Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN

Oleh :

1. NUTVITA MAYANTI
2. WAODE MUTIA RILY SILVIA BOSA
3. GINNAR MAYANG SUPERDANA
4. MARDI UTOMO
5. ZURAIDA LUTIA
6. DEDY RINALDI

STUDI S1 KEPERAWATAN PROGRAM B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SURABAYA

2014
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, rasa syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmatNya dan
memberikan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“TRAUMA ABDOMEN ” sebagai salah satu tugas kegawat daruratan.
Mengingat bahwa dalam pembuatan tugas makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
membantu dalam penyusunan dan memberi dorongan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bu Fatin, S.Kep., Ns, M.Kep., selaku dosen pengajar Sistem kegawat daruratan.

2. Teman-teman penulis yang selalu memberi dukungan serta membantu dalam


menyelesaikan makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran demi peningkatan makalah ini.

Surabaya, oktober 2014

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

2.1 Konsep Dasar Medis …….......................................................................... 3

2.2 Konsep Dasar Keperawatan…………………………………………........ 7

BAB III PENUTUP....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
memosional yang hebat Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi
faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen,
dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak
disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau
tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebihbersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI,
1995).Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur
abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13 Juli 2010).

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep teori trauma abdomen?


2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui konsep trauma abdomen.
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan trauma abdomen.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional


Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).

Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa
tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan
dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995).Trauma tumpul abdomen adalah
pukulan / benturan langsung pada rongga abdomen yang mengakibatkan cidera
tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal,
limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah
abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13
Juli 2010).

Trauma adalah cedera atau kerugian psikologis atau emosional ( Dorland, 2002 )
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001). Trauma perut merupakan luka
pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan
laparatomi (FKUI, 1995). Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang
mengakibatkan cedera (Sjamsuhidayat, 1997).

2.2 ETIOLOGI

Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium).

Disebabkan oleh :

· Luka akibat terkena tembakan


· Luka akibat tikaman benda tajam

· Luka akibat tusukan

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

Disebabkan oleh :

· Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh

· Hancur (tertabrak mobil)

· Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut

· Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga.

2.3 MANIFESTASI KLINIS

1. Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam rongga peritonium) :

· Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

· Respon stres simpatis

· Perdarahan dan pembekuan darah

· Kontaminasi bakteri

· Kematian sel

2. Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga peritonium).

· Kehilangan darah.

· Memar/jejas pada dinding perut.

· Kerusakan organ-organ.

· Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity) dinding perut.

· Iritasi cairan usus.

2.4 PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat kecelakaan lalu lintas,
penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari ketinggian), maka beratnya trauma
merupakan hasil dari interaksi antara faktor – faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan
jaringan tubuh. Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis
(yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan
pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga
karakteristik dari permukaan yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga
tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan
jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan
jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan
benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain
yang harus dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme :

Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh gaya tekan dari luar
seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan
terjadinya ruptur dari organ padat maupun organ berongga.

Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan vertebrae atau
struktur tulang dinding thoraks.

Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan gaya robek pada
organ dan pedikel vaskuler.

2.5 KOMPLIKASI

A. Segera : hemoragi, syok, dan cedera

B Lambat : infeksi

Trombosis Vena
Emboli Pulmonar

Stress Ulserasi dan perdarahan

Pneumonia

Tekanan ulserasi

Atelektasis

Sepsis.

2.6 PENATALAKSANAAN

A. Penanganan awal

trauma non- penetrasi (trauma tumpul)

a. Stop makanan dan minuman

b. Imobilisasi

c. Kirim kerumah sakit.

Penetrasi (trauma tajam)

a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam lainnya) tidak boleh dicabut
kecuali dengan adanya tim medis

b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan dengan kain kassa pada
daerah antara pisau untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka.

c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak dianjurkan
dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut
kain bersih atau bila ada verban steril.

d. Imobilisasi pasien

e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum

f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekang.

g.Kirim ke rumah sakit


B. penanganan dirumah sakit

· Segera dilakukan operasi untuk menghentikan perdarahan secepatnya. Jika penderita


dalam keadaan syok tidak boleh dilakukan tindakan selain pemberantasan syok (operasi)

· Lakukan prosedur ABCDE.

· Pemasangan NGT untuk pengosongan isi lambung dan mencegah aspirasi.

· Kateter dipasang untuk mengosongkan kandung kencing dan menilai urin yang keluar
(perdarahan).

· Pembedahan/laparatomi (untuk trauma tembus dan trauma tumpul jika terjadi


rangsangan peritoneal : syok ; bising usus tidak terdengar ; prolaps visera melalui luka tusuk ;
darah dalam lambung, buli-buli, rektum ; udara bebas intraperitoneal ; lavase peritoneal
positif ; cairan bebas dalam rongga perut)

· Pasien yang tidak stabil atau pasien dengan tanda-tanda jelas yang menunjukkan
trauma intra-abdominal (pemeriksaan peritoneal, injuri diafragma, abdominal free air,
evisceration) harus segera dilakukan pembedahan

· Trauma tumpul harus diobservasi dan dimanajemen secara non-operative berdasarkan


status klinik dan derajat luka yang terlihat di CT

· Pemberian obat analgetik sesuai indikasi

· Pemberian O2 sesuai indikasi

· Lakukan intubasi untuk pemasangan ETT jika diperlukan

· Kebanyakan GSW membutuhkan pembedahan tergantung kedalaman penetrasi dan


keterlibatan intraperitoneal

· Luka tikaman dapat dieksplorasi secara lokal di ED (di bawah kondisi steril) untuk
menunjukkan gangguan peritoneal ; jika peritoneum utuh, pasien dapat dijahit dan
dikeluarkan

· Luka tikaman dengan injuri intraperitoneal membutuhkan pembedahan

· Bagian luar tubuh penopang harus dibersihkan atau dihilangkan dengan pembedahan
2.7 DAMPAK MASALAH TERHADAP KLIEN

Setiap musibah yang dihadapi seseorang akan selalu menimbulkan dampak masalah
baik bio - psiko- social-spiritual yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perubahan pola
kehidupan. Dampak dari pre operasi :

a. Dampak pada fisik :

- Pola Pernapasan :

Keadaan ventilasi pernapasan terganggu jika terdapat gangguan / instabilitasi cardiovaskuler,


respirasi dan kelainan – kelainan neurologis akibat multiple trauma.

Penyebab yang lain adalah perdarahan didalam rongga abdominal yang menyebabkan
distended sehingga menekan diafragma yang akan mempengaruhi ekspansi rongga thoraks.

- Pada sirkulasi

Perdarahan dalam rongga abdomen karena cidera dari oragan – organ abdominal yang padat
maupun berongga atau terputusnya pembuluh darah, sehingga tubuh kehilangan darah dalam
waktu singkat yang mengakibatkan shock hipovolemik dimana sisa darah tidak cukup
mengisi rongga pembuluh darah.

- Perubahan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan disebabkan karena suplai darah yang dipompakan jantung ke
seluruh tubuh berkurang / tidak mencukupi kesesuaian kebutuhan akibat dari shock
hipovolemic.

- Penurunan Volume cairan tubuh.

Perdarahan akut akan mempengaruhi keseimbangan cairan di dalam tubuh, dimana cairan
intra celluler (ICF), Extracelluler (ECF) diantaranya adalah cairan yang berada di dalam
pembuluh darah (IV) dan cairan yang berada di dalam jaringan di antara sel - sel (ISF) akan
mengalami defisit atau hipovolemia.

- Kerusakan Integritas kulit.


Trauma benda tumpul dan tajam akan menimbulkan kerusakan dan terputusnya jaringan
kulit atau yang dibagian dalamnya diantaranya pembuluh darah, persyarafan dan otot
didaerah trauma.

b. Dampak Psikologis :

Perasaan cemas dan takut akan menyelimuti diri pasien, hal ini disebabkan karena musibah
yang dialaminya dan kurangnya informasi tentang tindakan pengobatan dengan jalan
pembedahan / operasi.

c. Dampak Sosial :

Mengingat dana yang dibutuhkan untuk tindakan pembedahan tidak sedikit dan harga obat –
obatan yang cukup tinggi, hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dan membutuhkan
waktu yang amat segera (sempit)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN


3.1 PENGKAJIAN

Dalam pengkajian pada trauma abdomen harus berdasarkan prinsip – prinsip


Penanggulangan Penderita Gawat Darurat yang mempunyai skala prioritas A (Airway), B
(Breathing), C (Circulation). Hal ini dikarenakan trauma abdomen harus dianggap sebagai
dari multi trauma dan dalam pengkajiannya tidak terpaku pada abdomennya saja.

1. Anamnesa

a) Biodata

- Keluhan Utama

- Keluhan yang dirasakan sakit.

- Hal spesifik dengan penyebab dari traumanya.

b) . Riwayat penyakit sekarang (Trauma)

- Penyebab dari traumanya dikarenakan benda tumpul atau peluru.

- Kalau penyebabnya jatuh, ketinggiannya berapa dan bagaimana posisinya saat jatuh.

- Kapan kejadianya dan jam berapa kejadiannya.

- Berapa berat keluhan yang dirasakan bila nyeri, bagaimana sifatnya pada quadran mana
yang dirasakan paling nyeri atau sakit sekali.

c) . Riwayat Penyakit yang lalu

- Kemungkinan pasien sebelumnya pernah menderita gangguan jiwa.

- Apakah pasien menderita penyakit asthma atau diabetesmellitus dan gangguan faal
hemostasis.

d) . Riwayat psikososial spiritual

- Persepsi pasien terhadap musibah yang dialami.

- Apakah musibah tersebut mengganggu emosi dan mental.


- Adakah kemungkinan percobaan bunuh diri (tentamen-suicide).

2. Pemeriksaan Fisik

1. Sistem Pernapasan

- Pada inspeksi bagian frekwensinya, iramanya dan adakah jejas pada dada serta jalan
napasnya.

- Pada palpasi simetris tidaknya dada saat paru ekspansi dan pernapasan tertinggal.

- Pada perkusi adalah suara hipersonor dan pekak.

- Pada auskultasi adakah suara abnormal, wheezing dan ronchi.

2. Sistim cardivaskuler (B2 = blood)

- Pada inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang keluar dari daerah abdominal dan
adakah anemis.

- Pada palpasi bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral dan bagaimana suara detak
jantung menjauh atau menurun dan adakah denyut jantung paradoks.

3.Sistim Neurologis (B3 = Brain)

- Pada inspeksi adakah gelisah atau tidak gelisah dan adakah jejas di kepala.

- Pada palpasi adakah kelumpuhan atau lateralisasi pada anggota gerak

- Bagaimana tingkat kesadaran yang dialami dengan menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS)

4. Sistim Gatrointestinal (B4 = bowel)

- Pada inspeksi :

¨ Adakah jejas dan luka atau adanya organ yang luar.

¨ Adakah distensi abdomen kemungkinan adanya perdarahan dalam cavum abdomen.

¨ Adakah pernapasan perut yang tertinggal atau tidak.


¨ Apakah kalau batuk terdapat nyeri dan pada quadran berapa, kemungkinan adanya
abdomen iritasi.

- Pada palpasi :

· Adakah spasme / defance mascular dan abdomen.

· Adakah nyeri tekan dan pada quadran berapa.

· Kalau ada vulnus sebatas mana kedalamannya.

- Pada perkusi :

 Adakah nyeri ketok dan pada quadran mana.

 Kemungkinan – kemungkinan adanya cairan / udara bebas dalam cavum abdomen.

- Pada Auskultasi :

 Kemungkinan adanya peningkatan atau penurunan dari bising usus atau menghilang.

- Pada rectal toucher :

 Kemungkinan adanya darah / lendir pada sarung tangan.

 Adanya ketegangan tonus otot / lesi pada otot rectum.

5.Sistim Urologi ( B5 = bladder)

- Pada inspeksi adakah jejas pada daerah rongga pelvis dan adakah distensi pada daerah
vesica urinaria serta bagaimana produksi urine dan warnanya.

- Pada palpasi adakah nyeri tekan daerah vesica urinaria dan adanya distensi.

- Pada perkusi adakah nyeri ketok pada daerah vesica urinaria.

6. Sistim Tulang dan Otot ( B6 = Bone )

¨ Pada inspeksi adakah jejas dan kelaian bentuk extremitas terutama daerah pelvis.

¨ Pada palpasi adakah ketidakstabilan pada tulang pinggul atau pelvis.

3.Pemeriksaan Penunjang :
1 .Radiologi :

- Foto BOF (Buick Oversic Foto)

- Bila perlu thoraks foto.

- USG (Ultrasonografi)

2 .Laboratorium :

- Darah lengkap dan sample darah (untuk transfusi)

Disini terpenting Hb serial ½ jam sekali sebanyak 3 kali.

- Urine lengkap (terutama ery dalam urine)

3 Elektro Kardiogram

- Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien usia lebih 40 tahun.

3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Adapun masalah perawatan yang actual maupun potensial pada penderita pre operatis trauma
tumpul abdomen adalah sebagai berikut :

- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh


darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan,
jejas atau luka dan distensi abdomen.

- Perubahan perfusi jaringan sehubngan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke


seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari 3
detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

- Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai
dengan pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

- Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang
dan gelisah.
- Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan
kurangnya informasi / informasi inadquat yang itandai dengan pasien bertanya tentang
dampak dari musibah yang dialami dan akibat dari pembedahan.

3.3. PERENCANAAN

A. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan terputusnya pembuluh


darah arteri / vena suatu jaringan (organ abdomen) yang ditandai dengan adanya perdarahan,
jejas atau luka dan distensi abdomen.

Tujuan :

 Keseimbangan cairan tubuh teratasi.

 Sirkulasi dinamik (perdarahan) dapat diatasi.

Kriteria Hasil :

 Cairan yang keluar seimbang , tidak didapat gejala – gejala dehidrasi.

 Perdarahan yang keluar dapat berhenti, tidak didapat anemis, Hb diatas 80 gr %

 Tanda vital dalam batas normal.

 Perkusi : Tidak didapatkan distensi abdomen.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tentang cairan perdarahan yang keluar adakah gambaran klinik hipovolemic

2) Jelaskan tentang sebab – akibat dari kekurangan cairan / perdarahan serta tindakan yang
akan kita lakukan.

3) Observasi gejala – gejala vital, suhu, nadi, tensi, respirasi dan kesadaran pasien setiap
15 menit atau 30 menit.

4) Batasi pergerakan yang tidak berguna dan menambah perdarahan yang keluar.

5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pelaksanaan :

o Pemberian cairan infus (RL) sesuai dengan kondisi.


o Menghentikan perdarahan bila didapat trauma tajam dengan jalan didrug (ditekan)
atau diklem / ligasi.

o Pemasangan magslang dan katheter + uro – bag.

o Pemberian transfusi bila Hb kurang dari 8 gr %.

o Pemasangan lingkar abdomen.

o Pemeriksaan EKG.

6) Kolaborasi dengan tim radiology dalam pemeriksaan (BOF) dan foto thoraks.

7) Kolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan (DL : darah lengkap) (Hb serial) dan
urine lengkap.

8) Monitoring setiap tindakan perawatan / medis yang dilakukan serta catat dilembar
observasi.

9) Monitoring cairan yang masuk dan keluar serta perdarahan yang keluar dan catat
dilembar observasi.

10) Motivasi kepada klien dan keluarga tentang tindakan perawatan / medis selanjutnya.

B. Perubahan perfusi jaringan sehubungan dengan hypovolemia, penurunan suplai darah ke


seluruh tubuh yang ditandai dengan suhu kulit bagian akral dingin, capillary refill lebih dari
3 detik dan produksi urine kurang dari 30 ml/jam.

Tujuan :

 Tidak terjadi / mempertahankan perfusi jaringan dalam kondisi normal.

Kriteria hasil :

 Status haemodinamik dalam kondisi normal dan stabil.

 Suhu dan warna kulit bagian akral hangat dan kemerahan.

 Capillary reffil kurang dari 3 detik.


 Produksi urine lebih dari 30 ml/jam.

Rencana Tindakan

1) Kaji dan monitoring kondisi pasien termasuk Airway, Breathing dan Circulation serta
kontrol adanya perdarahan.

2) Lakukan pemeriksaan Glasgow Coma scale (GCS) dan pupil.

3) Observasi tanda – tanda vital setiap 15 menit.

4) Lakukan pemeriksaan Capillary reffil, warna kulit dan kehangatan bagian akral.

5) Kolaborasi dalam pemberian cairan infus.

6) Monitoring input dan out put terutama produksi urine.

C. Nyeri sehubungan dengan rusaknya jaringan lunak / organ abdomen yang ditandai dengan
pasien menyatakan sakit bila perutnya ditekan, nampak menyeringai kesakitan.

Tujuan :

- Rasa nyeri yang dialami klien berkurang / hilang.

Kriteria hasil :

- Klien mengatakan nyerinya berkurang atau hilang.

- Klien nampak tidak menyeringai kesakitan.

- Tanda – tanda vital dalam batas normal.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tentang kualitas, intensitas dan penyebaran nyeri.

2) Beri penjelasan tentang sebab dan akibat nyeri, serta jelaskan tentang tindakan yang akan
dilakukan.

3) Berikan posisi pasien yang nyaman dan hindari pergerakan yang dapat menimbulkan
rangsangan nyeri.
4) Berikan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri dengan jalan tarik napas panjang
dan dikeluarkan secara perlahan – lahan.

5) Observasi tanda – tanda vital, suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah.

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik bilamana dibutuhkan,
(lihat penyebab utama).

D. Cemas sehubungan dengan pengobatan pembedahan yang akan dilakukan yang ditandai
dengan pasien menyatakan kekhawatirannya terhadap pembedahan, ekspresi wajah tegang
dan gelisah.

Tujuan :

- Kecemasan dapat diatasi.

Kriteria hasil :

- Klien mengatakan tidak cemas.

- Ekspresi wajah klien tampak tenang dan tidak gelisah.

- Klien dapat menggunakan koping mekanisme yang efektif secara fisik – psiko untuk
mengurangi kecemasan.

Rencana Tindakan :

1) Indetifikasi tingkat kecemasan dan persepsi klien seperti takut dan cemas serta rasa
kekhawatirannya.

2) Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap musibah yang dihadapi dan pengobatan
pembedahan yang akan dilakukan.

3) Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

4) Berikan perhatian dan menjawab semua pertanyaan klien untuk membantu


mengungkapkan perasaannya.

5) Observasi tanda – tanda kecemasan baik verbal dan non verbal.


6) Berikan penjelasan setiap tindakan persiapan pembedahan sesuai dengan prosedur.

7) Berikan dorongan moral dan sentuhan therapeutic.

8) Berikan penjelasan dengan menggunakan bahasa yang sederhana tentang pengobatan


pembedahan dan tujuan tindakan tersebut kepada klien beserta keluarga.

E. Kurangnya pengetahuan tentang pembedahan yang akan dilakukan sehubungan dengan


kurangnya informasi tentang sebab dan akibat dari trauma serta dampak dari pembedahan
yang ditandai dengan pasien / keluarga sering bertanya dari petugas yang satu ke petugas
yang lain, klien / keluarga nampak belum kooperatif.

Tujuan :

- Klien / keluarga mengerti dan memahami tentang tindakan pembedahan yang akan
dilakukan.

Kriteria hasil :

- Klien / keluarga memahami prosedur dan tindakan yang akan dilakukan.

- Klien kooperatif setiap tindakan yang terkait dengan persiapan pembedahan.

Rencana Tindakan :

1) Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga.

2) Jelaskan secara sederhana tentang pengobatan yang dilakukan dengan jalan


pembedahan.

3) Diskusikan tentang hal – hal yang berhubungan dengan prosedur pembedahan dan
proses penyembuhan.

4) Berikan perhatian dan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.

5) Anjurkan klien untuk berpartisipasi selama dalam perawatan.

6) Lakukan check list untuk persiapan pre operasi antara lain informed consent, alat/obat
dan persiapan darah untuk transfusi.
3.4. Pelaksanaan Perawatan

Dalam pelaksanaan sesuai dengan rencana perawatan dengan modifikasi sesuai


dengan kondisi pasien dan kondisi ruangan dan asuhan perawatan yang telah dilakukan di
tulis pada lembar catata perawatan sesuai dengan tanggal, jam, serta tanda tangan, nama yang
melakukan.

3.5. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan setiap saat setelah rencana perawatan dilakukan serta ssat
pasien pindah dari IRD, sedangkan cara melakukan evaluasi sesuai dengan criteria
keberhasilan pada tujuan rencana perawatan. Dengan demikian evaluasi dapat dilakukan
sesuai dengan criteria / sasaran secara rinci di tulis pada lembar catatan perkembangan yang
berisikan S-O-A-P-I-E-R (data Subyek, Obyek, Assesment, Implemetasi, Evaluasi dan
Revisi.). Dari catatan perkembangan ini seorang perawat dapat mengetahui beberapa hal
antara lain :

1. Apakah datanya sudah relevan dengan kondisi saat ini.

2. Apakah ada data tambahan selama melaksanakan intervensi (perencanaan perawatan).

3. Adakah tujuan perencanaan yang belum tercapai.

4. Tujuan perencanaan perawatan manakah yang belum tercapai.

5. Apakah perlu adanya perubahan dalam perencanaan perawatan.

BAB IV

PENUTUP
4.1 KESIMPULAN

Dalam penulisan makalah ini, dilihat dari beberapa definisi diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa trauma abdomen dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti yang
tertera di bagian etiologi makalah ini. Trauma abdomen yang disebabkan benda tumpul
biasanya lebih banyak menyebabkan kerusakan pada organ-organ padat maupun organ-organ
berongga abdomen dibandingkan dengan trauma abdomen yang disebabkan oleh benda
tajam.

4.2 SARAN

Dalam pebuatan makalah ini juga penulis menyadari bahwa dalam pebuatan makalah
masi terdapat banyak kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun
dalam pengonsepan materi. Utnuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pmbaca mahasiswa
khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Dorland,2002,Kamus Saku Kedokteran .Jakarta :EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC : Jakarta

American College of Surgeon Committee of Trauma,2004.Advanced Trauma Life Support


Seventh Edition.Indonesia: Ikabi

Scheets,Lynda J.2002.Panduan Belajar Keperawatan Emergency.Jakarta: EGC

ENA (Emergency Nurse Association )2000.Emergency Nursing Core


Curiculum,5th,USA:W.B.Saunders Company

Catherino ,Jeffrey M.2003.Emergency Medicine Handbook.USA: Lipipincott Williams

Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC : Jakarta

Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi 2005 -2006.
Editor: Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika

Lynda Jual Carpenito-Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Testa,A.Paul.2008.AbdominalTrauma.(Online)
(http://emedicine.medscape.com/article/822099-overview diakses pada tanggal 28 Oktober
2014)

Anda mungkin juga menyukai