Bab 0 Cover Pengantar Ringkasan Eksekutif Hasil Workshop 200
Bab 0 Cover Pengantar Ringkasan Eksekutif Hasil Workshop 200
Katarina Tomasevski
Penyelia:
Fasli Jalal
Alih Bahasa:
Hendarman
Mardhatillah Mardjohan
REFERENSI CEPAT iv
SINGKATAN-SINGKATAN v
KATA PENGANTAR vi
1. PENDAHULUAN
1
ii
6 AGAR PENDIDIKAN DAPAT DISESUAIKAN 49
6.1 Menyesuaikan pesekolahan terhadap peserta didik 49
6.2 Memperbesar dampak yang diinginkan dalam pendidikan 51
6.2.1 Menghapuskan pekerja anak 51
6.2.2 Menghapuskan perkawinan di bawah umur 53
9 MELIHAT KE DEPAN 71
10 BIBLIOGRAFI 73
iii
DAFTAR TABEL
iv
Tabel 17: Pengaruh lama pendidikan terhadap usia kawin 58
v
REFERENSI CEPAT
Perjanjian-perjanjian mengenai prinsip-prinsip hak asasi manusia
Kewajiban pemerintah terhadap hak asasi manusia
Hak-hak anak
Pembatasan usia minimum di Asia
Pendidikan tanpa biaya dan wajib belajar
Jaminan-jaminan hukum terhadap hak atas pendidikan
Kendala-kendala pembiayaan
Kebebasan memilih bagi orang tua
Lama wajib belajar
Wajib belajar versus kebebasan orang tua untuk memilih
Larangan-larangan terhadap diskriminasi
Kondisi-kondisi mengenai nondiskriminasi dalam pendidikan
Minat terbaik dari setiap anak
Matriks berbasiskan hak-hak asasi untuk mutu pendidikan
Status guru
Hak-hak bahasa
Materi pendidikan
Hukuman fisik dan disiplin
Pekerja anak
Usia minimum untuk diperbolehkan bekerja
Perbedaan jender
Usia minimum untuk kawin
Perkawinan anak-anak
Pengaruh pendidikan terhadap usia kawin
Penghapusan stereotype jender
Infrastruktur
Contoh-contoh terbaik dalam pemantauan pendidikan berbasiskan hak-hak
asasi
Pengarusutamaan hak asasi manusia dalam pendidikan
Globalisasi versus Lokalisasi
Sekolah-sekolah agama/sekuler
Tahap-tahap untuk mencapai pendidikan yang inklusif semuanya
Pendidikan sebagai suatu hak asasi
Menuju integrasi
Sekolah-sekolah menanggapi perbedaan
Pendidikan negeri/swasta
Liberalisasi
Menegaskan kebutuhan untuk pendidikan tanpa biaya dan wajib belajar
vi
SINGKATAN-SINGKATAN
vii
KATA PENGANTAR
Kerangka Kerja Aksi Dakar yang diadopsi pada Forum Pendidikan Dunia di
Dakar, 2000, berisi suatu pernyataan yang tegas, bahwa pendidikan
merupakan hak asasi yang paling mendasar bagi setiap manusia; dan
memberikan penekanan tentang pentingnya aksi pemerintah berbasis
hak asasi untuk mencapai tujuan Pendidikan untuk Semua. UNESCO
secara aktif mendukung pandangan bahwa pendekatan berbasiskan hak
asasi dalam pembangunan pendidikan merupakan prasyarat untuk
mewujudkan Pendidikan untuk Semua.
Buku ini, oleh karena itu, dimaksudkan tidak hanya untuk mengklarifikasi
beberapa konsep teknis yang terkandung dalam undang-undang hak-hak
asasi internasional, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah
menjadikan buku ini sebagai alat rujukan bagi mereka yang ingin
mendalami tentang konsep-konsep tersebut dalam konteks pendidikan.
Dalam meringkas dan menganalisis berbagai perjanjian dan konvensi hak
asasi manusia, buku ini menyajikan hak-hak kunci, khususnya yang
berhubungan dengan anak-anak, orang tua, dan pemerintah, beserta
berbagai kewajiban terkait yang harus dipenuhi, khususnya oleh
Pemerintah untuk memenuhi hak-hak tersebut.
viii
Tujuan buku ini adalah untuk menyediakan suatu rujukan yang utuh
untuk memudahkan pemahaman tentang hak asasi manusia dalam
pendidikan, sehingga dapat mengurangi kebingungan yang terjadi selama
ini, dengan disertai berbagai contoh praktis.
Sheldon Shaeffer
Direktur UNESCO Bangkok
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
x
Agar pendidikan dapat dijangkau (accessible); buku ini
memprioritasikan penghapusan diskriminasi sebagai mandat dari
undang-undang hak asasi manusia internasional;
Agar pendidikan dapat diterima (acceptable); buku ini mengacu
pada mutu pendidikan, dengan meringkas standar hak-hak
manusia yang seyogianya diterapkan dalam proses pembelajaran;
Agar pendidikan dapat disesuaikan (adaptable); buku ini
menekankan pada prinsip-prinsip utama hak-hak anak, yaitu
pendidikan perlu mengakomodasi dan menyesuaikan minat utama
setiap individu anak.
Suatu pijakan terpenting dalam buku ini adalah pendidikan dan hak-hak
dipandang sebagai proses yang berhubungan satu sama lain, hal yang
satu akan memperkuat hal yang lain. Untuk dapat menjamin
terakomodasinya minat utama dari setiap anak, keberadaan hak-hak
harus tercakup dalam sistem pendidikan nasional maupun internasional.
Sekolah-sekolah dan kurikulum harus berorientasi pada upaya penerapan
seluruh hak manusia oleh setiap anggota masyarakat.
xi
Keuntungan kerangka kerja yang mengacu pada analisis lintas sektoral
lingkungan pendidikan nasional dan internasional adalah tidak
membatasi fokus hanya pada pendidikan, tetapi lebih kepada seluruh
aspek yang melibatkan pemerintah dan berbagai komponen masyarakat.
Pendidikan dapat dipandang dari berbagai aspek yang ada pada suatu
masyarakat; demikian juga halnya dengan hak-hak manusia yang tidak
dapat dipertimbangkan dalam suatu isolasi, tetapi harus dipahami
sebagai prinsip-prinsip yang membimbing bagi seluruh aktivitas politik
dan sosial.
xii
terkait. Tanggungjawab kolektif seperti ini memobilisasi dukungan
internasional, dan juga memungkinkan saling tukar pengalaman yang
kemudian digunakan sebagai contoh-contoh penerapan terbaik.
Ketersediaan (Availability)
xiii
Debat tentang negeri dan swasta menjadi penting, khususnya dengan
meningkatnya suasana liberasi pendidikan. Salah satu kendala utama
untuk membangun akses lebih besar atas sekolah-sekolah dasar tanpa
biaya dalam tahun-tahun terakhir adalah ditetapkannya uang sekolah,
baik sebagai alat untuk mengatasi berkurangnya anggaran yang
dialokasikan untuk pendidikan atau untuk memungkinkan penerimaan
bantuan-bantuan lunak (loans) pembangunan. Berbagai bantuan lunak
sepanjang 1980-an khususnya berisi klausul yang menegaskan adanya
“bagi beban biaya” (cost-sharing), dan pada awal era milineum
ditemukan di banyak negara di Asia dan Pasifik adanya biaya-biaya
tertentu yang dibebankan pada pendidikan dasar sebagai norma,
bukannya sebagai pengecualian.
Keterjangkauan (Accessibility)
xiv
teks, yang pada masa lalu seringkali dipilah atas dasar jender dan
budaya.
Keberterimaan (Acceptability)
Didasarkan atas usaha-usaha untuk mencapai akses yang lebih besar dan
merata untuk memperoleh pendidikan, Kerangka Kerja Aksi Dakar
menekankan kebutuhan untuk penjaminan mutu dan relevansi terhadap
pengalaman-pengalaman belajar untuk siswa sesegara mungkin.
xv
yang dikumpulkan untuk pencatatan statistik setiap anak yang
mendaftar, dan perlunya kesesuaian antara tahap intake dan input.
Dengan kata lain, adanya penjaminan bahwa silabus, kurikulum, dan
bahasa pengantar sejalan dengan kebutuhan dan kemampuan dari
peserta didik.
Kebersesuaian (Adaptability)
xvi
Muncul kemudian pertanyaan mengenai ujian-ujian yang terstandar,
yang beberapa kalangan berargumentasi bahwa hal ini akan membatasi
potensi setiap anak untuk mengekspresikan pencapaian belajar akibat
materi kurikulum dikembangkan secara kuantitatif; dan hasil-hasil ujian
tersebut kemudian mengklasifikasikan perorangan, sekolah, dan negara
dalam bentuk peringkat dengan menggunakan tabel kinerja.
Tahap terakhir dari matriks yaitu impact, berkait dengan dua isu
lainnya: penghapusan pekerja anak dan perkawinan anak di bawah umur.
Penjaminan WAJAR dan pendidikan tanpa biaya diperluas dan dipertegas
dengan usaha agar seluruh anak dapat bersekolah dan untuk meyakinkan
bahwa mereka tidak dieksploitasi sebagai pekerja murah. Juga upaya
untuk mengaitkan antara usia minimum meninggalkan sekolah dan mulai
bekerja sangat penting untuk menghapuskan praktik-praktik di sejumlah
negara dengan anak-anak meninggalkan sekolah kurang dari usia 10
tahun dan mulai bekerja di bawah usia 15 tahun, dan selanjutnya
menetapkan hal tersebut sebagai sesuatu yang bertentangan dengan
hukum. Ketentuan dari Organisasi Buruh Internasional (ILO) menyatakan
bahwa usia minimum meninggalkan sekolah adalah 14 tahun, dan
beberapa negara mengadopsi ketentuan tersebut dengan menaikkan usia
minimum menjadi 16 tahun.
xvii
Konvensi-konvensi relevan yang memfokuskan pada pekerja anak dan
perkawinan di bawah umur meliputi: Konvensi tentang Hak-hak Anak,
Konvensi ILO tentang Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk
Anak; dan Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
terhadap Wanita; Konvensi ILO tentang Usia Minimum.
xviii
xix