Anda di halaman 1dari 3

Adakah perubahan yang terjadi pada sistem demokrasi di

Indonesia ?
Oleh : ledybona

Demokrasi, banyak negara-negara di dunia yang menerapkan sistem ini salah satunya
adalah Indonesia. Indonesia menerapkan sistem ini sejak kemerdekaannya yaitu tanggal 17
Agustus 1945 sampai dengan sekarang. Salah satu contoh penerapan sistem tersebut adalah
pemilu. Pemilu adalah proses memilih seseorang untuk menjadi seorang pemimpin atau
mengisi jabatan-jabatan tertentu mulai dari presiden dan wakilnya, wakil rakyat di berbagai
tingkat pemerintahan sampai dengan kepala desa. Pemilu juga bisa dikatakan sebagai puncak
pesta demokrasi 5 tahunan karena pada pemilu ini seluruh rakyat Indonesia bersuka cita
untuk memilih presiden yang menurut mereka akan membawa Inndonesia kedepannya
menjadi lebih maju.

Pengertian demokrasi diambil dari sumber wikipedia yaitu demokrasi adalah bentuk
pemerintahan di mana semua warga negara yang menerapkan sistem ini memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan
warga negaranya berpartisipasi – baik secara langsung atau melalui perwakilan – dalam
perumusan, pengembagan dan pembuatan hukum. Sedangkan menurut Abraham Lincoln
demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat. Bisa dikatakan bahwa demokrasi ini adalah dimana kekuasaan tertinggi berda
di tangan rakyat.

Tahun 2019 ini, tepatnya tanggal 17 April seluruh rakyat indonesia sedang berada
pada saat- saat pemilihan umum (pemilu). Yang mana ini adalah hal baik jika bisa dikatakan
karena rakyat Indonesia akan memilih presiden dan wakil presiden beserta wakil rakyat yang
menurutnya pantas untuk menduduki jabatan-jabatan penting dalam sistem pemerintahan
yang mana akan menentukan nasib bangsa Indonesia kedepannya. Namun ada yang janggal
dalam penyelenggaraan pemilu kali ini yaitu berupa kecurangan yang sangat masif,
terstruktur dan terencana. Kecurangan-kecurangan tersebut dapat kita lihat melalui media
sosial. Contohnya seperti pada saat pencoblosan, ada salah satu pasangan calon yang kertas
suaranya telah dicoblos terlebih dahulu dan hasil penghitungan suara oleh KPU banyak yang
salah, pihak KPU hanya mengatakn bahwa hal tersebut adalah karena kesalahan input data.
Anehnya dari kesalahan input data yang dikatakan oleh KPU, mengapa hal itu hanya
merugikan salah satu pasangan calon presiden (capres) saja?

Karena kecurangan-kecurangan yang terjadi tersebut terpampang secara nyata yang


disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia, sebagian besar dari rakyat Indonesia merasa geram
akibat hal tersebut. Bagaimana tidak? Rakyat sudah capek-capek datang ke tempat
pencoblosan berharap bahwa hak suara yang mereka sumbangkan dapat merubah Indonesia
menjadi lebih baik melalui presidennya. Namun jika hasil dari pemilu sudah ditentukan
sebelum total suara telah selesai dihitung, rakyat jadi bertanya-tanya untuk apa sebenarnya
penyelenggaraan pemilu ini dilakukan, apakah hanya sebagai formalitas saja? atau hanya
ingin sedikit menutupi kebusukan yang ada? Jika begitu untuk apa dilakukan pemilu kalau
hanya untuk menghabiskan anggaran negara yang tidak sedikit yaitu sekitar Rp 25,6 T, dan
itu belum termasuk anggaran-anggaran yang lain seperti anggaran pengawasan, anggaran
keamanan dan anggaran kegiatan pendukung. Total anggaran tersebut diperkirakan mencapai
Rp 25 T keatas (Fahly Fauzi Rachman, 2019, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-4485400/fantastis-anggaran-untuk-pemilu-2019-capai-rp-25-t, 27 Maret 2019).

Pada tanggal 21 Mei 2019 sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, Kpu mengumumkan
hasil pilpres tahun 2019 yang menyatakan bahwa paslon no. Urut 1 yang memenangkannya.
Dari hasil pilpres tersebut, kedua pasangan calon menerima kabar tesebut dengan cara yang
berbeda-beda, yang satunya senang dan bahagia karena dapat kembali menduduki kursi
pemerintahan sebagai presiden untuk kedua kalinya dan paslon yang lainnya tidak setuju
karena menurut mereka hasil pilpres tersebut tidak sesuai data yang mereka punya artinya ada
unsur-unsur kecurangan. Yang menariknya adalah reaksi rakyat indonesia yang akan
menerima dampak dari hasil pilpres tersebut. Tanggal 21-22 Mei rakyat yang tidak menerima
hasil pilpres tersebut turun aksi dengan berdemo di depan gedung bawaslu. Mereka tidak
menerima hasil pilpres ini karena dirasa hasil tersebut terdapat banyak kecurangan yang
terdapat di dalamnya yang sudah terstruktur dan terencana, mereka menamakan aksi ini
dengan people power atau kedaulatan rakyat. Dalam demo tersebut terdapat korban jiwa yaitu
kurang lebih 10 orang yang meninggal dan 100 lebih masa yang luka-luka, hal ini disebabkan
karena penembakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian kepada masa yang berdemo disana.

Jika kita memikirkannya lebih dalam siapakah dalang dari semua ini? ada yang
berpikiran bahwa pemerintahlah yang salah ada juga yang berpikiran bahwa rakyatlah yang
salah dan ada juga yang berpikiran bahwa rakyat dan pemerintah sama-sama bersalah karena
tidak ada yang mau mengalah. Apakah tidak ada faktor lain selain yang telah disebutkan
sebagai dalang dari semua ini? Pemerintah bisa jadi sebagai dalang sebagai semua ini, karena
ambisinya untuk bisa duduk di kursi pemerintahan lebih lama. Saya pernah mendengar
pepatah jika kau punya kekusaaan dan uang kau akan mempunyai segalanya. Mereka
penguasa memilki apa yang tidak dimilki oleh rakyat, kekuasaan mereka punya, teknologi
mereka punya, tentara pun mereka punya. Jadi jika hanya untuk memalsukan data dan
mengendalikan kondisi negara sesuai kehendak bukankah itu perkara yang mudah bagi
mereka? Dilihat dari kondisi pemilu yang terjadi sekarang membuktikan betapa kacau
balaunya pemilu sekaligus sistem demokrasi sekarang. Jika solusinya adalah mengganti
presiden apakah itu solusi yang konkret? Jika kita umpamakan Indonesia dengan pohon yaitu,
ideologi adalah akar, penguasanya adalah batang dan sistem-sistem yang ada adalah ranting,
maka jika akarnya rusak maka bagian yang lain pun akan ikut rusak sebaliknya jika akarnya
sehat bagian yang lain juga ikut sehat.

Dengan kenyataan seperti ini apakah negara kita akan kembali ke masa orde baru
dimana pemimpinnya memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter? Atau negara kita akan
mengalami perubahan ideologi dimana ideologi tersebut akan merubah Indonesia menjadi
negara yang lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai