Anda di halaman 1dari 22

TUGAS

UTS SISTEM REPRODUKSI

DISUSUN OLEH :

JUMI APRITASARI
NPM : 1826010074.P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )
TRI MANDIRI SAKTI BENGKULU
2019
Jawaban :

1. Bagaimana pemeriksaan fisik pada ibu post partum untuk menentukan


status kesehatan, posisi, dan presentasi janin?

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM


A. PERSIAPAN
Peralatan
Tensimeter dan stetoskop
Termometer
Arloji/stop wacth
Reflek hammer
Penlight
Penggaris 2 buah
Tongue spatel
Serbuk kopi dan gula dalam tempatnya
Garputala
Meteran

B. PENATALAKSANAAN
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Menyiapkan trolley/baki ke tempat tidur klien
3. Mengecek fungsi alat-alat
4. Membawa trolley/baki ke tempat tidur klien
5. Salam terapeutik
6. Mengidentifikasi periode dan perubahan klien post partum
7. Periode :
a. Immediatepostpartum: Periode 1 jam pertama post partum, pada
periode ini angka kematian ibu mencapai
50%. Observasi setiap 30 menit
b. Early post partum : Periode minggu pertama setelah post
partum
c. Late post partum : Periode minggu kedua samapai keenam post
partum
Perubahan psikologi :
a. Taking In(fase ketergantungan) Klien berfokus pada dirinya dan tergantung
pada orang lain, biasanya ibu membicarakan
pengalaman melahirkan. Fase ini Berlangsung
1-2 hari.
b. Taking Hold(fase ketergantungan Klien mulai berinisiatif dan mandiri memenuhi
ke mandiri) kebutuhan dirinya dan bayinya. Fase ini
berlangsung hari ke-3 s/d minggu ke-4/5.
c. Letting go (Fase kemandirian) Klien sudah merasakan diri dan bayinya saling
terikat. Fase ini berlangsung minggu ke-5 s/d
ke-6.
d. Honey moon Fase dimana terjadinya intiminassi dan kontak
yang lama antara ayah, ibu dan bayi serta
menciptakan hal baru.

8. Memperhatikan privacy klien dengan cara menutup sampiran, menutup


bagian tubuh lain yang belum diperiksa.
9. Mengatur posisi tidur klien dengan supine position
10. Melakukan anamnesa kesehatan meliputi : Identitas klien, identitas
penanggung jawab, keluhan utama (PQRST), riwayat kesehatan saat ini
(P-A), riwayat kesehatan dahulu (Penyakit yang pernah diderita
sebelumnya exs: DM, Hipertensi, jantung, Hepatitis dll), riwayat
kehamilan dan persalinan (umur anak, hidup/mati, cacat tidak, jenis
kelamin, aterm/tidak, spontan/sc, tempat partus, penolong,
pendarahan/tidak) serta riwayat keluarga (penyakit keturunan)
11. Menganalisa hasil laboratorium=dari file/status klien apakah ada kelainan
12. Melakukan pemeriksaan :
Kepala→mata→hidung→leher→JVP→Pembesaran tyroid
13. Melakukan pemeriksaan dada dan payudara :
a. Paru (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
b. Jantung (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
c. Inspeksi payudara untuk melihat adanya kemerahan, ketidaksimetrisan,
terutama pembengkakan payudara
d. Palpasi payudara untuk mengetahui apakah ada teraba panas dan
adanya benjolan akibat bendungan asi
e. Inspeksi dan palpasi areola dan nipple
14. Melakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi abdomen : adanya luka sc, appendiktomi, striae gravidarum,
posisi uterus (tengah/kesamping)
b. Kontraksi uterus = Lihat dan raba (Keras /lunak)
c. Ukur diastasis rectus abdominalis =posisi tubuh klien di tekuk membuat
sudut 45° semifowler dibantu dengan tangan kiri, sementara tangan
kanan menekan rectus abdominalis. Tindakan ini menimbulkan rasa
nyeri. Ukuran normal 1-2 jari
d. Involusio uteri = mengetahui tinggi fundus uteri
Tingkatan involusio uteri
Waktu sejak Posisi fundus Uteri Berat Uterus
Melahirkan
1 – 2 jam Pertengahan pusat sympisis 1000 gr
12 jam 1 cm dibawah pusat
3 hari 3 cm dibawah pusat, terus menurun 1 500 gr
cm/hari
9 hari Tidak teraba dibawah sympisis
5-6 minggu Sedikit lebih besar dari nulipara
e. Distensi kandung kemih = jika penuh anjurkan klien untuk BAK
f. After pain = Kontraksi yang intermiten dimana kontraksi ini mirip
dengan kram pada saat menstruasi, afterpain meningkat pada saat
menyusui karena pada saat menyusui sekresi hormon oksitoksin
meningkat sehingga merangsang uterus untuk berkontraksi. Pada
multipara sering ditemukan karena uterusnya cenderung kendor
sebagai akibat dari proses kehamilan dan persalinan sehingga harus
berkontraksi lebih kuat untuk menghasilkan involusi.
15. Melakukan pemeriksaan vulva vagina yang meliputi : Kebersihan, luka
episiotomy, karakteristik lochea dan hemoroid
a. Luka episiotomi : Luka hari keberapa, kondisi luka seperti apa, tanda-
tanda infeksi →REEDA (Rednees, echymosis, edema, discharge,
apeoximality/ kemerahan, ekimosis, edema, keluaran dan gangguan
fungsi)
b. Lochea : Rubra, serosa dan alba
JENIS LOCHEA
BATAS
NAMA WAKTU PENGELUARAN PENGELUARAN
PENGELUARA NORMAL ABNORMAL
N NORMAL
Rubra Hari ke 1-3 Berisi darah, jaringan Lebih banyak bekuan darah
desidua dan trophoblas, dan berbau busuk serta duk
sedikit berbau, penuh dengan darah
pengeluaran meningkat
saat menyusui/exercise
Serosa Hari ke 4-9 Berisi sel darah tua, serum, Duk penuh dengan lochea
leukosit sisa jaringan, dan berbau busuk
berwarna pink/coklat,
konsistensi
serosanguinous, sedikit
berbau amis
Alba Hari ke 10 Berisi leukosit, decidua, Berbau busuk
sel epitel, mukus, serum
dan bakteri, berwarna
kuning keputihan, sedikit
berbau amis
c. Hemoroid = jika ada, kaji stadiumnya
16. Melakukan pemeriksaan extremitas yang meliputi : Refleks dan homan
sigh (Mengetahui adanya trombophlebitis)
17. Memeriksa tanda-tanda vital : TD, RR, Suhu dan Nadi
18. Memperhatikan respon klien selama tindakan dilakukan : Ekspresi muka,
menanyakan langsung adakah keluhan nyeri selama pemeriksaan
19. Merapikan alat-alat dan disimpan kembali diatas baki/trolley
20. Menanyakan kembali apakah masih ada hal-hal yang belum dipahami atau
keluhan yang dirasakan = saat ini boleh diberikan pendidikan kesehatan
mengenai : senam nifas, perawatan perineum, perawatan bayi, dan
kontrasepsi
21. Menanyakan dan mengatur posisi tidur yang dikehendaki agar dapat
meningkatkan kenyamanan klien
22. Berpamitan kepada klien dan keluarga
23. Mencuci tangan
24. Melakukan pendokumentasiaan
a. Catat semua tindakan yang dilakukan beserta respon klien selama
tindakan
b. Lakukan pencatatan dengan teknik pendokumentasiaan yang benar
(tulisan jelas, mudah dibaca, ditandatangani dan disertai nama jelas,
tulisan yang salah coret dengan satu garis lalu di paraf serta catatan
dibuat dengan menggunakan ballpoint).

2. Bagaimana cara menghitung DJJ janin dengan menggunakan Leannec?


Stetoskop Laennec Salah satu alat yang dirancang khusus untuk
mendengarkan detak jantung secara manual, hanya saja baru dapat
digunakan pada usia kehamilan 17-22 minggu. Cara pemeriksaan dengan
menggunakan ini memiliki kekurangan yaitu baru dapat bekerja pada usia
kehamilan memasuki 4 bulan.
Adapun cara pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop leanec yaitu ibu
hamil dapat berbaring dengan posisi telentang kemydian pemeriksaaan
dengan menggunakan leopold untuk menentukan posisi punggung janin.
Sedangkan untuk meletakan stetoskop sendiri pada daerah sekitar
punggung janin dan mulai menghitung detak jantung janin, hasilnya
dicatat untuk mengetahui gambaran kondisi janin.

3. Bagaimana cara mengitung Hari Perkiraan Lahir (HPL)? Sertakan contoh


perhitungannya ?
3 Cara Menghitung HPL secara manual
Dari HPHT bunda juga bisa mengetahui HPL. Caranya adalah dengan
menambahkan 7 pada tanggal pertama menstruasi terakhir, kemudian
mengurangi bulan dengan 3 dan menambahkan 1 pada tahunnya.
Sedangkan untuk bulan yang tidak bisa dikurangi tiga, seperti Januari,
Februari dan Maret, maka bulannya ditambah 9, tetapi tahunnya tidak
ditambah.
Sederhananya, gunakan rumus ini:

Tanggal haid terakhir +7 = perkiraan tanggal kelahiran


Bulan haid terakhir – 3 = perkiraan bulan kelahiran
Untuk bulan Januari, Februari, Maret, bulan haid terakhir +9

Misal, jika HPTP bunda adalah tanggal 15 Oktober 2018 (25 – 10 –


2015), maka HPL-nya adalah (15+7) – (10-3) – (2018+1) atau 22 – 7 -
2019. Tanggal tersebut adalah perkiraan, tanggal kelahirannya sendiri bisa
lebih cepat atau lebih lama selama 7 hari.
4. Bagaimana cara menghitung taksiran berat badan janin? Sertakan contoh
perhitungannya.
Perhitungan terhadap tafsiran berat janin bisa dilakukan dengan
USG, HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) hingga pengukuran
TFU. Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) menjadi salah satu
yang membantu dalam memperkirakan taksiran berat janin (TBJ).
Fundus uteri merupakan nama latin dari puncak rahim. Pengukuran
puncak tertinggi rahim atau tinggi fundus uteri (TFU) perlu
digunakan dalam menghitung berat janin.
Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU) dengan rumus MC Donald
perlu dilakukan untuk memastikan perkiraan usia kehamilan yaitu
TFU x 8/7
Hasil perhitungan dalam rumus MC Donald ini memang membantu
untuk memastikan perkiraan usia kehamilan. Namun, perhitungan
ini belum selalu tepat sesuai dengan usia prediksi kehamilan. Perlu
disadari kalau USG harus tetap harus dilakukan.

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU-12) x 155 gram

Selain rumus dari MC Donald, memperkirakan taksiran berat janin juga


bisa dilakukan melalui rumus Johnson.

TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155

n = 11 jika kepala bayi belum masuk pintu atas panggul


n = 12 jika kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul

n diisi dengan angka-angka konstanta yang sudah ditentukan dalam


pembuatan rumus Johnson.

5. Bagaimana cara menghitung usia kehamilan (usia dalam minggu dan


bulan).
a. Jika diketahui HPHT, berikan contoh perhitungannya!
b. Jika diketahui TFU, berikan contoh perhitungannya!

1. Berdasarkan hari pertama haid terakhir (HPHT)


Cara populer untuk menghitung usia kehamilan adalah dengan
menentukan tanggal menstruasi terakhir sebelum hamil. Metode ini
dikenal dengan nama rumus Naegele. Cara ini dianggap terbaik bagi para
wanita yang memiliki siklus haid teratur 28 hari.
Mula-mula, tentukan tanggal HPHT kemudian tambahkan 40 minggu dari
tanggal tersebut untuk menentukan perkiraan hari persalinan. Hal ini
didasari kepada asumsi bahwa kehamilan biasanya dijalani selama 9 bulan
alias 40 minggu atau 280 hari. Dengan mengetahui perkiraan hari
kelahiran bayi, maka usia kehamilan bisa diketahui.

Berikut simulasi perhitunganganya:

Tentukan hari pertama haid terakhir (HPHT)


Tambahkan satu tahun
Tambahkan tujuh hari
Mundurkan tiga bulan

Jadi bila HPHT tanggal 22 Juli 2018, perhitungannya menjadi:

22 Juli 2018 + 1 tahun = 22 Juli 2019


22 Juli 2019 + 7 hari = 29 Juli 2019
29 Juli 2019 - 3 bulan = 29 April 2019

Berdasarkan rumus tersebut, tafsiran hari kelahiran bayi adalah tanggal 29 April
2019.

Meskipun mudah dan cukup akurat, metode ini tidak bisa diterapkan pada wanita
yang tidak ingat kapan HPHT-nya atau yang memiliki siklus menstruasi tidak
teratur.
2. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri

Cara menentukan kehamilan dengan perkiraan tinggi fundus uteri:

1. Mempergunakan tinggi fundus uteri


2. Menggunakan alat ukur caliper
3. Menggunakan pita ukur
4. Menggunakan pita ukur dengan metode berbeda

Mempergunakan tinggi fundus uteri

Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasi fundus dan


membandingkan dengan patokan.

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

Kasus 2:

1. Kapan disebut sebagai Kala I?


kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung
tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya
kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida
sekitar 8 jam.
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar
delapan
jam.
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm),
berlangsung sekitar enam jam. Pada tahap ini ibu akan merasakan
kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama 20-30 detik. Frekuensi
kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit, dengan
durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya
darah, lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban
yang keluar sebelum pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai
ketuban pecah dini.
2. Kapan disebut sebagai Kala II?
gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan.
Kedua kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga
kepala membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar
paksi luar. Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah
dagu di tarik ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua
bahu lahir ketiak di ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti
dengan sisa air ketuban

3. Kapan disebut sebagai Kala III? Bagaimana manajemen aktif kala III?
setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
langkah utama manajemen aktif kala III (tiga) ada tiga langkah yaitu:
1. Pemberian suntikan oksitosin.
2. Penegangan tali pusat terkendali.
3. Masase fundus uteri
4. Kapan disebut sebagai Kala IV?
Kala IV untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).

Kasus 3:
1. Jelaskan pemeriksaan fisik postparum dengan BUBBLEHE!
DATA FOKUS POST PARTUM:

BUBBLE-HE

B : Breasts

U : Uterus

B : Bowel

B : Bladder

L : Lochia

E : Episiotomy

H : Homans Sign dan Hemoroids

E : Emotion.

Vital Sign: Suhu, Nadi dan tekanan darah.

Berat badan
BREAST
a. Permukaan tampak lembut
b. Tidak Empuk(kosong)
c. Tidak erithema atau discharge Colustrum (hari ke 2)
d. Tenderness dan engorgement ± 3 hari
e. Ukuran dan bentuk: simetris?
f. Nyeri tekan, panas, massa yang dapat dipalpasi dan edema ---mastitis
(Caked breast)
g. Kaji putting: fisura, keretakan, nyeri, inversi.
UTERUS
a. Keras, lembek, lokasi fundus ada digaris tengah antara simpisis dan
pusat 1 cm diatas pusat setelah 12 jam persalinandan menetap selama
48 jamkemudian menurun kira-kira 1 cm( 1 jari) setiap hari dan pada
hari ke-10 – 2 minggu sudah masuk rongga pelviks.
b. Selama pengkajian uterus, abdomen tampak lembut, lunak dengan
striae merah atau ungu,distasis recti abdominis.
c. Pengkajian diastesis recti abdominis—untuk melihat kelonggaran otot
perut.
Bowel
a. Tidak nyaman untuk buang air besar; hemoroid dan luka
episiotomi/ruptur perineum
b. Konstipasi, diare: pengaruh efek progesteron, penurunan tonus otot
usus, kurang makan saat dalam proses persalinan.
c. Apakah memerlukan laksatif ? Makanan tinggi serat, cukup cairan,
mobilisasi, kebiasaan Buang air besar.
Bladder
a. Pengosongan kandung kemih: 250-300setiap 4-6 jam sekali
b. Tanda-tanda ISK ( disuria, keterdesakan, frekuensi)
c. Kaji fundus apakah pada garis tengah ?
d. Kaji adanya distensi kandung kemih
LOCHIA
a. Perubahan warna, jumlah, bekuan, dan bau
b. Rubra sampai 3-4 hari, serosa setelah sampai hari ke- 10 dan lochia
alba setelah hari ke 10.
c. Jumlah /volume sulit ditentukan dengan melihat tampon, cara
akurat dengan menimbang tampon: 1gram = 1 cc.
d. Ciri perdarahan lochia: menetes dari vagina, keluar lebih >> sangat
kontraksi uterus, semburan darah terjadi saat massage uterus
dilakukan, terjadi bekuan dan warna merah gelap jika sebelumnya
terkumpul dalam vagina.
https://dokumen.tips/documents/askep-post-natal-cms.html

2. Jelaskan fase peran maternal menurut Reva Rubin (perubahan emosional pada ibu
selama masa post partum)!
a. Fase Taking In : Merupakan periode ketergantungan. Beberapa
rasa yang tidak nyaman seperti lelah, nyeri jahitan, membuat ibu
nifas sangat bergantung dan membutuhkan perlindungan dan
perawatan dari orang lain. Seorang Ibu nifas pada fase ini akan
terfokus pada dirinya sendiri, lebih tertarik untuk menceritakan
pengalaman yang telah dilalui yaitu hamil dan melahirkan sehingga
cenderung pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada fase ini pula,
seorang ibu nifas biasanya akan mengalami kekecewaan atau fase
denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi yang dilahirkan, suami
atau keluarga. Perasaan bersalah juga sering muncul pada fase ini.
Biasanya berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b. Fase Taking Hold : Fase selanjutnya adalah fase di mana
psikologis ibu sudah mulai bisa menerima keadaan. Seorang ibu
nifas pada fase ini akan mulai belajar untuk melakukan perawatan
bayinya. Tugas pendamping dan keluarga adalah memberikan
dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa mampu
melewati fase ini. Periode ini biasanya berlangsung selama 3-10
hari.
c. Fase Letting Go :Fase Letting Go adalah fase di mana seorang ibu
nifas sudah menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu
melakukan perawatan diri sendiri dan bayinya secara mandiri dan
sudah mampu menyesuaikan diri.
Secara umum, adaptasi ibu nifas akan berjalan seperti teori
tersebut. Namun, ada beberapa hal yang tidak selalu sama karena
respons setiap individu pun berbeda sesuai dengan tingkat
kematangan dan lingkungan. Namun alangkah baiknya, keluarga
mengenali fase tersebut. Agar seorang ibu baru terhindar dari
Syndrome Baby Blues maupun Postpartum Depression.

Kasus 4:

1. Apa intervensi keperawatan yang dapat diberikan pada klien tersebut?


1. Menenangkan ibu supaya tidak cemas, dan memberikan penkes serta
melibatkan keluarganya untuk menenangkan ibu.
2. Memberikan penkes tentang pentingnya pemberian asi pada bayi.
3. Lakukan kalaborasi kepada bidan dan dokter agar puting susu
menonjol serta memudahan pengeluaran asi.
4. Melakukan pijat oksitosin selama 15 menit untuk memberi stimulasi
pada puting dan mampu meningkatkan produksi asi.
5. Mengajarkan keluarga langkah-langkah pijat oksitosin
6. Libatkan keluarga untuk intervensi dan motivasi untuk mendukung ibu

2. Bagaimana posisi menyusui yang benar?

Tahapan perlekatan saat menyusui (latch on) yang tepat pada bayi sebagai
cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1. Usahakan untuk menjaga posisi telinga, bahu, serta pinggul bayi.
Pastikan tubuhnya sejajar dengan tubuh Anda agar bayi bisa lebih mudah
menelan selama menyusui.
2. Usahakan agar posisi hidung bayi berhadapan langsung dengan puting
payudara Anda, dan tidak tertekan.
3. Pegang dagu bayi secara perlahan, kemudian bantu untuk membukanya
sembari bibir bayi mendekati payudara untuk mulai menyusu.
4. Arahkan puting payudara dan gesekkan atau sentuh perlahan bagian bibir
bayi dengan menggunakan puting payudara Anda. Kemudian tunggu
sampai bibir bayi terbuka lebar seola sedang menguap, sebagai pertanda
telah siap untuk mengisap puting payudara.
5. Bimbing bibir bayi menuju ke puting payudara, agar bayi bisa lebih
mudah untuk mengisapnya.
6. Usahakan bibir dan mulut bayi telah mengisap puting payudara Anda
dengan baik dan benar.
7. Tarik puting dari mulut bayi dan ulangi lagi tahapannya dari awal, bila
bayi tidak bisa mengisapnya dengan tepat. Jika latch on tidak dilakukan
dengan benar, biasanya Anda akan merasa nyeri atau sakit pada puting.

Setelah perletakan saat menyusui (latch on) dilakukan dengan baik, kini
bayi bisa mulai menyusui. Berikut ini tanda perlekatan Anda sudah benar :

Dagu bayi menyentuh payudara ibu


Bibir bawah bayi terpuntir keluar
Mulut bayi terbuka lebar
Aerola bagian bawah lebih banyak yang masuk ke mulut bayi dibanding
bagian atas
Bayi yang menyusu dengan baik akan mengisap dengan pelan, berirama,
tidak tergesa-gesa dan tidak terdengar bunyi berdecak. Pipi bayi akan
menggembung dan ibu tidak terasa sakit.
Tahapan cara menyusui bayi yang benar : Ketika semua persiapan telah
Anda lakukan dan paham mengenai cara latch on, kini masuk ke saat
utama untuk menyusui si kecil. Secara keseluruhan, berikut ini cara agar
dapat menyusui dengan baik dan benar:

1. Bagi ibu menyusui, posisikan diri senyaman mungkin dan rilekskan diri
Anda. Supaya lebih nyaman, Anda bisa bersandar atau ganjal tubuh
dengan bantal.
2. Setelah posisi ibu terasa nyaman, gendong dan pegang kepala bayi
dengan satu tangan dan pertahankan posisi payudara ibu dengan tangan
yang lainnya.
3. Kemudian dekatkan wajah bayi ke arah payudara ibu. Pastikan tubuh
bayi menempel sepenuhnya dengan tubuh ibu.
4. Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan menggunakan
puting susu ibu. Tujuannya agar mulut bayi terbuka lebar.
5. Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar puting
payudara ibu) ke dalam mulut bayi. Tahapan ini termasuk lacth on atau
perlekatan saat menyusui.
6. Bayi akan mulai menggunakan lidahnya untuk mengisap ASI. Ibu tinggal
mengikuti irama menyedot dan menelan yang dilakukan bayi.
7. Ketika ibu ingin menyudahi atau berpindah ke payudara yang lain,
letakkan satu jari ibu ke sudut bibir bayi. Nantinya, bayi perlahan-lahan
akan melepaskan isapannya.
8. Hindari melepaskan mulut bayi atau menggeser payudara Anda secara
tiba-tiba. Ditakutkan, hal ini malah akan membuat bayi rewel dan akan
sulit menyusu lagi nantinya.
9. Biarkan bayi mengatur sendiri kecepatannya saat menyusui. Perlu
diingat, tidak ada batasan waktu yang pasti mengenai berapa lama bayi
akan menyusui, karena masing-masing bayi memiliki waktu menyusui
yang berbeda-beda. Hanya saja, memang biasanya bayi punya minimal
waktu tertentu saat menyusu.
10. Perpindahan payudara saat menyusui bisa Anda lakukan ketika
payudara terasa lebih lunak setelah bayi menyusu. Ini karena ASI di
dalam payudara tersebut telah diminum oleh bayi, sehingga terasa tidak
lagi penuh. Tindakan menyusui secara bergantian dapat mencegah
payudara yang belum dipakai untuk menyusui menjadi nyeri karena
penuh terisi oleh ASI.

3. Apa yang bisa dilakukan supaya puting susu tidak lecet?

Cara mencegah puting susu lecet saat menyusui

Untuk mencegah puting lecet, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu:

1. Temukan posisi menyusui yang tepat

Dengan posisi menyusui yang tepat, bayi akan mudah mengisap puting
payudara Anda. Pastikan posisi perlekatan bayi Anda sudah benar.
Gunakan bantal tambahan jika diperlukan untuk membantu menumpu dan
mengangkat bayi Anda ke posisi yang tepat.

Arahkan puting ke hidung bayi. Dengan begitu ketika ia membuka


mulutnya dan kepalanya terdorong ke belakang, puting Anda akan dengan
mudah masuk ke dalam mulutnya.

Selain itu, Anda juga perlu berganti-ganti posisi saat menyusui. Pasalnya,
ketika Anda menyusui dalam posisi yang sama setiap saat, mulut bayi akan
menekan titik yang sama pada puting. Dengan berganti-ganti posisi, puting
terhindar dari tekanan berlebih di satu titik saja yang bisa membuatnya
lecet.

2. Jangan menarik puting secara paksa


Ketika bayi sedang menyusui, mulutnya otomatis akan dikaitkan dengan
kuat pada payudara Anda. Bahkan ketika proses menyusui selesai pun
biasanya ia akan tetap melekatkan mulutnya. Jika buah hati Anda tidak
melepasnya, jangan menariknya secara paksa. Pasalnya, menarik puting
keluar bisa membuatnya lecet dan terluka. Apalagi jika Anda terus
melakukan hal ini berulang kali.

Untuk mencegah lecet dan luka pada puting, coba gunakan teknik khusus
untuk melepaskannya. Caranya dengan memasukkan jari telunjuk Anda
dengan lembut pada sisi mulutnya. Kemudian, lepaskan isapannya secara
perlahan dengan meletakkan jari Anda di sekitar puting.

3. Kurangi pembengkakan pada payudara sebelum menyusui

Biasanya pembengkakan akan terjadi ketika payudara memiliki terlalu


banyak susu di dalamnya. Kondisi ini umumnya terjadi ketika jeda
menyusui terlalu lama. Payudara yang bengkak akan terasa sakit dan sulit
diisap. Akibatnya, risiko lecet pada puting pun cukup besar.

Untuk itu, hal yang perlu Anda lakukan ialah memompa susu terlebih
dahulu agar jaringan payudara melunak dan bengaknya berkurang. Namun
sebelum itu, kompres payudara Anda dengan handuk hangat. Kemudian,
pompa payudara Anda dan simpan hasilnya di lemari pendingin untuk
persediaan. Setelah itu, pijat payudara dengan lembut untuk merilekskan
jaringan di sekitarnya.

4. Pilihlah corong pompa ASI dengan ukuran yang tepat

Puting susu yang lecet tak hanya disebabkan saat proses menyusui saja.
Akan tetapi hal ini terkadang muncul karena Anda tidak menggunakan
corong pompa ASI dengan ukuran yang tepat. Jika ukurannya salah, puting
bisa mengalami iritasi dan terasa sakit. Selain itu, hal ini juga bisa
berpengaruh pada jumlah susu yang didapat saat memompa.
Jika Anda melihat banyak ruang kosong di sekitar areola saat memompa
tandanya Anda butuh pelindung yang lebih kecil. Sebaliknya, jika puting
justru bergesekan dengan bagian dalam corong, tandanya Anda butuh
ukuran yang lebih besar.

5. Mengecek kondisi lidah bayi

Bayi yang memiliki kelainan lidah atau yang disebut dengan tongue tie
biasanya memiliki kesulitan untuk menyusu. Tongue tie adalah kondisi
saat jaringan ikat pada lidah terlalu pendek sehingga pergerakannya
menjadi lebih terbatas.

Hal ini membuat bayi biasanya mendorong puting ke atas dengan lidahnya
dan menekannya ke langit-langit yang keras saat ia mengisap payudara
Anda. Jika dilakukan terus menerus kondisi ini biasanya membuat puting
Anda sakit dan mengalami luka.

Untuk mencegah puting lecet akibat tongue tie, periksakan kondisi lidah
bayi Anda pada dokter. Jika ternyata buah hari Anda mengalaminya,
mintalah rekomendasi pengobatan yang paling tepat.

6. Menggunakan ASI sebagai pelembap alami

Puting merupakan bagian yang sensitif dan rentan mengalami luka saat
menyusui ketika permukaannya terlalu kering. Oleh karena itu, Anda perlu
menjaga kelembapannya. Tak perlu repot mencari produk yang cocok, ASI
bisa dijadikan pelembap alami yang bisa Anda gunakan pada puting.

Ini karena ASI mengandung pelembap kulit alami dan antibodi untuk
membantu melawan infeksi. Oleh sebab itu, untuk mencegah puting lecet
dan menjaganya agar tetap sehat, biarkan sisa ASI yang menempel di
puting mengering dengan sendirinya.
Selain ASI, Anda juga bisa mengoleskan krim puting khusus. Hindari
salep atau krim yang mengandung lanolin murni karena bisa menyebabkan
reaksi alergi pada kulit. Dikutip dari American Pregnancy, pilihlah krim
yang mengandung lanolin yang telah dimodifikasi dan calendula serta
bahan hypoallergenic lainnya untuk membantu menenangkan puting yang
terasa nyeri.

Pakailah krim pelembap ini tepat setelah Anda selesai menyusui. Dengan
begitu, kulit memiliki cukup waktu untuk menyerapnya sebelum proses
menyusui selanjutnya. Bersihkan terlebih dahulu dengan air kemudian
oleskan krim secukupnya. Ingat jika ingin menyusui kembali, Anda harus
membersihkan terlebih dahulu puting Anda dari krim pelembap sebelum
diisap kembali oleh bayi Anda.

4. Bagaimana cara menyendawakan bayi?


Cara Menyendawakan Bayi Setelah Menyusui
Jika si kecil tak kunjung sendawa, Mama bisa mencoba cara
menyendawakan bayi setelah menyusu berikut ini:
1. Siapkan sapu tangan atau handuk kecil. Letakkan pada bahu Mama untuk
menahan muntahan susu.
2. Gendong si kecil menghadap belakang dengan bertopang pada bahu
Mama.
3. Tegakkan tubuhnya dan biarkan kepalanya bersandar pada bahu Mama.
4. Elus-elus lembut punggung si kecil dengan menggunakan satu tangan,
sementara tangan yang lain menahan tengkuk dan bokongnya.
5. Lakukan hingga si kecil bisa bersendawa.
Selain itu, Mama juga bisa melakukan cara menyendawakan bayi dengan
posisi tengkurap. Berikut caranya:
1. Telungkupkan si kecil di pangkuan Mama.
2. Topang dadanya dengan tangan agar kepala si kecil lebih tinggi dari
tubuhnya.
3. Elus-elus bagian punggungnya hingga ia bersendawa.
Saat melakukan gerakan tersebut, pastikan Mama berhati-hati, ya. Jangan
sampai tubuh buah hati justru menjadi tidak nyaman dan membuatnya
menangis.

Anda mungkin juga menyukai