Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada waktu yang lampau, pada umumnya tugas kewajiban guru
hampir seluruhnya hanya mengenai mengajar dalam arti menyampaikan
keterangan-keterangan dan fakta-fakta dari buku kepada murid, memberi
tugas-tugas dan memeriksanya. Sekarang, guru harus juga memperhatikan
kepentingan-kepentingan sekolah, ikut serta menyelesaikan berbagai
persoalan yang dihadapi sekolah, yang kadang-kadang sangat kompleks
sifatnya.
Dalam banyak hal pekerjaannya berhubungan erat sekali dengan
pekerjaan seorang pengawas, kepala sekolah, pegawai tata usaha sekolah,
dan berbagai pejabat inspeksi lainnya. Secara berangsur-angsur tekanan
makin diberikan kepada partisipasi guru dalam administrasi
pendidikan/sekolah, yakni penyelenggaraan dan manajemen sekolah.
Tokoh-tokoh pendidikan sekarang menekankan kepada gagasan
tentang demokrasi dalam hidup sekolah; guru-guru hendaknya didorong
untuk ikut serta dalam pemecahan masalah-masalah administrasi yang
langsung mempengaruhi status profesional guru.
Kegiatan partisipasi guru dalam administrasi sekolah itu seperti
sumbangan-sumbangan guru terhadap perbaikan kesejahteraan guru dan
murid, penyempurnaan kurikulum, pilihan buku-buku dan alat-alat
pelajaran, dsb. Berhubung dengan itu, sangat penting dibicarakan dalam
rangka administrasi pendidikan ini tentang peranan dan tanggung jawab
guru di dalam organisasi dan administrasi sekolah tempat kegiatan-
kegiatan meliputi lebih dari khusus mengajar di dalam kelas.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah didalam makalah ini sebagai proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana partisipasi guru dalam administrasi pendidikan ?
2. Apa arti demokrasi dalam administrasi sekolah ?
3. Beberapa kesempatan berpartisipasi !
4. Bagaimana orientasi bagi guru-guru baru !
5. Kode etik guru !

Guru dan Administrasi Pendidikan | 3


1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis dalam makalah ini adalah untuk memberikan
pemahaman dan gambaran kepada pembaca agar bisa melaksanakan isi
makalah ini dengan sebaik mungkin.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pentingnya Partisipasi Guru Dalam Administrasi Pendidikan


Sesudah Indonesia merdeka, sistem pendidikan di sekolah-sekolah
bersifat nasional dan demokratis. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan
administrasi dan pengawasan yang demokratis pula, dan sekolah-sekolah
harus benar-benar hidup dan tumbuh di atas dasar-dasar filsafat Negara,
yaitu pancasila. Maka, partisipasi guru dalam administrasi sekolah sangat
penting dan menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya
ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala
sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat
diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
Harus diakui, proses pendemokrasian administrasi dan pengawasan
sekolah-sekolah itu meminta waktu, dan hanya dapat dicapai secara
berangsur-angsur. Kebiasaan-kebiasaan yang tradisional pada para petugas
pendidikan dan para guru, sukar sekali mengubah dan membuangnya.
Banyak usaha pembaharuan telah dijalankan, seperti dalam bentuk
dari isi kurikulum, cara-cara atau metode-metode mengajar yang baik dan
efisien, adanya pembinaan dan penyuluhan, kegiatan-kegiatan
ekstrakulikuler, dan sebagainya. Tetapi, semua itu tidak hanya
mendatangkan hasil yang sedikit sekali, kadang-kadang tidak kelihatan
sama sekali hasilnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya
konservatisme dan sifat-sifat tradisional di dalam praktek kehidupan
pendidikan yang sangat kuat. Juga disebabkan karena kurang atau tidak
diikut sertakannya guru-guru dalam usaha-usaha pembaharuan
pendidikan1

2.2. Arti Demokrasi dalam Administrasi Sekolah


Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya
diartikan bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan
kepemimpinan. Dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara untuk
mencapainya dapat dikembangkan dan dijalankan.

1
Ngalim Purwanto, ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 145.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 5


Kegiatan-kegiatan kepemimpinan ini meliputi :
a) Kegiatan mengorganisasi personel dan material,
b) Merencanakan program / kegiatan-kegiatan.
c) Membangun semangat guru-guru dan inisiatif perseorangan /
kelompok kea rah tercapainya tujuan-tujuan.
d) Menilai hasil-hasil dari rencana-rencana, prosedur-prosedur, serta
pelaksanaannya oleh perseorangan dan kelompok.

Apabila administrasi dipandang sebagai proses bekerja dengan


orang-orang dan mengkoordinasi usaha-usaha mereka ke dalam
keseluruhan yang bekerja efisien dan produktif, maka jelas bahwa
tanggung jawab tidak dapat lagi dipusatkan pada hanya satu orang belaka.
Tanggung jawab harus disalurkan secara luas diantara semua orang yang
mengambil bagian dalam program sekolah.
Dengan demikian, tekanan berpindah dari kekuasaan untuk
menentukan dan memerintah kepada proses mengembangkan semangat,
pikiran, dan perbuatan yang koorperatif, dan kepada kesempatan-
kesempatan yang diciptakan bagi pertumbuhan kepemimpinan
perseorangan dan kelompok.
Masalah memimpin dan mengatur sekolah secara demokratis
menimbulkan masalah tentang perlunya kesempatan-kesempatan bagi
partisipasi bagi guru-guru secara penuh, juga pegawai-pegawai sekolah,
murid-murid dan orang tua murid, dalam memikirkan cara-cara
memajukan program dan kesejahteraan sekolah. Persetujuan semua
merupakan cirri khas bagi demokrasi di dalam administrasi sekolah.

Adapun pola-pola tingkah laku yang demokratis yang seyogyanya


dimiliki oleh guru ialah :
1) Menghormati kepribadian seseorang.
2) Memperhatikan hak kebebasan orang lain.
3) Kerja sama dengan orang lain.
4) Menggunakan kecakapan-kecakapan mereka untuk memajukan
kesejahteraan umum dan kemajuan sosial.
5) Lebih menghargai penggunaan kecerdasan secara efektif dalam
memecahkan masalah-masalah daripada penggunaan kekerasan atau
emosi.
6) Menyelidiki, menemukan, dan menerima kekurangan-kekurangan diri
sendiri dan berusaha memperbaikinya.
7) Bersikap toleran.
8) Menghargai musyawarah untuk memperoleh kata sepakat.
9) Berusaha dengan contoh sendiri untuk membimbing orang-orang lain
supaya hidup secara demokratis.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 6


2.3. Beberapa Kesempatan Berpartisipasi
Ada bermacam-macam kesempatan yang dapat digunakan untuk
mengikut sertakan guru-guru dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti
dalam :

1) Mengembangkan filsafat pendidikan


Mengembangkan filsafat pendidikan berarti bahwa dalam setiap
langkah kegiatan mendidik selalu berusaha hendak menjawab apakah
yang sedang kita lakukan, bagaimana kita melakukannya, apa sebab kita
melakukannya, bagaimana kita melakukannya.

2) Memperbaiki dan menyesuaikan kurikulum


Guru-guru sendiri untuk sebagian terbesar tidak mengambil bagian
apapun dalam perencanaan perbaikan kurikulum itu. Mereka tinggal
menerima dan menggunakan saja menurut apa adanya.
Prosedur itu mengalami berbagai kesulitan dalam praktek kebaikan
pendidikan dan pengajaran. Kita masih ingat akan mata pelajaran prakarya
yang ditambahkan pada kurikulum “gaya baru” dan kegiatan-kegiatan
pembaharuan seperti mengajar secara diskusi kelompok, menyusun
objective test, pengolahan hasil dan lain-lain yang pada umunya
mengalami kesukaran dalam pelaksanaanya. Sebab, guru tidak
diikutsertakan.
Hal itu demikian menimbulkan pengertian tentang keharusan untuk
mengikutsertakan guru-guru dalam usaha memperbaiki dan menyesuaikan
kurikulum.

3) Merencanakan program supervisi


Dengan supervisi dimaksudkan kegiatan-kegiatan yang langsung
ditujukan untuk memperbaiki situasi mengajar-belajar di dalam kelas.
Tujuannya yang pokok ialah membantu para guru untuk tumbuh secara
pribadi dan profesional, dan untuk belajar memecahkan sendiri masalah-
masalah yang mereka hadapi dalam tugasnya.

4) Merencanakan kebijakan-kebijakan kepegawaian


Sekarang, dengan adanya PGRI dan makin berkembangnya
kesadaran dan pengertian akan perlunya demokrasi dalam pendidikan pada
pemimpin-pemimpin pendidikan dan pendidik/guru kita pada umumnya,
kebijakan-kebijakan kepegawaian makin berubah ke arah pelaksanaan
yang demokratis.
Adapun kebijakan-kebijakan kepegawaian yang memerlukan
ikutsertanya guru dalam perencanaannya antara lain ialah masalah

Guru dan Administrasi Pendidikan | 7


penenmpatan, orientasi, promosi (kenaikan pangkat/jabatan),
pemberhentian, pemindahan, cuti, dan lain-lain.

2.4. Orientasi Bagi Guru-guru Baru


a) Arti dan perlunya orientasi
Yang dimaksud dengan masa orientasi ialah suatu kesempatan
yang diberikan kepada seorang pegawai atas guru yang baru mulai bekerja,
untuk mengadakan observasi dan berpartisipasi langsung dengan kegiatan-
kegiatan yang berhubungan dengan tugasnya sebagai guru di sekolah itu,
agar dalam waktu yang relatif singkat ia dapat segera mengenal dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia bekerja.
Seperti yang dikatakan oleh Chamberlain dan Kinder, setiap guru
baru memerlukan bantuandalam hal memelajari masyarakat, lingkungan
sekitar sekolah, dan fasilitas yang ada di lingkungan tersebut, mengenal
dan memelajari tentang teman sejawat, dan macam-macam tugas yang
akan mereka kerjakan. Mereka memerlukan bantuan dalam pemecahan
masalah-masalah tersebut dan bimbingan dalam mengarahkan
pertumbuhan mereka sendiri sebagai seorang professional.

b) Tujuan orientasi
Tujuan orientasi yang terutama ialah membawa guru baru untuk
dapat segera mengenal situasi dan kondisi serta kehidupan sekolah pada
umumnya, agar selanjutnya dapat mendorong / memberi motivasi kepada
mereka untuk bekerja lebih baik dan bergairah.
Elsbree dan Reutter mengemukakan bahwa tujuan orientasi yang
terutama adalah memberikan perhatian (attention) keoada guru baru dan
mendorong mereka agar memiliki kualitas mengajar yang tinggi.

c) Kegiatan-kegiatan orientasi
- Bantuan mendapat perumahan/tempat tinggal yang sesuai,
- Mengenalkan guru baru kepada sistem dan tujuan sekolah,
- Mengenalkan guru baru kepada kondisi dan situasi masyarakat
lingkungan sekolah,
- Membantu guru baru dalam perkenalan dan penyesuaian terhadap
personel sekolah,
- Membantu guru baru dalam usaha memperbaiki dan mengembangkan
kecakapan-kecakapan mengajarnya,
- Membangkitkan sikap-sikap dan minat professional,
- Menyediakan kesempatan untuk bertukar ide-ide.2
-

2
Ibid, Hlm. 146-155.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 8


2.5. Kode Etik Guru
 Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
 Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional dalam
menetapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan peserta didik masing-
masing.
 Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
 Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar.
 Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
 Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
 Guru memelihara hubungan se-profesi, semangat keluargaan dan
kesetiakawanan sosial.
 Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
 Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.3

3
Tukiran Taniredja, Pudjo Sumedi, dan Tri Yulianto Purnama, GURU YANG PROFESIONAL,
(Bandung : Alfabeta, 2015), Hlm. 108.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 9


BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Setelah diketahui jadi dapat kita simpulakan bahwa guru dan
administrasi itu meliputi, pentingnya partisipasi guru dalam administrasi
pendidikan, arti demokrasi dalam administrasi sekolah, beberapa
kesempatan berpartisipasi, orientasi bagi guru-guru baru, kode etik guru.
Sesudah Indonesia merdeka, sistem pendidikan di sekolah-sekolah
bersifat nasional dan demokratis. Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan
administrasi dan pengawasan yang demokratis pula, dan sekolah-sekolah
harus benar-benar hidup dan tumbuh di atas dasar-dasar filsafat Negara,
yaitu pancasila.
Untuk itu pula maka partisipasi guru dalam administrasi sekolah
sangat penting dan menjadi keharusan. Partisipasi dimaksud hendaknya
ditafsirkan sebagai kesempatan-kesempatan kepada para guru dan kepala
sekolah untuk memberi contoh tentang bagaimana demokrasi dapat
diterapkan untuk memecahkan berbagai masalah pendidikan.
Penerapan demokrasi dalam administrasi sekolah hendaknya
diartikan bahwa administrasi sebagai kegiatan atau rangkaian kegiatan
kepemimpinan; dengan itu tujuan-tujuan sekolah dan cara-cara untuk
mencapainya dikembangkan dan dijalankan. Kegiatan-kegiatan
kepemimpinan ini meliputi : Kegiatan mengorganisasi personel dan
material, merencanakan program / kegiatan-kegiatan, membangun
semangat guru-guru dan inisiatif perseorangan / kelompok kea rah
tercapainya tujuan-tujuan, menilai hasil-hasil dari rencana-rencana,
prosedur-prosedur, serta pelaksanaannya oleh perseorangan dan kelompok.

3.2. Kritik dan Saran


Penulis sangat menyadari dalam makalah ini mungkin banyak
kesalahan dari segi internalnya maupun eksternalnya, penulis sangat
berharap agar pembaca bisa memberikan saran ataupun kritik berupa
masukan yang positif demi kesempurnaan isi makalah ini.

Guru dan Administrasi Pendidikan | 10

Anda mungkin juga menyukai