Anda di halaman 1dari 4

ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.

8, AGUSTUS, 2016

EDUKASI DAN PENATALAKSANAAN DERMATITIS KONTAK IRITAN


KRONIS DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI TAHUN 2014/2015

I Putu Gilang Iswara Wijaya, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
1
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar
Email: gilangiswara@yahoo.com

ABSTRAK
Dermatitis kontak iritan atau DKI merupakan peradangan pada kulit akibat efek sitotosik langsung
dari bahan kimia, fisik, atau agen biologis pada sel-sel epidermis tanpa adanya produksi dari antibodi
spesifik. Dilaporkan kasus seorang perempuan berusia 19 tahun, bekerja sebagai pegawai spa, dengan
diagnosis Dermatitis Kontak Iritan Kronis. Tanda klinis pasien tersebut berupa kelainan pada jari
tangan kanan dan kiri. Terdapat macula hiperpigmentasi dengan batas tegas, bentuk geografika,
ukuran 2x3 cm dan 1x2 cm, terdapat macula hiperpigmentasi dengan batas tegas, bentuk geografika,
ukuran pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa. Penatalaksanaan topical denfan pengobatan
kombinasi berupa desoxymetason 0.025% krim dan chloramphenicol diberikan 2x/hari, pemberian
obat secara oral mebhydrolin naphadisilate 2x50 gr/hari. Komunikasi, informasi dan edukasi yang
dapat dijelaskan kepada pasien berupa penggunaan alat-alat pelindung diri, menghindari kontak
dengan bahan iritan, dan rutin menggunakan obat.

Kata kunci : Dermatitis, Dermatitis Kontak Iritan, DKI, RSUP Sanglah

ABSTRACT
Irritant Contact Dermatitis (ICD) is an inflammation of skin caused by direct cytotoxic effect from the
chemical, physical, or biological agents on the epidermal cells in the absence of production of specific
antibody. We reported a case of a woman, 19 years old, working as a spa therapist who had been
diagnosed as chronic irritant contact dermatitis. We found abnormalities in the patient’s right and left
hand. There are strict limits to macular hyperpigmentation, geographic form, size 2x3 cm and 1x2 cm.
There is a white squama and fissure. Laboratory examination of KOH didn’t found hypae. The
pasitent was treated with combination of desoxymetason 0.025% and chloramphenicol creamapply
twice per day and oral treatment with mebhydrolin naphadicilate 2x50 gr/day. Communication,
information, and education that was given to the patient are the use of self-protection tools, avoid
irritant agent, and regularly drug use.

Keyword: Dermatitis, Irritant Contact Dermatitis, ICD, RSUP Sanglah

PENDAHULUAN kerja, sedangkan kasus DKI tercatat sebanyak 958


Perkembangan pesat pada bidang industry kasus (33%). Pada taun 2001 di Amerika Utarta,
dan jasa di Negara berkembang seperti Indonesia dilaporkan 836 kasus terindentifikasi sebagai
dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kulit dermatitis kontak akibat kerja, 32% merupakan
akibat kontak dengan bahan kimia yang disebut dermatitis kontak iritan. Studi cross-sectional yang
dengan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak dilaksanakan oleh Rika Mulyaningsih pada tahun
iritan atau DKI merupakan peradangan pada kulit 2005, dilaporkan kasus dermatitis kontak akibat
akibat efek sitotosik langsung dari bahan kimia, kerja sebanyak 64% dari 75 reponden pada
fisik, atau agen biologis pada sel-sel epidermis karyawan salon di Indonesia. Berdasarkan
tanpa adanya produksi dati antibody spesifik. 1,2,3 penelitian Efek Sampiing Kosmetik pada Pekerja
Survey Biro Statistik Tenaga Kerja terhadap Salon Kecantikan di Denpasar mencatat 39 pekerja
seluruh penduduk yang berkerja di Amerika (18,2%) yang mengalami DKI dari 214 pekerja
mencatat dermatitis kontak sebesar 90%-95% dari salon. 1
seluruh kasus penyakit kulit akibat kerja dan DKI Dermatitis kontak iritan disebabkan oleh
sekitar 81% dari kasus dermatitis kontak. faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen yang
Berdasarkan data dari safe work Australia, menyebabkan terjadinya DKI antara lain yaitu
prevalensi dari 1 Januari 1993 sampai 31 Desember genetic, jenis kelamin, umur, etnis, lokasi kulit, dan
2010 tercatat 2900 kasus dermatitis kontak akibat riwayat atopi. Faktor eksogen meliputi sifat-sifat

6
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.8, AGUSTUS, 2016

kimia iritan (pH, keadaan fisik, konsentrasi, ukuran oral dan krim topikal (jenis obat tidak diketahui).
molekul, jumlah, polarisasi, ionisasi, bahan Setelah mendapatkan pengobatan kondisi jari
pembawa dan kelarutan), karakteristik paparan pasien mulai membaik. Tidak dtemukan riwayat
(jumlah, konsentrasi, durasi, jenis kontak, paparan penyakit yang sama pada anggota keluarga pasien.
simultan terhadap iritan lainnya, dan interval Pasien tidak memiliki riwayat alergi,
setelah paparan sebelumnya), faktor lingkungan penyakit penyerta, riwayat operasi, dan riwayat
(suhu, dan kelembapan), faktor mekanik (tekanan, transfuse. Status internus pasien dalam batas
gesekan, atau abrasi), dan radiasi ultraviolet (UV). normal, pada status dermatologis ditemukan
1,7
kelainan pada jari-jari tangan kanan dan kiri.
Kategori dermatitis kontak iritan dibagi Ditemukan makula hiperpigmentasi dengan batas
berdasarkan faktor eksogen dan endogen menjadi tegas, bentuk geografika, ukuran 2x3 cm dan 1x2
sepuluh kelompok jenis DKI yaitu raksi kimia, cm, terdapat skuama putih di atas makula dan
DKI akut, DKI akutterhambat, DKI kronik fisura. Pasien tidak terdapat pytiriasi alba, ikhtiosis,
(kumulatif), Iritan subyektif (sensorik), iritan keratosis, hiperemi, rambut rontok, pitting nail,
suberitemataous (noneritematous), dermatitis hyperhidrosis, anhidrosis, pembesaran kelnjar
frictional, trauma DKI, pustular atau acneiform getah bening, pelebaran saraf perifer parestesi,
DKI dan asteatotic eksim iritan (eksikasi makula anestesi.
eksimatid).1,7 Pemeriksaan penunjang diagnosis kerja
Penegakkan diagnosis kasus DKI pada pasien ini dilakukan pemeriksaan KOH pada
memerlukan beberapa tahapan seperti anamnesis, jari tangan, namun tidak ditemukannya adanya
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. spora maupun hifa. Diagnosis kerja pada pasien ini
Informasi yang perlu diketahui saat anamnesis berupa dermatitis kontak iritan kronis (kumulatif),
berupa gejala utama (nyeri, gatal, eritema, rasa dan diberikan pengobatan topikal berupa
terbakar, menyengat, dan ketidak nyamananan), desoxymetason 0.025% krim dikombinasikan
onset gejala, riwayat alergi, riwayat pekerjaan, dengan chloramphenicol 2x/hari serta mebhydrolin
riwayat terpapar faktor iritan, dan riwayat napadisilat 2x50 gr/hari secara oral. Komunikasi,
pengobatan. Pemeriksaan fisik berdasarkan informasi, dan edukasi yang diberikan kepada
efloresensi kulit yang terlihat seperti adanya pasien berupa tatacara menggunakan krim topikal
makula eritema berbatas tegas, hyperkeratosis, dan menghindari bahan iritan.
fisura, vesikel, penampilan epidermis yang
mengkilap, kering atau melepuh. Pemeriksaan DISKUSI KASUS
penunjang pada kasus DKI bertujuan untuk Edukasi Dermatitis Kontak Iritan Kronis
menyingkirkan diagnosis banding yaitu Dermatitis Pada kasus ini pasien mengalami DKI
Kontak Alergi dengan melakukan tes temple. 1,7,8 kronis (kumulatif), DKI merupakan kelainan kulit
Penatalaksanaan yang diperlukan untuk penderita akibta kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan
DKI berupa upaya pencegahan dan iritan melalui kerja kimia atau fisik. Bahan iritan
medikamentosa, terapi medikamentosa dibedakan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menjadi topikal dan sistemik, obat-obatan yang menyindkirkan lemak pada lapisan tanduk, dan
biasa digunakan berupa golongan kortikosteroid, mengubah kelembapan kulit.7,9
antihistamin dan antibiotik. Upaya pencegahan Secara singkat terdapat mekanisme yang
dapat dilaksanakan dengan menghindari paparan saling terkait dihubungkan dengan DKI yaitu
dari bahan iritan yang menyebabkan terjadinya hilangannya jaringan lemak dan substasi yang
DKI dan menggunakan alat pelindung diri saat menahan air, kerusakan membrane sel, denaturasi
melakukan pekerjaan yang beresiko.7,8 keratin epidermis, dan efek langsung sitotoksik.
Sebagian besar bahan iritan mampu merusak
LAPORAN KASUS membran lemak keratinosit, tetapi sebaian dari
Perempuan berumur 19 tahun dating ke bahan membran juga dapat menembus membran
poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah pada sel, merusak lisosom, mitokondria, atau komponen
tanggal 28 Februari 2014 dengan nomor rekam inti. Kerusakan membrane keratinosit
medis 01.06.43.61. Pasien bekerja sebagai pegawai mengaktifkan fosfolipase dan melepas asam
spa, beragama Hindu, beluum menikah. Pasien arakhidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet
mengeluh gatal dan kulit mengelupas pada jari activating factor (PAF), dan fosfodilinositol. AA
tangan sejak 6 bulan sebelumnya. Berdasarkan dirubah menjadi eicasanoid yaitu prostaglandin
anamnesis riwayat penyakit sekarang, pasien (PG) dan leukotriene (LT). PG dan LT
mengalami kulit terkelupas, gatal dan nyeri (derajat menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
2) pada jari tangan kanan dan kiri sejak 6 bulan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah
yang lalu. Pada awalnya ibu jari tangan kiri muncul transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga
bintik berair dan keluar nanah, kemudian pecah bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit
lalu menyebar ke jari tangan kanan. Pasien dan neutrophil, serta mengaktivasi sel mast
mendapatkan pengobabtan sebelumnya berupa obat

1
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.8, AGUSTUS, 2016

melepaskan histamine, LT, PG, dan PAF, sehingga berupa keluhan utama, onset keluhan, riwayat
memperkuat perubahan vskular.1,7,9 alergi, riwayat perkerjaan, riwayat paparan bahan
DAG dan second messenger lain iritan, dan riwayat pengobatan. Pemeriksaan fisik
menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein. berdasarkan efloresensi kulit yang terlihat seperti
Pada kontak dengan bahan iritan, keratinosit juga adanya makula eritema berbatas tegas,
melepaskan faktor nekrosis  (TNF) merupakan hiperkeratosis, fisura, vesikel, kering, dan melepuh.
sitokin utama dapa DKI yang mengarah pada Pasien pada kasus ini memiliki keluhan utama
peningakatan histokompatibilitas kompleks kelas II berupa kulit terkelupas dan gatal-gatal pada jari
mayor dan adhesi intraseluler molekul 1 pada sejak 6 bulan yang lalu tanpa adanya riwayat alergi,
keratosit.1,7,9 selain itu pasien bekerja sebagai pegawai spa yang
Rangkaian kejadian tersebut menimbulkan memiliki risiko yang tinggi terpapar bahan iritan
gejala peradangan klasik di tempat terjadinya penyebab DKI, berdasarkan efloresensi ditemukan
kontak di kulit. Bahan iritan yang lemah akan makula hiperpigmentasi dengan batas tegas,
menimbulakan kelainan kulit setelah kontak berbentuk geografika, ukuran 2x3 cm dan 1x2 cm,
berulang kali, dimulai dengan kerusakan stratum terdapat skuama putih di atas makula dan fisura
korneum oleh delipidasi yang menyebabkan pada tangan kanan dan kiri, berdasarkan gejala dan
desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga tanda klinis diagnosis kerja pada kasus ini berupa
mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh dermatitis kontak iritan kronis (kumulatif). 1,7,8
iritan. Pada dermatitis kontak iritan terjadi Pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan
kerusakan keratosit dan keluarnya mediator- untuk menyingkirkan diagnosis banding berupa tes
mediator inflamasi.7,9 tempel dan uji KOH, tes temple (patch test) adalah
Kategori dermatitis kontak iritan dibagi tes definitif untuk memastikan jenis dermatitis
berdasarkan faktor eksogen dan endogen menjadi yang diderita oleh pasien. Pelaksanaan uji tempel
sepuluh kelompok jenis DKI yaitu reaksi iritan, dilaksanakan setelah gejala dermatitis yang diderita
DKI akut, DKI akut terhambat, DKI kronis sembuh, bila memungkinkan lakukan setelah 3
(kumulatif), iritan subyektif (sensorik), iritan minggu dari gejala pertama muncul. Lokasi untuk
suberitematous (noneritematous), dermatitis melakukan uji temple biasanya dilakukan pada
frictional, trauma DKI, pustular atau acneiform permukaan kulit punggung atau dilakukan pada
DKI dan asteatotic eksim iritan. Berdasarkan kasus permukaan kulit lengan atas. Hasil positif dapat
dengan nomor RM 01.60.43.61, jenis DKI yang berupa eritema dengan utikaria sampai vesikel atau
diderita pasien merupakan kategori DKI kronik bula, jika penyebabnya karena iritasi, reaksi akan
(kumulatif). DKI kronik merupakan dermatitis menurun setelah 48 jam (reaksi tipe descrendo),
kontak yang paling sering ditemukan dalam sedangkan pada dermatitis alergi reaksi akan
praktek, DKI kumulatif berkembang sebagai akibat meningkat (reaksi tipe crescendo). Uji KOH
kerusakan berulang pada kulit, dimana bahan kimia merupakan pemeriksaan laboratorium untuk
yang terlibat bersifat kimia lemah dan tidak mampu mengetahi adanya hifa dan spora jamur. Pasien ini
langsung menimbulkan dermatitis, sehingga tidak dilakukan tes temple, namun dilakukan tes
membutuhkan paparan yang berulang kali untuk KOH yang bertujuan untuk menyingkirkan
menimbulkan dermatitis. Bahan iritan marginal penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, hasil
merupakan bahan kimia yang paling sering sebagai KOH pada pasien ini tidak ditemukan adanya hifa
penyebab dermatitis kontak irita, bahan iritan maupun spora jamur. 2,7,9
marginal terdapat pada sabun, detergen, surfaktan, Diagnosis banding dari kasus DKI yang
pelarut organik, dan minyak. Pada kasus ini, pasien paling sering ialah dermatitis kontak alergi, tinea,
sering kontak dengan dengan detergen secara dan dermatitis atopi. Deramatitis kontak alergi
berulangkali. 1,7,10 merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang
Dermatitis kontak kumulatif dapat muncul diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang
dengan nyeri dan gatal, pada beberapa kasus menembus lapisan epidermis kulit, gejala klinis
ditemukan tanda klinis pada kulit seperti kulit yang ditimbulkan umumnya berupa gatal,
kering, eritema, hiperkeratosis dan fisura. Gejala sedangkan tanda klinis dibedakan berdasarkan fase
dan tanda klinis muncul setelah beberapa hari akut atau kronis. Pada DKA akut dimulai dengan
sampai bulan ataupun hingga tahunnan setelah adanya bercak eritema berbatas tegas, kemudian
kontak dengan bahan iritan. Luas daerah kulit dan disertai edem, papulovesikel, vesikel atau dapat
paparan bahan iritan yang berulang kali terjadi bula. Pada DKA kronis terlihat kulit kering,
menyebabkan kulit menjadi mengeras berskuama, papul, likenifikasi dan fisura. Tinea
(likenifikasi), dan lapisan kulit akan semakin rusak merupakan infeksi jamur pada kulit, pada pasien ini
sehingga kulit akan mudah mengalami inflamasi. 1 karena lokasi kelainan kulit pada tangan sehingga
Penegakkan diagnosis kasus DKI jenis tiena yang menjadi diagnosis banding ialah
memerlukan beberapa tahapan seperti anamnesis, tinea manu, tanda klasik yang terlihat berupa
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. eritema dan maserasi pada aspek dorsal tangan,
Informasi yang perlu diketahui saat anamnesis sedangkan pada fase kronik terlihat kulit kering

2
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ISSN: 2303-1395 E-JURNAL MEDIKA, VOL. 5 NO.8, AGUSTUS, 2016

disertai hiperkeratosis pada telapak tangan. Lokasi denan antibiotik dan pengobatan sitemik berupa
pnyebaran dapat terjadi pada satu tangan atau antihistamin. Pasien disarankan untuk
kedua tangan. Dermatitis atopi merupakan keadaan menggunakan sarung tangan untuk menghindari
peradangan kulit kronis dan residif yang kontak langsung dengan bahan iritan saat berkerja.
menimbulkan rasa gatal, penyakit ini sering terjadi Prognosis pasien baik apabila melakukan
pada bayi dan anak-anak namun dapat terjadi pada pengobatan secara teratur dan mengikuti saran
orang dewasa yang memiliki riwayat atopi. dokter.
Kelainan kulit yang ditimbulkan sama dengan
dermatitis pada umumnya yang membedakannya DAFTAR PUSTAKA
hanya lokasi terjadinya yaitu daerah lipatan.
Berdasarkan klinis pasien pada kasus ini diagnosis 1. Armando A, Taylor JS, Sood A. Irritant
banding berupa tinea dan dermatitis kontak Contact Dermatitis. In: Freedberg IM, Eisen
alergi.1,2,6,7,11 AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA,
Katz SI (eds). Fitzpatrick’s Dermatology in
Penatalaksanaan General Medicine. 7th ed. USA: McGraw
Pengobatan DKI secara topikal dapat Hill; 2008. p. 395-401.
menggunakan kortikosteroid dimana sediaan yang 2. Trihapsoro I. Dermatitis Kontak Alergik pada
tersedia berupa losion atau krim, pemberian salep Pasien Rawat Jalan di RSUP Haji Adam
pelembap apabila pada efloresensi deitemukan Malik Medan. FK USU. 2003; p. 1-36.
likenifikasi dan hiperkeratosis. Jenis kortikosteroid 3. Kezic S, Visser MJ, Verberk MM. Individual
yang diberikan adalah hidrokortison 2,5% dan Susceptibility to Occupational Contact
flucinolol asetonide 0,025%. Antibiotik topikal Dermatitis. Industrial Health. 2009; 47. p.
diberikan pada kasus yang terdapat tanda infeksi 496-478.
staphylococcus aureus dan streptococcus beta 4. Cahill J, Williams J, Matheson M, Palmer
hemolyticus.7,8 AM, Brugess JA, Dharmage SC, et.al.
Pengobatan sistemik diberikan untuk Occupational Contact Dermatitis: A rivew of
mengurangi rasa gatal dan pada kasus gejala 18 years of data from an occupational
dermatitis yang berat. Kortikosteroid oral diberikan dermatology clinic in Australia. 2012; p. 1-
pada kasus akut denga intensitas gejala sedang 16.
hingga berat serta pada DKA yang sulit 5. Afifah A. Faktor-Faktor yang Berhubungan
disembuhkan. Pilihan terbaik adalah prednisone dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Akibat
dan metilprednisolon. Dosis awal pemberian Kerja pada Karyawan Binatu. FK UNDIP.
prednisone 30 mg pada hari pertama, kemudian 2012; p. 20-36.
diturunkan secara berkala sebanyak 5 mg setiap 6. Kusumawati F S, Dhana K, Suryawati N,
harinya. Antihistamin diberikan untuk Pindha Sumedha, Wardana M. Efek Samping
mendapatkan efek sedatif guna mengurangi gejala Kosmetika pada Pekerja Salon Kecantikan di
gatal, dosis dan jenis antihistamin yang diberikan Denpasar. 2012; Vol 1. No. 1. p. 1-54.
ialah CTM 4 mg 3-4 kali sehari. Pada pasien ini 7. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam:
diberikan terapi kortikosteroid dikombinasikan Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
dengan antibiotik yang pemberiannya secara Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5. Jakarta:
topikal dan diberikan antihistamin secara sistemik. Balai Penerbit FK UI; 2009. p. 129-153.
Pasien juga diberikan edukasi agar menggunakan 8. Hogan DJ, Elston DM. Irritant Contact
sarung tangan saat berkerja agar tidak terpapar Dermatitis. Terdapat pada:
bahan iritan. Prognosis pada pasien ini baik apabila http://emedicine.medscape.com/article/10493
tidak terpapar bahan iritan dan pengobatan 53-overview#showall. Diakses: 2 Maret 2014.
diberikan secara teratur.7,8 9. Marks JG, Elsner P, Deleo VA. Contact and
Occupational Dermatology. 3rd Edition. USA:
SIMPULAN Mosby Inc. 2002; p. 10-11.
Seorang perempuan, berusia 19 tahun 10. CDC. Skin Exposure and Effect. Terdapat
dengan nomor RM 01.60.43.61 menderita DKI pada: http://www.cdc.gov/niosh/topics/skin/.
Kronis (kumulatif). Gejala klinis yang ditemukan Diakses: 5 Maret 2014.
pasien berupa gatal dan nyeri pada kedua tangan, 11. Noble SL, Forbes RC, Stamm PL. Diagnosis
tanda klinis yang didapatkan setelah pemeriksaan and Management of Common Tinea
fisik berupa makula hiperpigmentasi dengan batas Infections. Terdapat pada:
tegas, bentuk geografika, ukuran 2x3 cm dan 1x2 http:/www.aafp.org/afp/1998/0701/p163.html
cm, terdapat skuama putih di atas makula dan . Diakses: 5 Maret 2014.
fisura. Pada pasien ini diberikan terapi pengobatan
topikal berupa kortikosteroid yang dikombinasikan

3
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum

Anda mungkin juga menyukai