Anda di halaman 1dari 22

DETERMINASI PRESIPITASI EKSTERNAL TERHADAP TINGKAT

KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG


MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RSUD 45 KUNINGAN TAHUN
2019
Yogi Triyoga

Program Studi S1 Keperawatan


STIKes Kuningan
E-mail : triyogayogi94@gmail.com
Abstrak

Gagal ginjal merupakan salah satu penyakit yang terus meningkat


persentasenya dan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat. Kekhawatiran ini
muncul karena dalam perjalanan penyakit gagal ginjal, pada tahap awal pasien tidak
merasakan keluhan apapun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Determinan Presipitasi Eksternal Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa Di RSUD 45 Kuningan Tahun
2019.
Jenis penelitian merupakan analitik dengan desain cross sectional. Jumlah
populasi 123 responden. Berdasarkan Teknik total sampling didapatkan responden
90 responden. Data primer melalui pengisian kuesioner oleh responden. Analisis
statistic dilakukan secara univariat dan bivariat dengan metode Rank Spearmen.
Hasil penelitian diperoleh usia dengan tingkat kecemasan (p : 0,001), stressor
dengan tingkat kecemasan (p : 0,000), jenis kelamin dengan tingkat kecemasan (p
: 0,781), pendidikan dengan tingkat kecemasan (p : 0,036), status ekonomi dengan
tingkat kecemasan (p : 0,585).
Disimpulkan terdapat hubungan antara usia, stressor, pendidikan terhadap
tingkat kecemasan dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dan status
ekonomi terhadap tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di RSUD 45 Kuningan tahun 2019. Disarankan agar
responden mampu mengendalikan tingkat stress dengan cara berpikir positif,
dukungan keluarga dan melakukan aktivitas yang menyenangkan untuk
mengurangi kecemasannya.

Kata kunci : Gagal ginjal kronik, Hemodialisa, Determinasi Presipitasi Eksternal

1
PENDAHULUAN et al, 2016, mendapatkan prevalensi
Salah satu permasalahan global Penyakit Ginjal Kronis sebesar
kesehatan yang paling banyak terjadi di 13,4%. Menurut hasil Global Burden of
negara berkembang adalah Penyakit Disease tahun 2010, Penyakit Ginjal
Tidak Menular, hal ini seiring dengan Kronis merupakan penyebab kematian
perubahan pola hidup pada masyarakat, peringkat ke-27 di dunia tahun 1990
sehingga penyakit tidak menular dan meningkat menjadi urutan ke-18
mengalami perkembangan yang pesat pada tahun 2010. Sedangkan di
dan menjadi penyebab kematian paling Indonesia, perawatan penyakit ginjal
umum dibandingkan dengan penyakit merupakan ranking kedua pembiayaan
infeksi lain (WHO, 2011)¹. terbesar dari BPJS kesehatan setelah
Salah satu penyakit tidak menular penyakit jantung (Kemenkes, 2017)³.
yang menjadi penyebab kematian Indonesia termasuk Negara
paling umum adalah penyakit gagal dengan tingkat penderita penyakit
ginjal. Gagal ginjal merupakan salah ginjal kronik yang cukup tinggi, data
satu penyakit yang terus meningkat dari Indonesia Renal Registry (IRR)
persentasenya dan menimbulkan pada tahun 2017 tercatat 77.892 pasien
kekhawatiran bagi masyarakat. yang aktif melakukan hemodialisa, dan
Kekhawatiran ini muncul karena dalam tercatat 30.831 pasien dengan kategori
perjalanan penyakit gagal ginjal, pada baru. Provinsi Jawa Barat sendiri pada
tahap awal pasien tidak merasakan tahun 2017 tercatat sebanyak 21.051
keluhan apapun. Walaupun tidak pasien yang aktif melakukan terapi
memperlihatkan gejala, penyakit ini hemodialisa dan 7.444 tercatat sebagai
akan terus berproses secara bertahap pasien baru. Sedangkan pemenuhan
selama bertahun-tahun hingga pada unit hemodialisa di Provinsi Jawa Barat
akhinya pasien telah mengalami gagal terdapat 2059 unit mesin, apabila
ginjal kronis pada tahap terminal dan pelayanan dialisis sesuai dengan
harus menjalani terapi hemodialisa standar yang ada maka Jawa Barat
seumur hidup (Salmawati, 2010)². masih kekurangan 1449 mesin
Penyakit ginjal kronis (PGK) Hemodialisa (IRR, 2017)4.
merupakan masalah kesehatan Jumlah penderita Gagal Ginjal di
masyarakat global dengan prevalensi Kabupaten Kuningan menurut salah
dan insidens gagal ginjal yang satu rumah sakit terbilang cukup besar,
meningkat, prognosis yang buruk dan salah satunya yaitu Rumah Sakit
biaya yang tinggi. Prevalensi Penyakit Umum Daerah 45 Kuningan Tahun
Ginjal Kronis meningkat seiring 2018 diperoleh bahwa dalam satu tahun
meningkatnya jumlah penduduk usia jumlah Insidensi Pasien Baru mencapai
lanjut dan kejadian penyakit diabetes 652 Pasien dengan tindakan
mellitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari Hemodialisa mencapai 8804 tindakan
10 populasi global mengalami dan terdapat 37 pasien yang meninggal.
Penyakit Ginjal Kronis pada stadium Jumlah ini akan terus naik apabila kita
tertentu. Hasil systematic review dan mengumpulkan data pasien Gagal
meta analysis yang dilakukan oleh Hill Ginjal Kronik dari seluruh RS yang ada

2
di Kabupaten Kuningan (Data menyebutkan 150 pasien yang
Hemodialisa RSUD 45 Kuningan). menjalani hemodialisis, 70 (46,6%)
Pemenuhan unit hemodialisa atau pasien mengalami depresi dan 43
cuci darah sudah menjadi kebutuhan (28,6%) memiliki keinginan untuk
pelayanan, dikarenakan trend penyakit bunuh diri. Banyak faktor yang menjadi
tidak menular di masyarakat yang penyebab munculnya depresi pada
paling banyak diantaranya adalah pasien gagal ginjal kronik diantaranya:
hipertensi/darah tinggi, kencing manis, dukungan keluarga, kulitas hidup, usia,
gagal ginjal, stroke dan penyakit tingkat pendidikan, dan status
7
jantung. Melihat adanya permasalah pernikahan (Patel, 2012) .
ini, pemerintah Kabupaten Kuningan Berdasarkan studi pendahuluan
menyiapkan 4 unit mesin hemodialisa yang penulis lakukan pada tanggal 1
di salah satu RS di Kabupaten April 2019, dengan melakukan
Kuningan yang mampu memberikan wawancara kepada 10 pasien gagal
pelayanan cuci darah pasien gagal ginjal yang menjalani terapi
ginjal, jika dirasa belum mencukupi hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
kebutuhan, unit hemodialsa ini akan didapatkan hasil, 8 pasien rata-rata
disiapkan agar mampu menampung 8 usianya diatas 40 tahun, sedangkan 2
unit mesin hemodialisa sehingga pasien lainnya berusianya 25 dan 19
kapasitas totalnya mencapai 48 pasien tahun. Semuanya adalah peserta BPJS
atau setara dengan 384 tindakan cuci serta melakukan terapi hemodialisa
darah perbulan (Nurudin, 2019)5. secara rutin sebanyak 2 kali seminggu,
Pasien yang menjalani 6 orang diantaranya menjalani terapi
hemodialisis mengalami berbagai hemodialisa kurang dari 1 tahun dan 4
masalah yang timbul, salah satunya orang lainnya diatas 1 tahun, Saat
adalah stresorfisik yang berpengaruh melakukan wawancara didapatkan
pada berbagai dimensi kehidupan pernyataan bahwa semuanya merasa
pasien yang meliputi biologi, psikologi, cemas dan takut pada saat pertama kali
sosial, spiritual (biopsikososial). Pasien melakukan hemodialisa, bahkan setelah
yang menjalani dialisis mungkin melakukan terapi hemodialisa selama
mengalami kurangnya kontrol atas lebih dari 1 tahun pun beberapa pasien
aktivitas kehidupan sehari-hari dan masih merasakan perasaan cemas dan
sosial, kehilangan kebebasan, pensiun gelisah dengan alasan takut karena
dini, tekanan keuangan, gangguan penyakitnya, cemas karena memikirkan
dalam kehidupan keluarga, perubahan biaya pengobatan dan bahkan ada yang
citra diri, dan berkurang harga diri. Hal cemas dikarenakan takut sewaktu-
ini mengakibatkan masalah dalam waktu dapat meninggal. Berdasarkan
psikososial, seperti kecemasan, depresi, dari uraian diatas, maka penulis tertarik
isolasisosial, kesepian, tidak berdaya, untuk meneliti lebih lanjut Determinan
dan putus asa (Tokala, 2015)6. Presipitasi Eksternal Terhadap Tingkat
Pasien dengan terapi Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal
hemodialisis dapat berakibat buruk Kronik Yang Menjalani Terapi
bagi penderitanya. Sebuah penelitian

3
Hemodialisa Di RSUD 45 Kuningan setiap subjek penelitian hanya di
Tahun 2019. observasi sekali saja dan pengukuran di
lakukan terhadap status karakter atau
variabel subjek pada saat pemeriksaan
TUJUAN (Notoatmodjo, 2010)8.
Tujuan umun dari penelitian ini Menurut Badriah (2012)9, dikatan
adalah untuk mengetahui Determinan bahwa variabel sering disebut juga
Presipitasi Eksternal Terhadap Tingkat peubah, dalam setiap kegiatan
Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal penelitian pasti melibatkan dan
Kronik Yang Menjalani Terapi memusatkan perhatian pada variabel-
Hemodialisa Di RSUD 45 Kuningan variabel yang menjadi amatan.
Tahun 2019. Menurut Badriah (2012)9,
variabel bebas adalah suatu variabel
METODE PENELITIAN yang variasinya mempengaruhi
jenis penelitian (survey) analitik. variabel lain. Dalam penelitian ini yang
Survei analitik adalah survei atau menjadi variabel bebas adalah
penelitian yang mencoba menggali Determinan Presipitasi Eksternal
bagaimana dan mengapa fenomena Terhadap Tingkat Kecemasan.
kesehatan itu terjadi, dengan Menurut Badriah (2012)9,
menggunakan metode cross sectional variabel terikat adalah suatu variabel
yaitu penelitian untuk mempelajari penelitian yang di ukur untuk
dinamika korelasi antara variabel bebas mengetahui besarnya efek atau
dan variabel terikat dengan cara pengaruh variabel lain. Dalam
pendekatan, observasi atau penelitian ini yang menjadi variabel
pengumpulan data sekaligus pada suatu terikat adalah Tingkat Kecemasan Pada
saat (point time approach) artinya Pasien Gagal Ginjak Kronis.

4
HASIL PENELITIAN
Gambaran 5.1 usia, 5.2 stressor, 5.3 jenis kelamin, 5.4 pendidikan, 5.5 status
ekonomi, 5.6 tingkat kecemasan, Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

No Usia Frekuensi (F) Persentase (%)


1 Remaja 3 3,3
2 Dewasa Awal 6 6,7
3 Dewasa Akhir 20 22,2
4 Lansia Awal 26 28,9
5 Lansia Akhir 35 38,9
Jumlah 90 100
No Stressor Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Tidak 34 37,8
2 Ya 56 62,2
Jumlah 90 100 %
No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Laki-laki 49 54,4
2 Perempuan 41 45,6
Jumlah 90 100
No Status Pendidikan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Pendidikan Dasar 41 45,6
2 Pendidikan Menengah 25 27,8
3 Pendidikan Tinggi 24 26,7
Jumlah 90 100
No Status Ekonomi Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Golongan Rendah 54 60,0
2 Golongan Menengah 22 24,4
3 Golongan Tinggi 12 15,6
Jumlah 90 100
No Tingkat kecemasan Frekuensi (F) Persentase (%)
1 Ringan 18 20,0
2 Sedang 24 26,7
3 Berat 36 40,0
4 Panik 12 13,3
Jumlah 90 100
Sumber : hasil penelitian tahun 2019

5
Gambaran 5.1 Determinan Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari
Presipitasi Eksternal Usia Pasien 90 responden, hampir sebagian
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani (45,6%). berpendidikan dasar yaitu
Terapi Hemodialisa di RSUD 45 sebanyak 41 responden.
Kuningan Tahun 2019. Berdasarkan
tabel diketahui bahwa dari 90 Gambaran 5.5 Determinan
responden, hampir sebagian (38,9%) Presipitasi Eksternal Status Ekonomi
adalah Lansia Akhir yaitu sebanyak 35 Pendidikan Pada Pasien Gagal Ginjal
responden. Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
Gambaran 5.2 Determinan Tahun 2019. Berdasarkan tabel
Presipitasi Eksternal Stressor Pada diketahui bahwa dari 90 responden,
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang lebih dari sebagian (60,0%) dengan
Menjalani Terapi Hemodialisa di Status Ekonomi Rendah yaitu sebanyak
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. 54 responden.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari 5.6 Tingkat Kecemasan Pada
90 responden, sebagian besar (62,2%) Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
menjadi Stressor yaitu sebanyak 56 Menjalani Terapi Hemodialisa di
responden. RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
Gambaran 5.3 Determinan Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa
Presipitasi Eksternal Jenis Kelamin dari 90 responden, hampir sebagian
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang (40,0%) dengan Tingkat Kecemasan
Menjalani Terapi Hemodialisa di Berat yaitu sebanyak 36 responden.
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa dari Hasil analisis bivariat
90 sebagian besar (54,4%) adalah laki- Berikut ini disajikan Hubungan
laki yaitu sebanyak 49 responden. Determinasi Presipitasi Eksternal
Gambaran 5.4 Determinan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Presipitasi Eksternal Pendidikan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
Menjalani Terapi Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

6
Tabel 5.7 Hubungan Determinasi Presipitasi Eksternal Usia Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

P
Tingkat Kecemasan rho
Value
Usia Total %
Ringan Sedang Berat Panik
n % n % n % n %
Remaja 1 33,3 2 66,7 0 0 0 0 3 100
Dewasa Awal 4 66,7 2 33,3 0 0 0 0 6 100
0,001 0,333
Dewasa Akhir 5 25 7 35 6 30 2 10 20 100
Lansia Awal 4 15,4 4 15,4 15 57,7 3 11,5 26 100
Lansia Akhir 4 11.4 9 25,7 15 42,9 7 20 35 100
Total 90 100

Tabel 5.8 Hubungan Determinasi Presipitasi Eksternal Stressor Terhadap Tingkat


Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

Tingkat Kecemasan P
rho
Stressor Ringan Sedang Berat Panik Total % value
n % n % n % n %
Tidak 14 41.2 19 55,9 1 2,9 0 0 34 100
0,000 0,717
Ya 4 7,2 5 8,9 35 62,5 12 21,4 56 100
Total 90 100

Tabel 5.9 Hubungan Determinasi Presipitasi Eksternal Jenis Kelamin Terhadap


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

Tingkat Kecemasan P
rho
Jenis Kelamin Ringan Sedang Berat Panik Total % value
n % n % n % n %
Laki – Laki 8 16,3 13 26,6 24 48,9 4 8,2 49 100
0,781 0,030
Perempuan 10 24,4 11 26,8 12 29,3 8 19,5 41 100
Total 90 100

7
Tabel 5.10 Hubungan Determinasi Presipitasi Eksternal Pendidikan Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

Tingkat Kecemasan P
Rho
Pendidikan Ringan Sedang Berat Panik Total % value
n % n % n % n %
Dasar 4 9,7 13 31,7 16 39,2 8 19,4 41 100
0,036
Menengah 6 24 6 24 9 36 4 16 25 100 0,221
Tinggi 8 33,3 5 20,8 11 45,9 0 0 24 100
Total 90 100

Tabel 5.11 Hubungan Determinasi Presipitasi Eksternal Status Ekonomi Terhadap


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.

Tingkat Kecemasan P
rho
Status Ekonomi Ringan Sedang Berat Panik Total % value
n % n % n % n %
Golongan Rendah 11 20,3 14 25,9 20 37 9 16,8 54 100
Golongan
4 18,3 5 22,7 11 50 2 9 22 100 0,585 0,058
Menengah
Golongan Tinggi 3 21,4 5 35,7 5 35,7 1 7,2 14 100
Total 90 100

Berdasarkan tabel 5.7 hasil lansia awal 26 responden dengan


analisis Hubungan Determinasi tingkat kecemasan paling tinggi pada
Presipitasi Eksternal Usia Terhadap tingkat kecemasan berat (57,7%), pada
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal usia dewasa akhir 20 responden dengan
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi tngkat kecemasan paling tinggi pada
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan tingkat kecemasan sedang (35%).
Tahun 2019 diperoleh bahwa dari 90 Sedangkan pada usia dewasa awal 6
responden paling banyak berada pada responden dengan tingkat kecemasan
Usia Lansia Akhir 35 responden paling tinggi pada tingkat kecemasan
(100%) dengan tingkat kecemasan ringan (66,7%) dan pada usia remaja 3
yang paling tinggi ada pada tingkat responden dengan tingkat kecemasan
kecemasan berat sebanyak 15 paling tinggi pada tingkat kecemasan
responden (42,9%). Adapun pada usia sedang (66,7%)

8
Berdasarkan hasil uji Rank semakin bertambahnya stressor maka
Spearman diperoleh p value : sebesar semakin tinggi tingkat kecemasan
0,001 < 0,05 artinya terdapat hubungan pasien gagal ginjal kronik yang
yang signifikan antara Determinasi menjalani terapi hemodialisa.
Presipitasi Eksternal Usia Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Berdasarkan tabel 5.9 hasil
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan analisis Hubungan Determinasi
Tahun 2019. Dengan koefisiensi Presipitasi Eksternal Jenis Kelamin
korelasi sebesar 0.333 ini berarti Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
menunjukan kekuatan hubungan cukup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
kuat dan searah. Artinya semakin Menjalani Terapi Hemodialisa di
bertambahnya usia maka semakin RSUD 45 Kuningan Tahun 2019,
tinggi tingkat kecemasan pasien gagal diperoleh bahwa dari 49 responden
ginjal kronik yang menjalani terapi berjenis kelamin laki-laki paling besar
hemodialisa. mengalami tingkat kecemasan berat
(48,9%) sedangkan dari 41 responden
berjenis kelamin perempuan paling
Berdasarkan tabel 5.8 hasil besar mengalami tingkat kecemasan
analisis Hubungan Determinasi berat (29,3%).
Presipitasi Eksternal Stressor Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal Berdasarkan hasil uji Rank
Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Spearman diperoleh p value : sebesar
Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan 0,781 > 0,05 artinya tidak terdapat
Tahun 2019, diketahui bahwa dari 34 hubungan yang signifikan antara
responden yang tidak menjadi stressor Determinasi Presipitasi Eksternal Jenis
paling besar mengalami tingkat Kelamin Terhadap Tingkat Kecemasan
kecemasan sedang (55,9%) sedangkan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
dari 56 responden yang menjadi Menjalani Terapi Hemodialisa di
stressor terdapat dengan tingkat RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
kecemasan berat (62,5%). Dengan koefisiensi korelasi sebesar
Berdasarkan hasil uji Rank 0.030 ini berarti menunjukan kekuatan
Spearman diperoleh niai nilai p value : hubungan sangat lemah. Artinya jenis
sebesar 0,000 < 0,05 artinya terdapat kelamin tidak mempengaruhi tingkat
hubungan yang signifikan antara kecemasan pasien gagal ginjal kronik
Determinasi Presipitasi Eksternal yang menjalani terapi hemodialisa
Stressor Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Berdasarkan tabel 5.10 hasil
Menjalani Terapi Hemodialisa di analisis Hubungan Determinasi
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. Presipitasi Eksternal Pendidikan
Dengan koefisiensi korelasi sebesar Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
0.717 ini berarti menunjukan kekuatan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
hubungan kuat dan searah. Artinya Menjalani Terapi Hemodialisa di

9
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019, dengan status ekonomi golongan tinggi,
diperoleh bahwa dari 90 responden mengalami kecemasan sedang dan
paling banyak berpendidikan dasar 41 kecemasan berat (35,7%).
responden, sebagian besar mengalami Berdasarkan hasil uji Rank
tingkat kecemasan berat (39,2%). Spearman diperoleh p value : sebesar
Adapun dengan tingkat Pendidikan 0,585 > 0,05 artinya tidak terdapat
menengah 25 responden, sebagian hubungan yang signifikan antara
besar mengalami tingkat kecemasan Determinasi Presipitasi Eksternal
berat (36%). Sedangkan tingkat Status Ekonomi Terhadap Tingkat
Pendidikan tinggi 24 responden, Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal
sebagian besar mengalami tingkat Kronik Yang Menjalani Terapi
kecemasan berat (45,9%). Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
Berdasarkan hasil uji Rank Tahun 2019. Dengan koefisiensi
Spearman diperoleh p value : sebesar korelasi sebesar 0.058 ini berarti
0,036 < 0,05 artinya terdapat hubungan menunjukan kekuatan hubungan sangat
yang signifikan antara Determinasi lemah. Artinya Status Ekonomi tidak
Presipitasi Eksternal Pendidikan mempengaruhi tingkat kecemasan
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada pasien gagal ginjal kronik yang
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang menjalani terapi hemodialisa.
Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019.
Dengan koefisiensi korelasi sebesar PEMBAHASAN PENELITIAN
0.221 ini berarti menunjukan kekuatan 1. Gambaran Determinan
hubungan sangat lemah. Artinya Presipitasi Eksternal Usia Pada
pendidikan tidak mempengaruhi Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
tingkat kecemasan secara signifikan. Menjalani Terapi Hemodialisa di
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019
Berdasarkan tabel 5.1 diketahui
Berdasarkan tabel 5.11 hasil bahwa sebagian besar responden
analisis Hubungan Determinasi berusia lansia, baik lansia awal
Presipitasi Eksternal Status Ekonomi maupun lansia akhir. Peneliti
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada berpendapat hal ini dimungkinkan
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang terjadi karena usia lansia mengalami
Menjalani Terapi Hemodialisa di penurunan fungsi tubuh termasuk
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019, fungsi ginjal oleh karenanya terbukti
diperoleh bahwa dari 54 responden pada saat melakukan penelitian
dengan status ekonomi golongan responden sebagian besar berusia
rendah, paling besar mengalami lansia.
kecemasan berat (37,0%), sedangkan Pasien yang berusia tersebut
dari 22 responden dengan status rentan terhadap terjadinya
ekonomi golongan menengah, penurunan fungsi ginjal yang dapat
setengahnya mengalami kecemasan berakibat kegagalan ginjal dalam
berat (50,0%) dan dari 14 responden melakukan fungsinya, sehingga

10
semakin bertambah usia, semakin bahwa respon-respon kognitif lebih
berkurang fungsi ginjal dan banyak dialami penderita
berhubungan dengan penurunan dibandingkan respon-respon
kecepatan ekskresi glomerulus dan fisiologis dan psikis. Deskripsi
memburuknya fungsi tubulus. subjek berdasarkan usia diketahui
Penurunan fungsi ginjal dalam skala bahwa pada usia 45-55 tahun
kecil merupakan proses normal bagi memiliki kecemasan yang lebih
setiap manusia seiring tinggi dibandingkan usia 23-33
bertambahnya usia, namun tidak tahun dan 34-44 tahun.
menyebabkan kelainan atau Berdasarkan penjelasan diatas
menimbulkan gejala karena masih peneliti menyimpulkan bahwa pada
dalam batasbatas wajar yang dapat penelitian ini sebagian besar berusia
ditoleransi ginjal dan tubuh. Namun, lansia karena usia lansia mengalami
akibat ada beberapa faktor risiko penurunan fungsi tubuh termasuk
dapat menyebabkan kelainan fungsi ginjal.
dimana penurunan fungsi ginjal 2. Gambaran Determinan
terjadi secara cepat atau progresif Presipitasi Eksternal Stressor
sehingga menimbulkan berbagai Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
keluhan dari ringan sampai berat Yang Menjalani Terapi
(Aini, 2018)10. Hemodialisa di RSUD 45
Hal ini sesuai dengan teori yang Kuningan Tahun 2019
mengatakan bahwa fungsi renal Berdasarkan tabel 5.2 diketahui
akan berubah dengan pertambahan bahwa sebagian besar menjadi
usia, setelah usia 40 tahun terjadi Stressor. Peneliti berpendapat hal ini
penurunan laju filtrasi glomerulus dapat terjadi karena kurangnya
secara progresif hingga mencapai persepsi ataupun mekanisme koping
usia 70 tahun kurang lebih 50% dari dalam mengatasi masalah tersebut
normalnya. Salah satu fungsi sehingga menjadi stressor pada
tubulus yaitu kemampuan reabsorbsi pasien, stressor juga dapat dipicu
dan pemekatan akan berkurang oleh pikiran sendiri, jadwal
bersamaan dengan peningkatan usia hemodialisa yang dilakukan
(Surya, 2018)11. seminggu 2 kali menyebabkan jenuh
Sejalan dengan penelitian serta menghambat aktifitas, selain
sebelumnya tentang kecemasan itu karena pasien yang menjalani
yang dilakukan oleh Nadia (2007)12 terapi hemodialisa sebagian besar
dengan judul “Kecemasan pada lansia yang sudah memiliki
Penderita Gagal Ginjal Kronis Di keluarga, terlebih untuk laki-laki
Laboratorium Dialisis Rumah Sakit yang menjadi tulang punggung
Pusat TNI AU Dr. Esnawan keluarga yang akan mempengaruhi
Antariksa”. Berdasarkan hasil sumber penghasilan yang akhirnya
penelitian diketahui bahwa menjadikan stress akibat
Gambaran kecemasan berdasarkan memikirkan istri dan anaknya.
gejala-gejala kecemasan, diketahui Selain itu hampir sebagian

11
responden tidak menjadi stressor, responden menjadikan stressor
peneliti berpendapat hal ini namun ada juga yang tidak
dikarenakan responden sudah bisa menjadikan stressor, disarankan
menerima penyakitnya karena sudah bagi responden yang menjadikan
kebutuhan. stressor untuk mencari koping
Menurut Schafer (Mutoharoh, mekanisme yang baik seperti lebih
2009)13, meyatakan bahwa mendekatkan diri pada tuhan dan
mekanisme koping dapat membantu keluarga harus memberi dukungan
individu untuk mengatasi dan yang baik.
mengurangi stress yang ada.
Kemampuan pasien untuk 3. Gambaran Determinan
beradaptasi terhadap kehidupan Presipitasi Eksternal Jenis
yang baru dapat dipercepat dan Kelamin Pada Pasien Gagal
dimaksimalkan dengan adanya Ginjal Kronik Yang Menjalani
dukungan dan nasihat dari perawat Terapi Hemodialisa di RSUD 45
hemodialisa. Kuningan Tahun 2019
Terjadinya stressor diakibatkan Berdasarkan tabel 5.3 diketahui
karena adanya persepsi individu bahwa hampir sebagian sebagian
yang dapat menimbulkan adalah laki-laki. Peneliti
kecemasan. Pasien ginjal kronik berpendapat hal ini terjadi karena
menjalani terapi Hemodialisis 2-3 perbedaan saluran kemih dan
kali setiap minggunya dan kebiasaan mengonsumsi yang tidak
menghabiskan waktu beberapa jam sehat seperti merokok dan minuman
akan membuat mereka mengalami beralkohol oleh karenanya terbukti
ketegangan, kecemasan, stress serta pada saat penelitian kebanyakan
depresi yang berbeda-beda setiap laki-laki.
individu yang berdampak negatif Pembentukan batu ginjal lebih
terhadap kualitas hidup dan banyak diderita oleh laki-laki karena
kesehatanya (Saputra, 2010)14. saluran kemih laki-laki lebih
Hal ini sesuai dengan teori panjang sehingga pembentukan batu
Stuart (Salmawati, 2010)15, yang ginjal lebih banyak daripada
menyatakan bahwa ancaman perempuan. Laki-laki juga
terhadap integritas seseorang mempunyai kebiasaan yang dapat
meliputi ketidakmampuan fisiologis mempengaruhi kesehatan seperti
yang akan datang atau menurunnya merokok, minum kopi dan alkohol
kapasitas untuk melakukan aktivitas yang dapat memicu terjadinya
hidup sehari-hari. Kecemasan dapat penyakit sistemik yang dapat
disertai dengan gangguan fisik dan menyebabkan penurunan fungsi
selanjutnya menurunkan kapasitas ginjal (Lestari, 2017)16.
seseorang untuk mengatasi stressor. Setiap penyakit pada dasarnya
Berdasarkan penjelasan diatas dapat menyerang manusia baik laki-
peneliti menyimpulkan bahwa pada laki maupun perempuan tetapi
penelitian ini sebagian besar beberapa penyakit terdapat

12
perbedaan frekuensi antara laik-laki akan semakin paham bahwa
dan perempuan. Berbagai literatur penderita gagal ginjal kronik dapat
tidak ada yang menyatakan bahwa mempertahankan hidup mereka
jenis kelamin merupakan patokan dengan cara melakukan cuci darah
untuk menyebabkan seseorang (hemodilaisis) atau transplantasi
mengalami gagal ginjal kronis ginjal dan mereka harus bergantung
(Nurcahyati, 2011)17. pada mesin hemodialisa seumur
Berdasarkan penjelasan diatas hidup. Hal tersebut dapat
peneliti menyimpulkan bahwa pada menimbulkan kekhawatiran dan
penelitian ini sebagian besar berjenis meningkatkan stresor pada pasien.
kelamin laki-laki karena perbedaan Sehingga tingkat depresi pada
saluran kemih dan mengonsumsi pasien akan semakin bertambah.
yang tidak sehat, disarankan bagi Sedangkan, hasil penelitian
responden untuk mengonsumsi menunjukkan rata-rata pasien yang
makanan yang sehat. mengalami depresi memiliki tingkat
pendidikan yang rendah.
4. Gambaran Determinasi Berdasarkan penjelasan diatas
Presipitasi Eksternal Pendidikan peneliti menyimpulkan bahwa pada
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik penelitian ini hampir sebagian
Yang Menjalani Terapi berpendidikan dasar, disarankan
Hemodialisa di RSUD 45 bagi responden untuk lebih
Kuningan Tahun 2019 meningkatkan pengetahuannya.
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui
bahwa hampir sebagian 5. Gambaran Determinasi
berpendidikan dasar. Peneliti Presipitasi Eksternal Status
berpendapat hal ini terjadi karena Ekonomi Pada Pasien Gagal
kurangnya pengetahuan dan cara Ginjal Kronik Yang Menjalani
berpikir. Pendidikan adalah suatu Terapi Hemodialisa di RSUD 45
pengetahuan yang di dapat dari Kuningan Tahun 2019
pendidikan formal maupun Berdasarkan tabel 5.5 diketahui
nonformal. Pendidikan berarti bahwa lebih dari sebagian responden
bimbingan yang di berikan dengan Status Ekonomi Rendah.
seseorang terhadap perkembangan Peneliti berpendapat bahwa hal ini
orang lain menuju kearah cita-cita disebabkan karena seiring
tertentu yang menentukan manusia bertambahnya usia, maka semakin
untuk berbuat dan mengisi kurang produktif dalam berkerja,
kehidupan untuk mencapai terlebih lagi dengan adanya penyakit
keselamatan dan kebahagiaan. gagal ginjal kronis ini yang
Menurut Arosa (2014)18, menyebabkan terhambatnya
Tingkat pendidikan berkaitan erat aktifitas berkerja sehingga
dengan pengetahuan yang dimiliki mempengaruhi penghasilan
seseorang. Semakin luas seseorang untuk memenuhi
pengetahuan pasien, maka pasien

13
kebutuhan hidupnya seperti kecemasan merupakan hal yang
kebutuhan pokok dan lain-lain. sering terjadi dalam hidup manusia
Menurut Sopha (2016)19, Pasien tertutama pada penderita penyakit
hemodialisa mempunyai kronis.
keterbatasan peran dalam Klien yang dirawat karena
kehidupannya di keluarga dan penyakit yang mengancam
dimasyarakat. Terapi hemodialisa kehidupan akan lebih sering
akan mengurangi waktu aktivitas mengalami kecemasan, depresi atau
pasien, sehingga dapat marah. Keadaan tersebut
menimbulkan konflik pada diri menyebabkan kehidupan individu
pasien atau peran pasien dalam tersebut selalu di bawah bayang-
sosial berkurang. Pasien yang masih bayang kecemasan yang
bekerja memiliki kesempatan berkepanjangan dan menganggap
mendapat dukungan sosial yang rasa cemas sebagai ketegangan
lebih banyak daripada pasien yang mental (Stuart, 2016)20.
tidak bekerja. Selain itu, pasien Hal yang dapat menimbulkan
penyakit ginjal kronis yang sudah kecemasan biasanya bersumber dari
tidak bekerja mungkin saja ancaman integritas biologi meliputi
merasakan bahwa masyarakat gangguan terhadap kebutuhan dasar
memiliki stigma yang buruk makan, minum, kehangatan, sex,
terhadap dirinya. Pasien yang tidak dan ancaman terhadap keselamatan
bekerja dianggap sebagai orang diri seperti tidak menemukan
yang tidak berguna dalam intergritas diri, tidak menemukan
lingkungan sosial. Hal ini dapat status prestise, tidak memperoleh
memperparah perasaan pengakuan dari orang lain dan
ketidakberdayaan yang dimiliki ketidaksesuaian pandangan diri
pasien. Di lain pihak, pasien dengan lingkungan nyata
21
penyakit ginjal kronis yang masih (Firmasyah, 2014) .
bekerja justru merasa bahwa ia Berdasarkan penjelasan diatas
masih dapat memberi manfaat peneliti menyimpulkan bahwa pada
walaupun dalam keadaan sakit, hal penelitian ini hampir sebagian
ini dapat meningkatkan harga diri responden dengan tingkat
pasien tersebut. kecemasan berat, disarankan untuk
lebih tawakal pada sang pencipta
6. Gambaran Tingkat Kecemasan karena kita sakit, sehat, mati, rizki
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik dan lain-lain Tuhan yang memberi.
Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa di RSUD 45 7. Hubungan Determinasi
Kuningan Tahun 2019 Presipitasi Eksternal Usia
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui Terhadap Tingkat Kecemasan
bahwa hampir sebagian responden Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan tingkat kecemasan berat. Yang Menjalani Terapi
Peneliti berpendapat bahwa

14
Hemodialisa di RSUD 45 tingkat kecemasan, dengan koefisien
Kuningan Tahun 2019 r = 0.592 dengan nilai p=0.02.
Berdasarkan hasil penelitian Pada pasien gagal ginjal kronik
diketahui bahwa sebagian besar Usia Lanjut terjadi gangguan pada
responden berusia lansia, baik lansia fungsi tubuh, menyebabkan pasien
awal maupun lansia akhir. Dari hasil harus melakukan penyesuaian diri
uji Rank Spearman diperoleh p secara terus menerus selama sisa
value : sebesar 0,001 < 0,05 artinya hidupnya. Bagi pasien hemodialisa,
terdapat hubungan yang signifikan penyesuaian ini mencakup
antara Determinan Presipitasi keterbatasan dalam memanfaatkan
Eksternal Usia Terhadap Tingkat kemampuan fisik dan motorik,
Kecemasan Pada Pasien Gagal penyesuaian terhadap perubahan
Ginjal Kronik Yang Menjalani fisik dan pola hidup, ketergantungan
Terapi Hemodialisa di RSUD 45 secara fisik dan ekonomi pada orang
Kuningan Tahun 2019. Dengan lain serta ketergantungan pada
koefisiensi korelasi sebesar 0.333, mesin dialisa selama sisa hidup,
hal ini menunjukkan kekuatan keadaan seperti ini dapat
hubungan cukup kuat dan searah. menimbulkan perasaan tertekan
Artinya semakin bertambahnya usia bahkan dapat menimbulkan
maka semakin tinggi tingkat gangguan-gangguan mental seperti
kecemasan pasien gagal ginjal depresi. (Arosa, 2014)18.
kronik yang menjalani terapi Sesuai dengan teori Kaplan &
hemodialisa di RSUD 45 Kuningan Sadock (2010)23, yang menyatakan
Tahun 2019. bahwa gangguan kecemasan dapat
Peneliti berpendapat bahwa terjadi pada semua usia, lebih sering
terdapat hubungan antara pada usia dewasa dan lebih banyak
determinasi presipitasi eksternal pada wanita. Sebagian besar
usia terhadap tingkat kecemasan kecemasan terjadi pada umur 21-45
karena semakin bertambahnya usia tahun. Adapun menurut penelitian
semakain menurun atau yang dilakukan oleh Julianty
terganggunya fungsi tubuh. Hal ini (2014)24, didapatkan bahwa ada
menunjukan bahwa usia individu hubungan usia pasien dengan tingkat
dianggap memiliki pengalaman kecemasan pasien hemodialisis di
hidup yang lebih baik terkait dengan RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan p
kondisi pasien menyebabkan = 0,049 dan R = 0,250. Berdasarkan
berkurangnya kecemasan pasien, hasil wawancara dengan pasien,
sehingga akan menurunkan resiko mayoritas pasien memikirkan
terjadinya depresi. Gangguan masalah kematian kemungkinan ini
kecemasan sendiri dapat terjadi pada adalah faktor lain yang dapat
semua usia, hal ini diperkuat dengan mempengaruhi kecemasan pasien,
penelitian Lutfa (2008)22, yang kecemasan ini diperkuat dengan
menunjukkan bahwa terdapat pasien merasa ketidakberdayaan
hubungan antara usia pasien dengan serta dengan adanya kekhawatiran

15
mengenai kualitas hidup pada pasien penyesuaian diri terhadap kondisi
gagal ginjal kronik, yang hidupnya sakit mengakibatkan terjadinya
bergantung pada alat dan perubahan dalam kehidupan pasien.
kekhawatiran bahwa sewaktu-waktu Perubahan dalam kehidupan
dapat meninggal. merupakan salah satu pemicu
terjadinya stres. Perubahan tersebut
8. Hubungan Determinasi dapat menjadi variabel yang
Presipitasi Eksternal Stressor diidentifikasikan sebagai stressor
Terhadap Tingkat Kecemasan (Elizabeth, 2009)25.
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Stressor ini dapat dipicu oleh
Yang Menjalani Terapi adanya persepsi diri dimana pasien
Hemodialisa di RSUD 45 gagal ginjal kronik harus menjalani
Kuningan Tahun 2019 terapi hemodialisa seumur hidup,
Berdasarkan hasil penelitian hemodialisa dilakukan sebanyak 2
diketahui bahwa sebagian besar kali seminggu dengan lama
menjadi Stressor. Dari hasil uji hemodialisa 5 jam, atau 3 kali
Rank Spearman diperoleh p value : seminggu dengan lama hemodialisa
sebesar 0,000 < 0,05 artinya 4 jam. Setiap melakukan
terdapat hubungan yang signifikan hemodialisa pasien harus menjalani
antara Determinan Presipitasi prosedur tindakan berupa
Eksternal Stressor Terhadap Tingkat pembersihan darah pasien dengan
Kecemasan Pada Pasien Gagal cara mengalirkan darah pasien ke
Ginjal Kronik Yang Menjalani mesin hemodialisa untuk
Terapi Hemodialisa di RSUD 45 dibersihkan kemudian dikembalikan
Kuningan Tahun 2019. Dengan lagi ketubuh pasien melalui Akses
koefisiensi korelasi sebesar 0.717 ini Vaskuler yaitu mengeluarkan darah
berarti menunjukan kekuatan dari pembuluh darah dengan
hubungan kuat dan searah. Artinya menggunakan jarum. Setiap kali
semakin bertambahnya stressor menjalani hemodialisa pasien
maka semakin tinggi tingkat mendapatkan penusukan 2 jarum
kecemasan pasien gagal ginjal untuk darah masuk dan keluar, hal
kronik yang menjalani terapi ini merupakan sumber stressor bagi
hemodialisa di RSUD 45 Kuningan pasien karena tindakan tersebut
Tahun 2019. menimbulkan rasa nyeri (Rahayu,
Peneliti berpendapat bahwa 2016)26.
stressor dapat mempengaruhi
tingkat kecemasan dikarenakan 9. Hubungan Determinasi
responden ketergantungan pada alat Presipitasi Eksternal Jenis
hemodialisa dan harus melakukan Kelamin Terhadap Tingkat
terapi seumur hidup yang Kecemasan Pada Pasien Gagal
menjadikan responden jenuh. Ginjal Kronik Yang Menjalani
Keadaan ketergantungan pada mesin Terapi Hemodialisa di RSUD 45
dialisis seumur hidupnya serta Kuningan Tahun 2019

16
Berdasarkan hasil penelitian yang berhubungan dengan tingkat
diketahui bahwa hampir sebagian kecemasan pasien hemodialisis
sebagian adalah laki-laki. Dari hasil yaitu faktor usia (p = 0.049),
uji Rank Spearman diperoleh p pengalaman pengobatan (p = 0,008),
value : sebesar 0,781 > 0,05 artinya lama terapi (p = 0,021) dan
tidak terdapat hubungan yang dukungan keluarga (p = 0,021).
signifikan antara Determinan Faktor jenis kelamin, jenis
Presipitasi Eksternal Jenis Kelamin pembiayaan tidak berhubungan
Terhadap Tingkat Kecemasan Pada dengan tingkat kecemasan pasien
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang dengan hemodialisis.
Menjalani Terapi Hemodialisa di Didukung pula oleh penelitian
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. yang dilakukan oleh Salmawati
Dengan koefisiensi korelasi sebesar (2010)15, dari 43 responden
0.030 ini berarti menunjukan diperoleh hasil 31 responden
kekuatan hubungan sangat lemah. berjenis kelamin laki-laki dengan
Artinya jenis kelamin tidak kecemasan ringan sebanyak 22
mempengaruhi tingkat kecemasan orang (51,16 %), sedangkan 9 orang
pasien gagal ginjal kronik yang (20,93%) lainnya dengan kecemasan
menjalani terapi hemodialisa. sedang, dari hasil uji statistik
Peneliti berpendapat bahwa didapatkan nilai p= 0,555 (p > 0,05)
jenis kelamin tidak mempengaruhi berarti bahwa tidak ada pengaruh
tingkat kecemasan, karena pada yang signifikan antara jenis kelamin
dasarnya kecemasan itu bisa terjadi dengan kecemasan pada pasien
pada laki-laki maupun perempuan hemodialisis.
yang membedakan adalah pola pikir
dari masing-masing responden. 10. Hubungan Determinasi
Tingkat kecemasan pada pasien Presipitasi Eksternal Pendidikan
gagal ginjal tidak dipengaruhi oleh Terhadap Tingkat Kecemasan
jenis kelamin meskipun pada Pada Pasien Gagal Ginjal
dasarnya laki-laki bersifat lebih kuat Kronik Yang Menjalani Terapi
secara fisik dan mental serta lebih Hemodialisa di RSUD 45
mudah mengatasi sebuah stressor. Kuningan Tahun 2019
Sedanglan perempuan memiliki sifat Berdasarkan hasil penelitian
lebih sensitif dan lebih mudah diketahui bahwa hampir sebagian
merasa cemas dan takut dalam berpendidikan dasar. Dari hasil uji
berbagai hal. Hal ini diperkuat oleh Rank Spearman diperoleh p value
Halgin (2012)27, gangguan : sebesar 0,036 < 0,05 artinya
kecemasan umumnya terdapat hubungan yang signifikan
mempengaruhi 8,3% dari populasi antara Determinan Presipitasi
dan biasanya terjadi pada wanita. Eksternal Pendidikan Terhadap
Sejalan dengan penelitian yang Tingkat Kecemasan Pada Pasien
dilakukan oleh Julianty (2014)24, Gagal Ginjal Kronik Yang
menerangkan bahwa faktor-faktor Menjalani Terapi Hemodialisa di

17
RSUD 45 Kuningan Tahun 2019. Pada penderita yang
Dengan koefisiensi korelasi mempunyai pengetahuan yang
sebesar 0.221 ini berarti lebih luas memungkinkan pasien
menunjukan kekuatan hubungan itu dapat mengontrol dirinya dalam
sangat lemah. Artinya pendidikan mengatasi masalah yang di hadapi,
kurang mempengaruhi tingkat mempunyai rasa percaya diri yang
kecemasan secara signifikan. tinggi, berpengalaman, dan
Peneliti berpendapat bahwa mempunyai perkiraan yang tepat
tingkat pendidikan mempengaruhi bagaimana mengatasi kejadian
pola piker baik dalam penerimaan serta mudah mengerti tentang apa
informasi sehingga responden yang dianjurkan oleh petugas
dengan tingkat pendidikan tinggi kesehatan, akan dapat mengurangi
akan lebih mudah memahami kecemasan sehingga dapat
informasi. Tingkat pendidikan membantu individu tersebut dalam
yang rendah pada seseorang akan membuat keputusan (Kamaluddin,
menyebabkan orang tersebut 2009)30.
mudah mengalami kecemasan.
Tingkat pendidikan seseorang akan 11. Hubungan Determinasi
berpengaruh terhadap kemampuan Presipitasi Eksternal Status
berpikir, semakin tinggi tingkat Ekonomi Terhadap Tingkat
pendidikan akan semakin mudah Kecemasan Pada Pasien Gagal
berpikir rasional dan menangkap Ginjal Kronik Yang Menjalani
informasi baru dalam Terapi Hemodialisa di RSUD 45
menyelesaikan masalah. Kuningan Tahun 2019
Sejalan dengan hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Setiyowati diketahui bahwa lebih dari
(2014)28, menerangkan bahwa ada sebagian responden dengan Status
hubungan negatif antara tingkat Ekonomi Rendah. Dengan hasil uji
pengetahuan dengan kecemasan Rank Spearman diperoleh p value
pada pasien hemodialisa, yang : sebesar 0,585 > 0,05 artinya tidak
artinya semakin baik tingkat terdapat hubungan yang signifikan
pengetahuan maka akan semakin antara Determinan Presipitasi
tidak ada kecemasan pada pasien Eksternal Status Ekonomi
hemodialisa di Rumah Sakit PKU Terhadap Tingkat Kecemasan
Muhammadiyah Surakarta dengan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
nilai (τ) sebesar -0,594 dan p = Yang Menjalani Terapi
0,013 pada signifikan 5%. Hemodialisa di RSUD 45
Diperkuat oleh hasil penelitian Kuningan Tahun 2019. Dengan
Astiti (2014)29, menunjukkan tidak koefisiensi korelasi sebesar 0.058
ada hubungan yang signifikan ini berarti menunjukan kekuatan
antara tingkat pendidikan dengan hubungan sangat lemah. Artinya
depresi dengan nilai r = 0,016 (p- Status Ekonomi tidak
value = 0,927). mempengaruhi tingkat kecemasan

18
pasien gagal ginjal kronik secara Tahun 2019 yang telah dikemukakan
signifikan. pada bab sebelumnya maka didapatkan
Peneliti berpendapat bahwa kesimpulan sebagai berikut :
responden tidak dibebankan dalam
masalah pembiayaan karena sudah Terdapat hubungan yang
ditanggung BPJS. Status ekonomi signifikan antara Usia Terhadap
pada pasien gagal ginjal yang Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal
menjalani terapi hemodialisa tidak Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
dipengaruhi dari status ekonomi Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
pasien, meskipun dalam Tahun 2019 dengan p value sebesar
pembiayaan hemodialisa 0,001.
memerlukan biaya yang tidak Terdapat hubungan yang
sedikit namun untuk biaya signifikan antara Stressor Terhadap
pengobatan, seluruh responden Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal
menggunakan jasa asuransi baik Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
berupa ASKES, JAMSOSTEK, Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
maupun asuransi kesehatan Tahun 2019 dengan p value sebesar
lainnya. Adanya asuransi yang 0,000.
menanggung biaya hemodialisis
tentu saja akan mengurangi tingkat Tidak terdapat hubungan yang
kecemasan para penderita bila signifikan antara Jenis Kelamin
ditinjau dari sisi biaya pengobatan. Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Hal ini diperkuat oleh penelitian Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Julianty (2014)24, yang Menjalani Terapi Hemodialisa di
menerangkan bahwa faktor jenis RSUD 45 Kuningan Tahun 2019
kelamin dan jenis pembiayaan dengan p value sebesar 0,781.
tidak berhubungan dengan tingkat Terdapat hubungan yang
kecemasan pasien dengan signifikan antara Pendidikan Terhadap
hemodialisis. faktor yang Tingkat Kecemasan Pada Pasien Gagal
berhubungan dengan tingkat Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi
kecemasan pasien hemodialisis Hemodialisa di RSUD 45 Kuningan
yaitu faktor usia (p = 0.049), Tahun 2019 dengan p value sebesar
pengalaman pengobatan (p = 0,036.
0,008), lama terapi (p = 0,021) dan
dukungan keluarga (p = 0,021). Tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara Status Eknomi
SIMPULAN DAN SARAN Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Berdasarkan hasil penelitian dan Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
pembahasan Determinan Presipitasi Menjalani Terapi Hemodialisa di
Eksternal Terhadap Tingkat RSUD 45 Kuningan Tahun 2019
Kecemasan Pada Pasien Gagal Ginjal dengan p value sebesar 0,585.
Kronik Yang Menjalani Terapi
Hemodialisa Di RSUD 45 Kuningan

19
Berdasarkan hasil penelitian dan 3. Kemenkes. (2017). Pusat Data
pembahasan, penulis mengajukan saran Dan Informasi.
sebagai berikut : http://emojione.com (diakses
Agar dapat dijadikan sebagai tanggal 28 maret 2019).
sumber informasi tentang gagal ginjal 4. IRR, (2017). 10 th Report Of
kronik dan hemodialisa serta mampu Indonesian Renal Registry
mengendalikan tingkat stress dengan https://www.indonesianrenalregis
cara berpikir positif, dukungan try.org/data/IRR%202017%20.pd
keluarga dan melakukan aktivitas yang f (diakses pada tanggal 24 juni
menyenangkan untuk mengurangi 2019)
kecemasannya. 5. Nurudin, (2019). Bagian Humas
Agar dapat menjadikan informasi Setda Kabupaten Kuningan.
dan masukan dalam pembuatan http://www.kuningankab.go.id/be
program asuhan keperawatan pada rita/fasilitas-cuci-darah-bantu-
pasien hemodialisa melalui pendekatan ringankan-beban-warga-kuningan
biopsikososial untuk mengatasi (diakses tanggal 28 maret 2019).
kecemasannya. 6. Tokala, (2015). Hubungan Antara
Agar dapat menjadikan informasi Lamanya Menjalani Hemodialisis
dan memperkaya referensi Dengan Tingkat Kecemasan Pada
perpustakaan dan ilmu perkuliahan Pasien Dengan Penyakit Ginjal
dalam bidang ilmu keperawatan Kronik Di RSUP Prof. dr. R. D.
khususnya dalam sistem gawat darurat Kandou Manado. Jurnal e-Clinic
dan kritis berbasis penelitian. (eCI), Vol 3, No 1.
Sebagai bahan masukan dan 7. Patel, M.L., Rekha Sachan., Anil
referensi mengenai studi ilmu Nischal., Surendra. (2012).
keperawatan gagal ginjal kronik dan Anxiety
hemodialisa serta menjadi bahan kajian and Depression - A Suicidal Risk
lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya. in Patients with Chronic Renal
Failure on
DAFTAR PUSTAKA Maintenance Hemodialysi.
1. WHO, (2011). Penyakit Tidak International Journal of Scientific
Menular. and Research
http://www.pusdatin.kemkes.go.i Publications, Volume 2, Issue 3.
d/article/view/13010200029/peny dari
akit-tidak-menular.html http://www.ijsrp.org/research_pa
2. Salmawati, (2010). Faktor-Faktor per_mar2012/ijsrp-Mar-2012-
Yang Mempengaruhi Tingkat 28.pdf. (Diakses 24 Juni 2019).
Kecemasan Pada Pasien 8. Notoatmodjo, S. (2010). Promosi
Hemodialisis Di Rumah Sakit Dr. Kesehatan Teori & Aplikasi.
Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Universitas Islam Negeri 9. Badriah, D, L. (2012).
Alauddin Makasar. Skripsi. Metodologi Penelitian Ilmu-Ilmu
Kesehatan. Bandung : Multazam.

20
10. Aini, K., & Wibowo, T. S. (2018). Universitas Islam Negeri
Hubungan Dukungan Keluarga Alauddin Makasar. Skripsi.
dan Peran Perawat dengan Harga 16. Lestari, A. (2017). Gambaran
Diri Pada Pasien Gagal Ginjal Tingkat Kecemasan Pasien Gagal
Kronis di Ruang Hemodialisa Ginjal Kronis Yang Menjalani
RSUD Kabupaten Batang. Jurnal Hemodialisis Berdasarkan
Ners Widya Husada Kuesioner Zung Self-Rating
Semarang, 2(1). Anxiety Scale Di Rsud Wates
11. Surya, A. M., Pertiwi, D., & Tahun 2017 (Doctoral
Masrul, M. (2018). Hubungan Dissertation, Stikes Jenderal
Protein Urine dengan Laju Filtrasi Achmad Yani
Glomerulus pada Penderita Yogyakarta). Jurnal
Penyakit Ginjal Kronik Dewasa di repository.unjaya.ac.id
RSUP Dr. M. Djamil Padang 17. Nurchayati, (2010), “Analisa
tahun 2015-2017. Jurnal Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Kesehatan Andalas, 7(4), 469- Dengan Kualitas Hidup Pasien
474. Penyakit Ginjal Kronik Yang
12. Nadia, 2007. Kecemasan pada Menjalani Hemodialisa Di Rumah
Penderita Gagal Ginjal Kronis Di Sakit Islam Fatmawati Cilacap
Laboratorium Dan Rumah Sakit Umum Daerah
Dialisis Rumah Sakit Pusat TNI Banyumas”. Universitas
AU Dr. Esnawan Antariksa. Indonesia, Depok. Thesis.
http://www.Gunadarma.ac.id/libr 18. Arosa, F. A. (2014). Hubungan
ary/articles/graduate/phychology/ tingkat pengetahuan keluarga
2007 (Diakses 02 September tentang Hemodialisa dengan
2019) tingkat kecemasan keluarga Yang
13. Mutoharoh, (2009). Faktor-Faktor anggota keluarganya menjalani
Yang Berhubungan Dengan terapi Hemodialisa. Jurnal Online
Mekanisme Koping Klien Gagal Mahasiswa Program Studi Ilmu
Ginjal Kronik Menjalani Terapi Keperawatan Universitas
Hemodialisa di RSU Pusat Riau, 1(2), 1-9.
(RSUP) Fatmawati. Universitas 19. Sopha, R. F., & Wardani, I. Y.
Islam Negeri Syarif Hidayatullah (2016). Stres dan tingkat
Jakarta. Skripsi. kecemasan saat ditetapkan perlu
14. Saputra, Lyndon. (2010). Intisari hemodialisis berhubungan dengan
Ilmu Penyakit Dalam. Tangerang: karakteristik pasien. Jurnal
Binarupa Aksara Publisher Keperawatan Indonesia, 19(1),
15. Salmawati, (2010). Faktor-Faktor 55-61.
Yang Mempengaruhi Tingkat 20. Stuart, G.W. (2016). Prinsip dan
Kecemasan Pada Pasien Praktik Keperawatan Kesehatan
Hemodialisis Di Rumah Sakit Dr. Jiwa Stuart. Jakarta : Elsevier
Wahidin Sudirohusodo Makassar. 21. Firmansyah. R, (2014). Hubungan
Mekanisme Koping Dengan

21
Tingkat Kecemasan Pada Pasien pasien hemodialisa di rumah sakit
Gagal Ginjal Kronik Yang pku muhammadiyah
Menjalani Terapi Hemodialisa Di surakarta. Profesi (Profesional
RSUD Gunung Jati Cirebon Islam): Media Publikasi
Tahun 2014. STIKes Kuningan. Penelitian, 11(01).
Skripsi. 29. Astiti, A. (2014). Analisis Faktor-
22. Lutfa, U., & Maliya, A. (2008). Faktor yang Berhubungan dengan
Faktor-faktor yang Depresi pada Pasien Gagal Ginjal
mempengaruhi kecemasan pasien Kronik yang Menjalani
dalam tindakan kemoterapi di Hemodialisis di RSUD
Rumah Sakit Dr. Moewardi Panembahan Senopati
Surakarta. Bantul. Didapatdari :
publikasiilmiah.ums.ac.id (http://thesis. umy. ac.
23. Kaplan and Sadock. (2010). id/datapublik/t34732. pdf)
Kaplan – Sadock Sinopsis (Diakses tanggal 2 september
Psikiatri Ilmu Pengetahuan 2019).
Perilaku Psikiatri Klinis. 30. Kamaluddin, R., & Rahayu, E.
Tangerang : Bina Rupa Aksara (2009). Analisis faktor-faktor
24. Julianty, (2014). Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepatuhan
Yang Berhubungan Dengan asupan cairan pada pasien gagal
Tingkat Kecemasan Pasien ginjal kronik dengan hemodialisis
Hemodialisa Di RSUD dr. di RSUD prof. Dr. Margono
Pirngadi Medan. Idea Nursing Soekarjo Purwokerto. Jurnal
Journal, Vol. VI No.3. Keperawatan Soedirman, 4(1).
25. Elizabeth J, Corwin. (2009). Buku
Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta
: EGC
26. Rahayu, (2016). Hubungan
Frekuensi Hemodialisis Dengan
Tingkat Stres Pada Pasien Gagal
Ginjal Kronik
Yang Menjalani Hemodialisis.
Jurnal Keperawatan Silampari
(Jks)
Volume 1, No 2.
27. Halgin. R. P & Whiteboume. S.
K. (2012), Psikologi Abnormal.
Edisi 6, Salemba Humanika,
Jakarta.
28. Setiyowati, A., & Hastuti, W.
(2014). Hubungan tingkat
pengetahuan dengan kecemasan

22

Anda mungkin juga menyukai