Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH EKSISTENSIAL HUMANISTIK

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teori BKI

Dosen Pengampu : Dede Lukman, S.Sos.I, M.Ag

Disusun Oleh :

Khairuna Amanda 1184010098


Melinda Rahayu Putri 1184010111
Muhammad Rafi 1184010117
Naely Nurbayati 1184010128
Novia Nurul Imanda 1184010138

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kami dalam keadaan sehat walafiat sehingga telah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Eksistensial Humanistik. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori BKI.

Dalam penulisan makalah ini juga karena adanya dukungan dari berbagai
pihak yang telah memberikan kelancaran dan motivasi serta batuanya kepada kami.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT, memberikan pahala yang sesuai dengan amal dan
keikhlasannya dalam membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya


bagi penulis dan para pembaca serta masyarakat pada umumnya.

Bandung, November 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah......................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar ............................................................................................... 3
B. Hakikat Manusia .......................................................................................... 6
C. Hakikat Konseling........................................................................................ 8
D. Tujuan Konseling ....................................................................................... 10
E. Karakteristik Konseling ............................................................................. 11
F. Peran dan Fungsi Konselor ........................................................................ 12
G. Hubungan Konselor dan Klien .................................................................. 13
H. Tahap Konseling ........................................................................................ 15
I. Teknik Konseling ....................................................................................... 17
J. Kelebihan dan Keterbatasan ....................................................................... 20
BAB III ................................................................................................................. 22
PENUTUP ............................................................................................................. 22
A. Kesimpulan ................................................................................................ 22
B. Saran ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha yang di lakukan manusia dalam membantu masalah manusia tidak
mungkin tanpa mengenal dengan baik tentang manusia itu sendiri. Unik dan
rumitnya perilahal manusia sebagai makhluk individu, telah melahirkan
bermacam-macam konsep dan pandangan.Toeri humanistik di kembangkan oleh
Maslow tahun 1908-1970 di Amerika serkat.

Dasar falsafahnya Phenomenology yang menganggap bahwa manusia pada


dasarnya baik dan layak di hormati dan mereka akan bergerak ke arah realisasi
potensi-potensi mereka, manakala kondisi lingkungannya memberikan
kemungkinan. Psikoterapai Humanistik membicarakan kepribadian manusia di
tinjau dari segi self dasi akunya.Konnsep utama yang anut adalah usaha untuk
mengerti manusia sebagai mana adanya, mengetahui mereka dari realitasnya,
melihat dunia sebagai mana mereka melihatnya, memahami mereka bergerak
dan mempunyai keberadaan yang unik, kongkrit dan berbeda dari teori yang
abstrak.Teori humanistik di katakan demikian, karena menekankan kemampuan-
kemampuan yang khas manusiawi.Manusia mempunyai kemampuan untuk
refleksi diri, kemampuan aktualisasi potensi-potensi kreatif dan juga ke
khususan manusia, yaitu menentukan bagi dirinya sendiri secara aktif.

B. Rumusan masalah
1. Konsep dasar landasan Eksistensial Humanistik.
2. Hakekta Manusia Landasan Eksistensial Humanistik.
3. Hakekat Konseling landasan Eksistensial Humanistik.
4. Tujuan Konseling Eksistensial Humanistik.
5. Karakteristik Konseling Eksistensial Humanistik.
6. Peran dan fungsi Konselor dalam Pendekatan Eksistensial Humanistik.
7. Hubungan Konselor dengan Klien dalam Konseling Eksistensial
Humanistik.

1
8. Tahap-tahap Konseling Eksistensial Humanistik.
9. Teknik Konseling Eksistensial Humanistik.
10. Kelebihan dan keterbatasan Konseling Eksistensial Humanistik.

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui konsep dasar landasan eksistensial humanistik
2. Untuk mengetahui hakekat manusia landasan eksistensial humanistik
3. Untuk mengetahui hakekat konseling landasan eksistensial humanistik
4. Untuk mengetahui tujuan konseling eksistensial humanistik
5. Untuk mengetahui karakteristik konseling eksistensial humanistik
6. Untuk mengetahui peran dan fungsi konselor dalam pendekatan
eksistensial humanistik
7. Untuk mengetahui hubungan konselor dengan klien dalam konseling
eksistensial humanistik
8. Untuk mengetahui Tahap-tahap konseling eksistensial humanistik
9. Untuk mengetahui teknik konseling eksistensial humanistik
10. Untuk mengetahui kelebihan dan keterbatasan konseling eksistensial
humanistik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
Psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi
seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan sebuah
asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang berbagai
keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,
cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Abraham Maslow Yang terkenal dengan teori aktualisasi diri di lahirkan


di New York pada tahun 1908. Ia meninggal di Calivornia pada tahun1907.
Maslow seorang anak yang pandai mejalani hubungan yang baik dengan ibunya
yang otoriter yang sering kali melakukan tindakan aneh. Ia menggambarkan dirinya
pada masa kecil sebagai seorang yang pemalu,kutu buku dan neurotic.
Tetapi ,maslow tidak selamanya menjadi neurotic dan benci pada dirinya sendiri.
Ia sepenuhnya menyadari potensinya ,dan menjadi psikilog humanisme terkenal
yang mengispirasi banyak perubahan masyarakat kearah yang positif.

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan


tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara
manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk
mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab
personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan.

Dari pemikiran Abraham Maslow (1950) yang memfokuskan pada kebutuhan


psikologis tentang potensi-potensi yang dimiliki manusia. Hasil pemikirannya telah
membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang, yang
merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan humanistik. Menurut Maslow, yang
terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik

3
lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada
“ketidaknormalan” atau “sakit”. Pendekatan ini melihat kejadian bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan
bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang
beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan
kemampuan positif ini.

Psikologi eksistensial humanistic berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan


ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia
alih – alih suatu system teknik – teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Pendekatan terapi eksistensial bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan
suatu pendekatan yang mencakup terapi – terapi yang berlainan yang kesemuanya
berlandaskan konsep – konsep dan asumsi – asumsi tentang manusia.

Teori dan pendekatan konseling eksistensial humanistik berfokus pada diri


manusia. pendekatan ini mengutamakan suatu sikap yang menekankan pada
pemahaman atas manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan
tanggung jawab berkaitan. Pendekatan eksistensial humanistik dalam
konselingmenggunakan sistem teknik-teknik yang bertujuan untuk mempengaruhi
konseli. Pendekatan terapi eksistensial humanistik bukan merupakan terapi tunggal,
melaikan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlianan yang
kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia

Pendekatan ini Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencakup
kesanggupan untuk menyadari diri, bebas memilih untuk menentukan nasib sendiri,
kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian
makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, berada sendiri dan berada
dalam hubungan dengan orang lain keterhinggaan dan kematian, dan
kecenderungan mengaktualkan diri. Pendekatan ini memberikan kontribusi yang
besar dalam bidang psikologi, yakni tentang penekanannya terhadap kualitas
manusia terhadap manusia yang lain dalam proses teurapeutik.

4
Terapi eksistensial-humanistik menekankan kondisi-kondisi inti manusia
dan menekankan kesadaran diri sebelum bertindak.Kesadaran diri berkembang
sejak bayi.Perkembangan kepribadian yang normal berlandaskan keunikan
masing-masing individu. Berfokus pada saat sekarang dan akan menjadi apa
seseorang itu, yang berarti memiliki orientasi ke masa depan. Maka dari itu,
akan lebih meningkatkan kebebasan konseling dalam mengambil keputusan
serta bertanggung jawab dalam setiap tindakan yang di ambilnya.

Menurut Gerald Corey, (1988:54-55) ada beberapa konsep utama dari


pendekatan eksistensial yaitu :

1. Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu


kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu
berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang,
maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu.
Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara
bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada
manusia.

2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan


yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa
diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang
tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting
bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan
individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk
mengaktualkan potensi – potensinya.

3. Penciptaan Makna

Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan
hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi

5
kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan
dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah
makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna
dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga
berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi
manusiawinya sampai taraf tertentu.

Konsep dasar menurut Akhmad Sudrajat adalah :

 Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang
ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang
ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya.
 Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh
karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri
menuju aktualisasi diri.
 Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif.
Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada
seluruh bentuk self expression.

Menurut Akhmad Sudrajat individu yang salah suai tidak dapat


mengembangkan potensinya. Dengan kata lain, pengalamannya tertekan.

B. Hakikat Manusia
Gerakan eksistensial berarti rasa hormat pada seseorang, menggali aspek
baru dari perilaku manusia dan metode memahami manusia yang beraneka
ragam. Falsafah eksistensial memberikan landasan bagi pendekatan terapeutik
yang memfokuskan pada individu-individu yang terpecah serta bersikap asing
antara satu dengan yang lain yang tidak melihat adanya makna dalam
lingkungan keluarga serta system sosial yang ada pada waktu itu. Falsafah itu
timbul dari keinginan untuk menolong orang dalam mengarahkan perhatian
pada tema dalam hidup. Yang diperhatikan adalah orang-orang yang mengalami

6
kesulitan dalam hal mendapatkan makna dari tujuan hidup dan dalam hal
mempertahankan identitas dirinya (Holt, 1986).

Fokus yang sekarang menjadi arah pendekatan eksistensial adalah rasa


kesendirian di dunia dan usaha menghadapi kecemasan akan isolasi ini.
Daripada berusaha untuk mengembangkan aturan-aturan bagi terapi, maka
sebagai gantinya para praktisi eksistensial berusaha keras untuk memahami
pengalaman manusia yang dalam ini. (May & Yalom, 1989).

Pandangan eksistensial akan sifat manusia ini sebagian dikontrol oleh


pendapat bahwa signifikansi dari keberadaan kita ini tak pernah tetap,
melainkan kita secara terus menerus mengubah diri sendiri melalui proyek-
proyek kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi,
berkembang, membentuk diri dan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti
pula bahwa kita menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai
sesuatu yang wajar.

Ø Pandangan manusia menurut teori Humanistik:

 Filsafat Eksistensialis memandang manusia sebagai indvidu dan merupakan


problema yang unik dari existensi kemanusiaan. Manusia merupakan
seorang yang ada, yang sadar dan waspada akan keberadaanya sendiri.
Setiap orang menciptakan tujuannya sendiri dengan segala kreatifitasnya,
menyempurnakan esensidan fakta existensinya.
 Bahwa manusia sebagai makhluk hidup, menentukan apa yang ia kerjakan
dan yang tidak ia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan.
Jadi yang pokok adalah apakah seorang berkeinginan atau tidak sebab
filsafat eksistensialis percaya bahwa setiap orang bertanggung jawab atas
segala tindakannya. Dengan kata lain setiap individu merupakan penentu
utama akan tingkah laku dan pengalamannya.
 Teori humanistik mendsar pendapat bahwa manusia tidak pernah statis , ia
selalu menjadi sesuatu yang berbeda . untuk menjadi sesuatu ini maka
manusia mesti berani menghancurkan pola – pola lama, berdiri pada kaki

7
sendiri dan mencari jalan, kearah manusia yang baru dan lebih besar menuju
aktualisasi diri.
 Menekankan pada kesadaran manusia, pengalaman personal yang
berhubungan dengan eksistensi dalam dunia orang lain.

C. Hakikat Konseling
Hakikat konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi
tentang apa artinya menjadi manusia. Eksistensial-humanistik berdasarkan pada
asumsi bahwa kita bebas dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil
dan perbuatan yang kita lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling
eksistensial-humanistik adalah hubunganya dengan klien.Kualitas dari dua
orang yang bertatap muka dalam situasi konseling merupakan stimulus
terjadinya perubahan yang positif.

1. Pendekatan ini berasal dari motivasi dalam diri yang rumit dan dinamis.
Inilah yang membedakan teori ini dengan teori yang mencari struktur dalam
diri individu atau struktur reinforcement dari lingkungan. Namun teori
eksitensial dan humanistic menyetujui adanya kehendak bebas dan juga
kreativitas nyata, dan pemenuhan diri.
2. Pendekatan eksitensial tidak selalu merupakan pendekatan idiografis;
mereka menganggap pengalaman setiap orang unik. Filsuf beraliran
eksitensial menyatakan bahwa individu secara lansung bertanggung jawab
atas kepribadian. Bagaimana saya menghadapi cinta , etika, kecemasan ,
kebebasan, dan kematian . apakah saya akan membiarkan aliensi
menggelamkan saya dalam kesengaraan mendalam , atau akankah saya
memakai kehendak bebas untuk melawannya dan mencapai aktualisasi diri,
ciri mendasar dari dilemma eksitensial adalah adanya kemungkinan
tercapainya kemenangan jiwa manusia.
3. Pendekatan humanistic , yang didasarkan pada eksitensialisme tetapi
menolak pesimisme, adalah pendekatan yang paling optimis terhadap
kepribadian yang memandang manusia dan permasalahan spiritual secara

8
positif. Orientasi humanistic maslow , yang mempelajari individu yang
sudah sepenuhnya dewasa dan utuh , membuat psikologi kepribadian
memberikan atensi pada aspek positif dan spiritual teersebut. Tetapi,
inkonsistensi dan ambiguitas dalaam teori Maslow membuat kontribusinya
lebih seperti pandangan yang memberikan pengaruh besar , alih-alih sebuah
teori yang solid.
4. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian bermanfaat bagi penelitian
lintas budaya dan penelitian tentang kelompok etnik, suatu kebutuhan yang
ditekankan dalam buku ini. Banyak psikolog eksitensial- humanistic
terkejut secara pribadi dan secara intelektual- oleh aliran fasisme pada tahun
1930-1940.
5. Pendekatan humanistic terhadap kepribadian memiliki dampak praktis dan
berkesenambungan pada masyarakat umum dalam hal persaingan diri. Saat
ini ,tidaklah aneh apabila seorang pekerja ( atau bahkan sekelompok rekan
kerja) pada suatu waktu ingin mengasingkan diri.’’ Peristirahatan’’ ini
berbeda dengan liburan atau tamasya. Selama mengasingkan diri kita
mungkin menenangkan diri dilokasi yang indah, berusaha mengenali
perasaan kita , memperbaruhi cinta kita untuk pasangan , menciptakan
music atau melakukan hal kreatif lainnya, berlatih, mungkin juga
bermeditasi atau berdo’a. aktivitas tersebut berasal dari asumsi humanistic
bahwa setiap individu memiliki otensi diri unik yang akan muncul apabila
dikembangkan dengan baik.
6. Psikologi kepribadian humanistic tidak hanya berbeda dengan pendekatan
lain dalam pokok permasalan dan filsafatnya, tetapi juga dalam ideologinya.
Psikolog humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk
berpegang pada prespektif optimistik tentang sifat alamiah manusia.
Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional untuk dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih
potensi maksimal mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia

9
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai
kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
7. Terapi eksistensial humanistik adalah terapi yang sesuai dalam memberikan
bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan
eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia
kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya.
8. Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa
terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang
menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta
kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
9. Sedangkan menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah
Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam
menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial
Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang
mencakup tanggungjawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam
kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia,
keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta
kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.

D. Tujuan Konseling
Menurut Gerald Corey, (1988:56) ada beberapa tujuan terapeutik yaitu :

 Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar


atas keberadaan dan potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka
diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Keotentikan sebagai
“urusan utama psikoterapi” dan “nilai eksistensial pokok”. Terdapat tiga
karakteristik dari keberadaan otentik :

1) Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,

2) Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan

3) Memikul tanggung jawab untuk memilih.

10
 Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan
pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
 Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan
tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari
sekadar korban kekuatan – kekuatan deterministic di luar dirinya.

Tujuan Konseling menurut Akhmad Sudrajat yaitu :

1. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima


keadaannya menurut apa adanya. Saya adalah saya.
2. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai
dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan
meningkatkan self actualization seoptimal mungkin.
3. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh
individu dalam proses aktualisasi dirinya
4. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin
dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

E. Karakteristik Konseling
Adapun karakteristik dari terapi eksistensial humanistik adalah sebagai berikut:

1. Eksistensialisme bukanlah suatu aliran melainkan suatu gerakan yang


memusatkan penyelidikannya manusia sebagai pribadi individual dan sebagai
ada dalam dunia (tanda sambung menunjukkan ketakterpisahan antara manusia
dan dunia).

2. Adanya dalil-dalil yang melandasi yaitu:

 Setiap manusia unik dalam kehidupan batinnya, dalam mempersepsi dan


mengevaluasi dunia, dan dalam bereaksi terhadap dunia
 Manusia sebagai pribadi tidak bisa dimengerti ddalam kerangka fungsi-
fungsi atau unsur-unsur yang membentuknya.

11
 Bekerja semata-mata dalam kerangka kerja stimulus respons dan
memusatkan perhatian pada fungsi-fungsi seperti penginderaan, persepsi,
belajar, dorongan-dorongan, kebiasaan-kebiasaan, dan tingkah laku
emosional tidak akan mampu memberikan sumbangan yang berarti kepada
pemahaman manusia
3. Berusaha melengkapi, bukan menyingkirkan dan menggantikan orientasi-
orientasi yang ada dalam psikologi
4. Sasaran eksistensial adalah mengembangkan konsep yang komperehensif
tentang manusia dan memahami manusia dalam keseluruhan realitas
eksistensialnya, misalnya pada kesadaran, perasaan-perasaan, suasana-suasana
perasaan, dan pengalaman-pengalaman pribadi individual yang berkaitan
dengan keberadaan individualnya dalam dunia dan diantara sesamanya.
5. Tujuan utamanya adalah menemukan kekuatan dasar, tema, atau tendensi
dari kehidupan manusia, yangdapat dijadikan kunci kearah memahami
manusia.
6. Tema-temanya adalah hubungan antar manusia, kebebasan, dan tanggung
jawab, skala nilai-nilai individual, makna hidup, penderitaan, keputusasaan,
kecemasan dan kematian.

F. Peran dan Fungsi Konselor


Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi
bersama yang mencakup hal-hal berikut :

1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi

2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis

3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik

4. Berorientasi pada pertumbuhan

5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi

6. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.

12
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia secara implisit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif

8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk


mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

9. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta


meningkatkan kebebasan klien

Peran dan Fungsi konselor sebagai berikut :

1. Memahami dunia klien dan membantu klien untuk berfikir dan mengambil
keputusan atas pilihannya yang sesuai dengan keadaan sekarang.

2. Mengembangkan kesadaran, keinsafan tentang keberadaannya sekarang


agar klien memahami dirinya bahwa manusia memiliki keputusan diri sendiri.

3. Konselor sebagai fasilitator memberi dorongan dan motivasi agar klien


mampu memahami dirinya dan bertanggung jawab menghadapi reality.

4. Membentuk kesempatan seluas – luasnya kepada klien, bahwa putusan akhir


pilihannya terletak ditangan klien.

Dalam buku Gerald Corey, May ( 1961 ) memandanga tugas terapis diantaranya
adalah membantu klien agar menyadari keberadaanya dalam dunia : “Ini adalah
saat ketika pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir di
dunia yang mengancam dan sebagai subyek yang memiliki dunia”.

G. Hubungan Konselor dan Klien


Dalam membicarakan masalah hubngan pertologan dari teori Humanistik ini,
dikemukakan ciri - ciri hubungan konselor dan konseli sebagai berikut:

1. Adanya hubungan psikologis yang akrab antara konselor dan klien.


2. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan
problemnya dan apa yang diinginkan.

13
3. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta
perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.
4. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu merupakan
kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan yang diadakan.
5. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya juga keadaan
lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.

Yang paling diutamakan oleh konselor eksistensial adalah hubunganya


dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka dalam situasi
terapeutik merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif. Konselor
percaya bahwa sikap dasar mereka terhadap klien, karakteristik pribadi tentang
kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang harus ditawarkan.
Konseling merupakan perjalanan yang ditempuh konselor dan klien, suatu
perjalanan pencarian menyelidiki kedalam dunia seperti yang dilihat dan
dirasakan klien.

Konselor berbagi reaksi dengan kliennya disertai kepedulian dan empati


yang tidak dibuat-buat sebagai satu cara untuk memantapkan hubungan
terapeutik. May dan Yalom (1989) menekankan peranan krusial yang
dimainkan oleh kapasitas konselor untuk disana demi klien selama jam terapi
yang mencakup hadir secara penuh dan terlibat secara intens dengan kliennya.
Sebelum konselor membimbing klien untuk berhubugan dengan orang lain,
maka pertama-tama harus secara akrab berhubungan dengan si klien itu
(Yalom, 1980).

Inti dari hubungan terapeutik adalah rasa saling menghormati, yang


mencakup kepercayaan akan potensi klien untuk secara otentik menangani
kesulitan mereka dan akan kemampuan mereka menemukan jalan alternatif
akan keberadaan mereka. Sidney Jourad (1971) mendesak konselor untuk
mengajak klien mereka benar-benar menunjukkan keotentikan dirinya melalui
perilaku yang otentik dan pengungkapan diri. Oleh karena itu konselor
mengajak klien untuk tumbuh dengan mencontoh perilaku otentik. Mereka bisa
menjadi transparan apabila dianggap cocok untuk diterapkan dalam hubungan

14
itu, dan sifat kemanusiaannya bisa menjadi stimulus untuk diambil potensi
riilnya oleh klien.

Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan


diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih – alih
pada teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah
pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan orang
lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “di sini dan sekarang”.
Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan
langsung (Gerald Corey.1988:61).

Ø Pola hubungan :

 Hubungan klien adalah hubungan kemanusiaan. Konselor berstatus sebagai


partner klien, setara dengan klien sehingga hubungannnya berada dalam
situasi bebas tanpa tekanan.
 Klien sebagai subjek bukan obyek yang dianalisis dan didiagnosis.
 Konselor harus terbuka baik kepribadiannya dan tidak pura – pura.

H. Tahap Konseling

1. Tahap Awal

Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Selama


tahap pendahuluan, konselor membantu klien dalam hal mengidentifikasi dan
mengklarifikassi asumsi mereka terhadap dunia. Klien diajak untuk
mendefinisikan dan menanyakan tentang cara mereka memandang dan
menjadikan eksistensi mereka bisa diterima. Mereka meneliti nilai mereka,
keyakinan, serta asumsi untuk menentukan kesahihannya. Bagi banyak klien
hal ini bukan pekerjaan yang mudah oleh karena mereka mungkin pada awalnya
memaparkan problema mereka sebagai hamper seluruhnya sebagai akibat dari
penyebab eksternal. Mereka mungkin berfokus pada apa yang orang lain
“jadikan mereka merasakan sesuatu” atau betapa orang lain bertanggung jawab
sepenuhnya akan apa yang mereka lakukan atau tidak lakukan. Konselor

15
mengajar mereka bagaimana caranya untuk becermin pada eksistensi mereka
sendiri dan meneliti peranan mereka dalam hal penciptaan problem mereka
dalam hidup.

2. Tahap Pertengahan

Pada tahap tengah dari konseling eksistensial, klien didorong semangatnya


untuk lebih dalam lagi meneliti sumber dan otoritas dari system nilai mereka.
Proses eksplorasi diri ini biasanya membawa klien ke pemahaman baru dan
beberapa restrukturisasi dari nilai dan sikap mereka. Klien mendapatkan cita rasa
yang lebih baik akan jenis kehidupan macam apa yang mereka anggap pantas.
Mereka mengembangkan gagasan yang jelas tentang proses pemberian nilai
internal mereka.

3. Tahap Akhir

Tahap terakhir dari konseling eksistensial berfokus pada menolong klien


untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka
sendiri. Sasaran terapi adalah memungkinkan klien untuk bisa mencari cara
pengaplikasian nilai hasil penelitian dan internalisasi dengan jalan yang
kongkrit. Biasanya klien menemukan kekuatan mereka dan menemukan jalan
untuk menggunakan kekuatan itu demi menjalani eksistensi kehidupannya yang
memiliki tujuan.

Adapun beberapa tahap lain yang dapat dilakukan oleh terapis dalam terapi
eksistensial antara lain :

 Terapis menunjukkan kepada klien untuk meningkatkan kesadaran diri atas


alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, dan tujuan-tujuan pribadi. Serta
menunjukkan bahwa harus ada pengorbanan untuk mewujudkan hal itu.
 Terapis membantu klien dalam menemukan cara-cara klien menghindari
penerimaan kebebasannya, dan mendorong klien belajar menanggung
resiko atas keyakinannya terhadap akibat penggunaan kebebasannya.

16
 Terapis membantu klien untuk membangkitkan keberaniannya mengakui
ketakutannya, mengungkapkan ketakutannya, dan kemudian mengajak
klien untuk tidak bergantung dengan orang lain secara neurotik.
 Terapis membantu klien dalam menciptakan suatu sistem berlandaskan cara
hidup yang konsisten.
 Terapis membantu klien untuk menemukan makna hidupnya
 Terapis membantu klien untuk mentoleransi segala bentuk ketakutan dan
kecemasan sebagai bentuk pembelajaran yang penting dalam hidup
 Terapis mendorong atau memotivasi kliennya untuk mewujudkan
aktualisasi dirinya

I. Teknik Konseling
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan
secara ketat.Prosedur-prosedur konseling bisa diambil dari beberapa teori
konseling lainnya. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia
masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.
Serta membantu individu menyadari diri sesungguhnya dapat memecahkan
masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal.

Teknik yang digunakan mendahului pemahaman. Karena menekankan pada


pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keleluasaan
dalam menggunakan metode – metode, dan prosedur yang digunakan oleh
mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang
lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang
sama Meskipun terapi eksistensial bukan merupakan metode tunggal, di
kalangan terapis eksistensial dan humanistik ada kesepakatan menyangkut
tugas – tugas dan tanggung jawab terapis. Psikoterapi difokuskan pada
pendekatan terhadap hubungan manusia alih – alih system teknik. Para ahli
psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal – hal
berikut (Gerald Corey.1988:58) :

17
 Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi.
 Menyadari peran dari tanggung jawab terapis.
 Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik.
 Berorientasi pada pertumbuhan.
 Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
yang menyeluruh.
 Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan – pilihan akhir terletak di
tangan klien.
 Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
hidup dan pandangan humanistiknya tentang manusia bisa secara implicit
menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif.
 Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
 Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.

Dalam konseling humanistik terdapat teknik-teknik konseling , yang mana


sebelum mengetahui teknik-teknik konseling tersebut terdapat beberapa prinsip
kerja teknik humanistik antara lain :

 Membina hubungan baik (good rapport)


 Membuat klien bisa menerima dirinya dengan segala potensi dan
keterbatasannya
 Merangsang kepekaan emosi klien
 Membuat klien bisa mencari solusi permasalahannya sendiri.
 Mengembangkan potensi dan emosi positif klien
 Membuat klien menjadi adequate

Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:

 Penerimaan
 Rasa hormat
 Memahami

18
 Menentramkan
 Memberi dorongan
 Pertanyaan terbatas
 Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
 Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan
klien
 Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna.

Menurut Akhmad Sudrajat teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam
pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana
dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:

(1) acceptance (penerimaan)

(2) respect (rasa hormat)

(3) understanding (pemahaman)

(4) reassurance (menentramkan hati)

(5) encouragementlimited questioning (pertanyaan terbatas)

(6) reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan)

(7) memberi dorongan

Melalui penggunaan teknik-teknik tersebut diharapkan konseli dapat


memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik, mengambil
keputusan yang tepat, mengarahkan diri mewujudkan dirinya.

Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia


subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman
dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat
itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu
(May &Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang
mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien,

19
tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses
terapeutik.

Di satu sisi, mereka menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan


kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi
bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan
pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik
yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi
lain, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka
lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi.

Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal
menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif
menantang dan memahami klien.

J. Kelebihan dan Keterbatasan


Ø Kelebihan Eksistensial Humanistik

 Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
 Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri.
 Memanusiakan manusia.
 Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
 Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan
klien seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan
dalam pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja
menjadi dewasa

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk


kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat populer adalah dari
Carl Rogers dengan client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas
klien untuk dapat mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya,
serta menekankan pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa

20
prasangka dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya.

Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas


permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing klien
menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik asesmen dan
pendapat para konselor bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment
atau pemberian bantuan kepada klien. Selain memberikan sumbangannya
terhadap konseling dan terapi, psikologi humanistik juga memberikan
sumbangannya bagi pendidikan alternatif yang dikenal dengan sebutan
pendidikan humanistik (humanistic education). Pendidikan humanistik
berusaha mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran
nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan keterampilan dalam
berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan humanist.

Ø Kelemahan Eksistensial Humanistik

 Dalam metodologi, bahasa dan konsepnya yang mistikal


 Dalam pelaksanaannya tidak memiliki teknik yang tegas
 Terlalu percaya pada kemampuan klien dalam mengatasi masalahnya
(keputusan ditentukan oleh klien sendiri)
 Proses terapi membutuhkan waktu yang panjang dan ketakpastian kapan
berakhir, berapa jam dan berapa kali pertemuan
 Memiliki keterbatasan penerapan pada kasus level keberfungsian klien yang
rendah ( klien yang ekstrem yang membutuhkan penangan secara
langsung)

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi eksistensial-humanistik berdasarkan pada asumsi bahwa kita bebas


dan bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang kita
lakukan. Yang paling diutamakan dalam konseling eksistensial-humanistik
adalah hubunganya dengan klien. Kualitas dari dua orang yang bertatap muka
dalam situasi konseling merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif.
Ada tiga tahap dalam proses konseling eksistensial-humanistik. Dan tidak ada
teknik khusus yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik.

Kecocokannya untuk diterapkan di Indonesia terletak pada pendapat


kalangan eksistensial tentang kebebasan dan control dapat bermanfaat untuk
menolong klien menangani nilai-nilai budaya mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya
serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka.

B. Saran
Memiliki kemampuan dalam konseling humanistik merupakan hal yang
penting,dapat mengarahkan hidup kita ke masa depan yang lebih baik. Untuk
itu kita harus mengasah kemampuan (kreatifitas) kita secara baik berdasarkan
pengalaman – pengalaman pribadi kita di lingkungan.Kita dapat memahami
dan mengetahui hal-hal atau masalah klien kita nantinya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Feist, Jess & Gregory J Feist. 2008. Theories of Personality.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Gerald, Corey. 1988. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : PT ERESCO
Latipun. 2001. Psikologi Konseling. Malang: Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Malang
Mahasiswa BK. 2009. Model-Model Konseling. UMK
Misiak, henryk.2005.psikologi fenomenologi,eksistensial dan humanistic.
Bandung: PT rafika aditama
Rahmasari,Diana.,2012. Peran Filsafat Eksistensialisme terhadap Terapi
Eksistensial-Humanistik untuk Mengatasi Frustasi Eksistensial
Volume 2 Nomor 2
Rosjidan. 1988. Pengantar teori-teori konsleing. Jakarta:
Direktorat Pendidikan Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Sukardi, D.K. 1985. Pengantar teori konseling: suatu uraian ringkas,
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia
Internet :
http://akhmadsudrajat.woordpress.com

http://syarifah-mimien.blogspot.com/2005/03/terapi-eksistensial-humanistik.htm

http://www.psikologizone.com/konseling-terapi-pendekatan-
eksistensial/06511676

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&cad=rj
a&ved=0CD4QFjAD&url=http%3A%2F%2Fdigilib.sunan-
ampel.ac.id%2Ffiles%2Fdisk1%2F214%2Fjiptiain--rizaamalia-10695-4-
babii.pdf&ei=bllQUaz5OIzRrQempICgBg&usg=AFQjCNGhrNaw_hs2f2klI-
wnrwkyQZKQVA&sig2=JlSp04lsi1yarqXFJr7_GQ&bvm=bv.44158598,d.bmk
www.psikomedia.com/article/pdf?id=2408

23
24

Anda mungkin juga menyukai