INFLAMASI
Diajukan untuk memenuhi nilai mata ajar Farmakologi
Dosen Pembimbing :
Drg. Cahyo Nugroho, MDSc
Disusun oleh :
Bonita Mayrika P2.05.25.2.18.004
Malinda Sri Rahayu P2.05.25.2.18.016
Riza Ramdani P2.05.25.2.18.025
Shafa Marwah A K P2.05.25.2.18.032
C. Proses
Proses inflamasi dimediatori oleh histamine, prostaglandin, eicasonoid,
leukotriene, sitokin, nitrit oksida, dan lain-lain. Menurut Roman (2009), proses terjadinya
inflamasi dimulai dengan kerusakan jaringan akibat stimulus yang menyebabkan
pecahnya sel mast diikuti dengan pelepasan mediator inflmasi, dilanjutkan dengan
terjadinya vasodilatasi yang kemudian menyebabkan migrasi sel leukosit. Inflamasi
dibagi menjadi dua, yaitu : inflamasi akut dan kronis.
a. Inflamasi akut
Pada inflamasi akut terjadi dalam kurun waktu yang singkat yang melibatkan sel
vascular lokal, system imun dan beberapa sel. Tanda-tanda paling khas yang
menandakan adanya inflamasi ini adalah :
1. Kemerahan (rubor) terjadi pelebaran pembuluh darah dan peningkatan aliran
darah
2. Panas (kalor) terjadi peningkatan aliran darah dan meningkatnya metabolism
seluler,
3. Bengkak (tumor) terjadi pelebaran pembuluh darah, keluarnya cairan,
kemotaksis, dan peningkatan metabolism seluler,
4. Nyeri (dolor) dilepaskannya mediator yang larut, tejadi kemotaksis dan
peningkatan metabolisme seluler
5. Dan disertai dengan perubahan fungsi lokal.
b. Inflamasi kronis
Sedangkan pada inflamasi kronis berlangsung pada waktu yang lebih lama (beberapa
bulan hingga tahun). Pada inflamasi kronis melibatkan darah putih terutama pada sel
mononuclear pada prosesnya. Respon inflamasi kronis sendiri sejak awal bersifat kronik.
D. Fungsi
Fungsi inflamasi dalam tubuh yaitu dimulai ketika sel tubuh mengalamikerusakan
dan terjadi pelepasan zat kimia tubuh sebagai tanda bagi system imun. Inflamasi sebagai
respon imun pertama bertujuan untuk merusak zat atau obyek asing yang dianggap
merugikan, baik itu sel yang rusak, bakteri, atau virus. Menghilangkan obyek yang asing
tersebut penting untuk memulai proses penyembuhan. Dengan melalui berbagai
mekanisme lainnya, sel inflamasi dalam pembuluh darah memicu pembengkakan pada
area tubuh yang mengalami kerusakan dan menyebabkan pembengkakan, warna merah
dan rasa nyeri. Inflamasi memang akan menimbulkan rasa yang tidak nyaman, tetapi hal
tersebut penting dalam proses penyembuhan. Mekanisme inflamasi diawali dengan
adanya iritasi, dimana sel tubuh memulai proses perbaikan sel tubuh yang rusak. Sel
rusak dan yang terinfeksi oleh bakteri dikeluarkan dalam bentuk nanah. Kemudian diikuti
dengan proses terbentuknya jaringan-jaringan baru untuk menggantikan yang rusak.
Tetapi jika inflamasi tidak kunjung reda maka akan berbahaya, respon imun ini
jika terjadi dalam kurun waktu yang lama dapat merusak tubuh. Ini karena zat atau
organisme pemicu inflamasi dapat bertahan lama pada pembuluh darah dan
mengakibatkan penumpukan plak. Plak dalam pembuluh darah tersebut justru dianggap
sebagai zat berbahaya dan akibatnya proses inflamasi kembali terjadi. Akhirnya terjadilah
kerusakan pembukuh darah. Kerusakan akibat adanya sel inflamasi dapat terjadi pada
pembuluh darah tubuh, jantung hingga otak.