Anda di halaman 1dari 5

Perencanaan Pembangunan

“ 5 Pendekatan Perencanaan Pembangunan”

Disusun Oleh :

1. Muhammad Rafid Naufal ( 01021381722164 )

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
UNIVERSITAS SRWIJAYA

2019
PENDEKATAN POLITIK

Proses penyusunan rencana, pembangunan didasarkan atas penjabaran visi dan misi dan
program kepala daerah yang bersangkutan dan bersifat indikatif. Pendekatan Politik memandang
bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat
pemilih menentukan pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan
masing-masing calon Presiden/Kepala Daerah. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah
penjabaran dari agenda dan janji atau bisa juga kita katakan adalah bentuk penjabaran dari visi dan
misi pembangunan yang ditawarkan Presiden/Kepala Daerah pada saat kampanye guna
dituangkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Daerah).

Contoh : Pemilukada ( proses Politik ) Visi Misi Program Calon Kepala Daerah (tetap mengacu
RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD),Rencana turunan(RKPD, Renja, R
enstra- SKPD, dll),Penyelenggaraan Pemerintahan & Pelaksanaan Pembangunan, Evaluasi &
Pertanggung Jawaban Kepala Daerah

PENDEKATAN TEKNOKRAT

Perencanaan dilaksanakan dgn menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh
lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu Melibatkan-mengakomodasi
keilmiahan dan perkembangan teknologi . Pelaku atau perencana berasal dari masing masing
bidang keahlian : perencanaan anggaran, perencanaan tata ruang, perencanaan pengembangan
sistem informasi, dll). Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan
menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang secara fungsional bertugas untuk itu. jadi bisa dikatakan bahwa setiap SKPD
memiliki perencanaan teknokratik.
Pengamat di sini berasal dari :
1. Pejabat / birokrat pemerintah (Bappenas).

2. Pejabat non-pemerintah (LSM, NGO)

3. Perguruan tinggi (PTN, PTS)


Contoh : Implementasi Ilmu dan Teknologi Dalam Perencaan Pembangunan dan Pelaksanannya,
Perencanaan & Desain Jembatan Suramadu Pengembangan Sistem Informasi Tata Ruang (SITR),
Penerapan Zoning Regulation(dipantau oleh BKPRD),Pengembangan Sistem Informasi Keuangan
Daerah (SIKDA),Kajian Rencana Pengembangan Geotermal, Pengembangan Layanan Pengadaan
Secara Elektronik (LPSE) Kajian dan rencana Mitigasi Provinsi

PENDEKATAN PARTISIPATIF

Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan Partisipatif dilaksanakan dengan


melibatkan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan
mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan Rasa Memiliki yang tinggi atau
mendalam, disini masyarakat lansung terlibat dalam proses perencanaan, proses pembangunan dan
proses perawatannya sendiri. Seluruh lapisan masyarakat ikut dalam merencakan proses
pembangunan : Partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan
mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.

Pelaku : seluruh aparat penyelenggara negara (eksekutif,legislatif, dan yudikatif), masyarakat,


rohaniwan, dunia usaha, kelompok profesional, organisasi-organisasi non-pemerintah.

Contoh : Sejak tahun 2001 pemerintah Indonesia mengalami perubahan. Perubahan itu bisa
dikatakan berubah secara radikal. Hal tersebut karena dari pemerintah sentralisasi menjadi
desentralisasi demokrasi.

PENDEKATAN TOP-DOWN

Secara bahasa dari Atas ke Bawah. Pendekatan dgn inisiatif dari organisasi/ unit/ lembaga
ATAS yg ditindaklanjuti (diterjemahkan) ke BAWAH. Pendekatan top-down planning, adalah
pendekatan pembangunan di mana penentuan keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen
di kelompok, tetapi hanya mementingkan keputusan bagian tertentu dalam kelompok. Top-down
planning merupakan model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada
bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai
pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top-down
planning atau perencanaan atas adalah perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada
masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja

Sifat-sifat :

1. Substansi dr pusat ke daerah ke daerah yang lebih mikro lagi.

2. Sumber utamanya : visi, misi Presiden/ Kepala daerah, proses internal kementrian/
lembaga/ SKPD.

3. Cenderung bersifat target oriented.

4. Cenderung bersifat strategis dan tujuan jangka panjang

Contoh : Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down yang diterapkan diera orde
baru menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan secara presentase.
Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang lain
sehingga muncullah ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah
terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam
menterjemahkan konsep tersebut ke dalam program operasional yang mantap. Ketidakmampuan
ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena
ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan
kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan
untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau merencanakan masa
depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi apatis terhadap pembangunan,
masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut
mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.
PENDEKATAN BOTTOM-UP

Kebalikan dari pendekatan Top-Down. Scara bahasa : dari Bawah ke Atas. Pendekatan dgn
inisiatif dari lembaga/ organisasi Bawah yang ditindaklanjuti –diterjemahkan ke Atas. pendekatan
perencanaan pembangunan Bottom-Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan
kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan
menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator.
Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, bottom-up planning atau perencanaan bawah
adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya
sebagai fasilitator.

Sifat-sifat :

1. Substandi dari daerah mikro e daerah yang lebih luas (ke pusat)

2. Membawa substansi yg bersifat mikro (lokal)

3. Sumber utamanya : Swasta, NGO, Suara Masyarakat cenderung bersifat trend oriented
(tren perkembangan)

4. Cenderung bersifat responsif dan tujuan jangka pendek.

Contoh : model musyawarah, mulai dari MUSRENBANGDES (Musyawarah Rencana


Pembangunan Desa), MUSRENBANGCAM (Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan),
MUSRENBANGKAB (Musyawarah Rencana Pembangunan Kabupaten).

Anda mungkin juga menyukai