Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Hakikat, Fungsi serta Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai


Bahasa Nasionan dan Bahasa Negara

Dosen pengampu

Refrill Dani M. Pd

Disusun oleh

Andre Ramadhan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK SIPIL

2019/2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia ini tepat pada waktunya. Makalah Bahasa Indonesia ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan Bahasa Indonesia semester awal. Makalah ini
membahas mengenai Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.

Saya mengucapkan banyak terimah kasih kepada bapak dosen atas segala
arahan dan bimbingan sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada penulis sendiri. Penulis menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini Karena keterbatasan kemampuan dari
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Bukittinggi, 17 september 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................1

Daftar Isi........................................................................................................................2

Bab I Pendahuluan........................................................................................................3

I.1 Latar Belakang................................................................................................3

I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

I.3 Tujuan.............................................................................................................3

Bab II Pembahasan.......................................................................................................4

II.1 Sejarah Bahasa Indonesia...............................................................................4

a) Sebelum kemerdekaan...........................................................................4

b) Sesudah kemerdekaan...........................................................................6

II.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia..................................................... 8

a) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional... 8

b) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara......9

II.3 Prinsip Bahasa..............................................................................................10

Bab III Penutup............................................................................................................12

III.1 Kesimpulan..................................................................................................12

III.2 Saran............................................................................................................12

Daftar Pustaka..............................................................................................................13

2
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa
penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain itu Bahasa
Melayu juga menjadi bahasa penghubung antara suku-suku, menjadi bahasa transaksi
perdagangan internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh
berbagai suku Bangsa Indonesia dengan para pedagang asing. Pemerintah kolonial
Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu
administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan Bahasa Belanda oleh
para pegawai pribumi dinilai lemah.

Dengan bersandarkan pada Bahasa Melayu yang kian merajalela di Indonesia,


maka sarja dari Bangsa Belanda mulai melakukan penerbitan-penerbitan karya sastra
yang memakai Bahasa Melayu selain itu mereka juga telak melakukan promosi
bahasa ke sekolah-sekolah kaum pribumi pada masa penjajahan, seiring berjalannya
waktu mulailah tumbuh kesadaran akan keinginan untuk memiliki bahsa sendiri yaitu
Bahasa Indonesia.

Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas dan


mendeskripsikan mengenai “Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”.
Karena Masyarakat Indonesia sendiri belum tahu banyak tentang bagaimana
perjalanan Bahasa Indonesia sampai saat ini, serta kedudukan dan fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu Bangsa Indonesia.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan Bahasa Indonesia ?
3. Apa fungsi Bahasa Indonesia ?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan Bahasa Indonesia.
3. Untuk mengetahui fungsi Bahasa Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

II .1 Sejarah Bahasa Indonesia

a) Sebelum kemerdekaan

Bahasa Indonesia atau berakar dari bahasa melayu. Bahasa Indonesia tumbuh
dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sudah dipakai berabad-abad sebagai
bahasa pergaulan (lingua franca), bukan saja di Kepelauan Nusantara, melainkan juga
hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa
bahasa Melayu sudah digunakan secara meluas sejak dahulu. Misalnya, prasasti tertua
yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7.
Masuknya Islam ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya membawa
pengaruh pada tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan untuk
menulis bahasa Melayu.

Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di Sumatra


dan Kerajaan Majapahit di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai :

1. Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan


hidup dan sastra;

2. Bahasa perhubungan antarsuku di indonesia;

3. Bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di


indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar
indonesia;

4. Bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan sriwijaya maupun


pada masa pemerintahan majapahit.

Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai sebagai
bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan
pemakaian bahasa Belanda pada penduduk pribumi. Dengan demikian, komunikasi di
antara pemerintah dan penduduk Indonesia dan di antara penduduk Indonesia yang
berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan dengan bahasa Melayu. Selama masa
penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang ditulis dengan bahasa Melayu.

4
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 28 Oktober
1928 melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menerima bahasa Melayu
sebagai bahsa nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa Indonesia. Butir ketiga
dari ikrar Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang
mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia, “menjunjung bahasa persatuan yaitu
bahasa Indonesia”. Sejak itulah bahasa Indonesia secara perlahan tumbuh dan
berkembang terus. Sejak zaman prakemerdekaan hingga saat ini perkembangannya
menjadi demikian pesatnya sehingga bahasa Indonesia telah menjelma menjadi
bahasa modern

Menurut Ahmad Bachtiar dan Fatimah (2014) alasan pemilihan bahasa Melayu
menjadi bahasa persatuan, yaitu :

1. Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa yang kosmopolitan dan internasional


sebelum tercetusnya Sumpah Pemuda. Bahasa tersebut sudah dipakai sebagai
bahasa perantara bukan saja di Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh
Asia Tenggara. Bahasa Melayu digunakan tidak hanya untuk komunikasi
antar suku bangsa tetapi juga bangsa-bangsa lain seperti Arab, Cina, Belanda,
dan bangsa asing lainnya.

2. Bahasa Melayu lebih egaliter dibandingkan bahasa-bahasa lain di Nusantara


seperti Jawa, Sunda, Bali yang jauh lebih rumit, baik dalam cara tulis maupun
hirarkienya. Oleh karena itu, bahasa-bahasa itu tidak dapat dipakai
berkomunikasi dalam masyarakat demokratis.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda pemakaian bahasa Melayu makin meluas
karena sudah diguanakan di sekolah, buku-buku, majalah dan almanak yang di
usahakan oleh pemerintahan Belanda.

Pada masa Hindia Belanda dikenal dua jenis bahasa Melayu,yaitu:

1. Bahasa Melayu Tinggi

Bahasa Melayu Tinggi atau disebut juga bahasa Melyu “resmi”. Bahasa Melayu
Tinggi digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda dan pers yang pro Hindia
Belanda.

2. Bahasa Melayu Rendah

5
Bahasa Melayu Rendah dikenal juga bahasa Melayu Pasar. Bahasa Melayu Rendah
digunakan oleh kalangan pergerakan kebangsaan dan masyarakat Cina dalam
komunikasi maupun berkesusastraan.

b) Sesudah Kemerdekaan

Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus ditetapkan


Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36, yang menyatakan
bahwa, “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, di samping
kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia juga berkedudukan sebagai
bahasa Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipakai dalam semua
urusan yang berkaitan dengan pemerintahan dan negara.

Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang


pesat, setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia semakin bertambah. Kedudukan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa Negara semakin kuat.
Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat
besar.

Beberapa peristiwa penting yang mengandung arti dalam sejarah


perkembangan bahasa Indonesia, sebagai berikut :

1. Pada 1901, pemerintahan Hindia Belanda menyusun pembakuan bahasa


Melayu yang melahirkan sistem ejaan penulisan bahasa Melayu dengan huruf
Latin, yang kemudian dikenal sebagai “Ejaan van Ophuijeen”.

2. Tahun 1917, Belanda mendirikan Balai Pustaka untuk menyebarkan bahasa


Melyu secara sistematis melalui bacaan-bacaan.

3. Pada 25 Juni 1918, Ratu Belanda memberikan kebebasan kepada anggota


Dewan Rakyat untuk menggunakan bahasa Melayu dalam perundingan-
perundingan.

4. Pada Mei 1933, diterbitkan majalah Pujangga Baru sebagai reaksi atas sensor
yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya sastrawan, terutama yang
menyangkut rasa nasionalisme.

5. Tahun 1938 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo, Jawa


Tengah. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan, antara lain:

a. Mengganti Ejaan van Ophuysen

6
b. Mendirikan institusi Bahasa Indonesia, dan

c. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam Badan


Perwakilan.

6. Tahun 1942 – 1945 (masa pendudukan Jepang), Jepang melarang pemakain


bahasa Belanda dan memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, sebab
bahasa Jepang belum banyak dikuasi oleh bangsa Indonesia.

7. Tahun 1947 dibentuk sebuah panitia Ejaan Bahasa Indonesia diketuai oleh
mentri pendidikan yaitu Mr. Soewandi. Mr. Soewandi menetapkan perubahan
ejaan bahasa indonesia menjadi Ejaan Republik atau Ejaan Soewardi.

8. Tahun 1948 terbentuk Balai Bahasa yan g menangani pembinaan bahasa. Pada
tahun 1968 berganti nama menjadi Lembaga Bahasa Nasional dan tahun 1972
diubah menjadi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa yang
selanjutnya lebih dikenal dengan Pusat Bahasa.

9. Tahun 1963 dilakukan pemufakatan Ejaan Melindo (Ejaan Melayu–


Indonesia)

10. Pada 16 Agustus 1972 Presiden Soeharto meresmikan penggunakan Ejaan


yang Disempurnakan (kemudian biasa disingkat EYD). Ejaan tersebut
mengganti ejaan lama, ejaan Republik atau ejaan Soewardi. 31 Agustus 1972
resmi diberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan dan Pembentukan Istilah resmi

Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan


Soewandi hingga Ejaan yang disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari
masyarakat.

Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia :

1) Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan
van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh
Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

2) Ejaan Soewandi

7
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan
van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik.

3) Ejaan yang disempurnakan (EYD)

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan


pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan Putusan
Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.

Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua),
menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum
Pembentukan Istilah. Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi
dikuatkan dengan surat Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

II. 2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

a) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui ikrar


Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa nasional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:

(1) kebanggaan nasional,

(2) lambang identitas nasional,

(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan

(4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.

Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-


nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa Indonesia harus merasa

8
bangga karena adanya bahasa Indonesia yang dapat menyatukan berbagai suku
bangsa yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi
perbedaan yang ada. Atas dasar kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara dan
berkembang serta rasa kebanggaan memakainya senantiasa terbina.

Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi di


samping bendera dan lambang Negara kita. Untuk membangun kepercayaan diri yang
kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas, di antaranya dapat diwujudkan melalui
bahasanya. Dengan adanya sebuah bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan
suku bangsa yang berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui
bahasa tersebut.

Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar
belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau tidak ada sebuah bahasa,
seperti bahasa Indonesia yang bias menyatukan suku-suku bangsa yang berbeda, akan
banyak muncul masalah perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh
pelosok tanah air dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat
komunikasi.

Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia


memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai social budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan.
Dengan demikian, kitas dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan
daerah (kesukuan) atau golongan.

b) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara pada 18 Agustus 1945


dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Sebagai Negara, bahasa
Indonesia berfungsi (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar dalam dunia
pendidikan, (3) alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk urusan-


urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi, dokumen dan surat-surat resmi
harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-upacara kenegaraan juga

9
dilangsungkan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia
dalam acara-acara kenegaraan sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.

Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia merupakan


satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam
dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi,
kecuali di daerah-daerah yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa
pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan dasar.

Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan


dan pemerintahan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi
timbale-baik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat
perhubungan antardaerah dan antarsuku, melainkan juga sebagai alat perhubungan
dalam masyarakat yang sama latar belakang social budaya dan bahasanya. Kalau ada
lebih dari satu bahasa yang digunakan sebagai alat perhubungan, keefektifan
pembangunan dan pemerintahan akan tergangggu karena akan diperlukan waktu yang
lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat mengatasi hambatan ini.

Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi,


bahasa Indonesia merupakan satu –satunya bahasa Indonesia yang memenuhi syarat
untuk itu karena bahasa Indonesia telah dikembangkan untuk keperluan tersebut dan
bahasa ini dimengerti oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama
pula bahasa Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai social
budaya nasional.

II. 3 Prinsip Bahasa

Zulhafizh (2016:5), ada beberapa prinsip bahasa, yaitu :

1) Bahasa sebagai sistem

Bahasa itu bersifat sistematis dan sistemis. Sisitematis artinya bahsa itu
tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak . sistemis artinya bahasa itu
bukan merupakan sitem tunggal, tetapi terdiri dari subsistem (Zulhafizh,2016:6).

2) Bahasa sebagai lambang

Kata Lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari.


Umpamanya dalam membicarakan cendera kita sang merah putih sering dikatakan

10
warna merah adalah lambang keberanian dan warna putih adalah lambang kesucian.
Atau gambar bintang dalam burung garuda pancasila yang merupakan lambang asas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol
dengan pengertian yang sama (Zulhafizh,2016:6).

3) Bahasa adalah bunyi

Bunyi bahsa adalah yang dihasilkan alat ucap manusia. Namun tidak semua
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia adalah bunyi bahasa
(Zulhafizh,2016:7).

4) Bahasa itu bermakna

Bahasa sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang


dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, ide, atau suatu pikiran, maka
dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna (Zulhafizh,2016:7).

5) Bahasa itu arbitrer

Yang dimaksud dengan arbitrer dalam bahasa itu adalah tidak adanya
hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep
atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut (Zulhafizh,2016:7).

6) Bahasa itu konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya


bersifat arbitrer, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu
bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi
konvensi bahwa lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang
diwakilinya. Dalam hal ini berarti terjadi kesepakatan di dalam masyarakat tentang
penggunaan bahasa (Zulhafizh,2016:8).

7) Bahasa itu produktif

Meskipun bahasa itu terbatas, tetapi dengan unsur-unsur yang jumlahnya


terbatas itu dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski
secara relatif sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu. Keproduktifan
bahasa dapat dilihat pada jumlah kalimat yang dibuat (Zulhafizh,2016:8).

8) Bahasa itu unik

11
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh
orang lain. Lalu, jika bahasa dikatakan unik, maka artinya setiap bahasa mempunyai
ciri khas tersediri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya (Zulhafizh,2016:8).

9) Bahasa itu universal

Maksud dari universal adalah ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap
bahasa yang ada di dunia ini. Ciri bahasa yang universal ini tentunya merupakan
unsur bahasa yang paling umum. Karena bahasa itu berupa ujaran, maka ciri
universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahasa itu mempunyai bunyi
bahasa yang terdiri dari bunyi vokal dan konsonan (Zulhafizh,2016:8).

10) Bahasa itu dinamis

Karena keterikatan dan keterkaitan bahasa itu dengan manusia, sedangkan


dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu
berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi
tidak statis. Karena itulah, bahaa itu disebut dinamis (Zulhafizh, 2016:9).

11) Bahasa itu bervariasi

Anggota masyarakat suatu bahasa biasanya terdiri dari berbagai orang denan
berbagai status sosial dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota
masyarakat bahasa itu ada yang berpendidikan ada yang tidak; ada yang tinggal di
kota ada yang di desa; dan sebagainya. Oleh karena latar belakang dan lingkungannya
yang tidak sama, maka bahasa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau
beragam, di mana antara variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali
mempunyai perbedaan yang besar (Zulhafizh,2016:9).

12) Bahasa itu manusiawi


Bahasa itu manusiawi, artinya bahasa itu hanya dimiliki manusia dan hanya
dapat digunakna oleh manusia.

12
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Sesuai dengan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai sejarah,
kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai berikut :

1. Sejarah Bahasa Indonesia

a. Sebelum kemerdekaan

b. Sesudah kemerdekaan

2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa

a. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional

b. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

3. Prinsip Bahasa

III.2 Saran

1. 1Kita harus mengerti sejarah yang telah dilalaui Bahasa Indonesia secara lebih
dalam, sehingga kita dapat lebih memaknai Bahasa Indonesia itu sendiri dan
tetap mempeliharanya serta mengembangkannya.

2. Kita harus mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara.

3. Penggunaan Bahasa Indonesia harus sesuai kedudukan dan fungsinya.

4. Kita harus Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

13
Daftar Pustaka

Bachtiar, Ahmad dan Fatimah.2014. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi.


Bogor: In Media.

Zulhafizh. 2016. Bahasa Indonesia : Konsep dan Penerapan (Revisi).Pekanbaru:


Alaf Riau.

Muslich, Masnur dan Oka, I Gusti Ngurah. 2010. Perencanaan Bahasa pada Era
Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muslich, Masnur. 2010. Bahasa Indonesia pada Era Globalisasi: Kesusukan, Fungsi,
dan Pengembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

14

Anda mungkin juga menyukai