Anda di halaman 1dari 9

32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Tahap penelitian dilakukan dengan mengamati waktu terjadinya
paralisis terhadap Ascaris suum, Goeze pada kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan untuk mengetahui pengaruh pemberian dekokta biji
buah delima (Punica granatum L.) pada Ascaris suum, Goeze apakah
menimbulkan paralisis atau tidak.
Hasil penelitian akhir mengenai pengaruh pemberian dekokta biji
buah deliama (Punica granatum L.) terhadap waktu paralisis pada Ascaris
suum, Goeze disajikan pada lampiran 1.
Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 1, kemudian
dibuat tabel yang menunjukan rerata total waktu terjadinya paralisis pada
Ascaris suum, Goeze baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan
dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) pada berbagai konsentrasi
yaitu konsentrasi 20%, 40% dan 80%. Disajikan pada tabel IV.1 sebagai
berikut :
Tabel IV.1 Rerata Total Waktu Paralisis Ascaris suum, Goeze pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dekokta biji buah delima
(Punica granatum L.) berbagai konsentrasi
Replikasi Waktu Paralisis Cacing (Menit)
Dekokta Biji Buah Delima
NaCl Piperazin
(Punica granatum L.)
0,9% 1mg/5ml
20% 40% 80%
I - 180 90 30 60 (M)
II - 210 90 30 60 (M)
III - 180 60 30 60 (M)
Rerata - 190 80 30 60 (M)
Berdasarkan hasil penelitian didapat rerata waktu paralisis pada
tiap kelompok kontrol dan kelompok perlakuan dekokta biji buah delima
(Punica granatum L.) berbagai konsentrasi. Waktu paralisis tercepat
adalah kelompok perlakuan biji buah delima (Punica granatum L.)
konsentrasi 80% dengan rerata waktu paralisis 30 menit, sedangkan
33

waktu paralisis terlama adalah dekokta biji buah delima (Punica granatum
L.) konsentrasi 20% dengan rerata waktu 190 menit.
Dari hasil penelitian (tabel IV.1) dapat dibuat grafik sebagai
berikut:

Rerata Waktu Paralisis Cacing


(Menit)
190
200
150
80
100 60
30
50 Series1
0
Dekokta Biji Dekokta Biji Dekokta Biji Piperazin
Buah Delima Buah Delima Buah Delima (Mati)
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
20% 40% 80%

Gambar IV.1 Diagram Rerata Waktu Paralisis Ascaris suum, Goeze pada
kelompok kontrol positiv dan Kelompok Perlakuan Dekokta Biji Buah
Delima Berbagai Konsentrasi.
Dari grafik rerata waktu paralisis diatas dapat dilihat bahwa
semmua kelompok perlakuan dekokta biji buah delima memiliki efektivitas
terhadap cacing, namun dapat dilihat juga semakin besar konsentrasi
dekokta biji buah delima semakin cepat pula waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan efek paralisis terhadap Ascaris suum, Goeze.
Dari hasil penelitian akhir dapat diketahui besar persentase
efektivitas daya antelmintik dekokta biji buah delima (Punica granatum L.)
dibandingkan dengan Piperazin sebagai berikut :
34

Tabel IV.2 Persentase Efektivitas Dekokta Biji Buah Delima (Punica


granatum L.) Dibanding Piperazin
Dekokta Biji Buah Delima Persentase Efektivitas Dekokta
(Punica granatum L.) Biji Buah Delima (Punica
granatum L.) Dibanding
Piperazin
Konsentrasi 20% 13,55%
Konsentrasi 40% 34,36%
Konsentrasi 80% 67,71%

Data persentase efektivitas dekokta biji buah delima (Punica


granatum L.) dibanding piperazin (Tabel IV.2) dapat disajikan dalam
bentuk grafik, sebagai berikut :

100 100 100


100
90
80 67.71
70
60
50 Piperazin 1mg/5ml
34.36
40 Dekokta Biji Buah Delima
30
20 13.55
10
0
Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi
20% 40% 80%

Gambar IV.2 Diagram Persentase Efektivitas Dekokta Biji Buah Delima


(Punica granatum L.) Dibanding Piperazin.
Dari tabel IV.2 dan gambar IV.2 dapat dilihat bahwa semakin
tinggi konsentrasi dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) semakin
tinggi pula daya efektivitas antelmintiknya.
35

1. Analisis Data
Dari data hasil penelitian yang berupa rerata waktu paralisis
Ascaris suum, Goeze kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yaitu
dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) konsentrasi 20%, 40%,
80% dan persentase efektivitas daya antelmintik dekokta biji buah delima
(Punica granatum L.) kemudian dianalisis dengan menggunakan uji one
way ANOVA (α = 0,05) data diolah dengan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) 16,0 for Windows.
a. Uji one way ANOVA
Uji one way ANOVA merupakan uji hipotesis komparatif variabel
numerik berdistribusi normal, lebih dari dua kelompok yang tidak
berpasangan. Sebelum melakukan uji one way ANOVA ada syarat-syarat
yang harus dipenuhi, yaitu distribusi data harus normal dan varians data
harus sama (Dahlan, 2008).
Pada uji normalitas dan uji homogenitas didapat data sebagai
berikut :

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Piperazi Konsentr Konsentr Konsentr
n NaCl asi 80% asi 40% asi 20%
N 6 8 8 8 8
Normal Mean 1.17 .00 7.12 3.38 1.25
Parametersa Std.
1.329 .000c 2.031 1.996 1.832
Deviation
Most Extreme Absolute .310 .167 .292 .377
Differences Positive .310 .102 .208 .377
Negative -.235 -.167 -.292 -.248
Kolmogorov-Smirnov Z .759 .472 .827 1.068
Asymp. Sig. (2-tailed) .612 .979 .501 .204
a. Test distribution is Normal.
c. The distribution has no variance for this variable. One-Sample Kolmogorov-
Smirnov Test cannot be performed.

Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas


36

Pada tabel uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk (gambar


IV.3) diatas, terlihat bahwa nilai significancy untuk masing-masing
kelompok dekokta biji buah delima >0,05. Karena nilai probabilitas (p)
untuk keempat kelompok data adalah >0,05 maka dapat diambil simpulan
bahwa distribusi data dari keempat kelompok tersebut adalah
berdistribusi normal.
Sementara itu untuk hasil uji homogenitas data dapat dilihat dari
tabel berikut :

Test of Homogeneity of Variances


Waktu
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
.000 2 21 1.000

Tabel IV.4 Hasil Uji Homogenitas

Dari tabel diatas diperoleh nilai homogenitas data yaitu sebesar


1.000 (> 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa varians data hasil
penelitian adalah sama atau dapat diinterpretasikan bahwa data telah
terdistribusikan secara homogen.
Oleh karena syarat-syarat untuk penggunaan uji one way ANOVA
telah terpenuhi, maka hasil dari penelitian ini dapat dianalisis
menggunakan uji one way ANOVA. Uji one way ANOVA dilakukan untuk
menguji apakah kelompok perlakuan memiliki rerata waktu paralisis
cacing yang berbeda signifikan atau tidak berbeda signifikan secara
statistik. Hasil uji one way ANOVA adalah sebagai berikut:
37

ANOVA
Waktu
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
.000 2 .000 .000 1.000
Groups
Within Groups 126.000 21 6.000
Total 126.000 23
Tabel IV.5 Hasil Uji One Way ANOVA

Tabel diatas memberikan nilai F hitung sebesar 0,000 dengan


signifikasi sebesar 1,000 (> 0,05). Berarti tidak terdapat perbedaan yang
bermakna antara rerata waktu paralisis cacing ketiga kelompok
perlakuan. Sehingga tidak perlu dilakukan Uji Post Hoc LSD.

B. Pembahasan
Untuk mengetahui daya efektivitas antelmintik dekokta biji buah
delima (Punica granatum L.) terhadap Ascaris suum, Goeze dilakukan
pengujian langsung pada Ascaris suum, Goeze di Laboratorium
Farmakologi Program Studi DIII Farmasi STIKes Muhammadiyah Ciamis.
Pada penelitian ini digunakan larutan NaCl 0,9% sebagai kontrol negative
untuk membuktikan bahwa cacing paralisi karena dekokta biji buah delima
(Punica granatum L.), serta digunakan larutan Piperazin yang bertujuan
sebagai pembanding efektivitas dekokta biji buah delima (Punica
granatum L.) sebagai penyebab paralisis pada Ascaris suum, Goeze.
Pada tahap pengujian Ascaris suum, Goeze direndam dengan
larutan kelompok perlakuan yaitu dekokta biji buah delima (Punica
granatum L.) konsentrasi 20%, 40% dan 80%, larutan NaCl 0,9% sebagai
control Negatif dan Piperazin sebagai control positif sekaligus sebagai
pembanding daya efektivitas dekokta biji buah delima (Punica granatum
L.) sebagai penyebab paralisis pada Ascaris suum, Goeze.
Dari data hasil penelitian pada tabel IV.1 dan gambar IV.1 dapat
dilihat terdapat perbedaan waktu terjadinya paralisis yang menunjukan
perbedaan efek antelmintik pada masing – masing perlakuan. Pada
kelompok perlakuan (dekokta biji buah delima) tampak bahwa efek
38

antelmintik dekokta biji buah deluma (Punica granatum L.) memiliki


peningkatan yang berbanding lurus dengan peningkatan konsentrasi
dekokta biji buah delima, ditunjukan dengan semakin cepatnya terjadi
paralisis pada Ascaris suum, Goeze.
Data hasil penelitian kemudian diuji dengan one way anova untuk
mengetahui terdapat perbedaan yang signifikan diantara kelima kelompok
pengujian. Pada penelitian ini, hasil dari uji normalitas (tabel IV.3)
menunjukan data terdistribusi normal dan uji homogenitas (tabel IV.4)
menunjukan bahwa varians data yang tersebar sama. Dengan demikian
syarat untuk melakukan uji ANOVA telah terpenuhi. Hasil dari uji ANOVA
(tabel IV.5) didapat nilai probabilitas sebesar 1.000 (> 0,05) menunjukan
bahwa terdapat efektivitas antelmintik atau paralisis terhadap Ascaris
suum, Goeze namun tidak menunjukan ada perbedaan yang bermakna
pada pengujian kelompok perlakuan tersebut.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa
dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) memiliki efektivitas daya
antelmintik. Pada gambar IV.1 menunjukan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) maka semakin
cepat pula waktu terjadinya paralisis pada Ascaris suum, Goeze.
Hasil ini sesuai dengan dasar teori sebelumnya yang
menyebutkan bahwa biji buah delima berkhasiat sebagai antelmintik. Efek
antelmintik biji buah delima di karenakan adanya kandungan tanin dan
alkaloid pelletierin yang mampu mengeluarkan cacing dari usus. Tannin
bekerja menghambat kerja asetilkoline sehingga proses pencernaan
cacing tertanggu dan cacing akan mati karena kekurangan nutrisi. Tanin
juga merusak membran kutikula cacing dengan membentuk kopolimer
tidak larut dalam air yang akan membentuk gumpalan. Membran tubuh
cacing yang rusak akan menyebabkan tubuh cacing lebih permeabel
terhadap senyawa-senyawa lain sehingga terjadi paralisis (Flasid).
Biji buah delima (Punica granatum L.) memiliki efektivitas
antelmintik, namun perbandingan efektivitas antelmintik menujukan
bahwa ekstrak kulit buah delima memiliki efektivitas antelmintik lebih baik
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Monica Amelia pada
tahun 2014.
39

Untuk penelitian lanjutan yang akan dikembangkan, dapat


mempertimbangkan kelemahan pada percobaan ini, antara lain : suhu
percobaan yang tidak stabil ;dan ukuran serta berat cacing yang tidak
dikendalikan. Dari kedua kelemahan di atas, dalam melakukan penelitian
lanjutan diharapkan untuk mempertimbangkan kelemahan pada penelitian
ini, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih baik.
40

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Dekokta biji buah delima (Punica granatum L.) dapat menyebabkan
paralisis terhadap Ascaris suum, Goeze secara In Vitro meskipun
efektivitasnya lebih rendah dibandingkan dengan Piperazin.
2. Peningkatan konsentrasi dekokta biji buah delima (Punica granatum
L.) memberikan efek paralisis pada Ascaris suum, Goeze lebih cepat
secara In Vitro.

B. Saran
1. Dari hasil penelitian In vitro ini masih perlu dilakukan penelitian In vitro
lanjutan dengan konsentrasi bertingkat lebih dari 80% guna
mengetahui efektivitas dekokta biji buah delima (Punica granatum L.)
yang mendekati efektivitas Piperazin sebagai antelmintik.
2. Untuk penelitian In vitro lanjutan dapat mempertimbangkan suhu
pengujian, ukuran dan berat cacing sebagai variabel luar terkendali
tambahan, guna memperoleh hasil yang lebih baik.
3. Sebaiknya masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui bentuk sediaan (misalnya: rebusan, infusa, atau ekstrak)
yang paling efektif sebagai obat askariasis dari obat-obat tradisional
yang ada.

Anda mungkin juga menyukai