuk mengetahui lebih jauh tentang HK karya Semaoen masalah yang diangkat dalam makalah ini ialah ebagaimana paham komunisme terekspresikan atau suasana pergerakan yang diciptakan untuk membentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat tergambarkan dalam HK? 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan novel HK karya Semaoun tentang paham komunisme dan suasana pergerakan yang diciptakan untuk membentuk suatu negara yang merdeka dan berdaulat 1.4 Metodologi Pendekatan yang digunakan dalam penelitian novel HK karya Semacen ini adalah menggunakan semiotik yang dikembangkan oleh Riffatere, Untuk pemberian makna pada suatu karya sastra, ‘Yent Muvanr Suprtarzn: Mensaca Hixavar KADIROUN «+. penelitian semiotik pertame-tama berangkat dari pembacaan heuristik yang kemudian disusul dengan pembacaan liermeneutik, sebagaimana dikatakan oleh Riffaterre (1978: 5—6). Pembacaan heuristik pada dasarnya merupakan pembacaan karya sastra berdasarkan struktur kebahasaannya dengan mengacu pada konvensi sistem semiotik tingkat pertama. Sementara itu, pembacaan htermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya, Riiffaterre mengemukakan bahwa puisi (karya sastra) merupakan salah satu aktivitas bahasa, Bahasa puisi bersifat semiotik (significance) tunggal, memfokus. Sebagai ekspresi bahasa, puisi hanya dapat dipahami apabila pembacanya menguasai Konvensi bahasa. Akan tetapi, pembacaan berdasarkan konvensi bahasa itu, yang oleh Riffaterre disebut sebagai pembacaan heuristik, belum memadai untuk memahami makna puisi yang sesungguhnya. Dari pembacaan heuristik, pembaca harus bergerak lebih jauh ke dalam pembacaan hermeneutik, pembacaan yang berdasarkan konvensi sastra. Sementara itu, metode penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan deskriptif, yaitu mendeskripsikan teks yang berkaitan dengan masalah penelitian., sedangkan tekni pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. 2. Ringkasan Cerita a HK mengisahkan perjuangan seorang ~ pemuda yang bernama Kadiroen, Sariman, dan Citro dalam usahanya membebaskan rakyat Indonesia dari penjajahan. Kadiroen pada awal cerita bekerja di pemerintahan dengan jabatan mantri polisi. Seb: mantri polisi, Kadiroen digambarkan begitu bijaksana dan selalu memperhatikan masyarakat kelas bawah atau wong cilik. Sikap Kadiroen ini bertolak belakang dengan atasannya, asisten wedono, seorang peniilat. Jika Kadiroen mencari-cari kebenaran demi keadilan, asisten wedono mencari-cari cara METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64-73 supaya mendapat pujian. Orang lain tidak ada yang mengetahui watak kedua orang itu, Namun, melalui pencerita, pembaca mengetahui bahwa Kadiroen berhati emas, sedangkan asisten wedono berhati busuk. . Sifat Kadiroen yang jujur dan berhati mulia serta selalu memperhatikan masyarakat kecil tidak berubah setelah ia menjabat asisten wedono, Ia senantiasa mendengarkan dan menyaksikan kehidupan rakyatnya dengan cara berkeliling desa. Kebiasaaan inilah yang mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Ardinah yang kelak menjadi istrinya, Sejak menemui kegagalan, kesehatan Kadiroen menjadi terganggu. Ia pun terpaksa mengambil cuti. Kemudian, Kadiroen dipindahkan ke desa Rejo dengan jabatan wedono. Sebagai wedono semakin leluasalah ia melaksanakan cita-citanya, yaitu menyejahterakan rakyat. Akan tetapi, cita-citanya itu sulit terwujud karena ia tidak mendapat dukungan sepenuhnya dari asisten-asisten wedono yang berada di bawah kekuasaannya sehingga sering terjadi kesalahpahaman antara keinginan Kadiroen dengan rakyatnya. Akhirnya, Kadiroen membuka diri, siap menerima Keluh-kesah rakyat secara langsung. Kadiroen bertambah sibuk dan tidak sempat memperhatikan keschatannya. Terlebih setelah ia menjabat patih. Saat Kadiroen menjabat patih, di tanah Hindia datang pergerakan baru yang mengguncang rakyat. Pergerakan itu membawa ideologi baru tentang budi perkerti, pikiran, adat-istiadat, dan segala hal yang berorientasi pada kesejahteraan, Kebersamaan, dan kemajuan rakyat. Pergerakan ini mendapat simpatisan dari rakyat. Pergerkan ini yang bernama Partai Komunis (PK) dalam waktu singkat menjadi besar. Sebaliknya, mass media yang berbahasa Belanda dan para priyayi serta pejabat-pejabat lainnya membenci PK. Bahkan, mereka ingin memberantas PK sampai habis. Kadiroen benar-benar tertarik pada PK karena visi dan misi partai tersebut sejalan dengan cita-citanya. Akan tetapi, sebagai patih, ia tidak serta merta masuk pergerakan itu. Untuk sementara keinginannya bergabung dengan PK dan membantu pergerakan itu dapat diwujudkannya melalui bantuan dana dan tulisan- tulisannya yang dipublikasikan dalam surat kabar Sinar Rakyat dengan menggunakan nama samaran. Tulisan-tulisan Kadiroen lumayan pedas, dipandang menyerang pemerintah kolonial sampai akhirnya ia mendapat panggilan dari atasannya dan diadukan ke pengadilan. Saat itu Kadiroen dapat mempertanggungjawabkan tulisannya di oy ae sehingga terbebas dari jeratan a dengan Sariman, Kadiroen juga berkenalan dengan Citro aktivitis PK. Mereka bersama-sama beraktivitas di partai tersebut, Bahkan, Kadiroen tinggal serumah Sariman. Di bagian ini pengarang memperkenalkan berbagai hal seperti model-model pendidikan, model kehidupan rumah tangga yang patut diteladani, dan bagaimana mereka saling tolong-menolong, seperti Sariman dan istrinya yang mempertemukan Kadiroen dan Ardinah. Akhir cerita, digambarkan Kadiroen bertemu kembali dengan Ardinah yang telah bercerai dengan suaminya. Atas restu orang tuanya, Kadiroen menyunting Ardinah. 3. Pembahasan Novel Kadiroen Ringkasan tersebut mengimplikasikan bahwa nasionalisme dalam HK ;presentasikan melalui protagonis novel, Kadiroen, Kadiroen yang berjiwa nasionalis begitu mencintai bangsa dan negaranya sendiri, Oleh karena itu, hati dan jiwanya begitu gelisah saat menyaksikan negeri dan rakyat Hindia atau orang-orang pribumi, hidupnya terkuasai oleh orang asing dan orang-orang pribumi yang kebetulan memegang kendali pemerintahan. Hikayat Oleh karena itu, Kadiroen senantiasa berusaha menciptakan kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Di samping itu, ia pun gigih mempertahankan dan mengabdikan diri demi integritas bangsa. Sikap Kadiroen yang demikian itu dibangunnya sejak ia ‘menjabat sebagai mantri polisi, suatu jabatan terendah dalam pemerintah kolonial yang dirintisnya sejak lulus dari OSVIA. Yang menarik dari semua itu Kadiroen sangat memperhatikan masyarakat kecil. Untuk menonjolkan perilaku Kadiroen Yang berbeda dengan pejabat atau priyayi- Priyayi lainnya, pengarang sejak awal novel ini mengontraskannya dengan perilaku priyayi lainnya seperti Asisten Wedono yang bernama Raden Panji, atasannya. Kontras antara Kadiroen dan Raden Panji dapat dilihat dalam oposisi biner berikut ini Kadiroen x Raden Panji pembela kebenaran * penjilat mencari bukti-bukti x mencari cara supaya dapat Pujian naik pangkat » turun pangkat Oposisi biner tersebut menggambarkan kekontrasan Kadiroen dengan Raden Panji. Sebagai mantri polisi, Kadiroen siap membela kebenaran untuk setiap orang yang membutuhkannya tanpa melihat latar belakang sosial orang itu, sedangkan Raden Panji hanya bersedia membela pejabat- pejabat atau orang-orang Belanda. Perbedaan ini tentu saja mempengaruhi cara bekerja dan perilaku keduanya. Kadiroen senantiasa mencari bukti-bukti agar tidak menghukum orang yang tidak bersalah, sedangkan Raden Panji menempuh segala cara semisal menyenangkan nyonya Belanda dan menyalahkan Soeket, penduduk desa, supaya mendapat nama baik di mata atasnnya, Tentu saja cara yang ditempuh Kadiroen adalah cara yang benar dan membawa hasil yang memuaskan, sedangkan Raden Panji memakai cara yang licik sehingga merugikan banyak pihak. Perilaku kedua orang itu tampak ketika seorang Nyonya Belanda seekor ayam dan seorang pribumi yang kehilangan a ee ‘Yews Mutvant Supeiarin: Memanca Hocavar Kacimoun .. sapi. Asisten wedono memperlakukan Nyonya Belanda dengan sangat homat dan segera menguruskan perihalnya, sedangkan terhadap rakyat kecil sama sekali tidak memperhatikannya, Sementara itu, Kadiroen tidak membedakan perkara keduanya. Baik tethadap Nyonya Belanda ataupun terhadap pribumi, ia menyelesaikannya dengan baik. Kebusukan asisten wedono dan kebaikan Kadiroen di akhir peristiwa terbongkar. Kadiroen mendapat pujian, sedangkan asisten wedono mendapat hukuman, sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut, Tuan dan Nyonya Administratur sangat gembira melihat keberhasilan Kadiroen, Sebab masih begitu muda, sudah sangat cerdik dan pemberani, Sedang Tuan Asisten Wedono, menjadi amat malu. Di kota peristiwa itu diceritakan kepada pembesar yang menjadi atasan dua pejabat tersebut. Maka dengan tersiarnya kabar itu, diuruslah masalah Asisten Wedono dan Kadiroen. Karena kepandaian Kadiroen, tidak begitu lama, ia dinaikkan pangkatnya Wedono di Onderdistrik Gunung Ayu. Sedang Tuan Asisten Wedono yang besar kepala dan berhati batu dimarahi sehingga menjadi malu. (HK, him. 38). Kutipan tersebut mengimplikasikan bahwa sesungguhnya ~memperoleh penghargaan atau pujian dari atasan tidak harus menempuh cara yang licik atau “menyenangkan atasan’, tetapi dapat menggunakan cara-cara sesuai dengan hukum yang berlaku sebagaimana Kadiroen yang berusaha mengumpulkan berbagai bukti-bukti sehingga ia dapat berhasil meringkus pencuri sapi dan hal yang menyebabkan ayam Nyonya Belanda itu Peristiwa yang menggambarkan perbuatan Kadiroen dan Raden Panji di awal novel ini mengindikasikan bahwa Kadiroen yang saat itu menjabat mantri 67 METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73 polisi sudah bekerja secara profesional. Kadiroen sedikit pun tidak membeda- bedakan siapa yang dihadapinya Teristimewa ia loyal terhadap rakyat kecil. Cita-citanya hanyalah satu, yaitu ingin memakmurkan rakyat terutama yang berada di wilayah kekuasaannya, Sesungguhnya, Kadiroen tidak tahan menyaksikan rakyat kecil menderita sebagai akibat adanya kolonialisme yang bercokol di negerinya. Ia berusaha memperjuangkan kebebasan individu-individu dari belenggu penjajah. Sikap Kadiroen ini dapat menjadi tanda adanya suatu keinginan manusia terjajah untuk membentuk suatu bangsa dan menciptakan sebuah negeri yang tak lagi dipegang dan dikuasai oleh penjajah. Agar keinginannya terwujud Kadiroen senantiasa mengumpulkan bawahannya untuk mengetahui bagaimana keadaan dan kehidupan rakyat, sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut. ‘Sahabat para lurah dan semua tetua desa yang berkumpul di sini saya mengajak kalian semua untuk musayawarah di sini, tidak untuk mendapatkan keterangan berdusta. Saya mempunyai maksud, memak- murkan orang kecil yang ada di wilayah distrik saya, saya perlu mengetahui hal ihwal rakyatku. Dan, jika saya sudah mengerti, tentulah bisa berusaha guna memakmurkan rakyat semuanya. Kalau rakyat hidupnya susah tentu saya akan turut susah. Dan Karena itu, siapa dari alian yang saya tanyai sesuatu, jangan takut berkata berterus terang apa adanya. Siapa yang menjawab dusta, maka ia saya pandang rewel dan ingin membikin susah saya, jelas’. (HIK, him. 72) Kutipan tersebut menggambarkan salah satu usaha Kadiroen, yaitu memanggil seluruh bawahannya supaya meng- gambarkan situasi kehidupan warga di desanya masing-masing. Untuk memak- murkan rakyatnya, Kadiroen perlu mengetahui bagaimana sesungguhnya tingkat kehidupan rakyatnya, Tidak cukup hanya menerima laporan dari bawahannya, Kadiroen pun turun ke jalan untuk mendengarkan secara langsung keadaan rakyatnya dengan cara menyamar, seperti terbaca berikut ini Kadiroen berdandan. Dengan pakaian palsu ia menyamar seperti orang Arab, layaknya seorang mindring yang mengutangkan kain pelakat dan kain kebaya kepada penduduk desa. Dengan pakaian begitu, ia akan mendapat keterangan sebenarnya dari rakyat. Kadiroen akan mendatangi tiga atau empat desa dalam sehari di setiap onderdistrik, Dalam empat hari pekerjaan itu pasti selesai. (HK, hlm. 81) Usaha-usaha yang dilakukan Kadiroen ini mencerminkan jiwanya yang senantiasa mencintai orang kecil. Namun, sungguh malang usaha-usaha yang dilakukan Kadiroen ini belum membawa hasil yang memuaskan, Selain bawahannya yang tidak banyak membantu, rakyat pun sulit memahami keinginan Kadiroen. Disamping itu, pihak-pihak penguasa juga menghambat cite-citanya. Kadiroen sudah berusaha maksimal, tetapi rakyatnya tetap miskin. Kadiroen tidak mengerti apa penyebab semua itu. Ketidakpahaman Kadiroen baru terjawab setelah datang gerakan baru ke wilayahnya yang menamakannya parta komunis atau lebih popuier dengan sebutan PK, Tjitro, juru kampanye PK pada setiap pidatonya senantiasan menyatakan bahwa maksud dan tujuan PK hanyalah memuliakan rakyat dan negeri Hindia. Tujuan ini tentu saja cukup beralasan kkarena saat itu keadaan negeri dan rakyat Hindia tidak lagi makmur. Kesusahan, kemelaratan, dan kemiskinan semakin rakyat Hindia. Hal itu ditandai dengan lumbung-lumbung padi kosong, kerbau, sapi, dan ternak rakyat lainnya kian berkurang jumlahnya. Persediaan makanan dari hari ke hari semakin menipis sehingga berbagai jenis penyakit berkembang di negeri Hindia. PK sedikit demi sedikit akan berusaha mengembalikan kehidupan rakyat Hindia yang terkenal makmur kembali seperti semula, Dengan tujuan seperti itu sudah dapat dipastikan PK menarik perhatian banyak orang termasuk Kadiroen, Dalam waktu singkat pergerakan ini berkembang dengan pesat. Kadiroen pun menjadi paham setelah mendengar penjelasan Tjitro bahwa rakyat Hindia itu semata-mata setelah rakyat Hindia diperintah oleh bangsa Belanda, Pemerintah kolonial itu dan orang- orang Belanda lainnya yang bermodal dan yang menciptakan kapitalisme di bumi Indo- esia secara kuat menguasai perekonomian i negeri ini sehingga orang-orang pribumi terpinggirkan. Berikut ini salah satu bagian Pidato Tjitro yang menerangkan situasi di Eropa yang membawa dampak buruk terhadap kehidupan rakyat di Hindia, Pada zaman itu, jenis dan macam pekerjaan serta usaha rakyat di Hindia juga semakin banyak macamnya. Mereka lalu mulai meniru kepandaian dan kemajuan bangsa Eropa. Tidak lama setelah Hindia diperintah bangsa Belanda, di Eropa ada perubahan besar kemajuan manusia yang juga membawa perubahan besar di seantero dunia yakni mereka bisa membikin mesin-mesin dan pabrik- pabrik. Lalu mulai berdiri pabrik kereta api, pabrik kain atau cita, Pendek kata, sekarang adalah zamannya mesin dan pabrik yang digerakkan oleh tenaga air dan api alias stoom dan kemudian dengan sistem elektrik dan sebagainya. Keberhasilan-keberhasilan baru itu tidak saja membawa dampak perubahan yang besar di negeri Eropa, tetapi juga di Hindia. Karena kita berada di Hindia, saya akan menerangkan perubahan- perubahan yang terjadi di Hindia saja. Pabrik-pabrik di Eropa dapat menghasilkan barang-barang perdagangan seperti kain, perabotan rumah, perhiasan badan dan sebagainya, Jumlah barang itu amat banyak sebab sebuah pabrik dapat bekerja dengan cepat dan bagus. Jadi, ‘Yet Muvanr Supeiarin: Mensaca Hicavar KADmmoun barang produksi pabrik bisa sangat banyak jumlahnya serta murah. Begitulah dalam hal tukar-menukar penghasilan antara Hindia dengan barang-barang dari pabrik Eropa maka barang-barang produksi Eropa dapat mengalahkan barang bikinan Hindia yang kalah baik dan kalah murah ketimbang barang hasil Eropa, Kain tenun, batik, nila Jawa dan sebagainya mulai oleh kain cap-capan, cat-cat pabrik Eropa dan sebagainya. Karena itu, berbagai pekerjaan bumiputra seperti menenun, membatik, membikin nila Jawa dan sebagainya mulai mengalami kemunduran. Semakin lama perdagangan bertambah ramai sehingga toko-toko dan gudang- gudang di kota bertambah banyak juga. Mundurnya beberapa jenis pekerjaan yang lama lalu diganti dengan pekerjaan baru, Saudara-Saudara tahu dalam situasi serba ramai begini mulai timbul dua golongan manusia, yaitu pertama golongan yang memiliki pabrik, maskapai kereta api dan mobil, toko- toko dan sebagainya. Yang kedua adalah golongan kaum buruh dari berbagai macam bangsa atau mereka yang bekerja di perusahaan golongan pertama. Golongan kaum buruh ini asalnya adalah dari kaum petani, tukang batik, tukang tenun, pedagang kecil dari berbagai macam bangsa dan sebagainya. Mereka kehilangan pekerjaannya karena terdesak oleh pabrik-pabrik, oleh mesin-mesin dan perdagangan besar. ‘Tambah maju mesin dan pabrik tambah banyak pula pekerja yang terdesak oleh Kekuatan mesin, Hal yang mana semakin menambah susahnya manusia mencari pekerjaan atau penghidupan meskipun jenis dan macam pekerjaan bertambah. Pada saat ini lalu datang masanya kaum buruh saling berebut pekerjaan. Mereka mau dibayar murah, asal saja dapat kerjaan. METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73 Hal ini yang menyebabkan perubahan besar di desa-desa, yaitu perubahan yang membikin ruwetnya mencari pekerjaan dan penghidupan penduduk asli. Itulah salah stu sebab juga yang menyebabkan kemunduran pemodai kecil dan kemakmuran serta keselamatan rakyat di Hindia, Tetapi selain dari itu ada sebab yang lain, yaitu orang yang bermodal yang mempunyai Pabrik, ‘spor, toko-toko dan sebagainya, orang yang satu sama lain saling berebut keuntungan. (HK, him.114-116). Pidato yang dikemukakan oleh Tjitro yang menerangkan latar belakang atau sebab-sebab terjadinya kemiskinan dan kesusahan orang-orang pribumi itu cukup memikat Kadiroen. Bahkan, Kadiroen semakin paham mengapa usaha-usaha yang dilakukannya selama ini menemui kegagalan. Implikasi lain dari pidato Tjitro ini adalah bahwa pembangunan, baik mental maupun material yang dilakukan oleh pemerintah kolonial di bumi Indonesia jelas berorientasi pada kapitalisme telah memarjinalkan perekonomian rakyat. Dengan kata lain, pada zaman kolonial distribusi dan penataan ekonomi desa— kota, penduduk asli—asing (pendatang, Belanda), dan sektor tradisional— industri, serta mayoritas—minoritas, berlangsung secara tidak beres, PK dengan pergerakan-pergerakan di berbagai sektor berupaya membebaskan penderitaan rakyat dari belenggu kapitalisme. Demikian pula dengan Kadiroen. Karena masih menjabat sebagai Pati, Kadiroen tidak dapat secara terang- terangan melakukan pergerakan atas nama PK. Dengan menggunakan nama samaran, Kadiroen membela rakyat melalui tulisan- tulisannya yang dipublikasikan dalam surat kkabar Sinar Rakyat, surat kabar yang berada di bawah naungan PK, Kadiroen mengambil jalan tengah, jadi tidak masuk sebagai anggotanya atau ikut memberikan pertimbangan- 70 pertimbangan dalam vergadering- vergadering PK. Tetapi selain membantu dengan uang secara rahasia itu, maka Kadiroen juga turut membantu dengan berusaha memberikan pertimbangan dan pengetahuannya pada organisasi PK, yaitu dengan menulis dalam surat kabar Sinar Rakyat. Tetapi supaya tidak ada orang yang mengerti bahwa ia ikut menulis, maka selamanya ia memakai nama palsu, yaitu Pencari. Hanya pemimpin redaksi Sariman sendiri yang mengetahui rahasia ini. (HK, hm. 157) Tulisan-tulisan di surat kabar Sinar Rakyat dengan nama penulis Pencari menarik perhatian para pejabat dan juga redaksi media-media lain yang tidak berpihak pada bumiputra. Menurut mereka, tulisan Pencari itu membuat kehormatan pemerintah kolonial ternoda. Mereka menggugat Pencari ke pengadilan karena telah mencemarkan nama baik pemerintah. Pencari pun tampil ke muka umum untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Akhirmnya, terbongkar pula siapa sesungguhnya Pencari yang tiada lain adalah Kadiroen. Kadiroen diperingati agar berhati-hati, Bahkan, selanjutnya Kadiroen diberi dua pilihan, jika ingin terus menulis harus jabatannya, dan jika ingin terus bekerja di pemerintah ia harus menghentikan kegiatan menulis, Kadiroen memutuskan keluar dari jabatannya, sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut. (1) Pangkat regen, setidaktidaknya patih, tetapi mesti memutuskan hubungannya dengan pergerakan rakyat Gaji dan pangkatnya amat besar. Tetapi cita- citanya atau idealismenya akan mati, (2) Pangkat dan gaji wedono ada cukupan, berhubungan dengan gerakan rakyat masih bisa. Tetapi pekerjaanya di sana- sini tidak bisa semestinya karena waktunya terpecah. (2) Pangkat tidak ada dan gaji hanya sedikit, tetapi sebagai mede-redacteur bisa menunjang cita-citanya, _yaitu membantu dengan ikhlas tenaga dan usahanya supaya rakyat Hindia bisa lepas, pintar dan kuat untuk bisa merdeka lahir batin, Ia bisa menuntut cita-citanya bahwa tanah airnya akan merdeka, berdiri sendiri seperti bangsa lainnya sehingga bangsanya akan bisa dipandang sama dan sederajat dengan bangsa lain. Kadiroen dengan cepat memutuskan dan memilih meminta lepas dari pangkat dan jabatan priyayi dengan hormat sebab ia mau menjalani perbuatannya sendiri yang sesuai dengan cita-cita dan keyakinanya, yang sungguh mulia untuk kepentingan or- ang banyak, (HK, hlm.175—176). Kutipan tersebut mengimplikasikan bahwa Kadiroen benar-benar berjiwa nasionalis, Ia berusaha membebaskan tanah airnya dari tangan penjajah, bisa berdiri sendiri sehingga bangsanya bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, nasionalisme dalam HK terepresentasikan, antara lain dengan cara mencintai tanah air dan membawa rakyat sampai ke gerbang kemerdekaan. Untuk mencapai cita-citanya itu, Kadiroen bersama-sama Sariman di bawah naungan pergerakan PK berjuang melawan penjajah. Kadiroen — meneruskan Perjuangannya lewat tulisan-tulisannya di Sinar Rakyat. Teladan diwujudkan terus dalam diri Kadiroen yang bekerja dengan integritas, dan pengabdian tinggi di tengah tekanan dari berbagai pihak. Sejak posisinya sebagai mantri polisi sampai dengan patih, jurnalis kemudian kepala redaksi pandangan dan orientasinya tidak berubah. Hal ini pula yang menarik dalam diri Kadiroen. Sementara itu, selain ditunjukkan oleh Kadiroen, teladan dalam berbagai aspek kehidupan keluarga ditunjukkan pula melalui sahabat-sahabat Kadiroen, terutama Sariman dan Tjitro. Kehidupan suami-istri Sariman dirinci secara detail dari pagi sampai dengan malam sebagai contoh yang, ideal. Hidup sederhana, tanpa dibantu “buruh”, tugas-tugas rumah tangga Sariman dipikul bersama. Simaklah kutipan berikut ‘Yeo Movant Supmsarin: Menasce Hicavar KADIROUN ... yang menggambarkan kehidupan rumah tangga Sariman yang harmonis. Di galeri muka, pada waktu jam setengah dua siang itu duduk seorang perempuan muda. Wajahnya tidak begitu cantik atau molek, tetapi juga tidak jelek. Wajahnya malahan kelihatan lebih manis, Pakaiannya tampak seperlunya untuk kepentingan di rumah, yang menunjukkan bahwa ia tidak mempunyai banyak uang untuk menghias dirinya. Gelang, tusuk konde, subang, dan peniti dari emas atau perak yang sangat disenangi oleh kebanyakan kaum perempuan, barang-barang itu sama sekali tidak menempel di tubuhnya. Dan hanya cincin kawin dari swasa tanpa mata yang berkilau melingkar di salah satu jarinya. Tetapi caranya berpakaian sederhana itu memang kelihatan begitu bersih dan rapi, sehingga pemakainya kelihatan sangat pantas. Pada waktu itu perempuan tersebut sedang bahagia memikirkan apa yang sudah ia kerjakan sampai saat itu, Pagi-pagi benar ia sudah bangun, lalu bangun seraya menyeduh wedang kopi dan memasak nasi goreng sisa masak kemarin sore serta membikin telur dadar mata sapi dua. Lalu setelah suaminya bangun dan mengerjakan hal-hal yang perlu, mereka sarapan bersama-sama pada waktu yang biasanya, Sehingga laki-laki tersebut menjadi amat senang, sehingga semakin sayang dan berterima kkasih kepada istri tercintanya itu. Setelah si lelaki berangkat bekerja, maka si perempuan pergi berbelanja ke pasar. Sedang seorang anak tetangganya menjaga rumahnya. Dari pasar ia lantas masak dan sambil menunggu masakannya matang, ia mencuci pakaian serta perabotan rumah tangga lainnya yang kotor. Lalu mengerjakan hal-hal lain sebagai kewajiban istri di rumah. Ya, ia memikirkan semua pekerjaannya yang sejak pagi hingga jam satu lebih tidak ada hentinya itu. a METASASTRA, Vol. 1, No. 1, Juni 2010: 64—73 Tetapi karena itu semua hatinya menjadi begitu senang. Sehingga lalu teringat kepada Tuhan Allah dan mengirimkan doa beberapa kali. Perempuan tersebut merasa senang arena dengan pekerjaannya tersebut ia merasa bisa membantu suaminya, menyenangkan lelaki meski hasiinya tidak seberapa best. Dan karena rajinnya perempuan itu saree Teas Perea suamiku See ere senang hati. O, bagaimanakah tambah besamya cinta lelakiku merasakan hidup berumah tangga yang begini nikmat! smbil menunggu kedatangan suaminya. (HK, him.179=180) Kutipan tersebut menggambarkan kehidupan rumah tangga Sariman yang bergaya tradisional, artinya suami sebagai kepala rumah tangga bekerja di liar rumah mencari nafkah, sedangkan istrinya sebagai ibu rumah tangga yang aktif didalam rumah. Dengan kata lain, di dalam rumah tangga Sariman itu sudah ada pembagian tugas dan eran masing-masing, suami berperan di Tuang publik, sedangkan istri berperan di ruang domestik. Tidak ada satu gambaran Pun yang mengungkapkan pertukaran peran, ‘semisal sewaktu-waktu Sariman membantu istrinya membereskan pekerjaan rumah tanga atau sebaliknya istri Sariman mencari nafkah ke ruang publik. Bahkan, untuk ‘menuntut ilmu pun, istri Sariman sama sekali tidak pergi ke luar. la cukup belajar di rumah dengan suaminya sebagai guru. Karena Sariman bekerja di surat kabar, istrinya mendapat porsi lebih besar di rumah. Meskipun demikian, Sariman tetap melakukan tugasnya sebelum dan sesudah kerja sehingga istrinya mempunyai waktu untuk belajar, bersosialisasi, dan berekreasi, sebagaimana terbaca dalam kutipan berikut. Sehabis makan, Sariman dan Kadiroen minum rokok dan meneruskan pembicaraannya. Sedang si perempuan 72 mengerjakan semua hal seperti membersihkan taplak meja dan sebagainya. Persis jam tiga, maka Sariman mempersilakan Kadiroen untuk tiduran, Karena semua itu, Kadiroen merasa begitu senang sehingga ia merasa seperti ada di rumahnya sendiri. Dan karena ia merasa capek pulang bepergian dari Kota S ke Kota G, maka ia mau tiduran itu. Ia tanya kepada Sariman apakah tuan dan nyonya rumah juga mau tiduran. Tetapi dengan heran ia mendapat keterangan bahwa mereka berdua itu tidak pernah tidur siang. Sebab Sariman mulai dari jam 2.30 sampai jam 4, mengajar istrinya. Dan hari itu istrinya harus belajar ilmu bumi. Istri Sariman menerangkan bahwa ia sangat senang belajar ilmu alam, ilmu bumi, ilmu hitung, dan lain sebagainya. Perempuan itu ingin mengerti dan pandai supaya bisa ikut memikirkan dan membicarakan semua hal yang penting-penting yang terjadi di zaman kemajuan itu, Sekarang Kadiroen mengerti, mengapa istri Sariman itu tadi begitu fasih ikut omong membicarakan masalah politik. (Ak, hmi82) Implikasi kutipan tersebut bahwa istri adalah teman bertukar pikiran yang bisa duduk sejajar dan ikut berdiskusi dengan teman atau tamu suaminya, Penggambaran kehidupan rumah tangga Sariman ini tentu saja bukan tanpa maksud tertentu dari pengarang. Jika dikaitkan dengan pergerakan PK yang dijadikan pilihan berpolitik oleh Sariman dan Sariman sendiri berperan sebagai salah seorang yang cukup berpengeruh di PK, kehidupan berumah tangga Sariman ini dimaksudkan sebagai teladan untuk pasangan-pasangan suami- istri di bumiputra. 3. Simpulan Simpulan yang dapat dideskripsikan berdasarkan hasil pembahasan adalah Novel HK menggambarkan ke i rumah tangga Sariman. Di samping itu, PK dapat menciptakan nasionalisme karena mobilisasi yang dilakukan oleh Sariman dan istrinya—yang tergolong kalangan intelektual atau elite politik— yang dijadikan panutan oleh para pengikutnya, Pembagian fungsi dan peran dalam rumah tangga yang ditunjukkan keduanya juga dapat dipandang sebagai suatu cara mempertahankan nasionalisme lewat mentradisionalisasi budaya etnis. Selain kehidupan rumah tangga Sariman yang menjadi teladan, hal lain yang diperkenalkan PK dalam novel HK adalah model pendidikan. Model pendidikan komunis yang diperkenalkan lewat HK ini dapat dicermati melalui teman-teman Kadiroen seperti Sariman dan Tjitro. Bagian yang mengisahkan model pendidikan ini tampaknya cukup penting karena Pengarang sampai memerlukan satu bab untuk menggambarkannya. Di bagian itu diungkap secara panjang lebar masa kecil Sariman dan Tjitro, bagaimana keduanya bertemu, dan bersama-sama menuntut ilmu sampai akhirnya keduanya meraih kesuksesan. Dengan demikian, latar Daftar Pustaka ‘Yeon Mutvanr Suprtarin: Mensaca Hocavar KADIROUN belakang kehidupan Sariman dan Tjitro ini dipandang menjadi model pendidikan untuk memberdayakan rakyat. Sambil mencari ang untuk sekolah, kedua anak secara mandiri membaca buku tentang berbagai ilmu: “imu alam, ilmu bumi, ilmu memerintah negeri, ilmu hukum, ilmu igama, ilmu pertanian, dan ilmu mempelajari hal-ikhwalnya hewan”. Dengan kata lain, secara khusus novel HK merupakan model pendidikan komunis Indonesia dengan moralitas yang ketat untuk memerdekakan bangsa dari penjajahan kaum kapitalis atau kaum bermodal yang berorientasi pada uang dan keuntungan, Pidato Tjitro yang memberikan sejumlah strategi perombakan struktural untuk “merebut kekuasaan kaum yang bermodal” (antara lain dengan mendirikan koperasi dan serikat kerja) dan merebut tanah air dari pemerintah kolonial (Belanda) yang dilengkapi dengan gambaran kehidupan para tokoh protagonist seperti Kadiroen seolah menjadi resep lain dari dimensi individual dan keluarga, Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida, Jakarta: Pustaka Firdaus. Riffaterre, Michael. 1978. Semiotics of Poetry. Bloomington and London: Indiana University Press. ‘Semaoen. 2000. Hikayai Kadiroen, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. *) Yent Mutyani adalah peneliti muda (IV/a) Balal Bahasa Bandung, Kementrian Pendidikan Nasional yang beralamat di Jalan Sumbawa No. 11, Bandung. Nomor telepon yang dapat dinubungi (022) 4205468 dan 08174958823 dengan pos- el: yeni.mulyani@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai