Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori BKI
Disusun Oleh :
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami dalam keadaan sehat walafiat sehingga telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Eksistensial Humanistik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori BKI.
Dalam penulisan makalah ini juga karena adanya dukungan dari berbagai
pihak yang telah memberikan kelancaran dan motivasi serta batuanya kepada kami.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga Allah SWT, memberikan pahala yang sesuai dengan amal dan
keikhlasannya dalam membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak
mungkin tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri. Unik dan
rumitnya perilahal manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan
bermacam-macam konsep dan pandangan.Toeri humanistik di kembangkan oleh
Maslow tahun 1908-1970 di Amerika serkat.
B. Rumusan masalah
1. Konsep dasar landasan Eksistensial Humanistik.
2. Hakekta Manusia Landasan Eksistensial Humanistik.
3. Hakekat Konseling landasan Eksistensial Humanistik.
4. Tujuan Konseling Eksistensial Humanistik.
5. Karakteristik Konseling Eksistensial Humanistik.
6. Peran dan fungsi Konselor dalam Pendekatan Eksistensial Humanistik.
7. Hubungan Konselor dengan Klien dalam Konseling Eksistensial
Humanistik.
1
8. Tahap-tahap Konseling Eksistensial Humanistik.
9. Teknik Konseling Eksistensial Humanistik.
10. Kelebihan dan keterbatasan Konseling Eksistensial Humanistik.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar landasan eksistensial humanistik
2. Untuk mengetahui hakekat manusia landasan eksistensial humanistik
3. Untuk mengetahui hakekat konseling landasan eksistensial humanistik
4. Untuk mengetahui tujuan konseling eksistensial humanistik
5. Untuk mengetahui karakteristik konseling eksistensial humanistik
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi konselor dalam pendekatan
eksistensial humanistik
7. Untuk mengetahui hubungan konselor dengan klien dalam konseling
eksistensial humanistik
8. Untuk mengetahui Tahap-tahap konseling eksistensial humanistik
9. Untuk mengetahui teknik konseling eksistensial humanistik
10. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan konseling eksistensial
humanistik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi
seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah
asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai
keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,
cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
3
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.
Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri,
kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada
dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan
kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang
besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas
manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik.
4
Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia
dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.Kesadaran diri berkembang
sejak bayi.Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan
masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa
seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan
serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.
1. Kesadaran diri
3. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi
5
kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah
makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna
dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi
manusiawinya sampai taraf tertentu.
Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang
ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang
ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh
karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri
menuju aktualisasi diri.
Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif.
Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada
seluruh bentuk self expression.
B. Hakikat Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek
baru dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka
ragam. Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik
yang memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing
antara satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam
lingkungan keluarga serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu
timbul dari keinginan untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian
pada tema dalam hidup. Yang diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami
6
kesulitan dalam hal mendapatkan makna dari tujuan hidup dan dalam hal
mempertahankan identitas dirinya (Holt, 1986).
7
sendiri dan mencari jalan, kearah manusia yang baru dan lebih besar menuju
aktualisasi diri.
Menekankan pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang
berhubungan dengan eksistensi dalam dunia orang lain.
C. Hakikat Konseling
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi
tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil
dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling
eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua
orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus
terjadinya perubahan yang positif.
1. Pendekatan ini berasal dari motivasi dalam diri yang rumit dan dinamis.
Inilah yang membedakan teori ini dengan teori yang mencari struktur dalam
diri individu atau struktur reinforcement dari lingkungan. Namun teori
eksitensial dan humanistic menyetujui adanya kehendak bebas dan juga
kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2. Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis;
mereka menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf beraliran
eksitensial menyatakan bahwa individu secara lansung bertanggung jawab
atas kepribadian. Bagaimana saya menghadapi cinta , etika, kecemasan ,
kebebasan, dan kematian . apakah saya akan membiarkan aliensi
menggelamkan saya dalam kesengaraan mendalam , atau akankah saya
memakai kehendak bebas untuk melawannya dan mencapai aktualisasi diri,
ciri mendasar dari dilemma eksitensial adalah adanya kemungkinan
tercapainya kemenangan jiwa manusia.
3. Pendekatan humanistic , yang didasarkan pada eksitensialisme tetapi
menolak pesimisme, adalah pendekatan yang paling optimis terhadap
kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan spiritual secara
8
positif. Orientasi humanistic maslow , yang mempelajari individu yang
sudah sepenuhnya dewasa dan utuh , membuat psikologi kepribadian
memberikan atensi pada aspek positif dan spiritual teersebut. Tetapi,
inkonsistensi dan ambiguitas dalaam teori Maslow membuat kontribusinya
lebih seperti pandangan yang memberikan pengaruh besar , alih-alih sebuah
teori yang solid.
4. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian
lintas budaya dan penelitian tentang kelompok etnik, suatu kebutuhan yang
ditekankan dalam buku ini. Banyak psikolog eksitensial- humanistic
terkejut secara pribadi dan secara intelektual- oleh aliran fasisme pada tahun
1930-1940.
5. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis dan
berkesenambungan pada masyarakat umum dalam hal persaingan diri. Saat
ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja ( atau bahkan sekelompok rekan
kerja) pada suatu waktu ingin mengasingkan diri.’’ Peristirahatan’’ ini
berbeda dengan liburan atau tamasya. Selama mengasingkan diri kita
mungkin menenangkan diri dilokasi yang indah, berusaha mengenali
perasaan kita , memperbaruhi cinta kita untuk pasangan , menciptakan
music atau melakukan hal kreatif lainnya, berlatih, mungkin juga
bermeditasi atau berdo’a. aktivitas tersebut berasal dari asumsi humanistic
bahwa setiap individu memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila
dikembangkan dengan baik.
6. Psikologi kepribadian humanistic tidak hanya berbeda dengan pendekatan
lain dalam pokok permasalan dan filsafatnya, tetapi juga dalam ideologinya.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk
berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia.
Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia
9
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai
kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
7. Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan
bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia
kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
8. Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa
terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang
menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta
kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
9. Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah
Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam
menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial
Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang
mencakup tanggungjawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam
kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia,
keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta
kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
D. Tujuan Konseling
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :
10
Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan
tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekadar korban kekuatan – kekuatan deterministic di luar dirinya.
E. Karakteristik Konseling
Adapun karakteristik dari terapi eksistensial humanistik adalah sebagai berikut:
11
Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan
memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi,
belajar, dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku
emosional tidak akan mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada
pemahaman manusia
3. Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-
orientasi yang ada dalam psikologi
4. Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif
tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas
eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana
perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan
dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya.
5. Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi
dari kehidupan manusia, yangdapat dijadikan kunci kearah memahami
manusia.
6. Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung
jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusasaan,
kecemasan dan kematian.
12
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
1. Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil
keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.
Dalam buku Gerald Corey, May ( 1961 ) memandanga tugas terapis diantaranya
adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia : “Ini adalah
saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di
dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.
13
3. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta
perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
4. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan
kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan
lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.
14
itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi
riilnya oleh klien.
Ø Pola hubungan :
H. Tahap Konseling
1. Tahap Awal
15
mengajar mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka
sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka
dalam hidup.
2. Tahap Pertengahan
3. Tahap Akhir
Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :
16
Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui
ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak
klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara
hidup yang konsisten.
Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan
kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan
aktualisasi dirinya
I. Teknik Konseling
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat.Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori
konseling lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia
masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Serta membantu individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan
masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.
17
Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
Berorientasi pada pertumbuhan.
Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
yang menyeluruh.
Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di
tangan klien.
Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.
Penerimaan
Rasa hormat
Memahami
18
Menentramkan
Memberi dorongan
Pertanyaan terbatas
Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan
klien
Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.
Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam
pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana
dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:
19
tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses
terapeutik.
Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.
Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
Memanusiakan manusia.
Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan
klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan
dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja
menjadi dewasa
20
prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang
penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk
itu kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan
pengalaman – pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami
dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya.
22
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories of Personality.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : PT ERESCO
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang
Mahasiswa BK. 2009. Model-Model Konseling. UMK
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic.
Bandung: PT rafika aditama
Rahmasari,Diana.,2012. Peran Filsafat Eksistensialisme terhadap Terapi
Eksistensial-Humanistik untuk Mengatasi Frustasi Eksistensial
Volume 2 Nomor 2
Rosjidan. 1988. Pengantar teori-teori konsleing. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukardi, D.K. 1985. Pengantar teori konseling: suatu uraian ringkas,
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia
Internet :
http://akhmadsudrajat.woordpress.com
http://syarifah-mimien.blogspot.com/2005/03/terapi-eksistensial-humanistik.htm
http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-
eksistensial/06511676
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rj
a&ved=0CD4QFjAD&url=http%3A%2F%2Fdigilib.sunan-
ampel.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F214%2Fjiptiain--rizaamalia-10695-4-
babii.pdf&ei=bllQUaz5OIzRrQempICgBg&usg=AFQjCNGhrNaw_hs2f2klI-
wnrwkyQZKQVA&sig2=JlSp04lsi1yarqXFJr7_GQ&bvm=bv.44158598,d.bmk
www.psikomedia.com/article/pdf?id=2408
23
24