Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Sistem pengukuran modal dan laba terdiri dari tiga sistem yaitu:
1. Historical Cost
2. Current Cost (Entry Value)
3. Current Selling Price (Exit Value)
1. Historical Cost
Pada historical cost accounting, tidak mengakui perubahan harga. Harga didasarkan pada
transaksi dan kejadian masa lalu.
Tujuan
Pemisahan pemilik dengan manajemen
Informasi akuntansi memiliki arti penting sebagai sumber informasi penting
tentang perusahaan. Salah satu alasan untuk hal ini adalah bahwa bentuk perusahaan
sebagai sebuah bisnis besar menyebabkan pemisahan antara kepemilikan bisnis dan
pengendalian. Pemilik yang tidak hadir tidak memiliki pengetahuan dari operasi dan
kondisi perusahaan dan, karena itu, harus bergantung sampai batas tertentu pada
laporan akuntansi untuk informasi. Akuntabilitas menjadi tujuan paling penting dari
fungsi pelaporan. Secara khusus, fungsi pengawasan dari manajer dipandang sebagai
fokus perhatian akuntan dalam pelaporan kepada pihak eksternal.
Pertanggungjawaban dari kontrak pemilik dana pada manajemen
Metode historical cost menekankan hubungan kontraktual konservatif antara
perusahaan dan pihak yang menyediakan sumber daya dengan cara membuat
manajemen bertanggungjawab terhadap masukan aset untuk operasi dan output
sebesar harga ekuitas dari operasi. Dengan demikian, laporan laba rugi adalah
mekanisme komunikasi kunci.
Kritik terhadap historical cost berpendapat bahwa pelaporan keuangan yang
hanya pendapatan (yang mencocokkan input pada dasar historical cost) tanpa
pengakuan perubahan nilai aset dan hutang menyesatkan dan menghasilkan
kebijakan dividen yang tidak tepat. Hal ini terjadi karena kemungkinan akan terdapat
keuntungan atau kerugian dari kepemilikan aset (atau hutang), dan harus diakui
ketika mengevaluasi kinerja dengan basis reguler. Dalam pandangan historical cost,
perubahan nilai aset diabaikan hingga aset tersebut terjual.
Modal dan Laba
Modal merupakan sumber dana
Laba menunjukkan kinerja perusahaan dalam periode yang ditetapkan
Laba merupakan selisih modal akhir dan modal awal
Untuk menentukan historical cost laba, pertama-tama entitas harus mengendalikan
jumlah modal (aset dikurangi kewajiban) yang dimiliki pada awal periode, dimana
semua aset dan kewajiban dinilai pada harga perolehannya. Dengan demikian
pendapatan merupakan tambahan (kenaikan) historical cost modal pada akhir
periode akuntansi.
Pendapatan menunjukkan prestasi atau pencapaian perusahaan pada periode
bersangkutan, biaya menunjukkan usaha yang dikeluarkan, dan laba berhubungan
dengan efektifitas perusahaan sebagai unit operasi. Ketetapan aliran laba usaha
mencerminkan nilai fundamental dari perusahaan, yang pada analisis akhir, adalah
dasar dari nilai perusahaan apapun.
Dua konsep dasar historical cost revenue-expense
Teori Penandingan Biaya (Matching Cost)
- Historical cost mengakui adanya aliran biaya yang nantinya akan ditandingkan
dengan pendapatan
- Untuk mengetahui biaya sebagai perhitungan laba, maka ada konsep
penandingan kos yaitu dibandingkan antara pendapatan dengan biaya (biaya
yang dikeluarkan untuk pendapatan tersebut)
- Matching cost (pencocokan biaya) berhubungan dengan historical cost dan
digunakan untuk melihat sejarah dari akuntansi keuangan dari masa lampau
sehingga kita dapat melihat apa yang terjadi. Hubungan dengan historical cost
itu untuk mengetahui bahwa asset tersebut dapat didepresiasikan.
- Akuntan historical cost melacak aliran biaya. Sebagaimana perusahaan membeli
barang dan jasa, tugas akuntan adalah untuk menelusuri pergerakan biaya dan
mencocokkannya dengan pendapatan yang diterima. Akuntan menentukan
biaya yang telah 'berakhir' dan harus cocok dengan pendapatan dalam laporan
laba rugi, dan biaya yang 'belum berakhir' harus ditempatkan pada neraca
sebagai residu (sisa). Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa konsep
pencocokan adalah sangat penting dalam akuntansi historical cost.
- Ini adalah konsep yang memandu akuntan dalam menentukan biaya yang benar-
benar menjadi biaya (pengeluaran). Istilah ‘expired cost’ untuk biaya dan ‘biaya
diamortisasi’ untuk aktiva non-moneter berasal dari biaya melampirkan teori
yang diterapkan pada alokasi historical cost.
Konservatisme (Conservatism)
- Konsep ini digunakan dalam akuntansi dengan kehati-hatian akuntan dalam
menyajikan informasi apabila dihadapkan pada kondisi ketidakpastian.
- Beban harus segera diakui, sedangkan pendapatan menunggu sampai ada
kepastian bahwa pendapatan tersebut akan diterima.
- Penurunan nilai aset segera diakui sedangkan peningkatan aset tidak diakui.
- Contoh : utang harus segera diakui meskipun belum pasti.
- Konsep conservatism dalam historical cost accounting:
1. Semakin lama semakin naik, Tidak mengakui harga yang lebih tinggi,
sehingga tidak berpengaruh dengan naik-turunnya harga, sehingga harus
lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
2. Konsep (asumsi) yang digunakan dalam akuntansi yang menggunakan
konsep kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian.
Dukungan Terhadap Historical Cost
Relevan,
Sesuai dengan tujuan - untuk mengambil keputusan di masa yang akan datang
membutuhkan informasi dari masa lalu.
Didasarkan pada kejadian yang sesungguhnya,
Dicatat sesuai dengan keadaan yang sebenarnya sehingga dapat dipercaya.
Berdasarkan pengalaman historical cost bermanfaat
Laba merupakan selisih pendapatan dengan biaya,
Mudah dipahami,Pendapatan diperoleh setelah biaya terjadi di masa yang lalu.
Dapat dipercaya,
Dicatat berdasarkan masa yang lalu, maka akan lebih mudah dipercaya, karena dapat
dibuktikan kebenarannya.
Kritik Terhadap Historical Cost
Tujuan Akuntansi
Lebih memperhatikan yang akan datang. Kritik tidak sesuai dengan tujuan
akuntansi karena pengguna laporan keuangan ingin informasi di masa yang akan
datang. Apabila pakai historical cost maka akan sulit mengetahui informasi di masa
yang akan datang.
Informasi untuk pengambilan keputusan
Kurang memadai untuk dasar evaluasi yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan didasarkan pada informasi mengenai apa yang
terjadi di masa yang akan datang
Dasar Historical Cost
Adanya asumsi kontinuitas usaha yang tidak sesuai. Kontinuitas usaha dalam
melakukan kegiatan akuntansi, perusahaan dianggap hidup terus dan tidak akan
mati, maka apabila memiliki aktiva yang lebih dari satu periode akuntansi maka akan
dialokasikan sesuai taksiran manfaatnya. Akan tetapi dalam kenyataannya banyak
perusahaan yang dibubarkan ditengah jalan, sehingga tidak historical cost tidak
cocok.
Penandingan
Biaya ditandingkan dengan pendapatan untuk mendapatkan laba sehingga harus
menggunakan satuan pengukur yang sama. Contoh : pendapatan sekarang
dibandingkan dengan biaya yang menggunakan historical cost, sehingga hasilnya
bisa berbeda.
Kebutuhan Investor
Dalam pengambilan keputusan, bukan cuma laporan keuangan yang harus dilihat
tetapi juga aspek lainnya : kondisi pasar, kondisi ekonomi, perilaku pasar.
Sistem current cost ini didasarkan pada konsep entitas utuh mempertahankan
kemampuan perusahaan untuk terus memberikan jumlah yang sma barang dan jasa pada
kemampuan operasinya. Jika tidak ada perubahan teknologi, pemeliharaan modal
membutuhkan bahwa stok fisik awal aktiva bersih dipertahankan. Sistem ini didasarkan
pada konsep ekonomi analisismarginal dipasar faktor. Kekuatan pasar seperti perubahan
permintaan dan penawarn, dan operasi untuk mempengaruhi harga dipasar faktor.
Hasilnya yaitu upah dan input variabel lain untuk produksi, pembelian aktiva tetap yang
terus berubah.
Present selling price merupakan informasi yang paling berguna dalam mengambil
suatu keputusan. Contohnya pada pedagang gandum yang berada pada pasar sempurna
dengan harga yang stabil. Dia dihadapkan pada pilihan-pilihan yaitu pilihan untuk
masuk dan tetap di dalam pasar, pilihan untuk menahan asetnya baik dalam bentuk
uang ataupun gandum, atau evaluasi atas keputusan sebelumnya. Informasi yang
tersedia di pasar tersebut adalah expected future price gandum, expected future price
alternatif lainnya, present selling price gandum, present buying price alternatif lainnya,
harga saat evaluasi terakhir, kuantitas gandum dan uang pada evaluasi terakhir, dan
present quantities. Jika dilihat maka informasi yang paling relevan dan reliable untuk
pengambilan ketiga keputusan tersebut adalah present selling price gandum karena
berhubungan dengan ketiga pilihan tadi. Maka dari itu sebaiknya laporan keuangan
menggunakan present selling price (exit price).
Additivity
Agar mendapatkan laporan keuangan yang berguna, semua elemen dalam laporan
keuangan tidak boleh dilaporkan pada skala yang berbeda. Kita tidak dapat melaporkan
liabilitas dalam historical cost, beberapa aset pada replacement cost, aset lainnya pada
present value, dan yang lainnya pada cash equivalent dan tetap mendapatkan informasi
yang berarti. Alasannya mudah, karena perbedaan skala membuat elemen tersebut
seharusnya tidak boleh digabungkan karena perbedaan mendasar tersebut.
Allocation
Historical and current cost accounting sangat bergantung pada alokasi biaya untuk
perhitungan aset dan penentuan profit. Salah satu keuntungan dari exit price accounting
adalah laporan keuangannya bersifat allocation-free. Income Statement merupakan
laporan arus masuk aset dan perubahan pada nilai akhir (exit values) pada aset dan
liabilitas perusahaan tersebut pada periode tertentu. Profit menampilkan perubahan
pada real purchasing power dari aset neto perusahaan.
Reality
Exit price accounting menampilkan informasi dari dunia nyata karena semua
elemennya merupakan nilai saat ini, pada harga nyata di pasar
Objectivity
Menurut penelitian untuk objektifitas dan komparabilitas yang dilakukan pada 148
perusahaan, exit values memiliki dispersi (penyebaran atau deviasi) yang lebih rendah
daripada carrying amounts. Alasan utamanya adalah carrying amount memerlukan
estimasi terhadap umur aset dan nilai residunya.
A Measure of Risk
Exit price dan perubahan yang terjadi terhadapnya dapat dijadikan indikasi risiko
finansial untuk membeli aset. Ketika perusahaan membeli suatu aset dan exit value
dari aset tersebut sangat berbeda dengan entry price, dapat dikatakan aset tersebut
memiliki risiko yang tinggi. Informasi ini membuat pembelian aset tersebut harus
untuk jangka waktu panjang sehingga nilai ekonomisnya nantinya akan tertutupi oleh
value in use. Sebaliknya ketika exit price meningkat drastic maka opportunity cost
pada aset tersebut meningkat sehingga harus dioperasikan lebih efisien.
Profit dikatakan sebagai suatu pengukuran atas performa dari hal yang awalnya
direncanakan. Hanya ketika rencana telah dievaluasi profitnya baru perusahaan lantas
memutuskan apakah rencana harus diubah atau tidak dan aset dijual atau
dipertahankan. Akan tetapi, pengukuran exit price memerlukan suatu konsep profit
yang mana rencana perusahaan hanya memaksimalkan cash equivalent dari net asset
dalam jangka pendek. Jika perusahaan pada awalnya tidak merencanakan untuk
memaksimalkan hal tersebut maka exit price tidak dapat mengukur performa atas
perencanaan awal. Argumen yang menentang exit price menyatakan bahwa akuntansi
harusnya menilai event yang telah terjadi daripada event yang mungkin terjadi apabila
perusahaan melenceng dari perencanaan awal. Selain itu laporan keuangan berbasis
exit price dianggap tidak realistis karena exit price hanya berguna ketika perusahaan
dihadapkan dengan pilihan untuk melikuidasi asetnya. Akan tetapi, kenyataannya
perusahaan jarang sekali dihadapkan pada pilihan melikuidasi asetnya tersebut
sehingga informasi berbasis exit price dianggap tidak relevan dengan decision making
pengguna laporan keuangan.
Additiity
Nilai yang tertera untuk suatu aset atas dasar exit price belum tentu akan menjadi nilai
exercise aset tersebut. Alasannya adalah ketika memang perusahaan dipaksa untuk
melikuidasi asetnya, harga aset tersebut akan jatuh daripada harga pasar. Contohnya
adalah aset yang dijual cepat biasanya dijual dengan diskon yang besar agar cepat
terjual. Oleh karena itu, perhitungan antisipatif tidak dapat dihindarkan untuk
memastikan current cash equivalent yang sebenarnya. Hal tersebut bertentangan
dengan prinsip pada exit price dimana agar objektif, perhitungan harus didasari atas
kejadian di masa lalu dan sekarang. Maka, penghitungan antisipatif tidak boleh
dimasukkan. Selain itu, exit price tidak memperhitungkan kemungkinan suatu aset
dijual sebagai satu paket. Terdapat beberapa aset yang ketika dijual terpisah tidak
semurah atau semahal ketika aset tersebut dijual sebagai satu kesatuan. Hal ini bisa
disebabkan oleh eksternalitas positif ataupun negative. Maka dari itu, exit price belum
tentu menggambarkan current cash equivalent yang sebenarnya karena tidak
memasukkan unsur tersebut
Pada exit price accounting, obligasi harus dinyatakan pada face value daripada market
value karena perusahaan hanya berhutang pada creditor sebesar apa yang tertera pada
kontrak awal (face value). Padahal, menurut definisi dari pendukung exit price
accounting, financial position mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam
melakukan transaksi. Artinya, obligasi seharusnya menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk masuk ke dalam pasar dan membeli obligasinya sendiri pada harga
pasar
Menggunakan exit price akan membuat revaluasi yang terlalu berbeda dari
normalnya (deviasi tinggi) saat akuisisi karena biasanya setelah pembelian,
value akan turun drastis daripada biaya akuisisinya.
Menggunakan exit price hanya untuk jangka waktu pendek karena hanya
memperlihatkan nilai likuidasi suatu perusahaan. Profit pada exit price hanya
menjelaskan bahwa perusahaan baik pada jangka pendek bukan pada jangka
panjang.
Menggunakan exit price untuk finished goods inventory mengarah pada
antisipasi operating profit sebelum penjualan karena nilai inventori di atas
current cost (maksudnya nilai inventori telah memasukkan unsur profit di
dalamnya).
Setiap barang memiliki value in use dan value in exchange. Perbedaan mengenai value
in use dan value in exchange pertama kali dikemukakan oleh Adam Smith. Adam Smith
mengatakan bahwa harga dan utilitas tidak dapat dihubungkan, karena harga berhubungan
dengan faktor produksi sedangkan utilitas merupakan perspektif pengguna barang tersebut.
Adam Smith mengatakan bahwa value in exchange suatu barang dapat jauh lebih tinggi dari
value in use -nya. Solomons mempertahankan pendapatnya bahwa nilai kegunaan bagi pemilik
barang merupakan pendekatan yang paling relevan, karena aset yang disimpan (tidak dijual)
oleh pemiliknya pasti memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan nilai jualnya (exit
price). Hal ini berpengaruh besar untuk barang-barang yang jarang diperdagangkan (non-
marketable), karena untuk barang seperti ini bisa saja nilai jual barang tersebut sangat murah
karena tidak ada yang membutuhkan barang tersebut selain pemiliknya, padahal bagi
pemiliknya barang tersebut sangat bermanfaat dan memiliki nilai utilitas tinggi.
Pada intinya, perusahaan dapat menilai suatu aset dari nilai kegunaan dan manfaat yang
diberikan barang tersebut kepada perusahaan ataupun dari nilai jual dan nilai sinergis yang
didapat barang tersebut. Keduanya memiliki kegunaan yang berbeda dalam penggunaannya.
Pendekatan value in use biasanya digunakan oleh perusahaan-perusahaan berbasis produksi,
dimana perusahaan seperti ini tidak terlalu mementingkan likuiditas dan lebih fokus kepada
arus kas di masa depan yang didapatkan dari proses produksi. Perusahaan seperti ini biasanya
memiliki aset-aset yang spesifik untuk produksinya sehingga harga jual aset tersebut bisa saja
sangat rendah. Yang diharapkan dari penggunaan pendekatan ini adalah mendapatkan efisiensi
dari penggunaan aset yang dimiliki. Pendekatan value in exchange biasanya dari sudut pandang
internal manajer suatu perusahaan yang membutuhkan likuiditas tinggi (perusahaan yang
memiliki hutang, perusahaan yang memperdagangkan tradeable goods, dsb). Di perusahaan
seperti ini, short-term performance lebih dipentingkan agar dapat beradaptasi dengan kondisi
pasar saat ini.