DISUSUN OLEH :
JUMI APRITASARI
NPM : 1826010074.P
B. PENATALAKSANAAN
1. Cuci tangan 6 langkah
2. Menyiapkan trolley/baki ke tempat tidur klien
3. Mengecek fungsi alat-alat
4. Membawa trolley/baki ke tempat tidur klien
5. Salam terapeutik
6. Mengidentifikasi periode dan perubahan klien post partum
7. Periode :
a. Immediatepostpartum: Periode 1 jam pertama post partum, pada
periode ini angka kematian ibu mencapai
50%. Observasi setiap 30 menit
b. Early post partum : Periode minggu pertama setelah post
partum
c. Late post partum : Periode minggu kedua samapai keenam post
partum
Perubahan psikologi :
a. Taking In(fase ketergantungan) Klien berfokus pada dirinya dan tergantung
pada orang lain, biasanya ibu membicarakan
pengalaman melahirkan. Fase ini Berlangsung
1-2 hari.
b. Taking Hold(fase ketergantungan Klien mulai berinisiatif dan mandiri memenuhi
ke mandiri) kebutuhan dirinya dan bayinya. Fase ini
berlangsung hari ke-3 s/d minggu ke-4/5.
c. Letting go (Fase kemandirian) Klien sudah merasakan diri dan bayinya saling
terikat. Fase ini berlangsung minggu ke-5 s/d
ke-6.
d. Honey moon Fase dimana terjadinya intiminassi dan kontak
yang lama antara ayah, ibu dan bayi serta
menciptakan hal baru.
TBJ (taksiran berat janin dalam gram) = (TFU (dalam cm) - n) x 155
Berdasarkan rumus tersebut, tafsiran hari kelahiran bayi adalah tanggal 29 April
2019.
Meskipun mudah dan cukup akurat, metode ini tidak bisa diterapkan pada wanita
yang tidak ingat kapan HPHT-nya atau yang memiliki siklus menstruasi tidak
teratur.
2. Perkiraan Tinggi Fundus Uteri
Kasus 2:
3. Kapan disebut sebagai Kala III? Bagaimana manajemen aktif kala III?
setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
langkah utama manajemen aktif kala III (tiga) ada tiga langkah yaitu:
1. Pemberian suntikan oksitosin.
2. Penegangan tali pusat terkendali.
3. Masase fundus uteri
4. Kapan disebut sebagai Kala IV?
Kala IV untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling
sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan yaitu tingkat
kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
Kasus 3:
1. Jelaskan pemeriksaan fisik postparum dengan BUBBLEHE!
DATA FOKUS POST PARTUM:
BUBBLE-HE
B : Breasts
U : Uterus
B : Bowel
B : Bladder
L : Lochia
E : Episiotomy
E : Emotion.
Berat badan
BREAST
a. Permukaan tampak lembut
b. Tidak Empuk(kosong)
c. Tidak erithema atau discharge Colustrum (hari ke 2)
d. Tenderness dan engorgement ± 3 hari
e. Ukuran dan bentuk: simetris?
f. Nyeri tekan, panas, massa yang dapat dipalpasi dan edema ---mastitis
(Caked breast)
g. Kaji putting: fisura, keretakan, nyeri, inversi.
UTERUS
a. Keras, lembek, lokasi fundus ada digaris tengah antara simpisis dan
pusat 1 cm diatas pusat setelah 12 jam persalinandan menetap selama
48 jamkemudian menurun kira-kira 1 cm( 1 jari) setiap hari dan pada
hari ke-10 – 2 minggu sudah masuk rongga pelviks.
b. Selama pengkajian uterus, abdomen tampak lembut, lunak dengan
striae merah atau ungu,distasis recti abdominis.
c. Pengkajian diastesis recti abdominis—untuk melihat kelonggaran otot
perut.
Bowel
a. Tidak nyaman untuk buang air besar; hemoroid dan luka
episiotomi/ruptur perineum
b. Konstipasi, diare: pengaruh efek progesteron, penurunan tonus otot
usus, kurang makan saat dalam proses persalinan.
c. Apakah memerlukan laksatif ? Makanan tinggi serat, cukup cairan,
mobilisasi, kebiasaan Buang air besar.
Bladder
a. Pengosongan kandung kemih: 250-300setiap 4-6 jam sekali
b. Tanda-tanda ISK ( disuria, keterdesakan, frekuensi)
c. Kaji fundus apakah pada garis tengah ?
d. Kaji adanya distensi kandung kemih
LOCHIA
a. Perubahan warna, jumlah, bekuan, dan bau
b. Rubra sampai 3-4 hari, serosa setelah sampai hari ke- 10 dan lochia
alba setelah hari ke 10.
c. Jumlah /volume sulit ditentukan dengan melihat tampon, cara
akurat dengan menimbang tampon: 1gram = 1 cc.
d. Ciri perdarahan lochia: menetes dari vagina, keluar lebih >> sangat
kontraksi uterus, semburan darah terjadi saat massage uterus
dilakukan, terjadi bekuan dan warna merah gelap jika sebelumnya
terkumpul dalam vagina.
https://dokumen.tips/documents/askep-post-natal-cms.html
2. Jelaskan fase peran maternal menurut Reva Rubin (perubahan emosional pada ibu
selama masa post partum)!
a. Fase Taking In : Merupakan periode ketergantungan. Beberapa
rasa yang tidak nyaman seperti lelah, nyeri jahitan, membuat ibu
nifas sangat bergantung dan membutuhkan perlindungan dan
perawatan dari orang lain. Seorang Ibu nifas pada fase ini akan
terfokus pada dirinya sendiri, lebih tertarik untuk menceritakan
pengalaman yang telah dilalui yaitu hamil dan melahirkan sehingga
cenderung pasif terhadap lingkungan sekitar. Pada fase ini pula,
seorang ibu nifas biasanya akan mengalami kekecewaan atau fase
denial, entah itu dari dalam dirinya, bayi yang dilahirkan, suami
atau keluarga. Perasaan bersalah juga sering muncul pada fase ini.
Biasanya berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b. Fase Taking Hold : Fase selanjutnya adalah fase di mana
psikologis ibu sudah mulai bisa menerima keadaan. Seorang ibu
nifas pada fase ini akan mulai belajar untuk melakukan perawatan
bayinya. Tugas pendamping dan keluarga adalah memberikan
dukungan dan komunikasi yang baik agar ibu merasa mampu
melewati fase ini. Periode ini biasanya berlangsung selama 3-10
hari.
c. Fase Letting Go :Fase Letting Go adalah fase di mana seorang ibu
nifas sudah menerima tanggung jawab dan peran barunya sebagai
seorang ibu. Seorang ibu nifas pada masa ini sudah mampu
melakukan perawatan diri sendiri dan bayinya secara mandiri dan
sudah mampu menyesuaikan diri.
Secara umum, adaptasi ibu nifas akan berjalan seperti teori
tersebut. Namun, ada beberapa hal yang tidak selalu sama karena
respons setiap individu pun berbeda sesuai dengan tingkat
kematangan dan lingkungan. Namun alangkah baiknya, keluarga
mengenali fase tersebut. Agar seorang ibu baru terhindar dari
Syndrome Baby Blues maupun Postpartum Depression.
Kasus 4:
Tahapan perlekatan saat menyusui (latch on) yang tepat pada bayi sebagai
cara menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1. Usahakan untuk menjaga posisi telinga, bahu, serta pinggul bayi.
Pastikan tubuhnya sejajar dengan tubuh Anda agar bayi bisa lebih mudah
menelan selama menyusui.
2. Usahakan agar posisi hidung bayi berhadapan langsung dengan puting
payudara Anda, dan tidak tertekan.
3. Pegang dagu bayi secara perlahan, kemudian bantu untuk membukanya
sembari bibir bayi mendekati payudara untuk mulai menyusu.
4. Arahkan puting payudara dan gesekkan atau sentuh perlahan bagian bibir
bayi dengan menggunakan puting payudara Anda. Kemudian tunggu
sampai bibir bayi terbuka lebar seola sedang menguap, sebagai pertanda
telah siap untuk mengisap puting payudara.
5. Bimbing bibir bayi menuju ke puting payudara, agar bayi bisa lebih
mudah untuk mengisapnya.
6. Usahakan bibir dan mulut bayi telah mengisap puting payudara Anda
dengan baik dan benar.
7. Tarik puting dari mulut bayi dan ulangi lagi tahapannya dari awal, bila
bayi tidak bisa mengisapnya dengan tepat. Jika latch on tidak dilakukan
dengan benar, biasanya Anda akan merasa nyeri atau sakit pada puting.
Setelah perletakan saat menyusui (latch on) dilakukan dengan baik, kini
bayi bisa mulai menyusui. Berikut ini tanda perlekatan Anda sudah benar :
1. Bagi ibu menyusui, posisikan diri senyaman mungkin dan rilekskan diri
Anda. Supaya lebih nyaman, Anda bisa bersandar atau ganjal tubuh
dengan bantal.
2. Setelah posisi ibu terasa nyaman, gendong dan pegang kepala bayi
dengan satu tangan dan pertahankan posisi payudara ibu dengan tangan
yang lainnya.
3. Kemudian dekatkan wajah bayi ke arah payudara ibu. Pastikan tubuh
bayi menempel sepenuhnya dengan tubuh ibu.
4. Beri rangsangan pada daerah bibir bawah bayi dengan menggunakan
puting susu ibu. Tujuannya agar mulut bayi terbuka lebar.
5. Biarkan bayi memasukkan areola (seluruh bagian gelap di sekitar puting
payudara ibu) ke dalam mulut bayi. Tahapan ini termasuk lacth on atau
perlekatan saat menyusui.
6. Bayi akan mulai menggunakan lidahnya untuk mengisap ASI. Ibu tinggal
mengikuti irama menyedot dan menelan yang dilakukan bayi.
7. Ketika ibu ingin menyudahi atau berpindah ke payudara yang lain,
letakkan satu jari ibu ke sudut bibir bayi. Nantinya, bayi perlahan-lahan
akan melepaskan isapannya.
8. Hindari melepaskan mulut bayi atau menggeser payudara Anda secara
tiba-tiba. Ditakutkan, hal ini malah akan membuat bayi rewel dan akan
sulit menyusu lagi nantinya.
9. Biarkan bayi mengatur sendiri kecepatannya saat menyusui. Perlu
diingat, tidak ada batasan waktu yang pasti mengenai berapa lama bayi
akan menyusui, karena masing-masing bayi memiliki waktu menyusui
yang berbeda-beda. Hanya saja, memang biasanya bayi punya minimal
waktu tertentu saat menyusu.
10. Perpindahan payudara saat menyusui bisa Anda lakukan ketika
payudara terasa lebih lunak setelah bayi menyusu. Ini karena ASI di
dalam payudara tersebut telah diminum oleh bayi, sehingga terasa tidak
lagi penuh. Tindakan menyusui secara bergantian dapat mencegah
payudara yang belum dipakai untuk menyusui menjadi nyeri karena
penuh terisi oleh ASI.
Untuk mencegah puting lecet, berikut beberapa hal yang perlu dilakukan,
yaitu:
Dengan posisi menyusui yang tepat, bayi akan mudah mengisap puting
payudara Anda. Pastikan posisi perlekatan bayi Anda sudah benar.
Gunakan bantal tambahan jika diperlukan untuk membantu menumpu dan
mengangkat bayi Anda ke posisi yang tepat.
Selain itu, Anda juga perlu berganti-ganti posisi saat menyusui. Pasalnya,
ketika Anda menyusui dalam posisi yang sama setiap saat, mulut bayi akan
menekan titik yang sama pada puting. Dengan berganti-ganti posisi, puting
terhindar dari tekanan berlebih di satu titik saja yang bisa membuatnya
lecet.
Untuk mencegah lecet dan luka pada puting, coba gunakan teknik khusus
untuk melepaskannya. Caranya dengan memasukkan jari telunjuk Anda
dengan lembut pada sisi mulutnya. Kemudian, lepaskan isapannya secara
perlahan dengan meletakkan jari Anda di sekitar puting.
Untuk itu, hal yang perlu Anda lakukan ialah memompa susu terlebih
dahulu agar jaringan payudara melunak dan bengaknya berkurang. Namun
sebelum itu, kompres payudara Anda dengan handuk hangat. Kemudian,
pompa payudara Anda dan simpan hasilnya di lemari pendingin untuk
persediaan. Setelah itu, pijat payudara dengan lembut untuk merilekskan
jaringan di sekitarnya.
Puting susu yang lecet tak hanya disebabkan saat proses menyusui saja.
Akan tetapi hal ini terkadang muncul karena Anda tidak menggunakan
corong pompa ASI dengan ukuran yang tepat. Jika ukurannya salah, puting
bisa mengalami iritasi dan terasa sakit. Selain itu, hal ini juga bisa
berpengaruh pada jumlah susu yang didapat saat memompa.
Jika Anda melihat banyak ruang kosong di sekitar areola saat memompa
tandanya Anda butuh pelindung yang lebih kecil. Sebaliknya, jika puting
justru bergesekan dengan bagian dalam corong, tandanya Anda butuh
ukuran yang lebih besar.
Bayi yang memiliki kelainan lidah atau yang disebut dengan tongue tie
biasanya memiliki kesulitan untuk menyusu. Tongue tie adalah kondisi
saat jaringan ikat pada lidah terlalu pendek sehingga pergerakannya
menjadi lebih terbatas.
Hal ini membuat bayi biasanya mendorong puting ke atas dengan lidahnya
dan menekannya ke langit-langit yang keras saat ia mengisap payudara
Anda. Jika dilakukan terus menerus kondisi ini biasanya membuat puting
Anda sakit dan mengalami luka.
Untuk mencegah puting lecet akibat tongue tie, periksakan kondisi lidah
bayi Anda pada dokter. Jika ternyata buah hari Anda mengalaminya,
mintalah rekomendasi pengobatan yang paling tepat.
Puting merupakan bagian yang sensitif dan rentan mengalami luka saat
menyusui ketika permukaannya terlalu kering. Oleh karena itu, Anda perlu
menjaga kelembapannya. Tak perlu repot mencari produk yang cocok, ASI
bisa dijadikan pelembap alami yang bisa Anda gunakan pada puting.
Ini karena ASI mengandung pelembap kulit alami dan antibodi untuk
membantu melawan infeksi. Oleh sebab itu, untuk mencegah puting lecet
dan menjaganya agar tetap sehat, biarkan sisa ASI yang menempel di
puting mengering dengan sendirinya.
Selain ASI, Anda juga bisa mengoleskan krim puting khusus. Hindari
salep atau krim yang mengandung lanolin murni karena bisa menyebabkan
reaksi alergi pada kulit. Dikutip dari American Pregnancy, pilihlah krim
yang mengandung lanolin yang telah dimodifikasi dan calendula serta
bahan hypoallergenic lainnya untuk membantu menenangkan puting yang
terasa nyeri.
Pakailah krim pelembap ini tepat setelah Anda selesai menyusui. Dengan
begitu, kulit memiliki cukup waktu untuk menyerapnya sebelum proses
menyusui selanjutnya. Bersihkan terlebih dahulu dengan air kemudian
oleskan krim secukupnya. Ingat jika ingin menyusui kembali, Anda harus
membersihkan terlebih dahulu puting Anda dari krim pelembap sebelum
diisap kembali oleh bayi Anda.