Anda di halaman 1dari 2

PENGATURAN OTOPSI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA

KUHAP mengatur pelaksanaan permintaan Otopsi sebagai berikut:

Pasal 133 KUHAP

(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat
dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yg
memuat identitas mayat diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.

Pasal 133 KUHAP dihubungkan dengan penjelasan pasal 186 KUHAP, jenis dan tata
cara pemberian keterangan ahli adalah sebagai alat bukti yang sah dapat melalui prosedur
sebagai berikut:

a. Diminta oleh penyidik pada taraf pemeriksaan penyidikan;

b. Demi untuk kepentingan pengadilan, penyidik meminta keterangan ahli. Permuntaan tersebut
dilakukan oleh penyidik harus secara tertulis dengan menyebut secara tegas untuk hal apa
pemeriksaan ahli itu dilakukan, misalnya apakah untuk pemeriksaan luka (pemeriksaan luar) atau
pemeriksaan mayat (pemeriksaan dalam) dengan pemeriksaan bedah mayat (autopsy). Atas
permintaan penyidik, ahli yang bersangkutan membuat laporan yang bentuknya dapat berupa
keterangan yang lazim disebut Visum et Repertum. Laporan atau Visum et Repertum dibuat oleh
ahli yang bersangkutan, mengingat sumpah diwaktu ahli menerima jabatan/pekerjaan.

Pasal 134 KUHAP

(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak
mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.

(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud
dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 135 KUHAP

“Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan perlu melakukan penggalian mayat
dilaksanakan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (2) dan 134 ayat
(1)”.

Pasal 133 sampai dengan pasal 135 KUHAP, pada tingkat pemeriksaan oleh penyidik
dalam penyidikan, maka kata-kata “dokter”, peranan dokter (dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman) masih penting dan perlu serta dibutuhkan dalam tugas operasional di lapangan,
terutama di daerah-daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran kehakiman (para ahli lainnya).

Anda mungkin juga menyukai