Orang normal mempunyai suatu sistem autoregulasi arteri serebral. Bila tekanan darah
sistemik meningkat, pembuluh serebral menjadi vasospasme (voasokonstriksi).
Sebaliknya, bila tekanan darah sistemik menurun, pembuluh serebral akan menjadi
vasodilatasi. Dengan demikian, aliran darah ke otak tetap konstan. Walaupun terjadi
penurunan tekanan darah sistemik sampai 50 mmHg, autoregulasi arteri serebral masih
mampu memelihara aliran darah ke otak tetap normal. Batas atas tekanan darah
sistemik yang masih dapat ditanggulangi oleh autoregulasi ialah 200 mmHg untuk
tekanan sistolik dan 110-120 mmHg untuk tekanan diastolik.
Pada keadaan normal, endotelial menunjukkan fungsi dualistik. Sifat ini secara
simultan mengekspresikan dan melepaskan zat-zat vasokonstriktor (angiotensin II,
endotelin-I, tromboksan A-2, dan radikal superoksida) serta vasodilator (prostaglandin
dan nitrit oksida). Faktor-faktor ini menyebabkan dan mencegah proliferasi sel-sel otot
polos pembuluh darah secara seimbang. Keseimbangan antara sistem antagonis ini
dapat mengontrol secara optimal fungsi dinding pembuluh darah. Akibat disfungsi
endotel, terjadi vasokonstriksi, proliferasi sel-sel otot polos pembuluh darah, agregasi
trombosit, adhesi lekosit, dan peningkatan permeabilitas untuk makromolekul, seperti
lipoprotein, fibrinogen, dan imunoglobulin14. Kondisi ini akan mempercepat terjadinya
aterosklerosis. Aterosklerosis memegang peranan yang penting untuk terjadinya stroke
infark.
Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Prose-Proses Penyakit. Ed: 6.
Jakarta: EGC.
Mardjono dan Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Cetakan ke-12. Jakarta:
Dian Rakyat