Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KISTA OVARIUM
Disusun Oleh :
SUNNY SITUMORANG
18010039
Pembimbing :
KOTA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Kista Ovarium’.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan selama menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Obstetri-Ginecology Rumah Sakit Murni Teguh
Memorial Hospital, Kota Medan 2019.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan yang harus
diperbaiki, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang
sifatnya membangun
Akhir kata penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang
menggunakannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI.................................................................................................... 3
Kista ovarium adalah suatu penyakit ganguan organ reproduksi wanita. Kista
ovarium dapat berkembang dalam setiap tahap kehidupan seorang wanita, mulai dari
periode neonatal hingga pascamenopause1. Kebanyakan kista ovarium dapat terjadi
selama masa kehidupan bayi dan remaja, yang merupakan masa aktif perkembangan
hormon1. Tetapi sebagian besar kista-kista ini bersifat fungsional dan menghilang
tanpa perlu pengobatan1.
Kista ovarium itu sendiri memiliki risiko yaitu mengalami degenerasi
keganasan menjadi kanker1. Kanker ovarium merupakan kanker paling lazim
kedelapan pada wanita Amerika Serikat. Juga merupakan penyebab kematian kanker
urutan kelima pada wanita dengan perkiraan 14.000 kematian pada tahun 20101.
Disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut,
perdarahan atau infeksi bahkan sampai kematian1. Oleh karena itu kista ovarium
merupakan masalah yang sangat penting bagi kesehatan ginekologi wanita.
Penatalaksanaan kista ovarium didasarkan pada jenis kista tersebut. Jadi tidak
semua kista ovarium ditatalaksanai melalui pembedahan, apalagi ternyata kista
tersebut dapat resolusi spontan. Namun, sebagian besar memerlukan pembedahan
untuk mengangkat kista tersebut. Penanganannya melibatkan keputusan yang sukar
dan dapat mempengaruhi status hormonal dan fertilitas seorang wanita.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi ovarium
Wanita pada umumnya memiliki dua indung telur kanan dan kiri
dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum kiri
dan kanan. Ovarium berukuran sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
kira- kira 4 cm, lebar dan tebal kira- kira 1,5 cm.5
Pinggir atasnya atau hilusnya berhubungan dengan mesovarium tempat
ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan serabut-serabut saraf untuk
ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Permukaan belakangnya ke atas dan
belakang, sedangkan permukaan depannya ke bawah dan depan. Ujung yang
dekat dengan tuba terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan
uterus, dan tidak jarang diselubungi oleh beberapa fimbria dari infundibulum.
Ujung ovarium yang lebih rendah berhubungan dengan uterus dengan
ligamentum ovarii proprium tempat ditemukannya jaringan otot yang menjadi
satu dengan yang ada di ligamentum rotundum. Embriologik kedua
ligamentum berasal dari gubernakulum.5
Pada ovulasi, oosit primer matur yang besar terlepas dari ovarium dan
ditangkap oleh ujung tuba uterine yang mengalami dilatasi yang sangat dekat
dengan permukaan ovarium saat itu2. Ovulasi normalnya terjadi pada
pertengahan siklus menstruasi yakni sekitar hari keempat belas dari satu siklus
28 hari. Pada manusia biasnya hanya satu oosit yang dibebaskan ovarium
selama satu siklus tetapi terkadang tidak ada oosit yang dibebaskan atau dua
atau lebih oosit dilepaskan secara bersamaan2.
Beberapa jam sebelum ovulasi, folikel matur besar yang menonjol ke
tunica albuginea membentuk area iskemik keputihan atau translusen yakni
stigma, dengan pemadatan jaringan yang telah menghambat aliran darah2.
Secara bersamaan, sel granulosa dan sel theca interna mulai menyekresi
progesteron dan estrogen. Stimulus untuk ovulasi adalah lonjakan kadar LH
yang disekresi hipofisis anterior sebagai respons terhadap peningkatan cepat
kadar estrogen dalam sirkulasi yang dihasilkan folikel dominan matur. LH
menstimulasi sintesis hialuronat dan prostaglandin dan keseluruhan produksi
cairan di dalam folikel praovulatorik. Progesterone, LH dan FSH
mengaktifkan sejumlah enzim proteolitik termasuk plasmin dan kolagen, di
dalam dan sekitar folikel matur yang cepat melemahkan lapisan granulosa (dan
cumulus oophorus) dan tunica albuginea di atasnya. Peningkatan tekanan
cairan folikel dan pelemahan dinding folikel menimbulkan penggelembungan
dan lalu rupture permukaan ovarium di stigma . Oosit dan corona radiata,
beserta cairan folikel dan sel dari cumulus, dikeluarkan melalui lubang
tersebut oleh kontraksi otot polos theca eksterna yang dipicu oleh
prostaglandin dari cairan folikel2.
Sesaat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
pertama yang sudah bermula dan terhenti pada profase selama masa janin.
Kromosom terbagi rata diantara kedua sel anak, tetapi salah satu darinya
mempertahankan hampir semua sitoplasmanya. Sel tersebut menjadi oosit
sekunder dan lainnya menjadi badan polar pertama yakni sel yang sangat kecil
dan tidak dapat hidup dengan inti dan sedikit sitoplasma. Segera setelah badan
polar pertama dikeluarkan, inti oosit memulai pembelahan meiosis kedua,
yang terhenti saat ini pada metaphase.
Oosit sekunder terovulasi melekat longgar pada permukaan ovarium
karena cairan folikel koagulatif yang kaya hialuronat yang dilepaskan
bersamanya dan ditarik ke dalam pembukaan tuba uterine tempat fertilisasi
dapat terjadi. Jika tidak dibuahi dalam sekitar 24 jam, oosit sekunder mulai
berdegenerasi.
2.3. Definisi kista ovarium
Kista ovarium adalah kantung yang berisi cairan atau semi cairan yang
muncul di ovarium3. Kista ovarium sangat umum terjadi. Mereka dapat terjadi
selama masa subur atau setelah menopause3. Kebanyakan kista ovarium
bersifat jinak (bukan kanker) dan hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan.
Jarang, kista mungkin ganas (kanker)3. Kista ovarium berhubungan dengan
gangguan hormon periodik4. Sehingga kista ovarium dapat dibedakan dengan
neoplasma lainnya yang biasanya berukuran 6-8 cm, asimtomatik, spontan
mengecil, unilokular, mengandung cairan bening dan terdapat lapisan epitel
sesuai asal perkembangannya4.
Kista endometriosis adalah kista yang terbentuk dari jaringan
endometriosis (jaringan yang mirip dengan selaput dinding rahim yang tumbuh
di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista5. Kista ini
juga disebut sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-
kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang
menimbulkan nyeri haid dan senggama.5,4
2.4. Sifat Kista
Kista Fisiologis
Sesuai siklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan folikelnya
berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya kista tersebut berukuran
dibawah 4 cm, dapat dideteksi dengan menggunakan pemeriksaan USG, dan
dalam 3 bulan akan hilang. Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu
operasi, karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi
perlu diamati apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak. Kista
yang bersifat fisiologis ini dialami oleh orang di usia reproduksi karena masih
mengalami menstruasi. Biasanya kista fisiologis tidak menimbuklkan nyeri
pada saat haid. Beberapa jenis kista fisiologis diantaranya adalah kista korpus
luteal, kista folikular, kista teka-lutein.4
Kista Patologis
Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium.Kanker
ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker
ginekologi. Angka kematian yang tinggi karena penyakit ini pada awalnya
bersifat tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi
metastasis, sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut, penyakit ini
disebut juga sebagai silent killer. Angka kematian penyakit ini di Indonesia
belum diketahui dengan pasti.1
Pada kista patologis, pembesaran bisa terjadi relatif cepat, yang kadang
tidak disadari penderita.Karena, kista tersebut sering muncul tanpa gejala
seperti penyakit umumnya.Itu sebabnya diagnosa agak sulit dilakukan.Gejala
gejala seperti perut yang agak membuncit serta bagian bawah perut yang terasa
tidak enak biasanya baru dirasakan saat ukuranya sudah cukup besar. Jika
sudah demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui
proses laparoskopi.1,2
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium.Jenis ini ada yang bersifat
jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan benjolan yang tidak
menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah menjadi ganas.Tetapi sampai
saat ini, belum diketahui dengan pasti penyebab perubahan sifat tersebut. Kista
ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan dinding sel tebal
dan tidak teratur.Tidak seperti kista fisiologis yang hanya berisi cairan, kista
abnormal memperlihatkan campuran cairan dan jaringan solid dan dapat
bersifat ganas.1,2,3
2.4. Epidemiologi kista ovarium
Angka kejadian kista ovarium sering terjadi pada wanita berusia
reproduktif dan jarang sekali dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun6.
Berdasarkan data catatan medik di RSUD Margono Soekarjo Purwokerto
tahun 2008, wanita yang mengalami kista ovarium sekitar 58% terjadi pada
wanita yang berumur di bawah 30 tahun6. Kista ovarium di RSUD
Banjarnegara tahun 2009 -2010, mayoritas berumur 22-28 tahun sebanyak
34,38% multiparitas sebanyak 65,6% dan jenis kista ovarium berupa kista
ovari simpleks sebanyak 96,87%6.
2.5. Etiologi kista ovarium
Terdapat bermacam-macam penyebab kista ovarium;
a. Kista folikuler
Adalah kista yang paling sering terjadi dan berasal dari pertumbuhan
folikel7. Folikel adalah kantung berisi cairan yang di dalamnya terdapat
sel telur. Kista folikuler terbentuk ketika folikel bertumbuh melebihi
ukuran normal selama siklus menstruasi dan tidak pecah untuk
melepaskan ovum. Biasanya kista folikuler akan diserap dan akan
menghilang dalam hitungan hari hingga bulan. Kista folikuler biasanya
mengandung darah (kista hemoragik) yang berasal dari perembesan
darah ke dalam kantung sel telur7.
b. Kista korpus luteum
Kista korpus luteum berhubungan dengan siklus mentruasi7. Korpus
luteum adalah daerah di dalam ovarium yang terbentuk setelah sel telur
terlepas dari folikel. Jika kehamilan tidak terjadi, korpus luteum
biasanya akan meluruh dan menghilang. Tetapi dapat juga terisi oleh
cairan atau darah dan menetap di dalam ovarium. Biasanya kista ini
tidak menimbulkan gejala dan sembuh secara spontan7.
c. Kista coklat
Ovarium adalah tempat biasanya endometriosis terjadi7. Ketika
endometriosis terdapat di ovarium, maka endometriosis tersebut akan
bertumbuh dan berdarah seiring berjalannya waktu, membentuk kista
berisi darah dengan isi berwarna merah atau coklat yang disebut
endometrioma dan kadang-kadang disebut sebagai kista coklat7.
d. Sindrom polikistik ovarium
Sindrom polikistik ovarium ditandai oleh terdapatnya banyak kista di
kedua ovarium7. Sindrom polikistik ovarium berhubungan dengan
gangguan hormon dan penyebab tersering infertilitas7.
e. Kista dermoid (kista teratoma jinak)
Baik tumor jinak dan ganas pada ovarium dapat berbentuk kista7.
Terkadang jaringan ovarium dapat berkembang secara tidak normal
untuk membentuk jaringan tubuh lain seperti rambut atau gigi. Kista
dengan jaringan yang abnormal ini biasa disebut kista dermoid atau
kista teratoma jinak7.
f. Abses tuba-ovarium
Infeksi pada organ panggul dapat melibatkan tuba falopi dan ovarium7.
Pada kasus yang parah, kista yang berisi pus dapat ditemukan di dalam
atau sekitar ovarium atau tuba7.
2.6. Faktor risiko kista ovarium
Pengobatan infertilitas
Pasien yang dirawat karena infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin dan agen lain, seperti klomifen sitrat atau letrozole, dapat
menyebabkan kista sebagai bagian dari sindrom hiperstimulasi
ovarium8.
Tamoxifen
Tamoxifen dapat menyebabkan kista ovarium fungsional yang
biasanya sembuh setelah penghentian pengobatan8.
Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua
ketika hCG memuncak8.
Hipotiroidisme
Karena kesamaan subunit alfa hormon perangsang tiroid (TSH) dan
hCG , hipotiroidisme dapat merangsang pertumbuhan kista ovarium8.
Maternal gonadotropin
Efek transplasenta gonadotropin ibu dapat menyebabkan
perkembangan kista ovarium neonatal dan janin8.
2.7. Klasifikasi Kista
Diantara tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan
non neoplastik. Tumor neoplastik dibagi atas tumor jinak dan ganas,
dan tumor jinak dibagi dalam tumor kistik dan solid
1. Neoplasia Jinak
1.1. Kistik:
1.1.1. Kistoma Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan yang rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan di dalam
kista jernih, serous dan berwarna kuning. Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik. Terapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan tetapi
jarinngan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologik untuk
mengetahui apakah ada keganasan.1,3
1.1.2. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini ditemukan dalam frekwensi yang hampir sama dengan kistadenoma
musinosum dan dijumpai pada golongan umur yang sama. Kista ini sering
ditemukan bilateral (10-20%) daripada kistadenoma musinosum. Tumor serosa
dapat membesar sehingga memenuhi ruang abnomen, tetapi lebih kecil dibanding
dengan ukuran kistadenoma musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, tetapi
dapat juga lobulated karena kista serosum pun dapat berbentuk multikolur,
meskipun lazimnya berongga satu. Warna kista putih keabuan.
Ciri khas dari kista ini adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga
kista sebesar 50% dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%. Isi kista cair, kuning
dan kadang-kadang coklat karena bercampur darah. Tidak jarang, kistanya sendiri
kecil, tetapi permukaannya penuh dengan pertumbuhan papiler (solid papiloma)
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa sulit membedakan gambaran
makroskopis kistadenoma serosum papileferum yang ganas dari yang jinak, bahkan
pemeriksaan rnikroskopis pun tidak selalu mernberikan kepastian.
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat dinding kista yang dilapisi epitel
kubik atau torak yang rendah, dengan sitoplasma eosinofil dan inti sel yang besar
dan gelap warnanya. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal epithelum), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi
sebagian besar terdiri atas epitel bulu getar seperti epitel tuba. Pada jaringan papiler
dapat ditemukan pengendapan kalsium dalam stromanya yang dinamakan psamoma.
Adanya psamoma menunjukkan bahwa kista adalah kistadenoma ovarium serosum
papiliferum, tetapi bukan ganas.
Tidak ada gejala klasik yang menyertai tumor serosa proliferatif. Kebanyakan
ditemukan pada pemeriksaan rutin dari pelvis. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa
ketidaknyamanan daerah pelvis dan pada pemeriksaan ditemukan massa abdomen
atau pun ascites. Kelainan ekstra abdomen jarang ditemukan pada keganasan
ovarium kecuali pada stadium terminal. 1,2,6
Apabila ditemukan pertumbuhan papiler, proliterasi dan stratifikasi epitel,
serta anaplasia dan mitosis pada sel-sel, kistadenoma serosum secara makroskopik
digolongkan ke dalam kelompok tumor ganas. 30-35% dari kistadenoma serosum
mengalami perubahan keganasan. Bila terdapat implantasi pada peritoneum disertai
dengan ascites, prognosis penyakit adalah kurang baik.
Meskipun diagnosis histopatologis pertumbuhan tumor tersebut mungkin
jinak (histopathologically benign), tetapi secara klinis harus dianggap sebagai
neoplasma ovarium ganas (clinicaly malignant).
Terapi pada umumnya adalah pengangkatan tumor. Tetapi oleh karena
berhubung dengan besarnya kemungkinan keganasan perlu dilakukan pemeriksaan
yang teliti terhadap tumor yang dikeluarkan. Bahkan kadang-kadang perlu diperiksa
sediaan yang dibekukan (frozen section) pada saat operasi, untuk menentukan
tindakan selanjutnya pada waktu operasi.1,3
1.2. Solid
Semua tumor ovarium yang padat adalah neoplasma.Akan tetapi, ini tidak berarti
bahwa termasuk suatu neoplasma yang ganas, meskipun semuanya berpotensi maligna.
Potensi menjadi ganas sangat berbeda pada berbagai jenis, umpamanya sangat rendah pada
fibroma ovarium dan sangat tinggi pada teratoma embrional yang padat.1,6
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum atau VU mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri
spontan dan sakit diperut.
d. Nyeri saat bersenggama.
Pada stadium lanjut:
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta organ di dalam rongga perut
c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan
d. Gangguan buang air besar dan kecil.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.4
Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis apakah tumor
tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan untuk
mendiagnosis kista ovarium.
d. Radiologi
Ultrasonografi tidak dapat membedakan antara kista fungsional dan
kista organic sederhana9. Sensitivitasnya dalam membedakan kista
jinak dan kista ganas antara 62%-100% dan spesifitas antara 87%-95%.
Hasil terbaik menggunakan probe endovaginal9.
BAB III
STATUS PASIEN
1. Identitas pasien
Nama : Ny. SN
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Batak
Status : menikah
Alamat : Jl Pane
Rujukan : RSU. Putri Bidadari
Masuk RS : 15-11-2019
Keluar RS : 18-11-2019
No. MR : 1911204766
2. Anamnesa (Autoanamnesa)
2.1. Keluhan utama
Benjolan di perut kanan bawah yang terasa nyeri
2.2. Telaah
Pasien mengeluh ada benjolan di perut sejak ± 6 bulan yang lalu.
Benjolan awalnya kecil, tetapi lama kelamaan makin membesar. Pasien
merasakan nyeri pada perutnya, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari.
Keluar darah dari kemaluan disangkal pasien namun pasien mengaku
mentsruasinya lebih banyak dari biasanya sejak timbul benjolan di perut.
Keluhan sesak disangkal. Mual dan muntah tidak dirasakan. Gangguan makan
juga di sangkal pasien. Pasien juga menyangkal riwayat demam maupun
penurunan berat badan. Gangguan BAK dan BAB tidak dirasakan.
2.3. Riwayat haid
Haid pertama usia 13 tahun, siklus 28 hari selama 5 hari, ganti
pembalut sebanyak 1-2 kali/hari. Setelah menikah pasien mengeluhkan haid
tidak teratur, datangnya terkadang dibawah 21 hari ataupun diatas 35 hari.
HPHT : 07-11-2019
2.4. Riwayat perkawinan:
Pasien baru menikah satu kali dan usia pernikahan sudah 07 tahun.
2.5. Riwayat persalinan: P2A0
laki-laki, usia 3 tahun, persalinan normal.
Perempuan , usia 18 bulan, sc
2.6. Riwayat pemakaian kontrasepsi
Pil KB (+) waktu dan lama pemakaian tidak diingat.
2.7. Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada
2.8. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada
2.9. Riwayat operasi sebelumnya
Tidak ada
2.10. Riwayat alergi
Tidak ada
2.11. Riwayat pemakaian obat
Tidak ada
3. Pemeriksaan fisik
3.1. Status generalis (15-11-2019/Pra operasi)
Keadaan umum : baik
TD : 130/70
HR : 97/menit
RR : 20/menit
T : 36˚C
SPO2 : 99%
5. Pemeriksaan penunjang
5.1. EKG : normal EKG
5.2. USG : - uterus besar biasa
- Tampak hipo ekoid dari ovarium kanan kurang lebih 8 cm
- Gambaran septa (-)
- Papil (-)
- Asites minimal
5.3. Rongen : normal, tidak tampak kardiomegali dan tidak tampak kelainan pada
pulmo
5.4. CT-scan : -gambaran massa dominan kistik batas tegas yang mengobliterasi
adnexa kanan dan menempel pada uterus sisi kanan.
-ascites minimal dengan curiga mesentrial metastasis pada abdomen
tengah
-efusi pleura bilateral
Gambar 1: CT Scan
6. Resume pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada perut bagian kanan bawah yang
terasa sangat nyeri. Pada palpasi ditemukan massa imobile dengan konsistensi padat.
Pada pemeriksaan USG ditemukan uterus besar biasa, tampak hipo ekoid dari
ovarium kanan kurang lebih 8 cm, gambaran septa (-), Papil (-), asites minimal.
7. Diagnosis
IVFD RL 20 gtt/i
S O A P
16-11-2019
18-11-2019
Kista ovarium adalah benjolan yang membesar, seperti balon yang beisi
cairan, yang tumbuh di indung telur. Cairan ini bisa berupa air, darah , nanah, atau
cairan coklat kental seperti darah menstruasi. Kista banyak terjadi pada wanita usia
subur atau usia reproduksi.1 Setiap indung telur berisi ribuan telur yang masih muda
atau folikel yang setiap bulannya akan membesar dan satu diantaranya membesar
sangat cepat sehingga menjadi telur matang. Pada peristiwa ovulasi telur yang matang
ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui saluran telur. Apabila sel
telur yang matang ini dibuahi, folikel akan mengecil dan menghilang dalam waktu 2-3
minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada seorang wanita. Namun jika
terjadi gangguan pada proses siklus ini bisa membentuk kista2.
Kista juga dapat terbentuk jika fungsi ovarium yang abnormal menyebabkan
penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tidak mengalami ovulasi karena kadar hormon FSH rendah dan hormon LH tinggi
pada keadaan yang tetap ini menyebabkan pembentukan andorogen dan estrogen oleh
folikel dan kelenjar adrenal yang mengakibatkan folikel anovulasi, folikel tersebut
gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium2.
Secara umum kista ovarium terbagi atas kista fungsional dan nonfungsional,
serta kista neoplastik dan non-neoplastik.3 Namun pembagian ini hanya dapat
dinyatakan berdasarkan kepada pemeriksaan histopatologi saja, tidak untuk diagnosis
klinis. Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan berdasarkan kepada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang
dalam hal ini dapat diajukan dengan pemeriksaan tumor marker protein Ca-125
(cancer antigen 125) yang dapat digunakan sebagai penanda kanker ovarium. Nilai
normal Ca-125 adalah 0-35 U/ml, dan apabila nilai ini mencapai > 100 U/ml maka
lesi tumor pada penderita cenderung ganas. Beberapa pendapat ahli menyatakan
bahwa Ca-125 tidak terlalu akurat untuk mendeteksi kanker ovarium, dimana terdapat
beberapa keadaan yang dapat menyebabkan Ca-125 meningkat juga, seperti
peritonitis, fibroids uterine, endometriosis, dll. Pemeriksaan tumor marker ini juga
dapat ditunjangi oleh modalitas pemeriksaan USG atau CT-Scan. Pada pemeriksaan
radiologi ini dapat menilai kista yang bersifat nonneoplastik ataupun neoplastik.
Gambar 2. Penilaian IRK
Setelah diagnosis ditegakkan berdasarkan kepada hal-hal tersebut diatas, maka
dapat dilakukan penilaian RMI (risk of malignancy index)/IRK (indeks resiko
keganasan). Apabila IRK > 250 maka kista cenderung mengarah kepada keganasan.
Setelah penilaian ini dilakukan maka penatalaksanaan selanjutnya dapat ditentukan.
BAB IV
KESIMPULAN KASUS
Seorang pasien bernama Ny. SN datang ke RS. Murni Teguh Memorial
Hospital dengan keluhan benjolan pada perut kanan bawah yang disertai nyeri
yang sudah dirasakan dalam 6 bulan belakangan ini. Setelah dilakukan
pemeriksaan, terdapat benjolan di perut setinggi dua jari di atas simphisis
pubis, konsistensi keras, imobile. Pada pemeriksaan USG ditemukan uterus
besar biasa, tampak hipo ekoid dari ovarium kanan kurang lebih 8 cm,
gambaran septa (-), Papil (-), asites minimal. Oleh dokter didiagnosa kista
ovarium dan disarankan untuk operasi. Pada tanggal 16-11-2019 dilakukan
laparatomi Unilateral Salpingo Ovarectomy (USO). Kesan yang didapat dari
penemuan intraoperatif ini adalah sebuah kista ovarium jinak. Untuk
mengkonfirmasi hal tersebut perlu dilakukan lanjutan yaitu pemeriksaan
patologi anatomi (PA). Pemeriksaan ini perlu dilakukan sebagai penentuan
definitif sifat kista abnormal, apakah jinak atau ganas, dengan mengambil
contoh jaringan secara langsung. Hal ini dilakukan setelah tindakan operasi.
Kemudian dilakukan observasi post operasi pada pasien dan selama observasi
tidak ditemukan masalah yang berarti. Pada tanggal 18-11-2019, pasien
diperbolehkan pulang dan dilakukan kontrol satu minggu kemudian.
DAFTAR PUSTAKA
14. Sue E, Hueter. Benign Ovarian Cysts in understanding pathofisiology. The 3th ed,
Philadelphia, 2008.
15. Khan N, Afroz N, Aqil B. Neoplastic and nonneoplastic ovarian masses : Diagnosis
on cytology. J Cytol. 2009;26(4):129-133.
16. Farghaly SA. Current diagnosis and management of ovarian cysts. Clin Exp Obstet
Gynecol. 2014;41(6):609-12.
17. Greenlee RT, Kessel B, Williams CR, Riley TL, Ragard LR, Hartge P. Prevalence,
incidence, and natural history of simple ovarian cysts among woman > 55 years old in
a large cancer screening trial. Am J Obstet Gynecol. 2012;202(4):373-19.