Anda di halaman 1dari 32

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca dalam waktu yang panjang. Iklim di
bumi sangat dipengaruhi oleh posisi matahari terhadap bumi. Terdapat beberapa
klasifikasi iklim di bumi ini yang ditentukan oleh letak geografis. Di Indonesia
secara umum kita dapat menyebutnya sebagai iklim tropis, lintang menengah dan
lintang tinggi. Seluruh kepulauan Indonesia yang letaknya sepanjang khatulistiwa
antara 6° LU dan 11° LS dan antara 95° dan 141° BT termasuk daerah beriklim
tropis. Sifat utamanya ialah suhu yang selalu tinggi, tanpa penyimpangan-
penyimpangan yang besar.Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang hampir
sama tetapi berbeda pengertian khususnya terhadap kurun waktu. Cuaca
merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian
akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu, sedangkan
iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca
yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi cuaca dalam
kurun waktu tertentu.

Sehingga dalam hal ini pengamatan dilakuakan untuk mengetahui unsur –


unsur dan berbagai macam iklim di indonesiaserta faktor – faktor yang
mempengaruhi. Pengamatan iklim pada suatu wilayah diperlukan ketepatan waktu
dan diperlukan waktu yang lama untuk mendapatkan data yang akurat, semakin
lama pengamatan semakin akurat pula data yang didapat umntuk menentukan
cuaca dan iklim pada suatu daerah tersebut. Penentuan cuaca dan iklim tersebt
juga sangat mempengaruhi pada sektor pertanian dalam hal menentuka tanaman
apa yang cocok atau dapat dibudidayakan di suatu daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat diketahui bahwa rumusan masalah yakni


sebagai berikut.

1. Bagaimana cara menentukan iklim dan cuaca secara manual dan otomatis.
2. Bagaimana pengamatan di lokasi green house di FTP dengan beberapa alat
parameter kelembapan dan suhu.

3. Apa dampak dan penyebab Perubahan iklim.

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat dikethui tujuan dari


pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara menentukan iklim dan cuaca menggunakan alat
secara manual dan otomatis.
2. Untuk mengetahui pebedaan data pada kedua pengamatan suhu,
3. Untuk mengetahui dampak dan penyebab perubahan iklim.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas maka dapat dieketahui manfaat dari pengamatan


ini yakni antara lain sebagai berikut.

1. Dari data yang didapat pada pengamatan dapat dijadikan acuan untuk
menentukan iklim pada suatu wilayah tersebut.
2. Data yang didapat pada kedua pengamatan antara pengamatan manual
dan menggunakan alat otomatis dapat dijadikan refrensi maupun
perbandingan pada penelitian berikutnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Unsur klimatologi dalam pertanian

Klimatologi adalah ilmu yang membahas dan menerangkan tentang iklim.


Klimatologi tidak bisa terlepas dari meteorologi, sehingga terkadang meteorologi
dianggap sama dengan klimatologi. Meteorologi mempelajari proses-proses cuaca
di lapisan atmosfer bawah (lapisan troposfer) sedangkan Klimatologi mempelajari
hasil proses cuaca tsb.Klimatologi pertanian merupakan sebuah cabang ilmu
pengetahuan tentang iklim dan pengaruhnya bagi kegiatan pertanian.

Menurut Handoko (1995:3), iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam


jangka waktu yang cukup lama, minimal 3 tahun dan bersifat tetap. Iklim adalah
sintesis atau kesimpulan dari perubahan nilai unsur – unsur cuaca (hari demi hari
dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang disuatu tempat atau pada suatu
wilayah. Sintesis tersebut dapat diartikan pula sebagai nilai statistik yang meliputi
rata-rata, maksimum, minimum, frekuensi kejadian, atau peluang kejadian dan
sebagainya.

2.2 Karakterstik unsurklimatologi

2.2.1 Radiasi Matahari

Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar
biasa besarnya ke permukaan bumi. radiasi surya adalah radiasi yang di
pancarkan oleh surya termasuk didalamnya cahaya surya, sedang cahaya surya
adalah cahaya dari surya yang dapat terlihat saja.

Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan dunia


dan jika dieksplotasi dengantepat, energi ini berpotensi mampu
menyediakankebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktuyang lebih
lama.Dari matahari dipancarkan atau diradiasikan sinar-sinar yang pada umumnya
mempunyai gelombang pendek, sedangkan dari bumi dipancarkan sinar dengan
gelombang panjang. Matahari dapat digunakan secaralangsung untuk
memproduksi listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
Potensimasa depat energi surya hanya dibatasi oleh keinginankita untuk
menangkap kesempatan.Ada banyak cara untuk memanfaatkan energi dari
matahari.Tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dengan
menggunakan fotosintesis.Kita memanfaatkan energi ini dengan memakan dan
membakar kayu. Bagimanapun, istilah“tenaga surya” mempunyai arti mengubah
sinar matahari secara langsung menjadi panas atauenergi listrik untuk kegunaan
kita. dua tipe dasar tenaga matahari adalah “sinar matahari” dan“photovoltaic.

2.2.2 Suhu

Suhu adalah ukuran energi kinetis rata-rata gerakan molekul. Panas adalah
ukuran jumlah energi molekul total dan suhu adalah tingkat energi rata-rata dari
tiap molekul. Suhu udara diukur dengan derajat Celcius, Fahrenhiet atau Kelvin.
Suhu udara maksimum terjadi sesudah tengah hari sekitar pukul 14.00 dan suhu
minimum terjadi pukul 06.00 atau sekitar matahari terbit. Temperatur udara
maksimum terjadi sesudah tengah hari sekitar pukul 14.00 dan temperatur
minimum terjadi pukul 06.00 atau sekitar matahari terbit(Kartasapoetra,2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di permukaan bumi ialah :

1) Jumlah radiasi yang diterima pertahun-perhari-permusim;


2) Pengaruh ketinggian tempat, makin tinggi suatu tempat dari permukaan
laut maka suhu akan semakin rendah;
3) Pengaruh angin secara tidak secara langsung;
4) Pengaruh panas laten (panas yang di simpan dalam atmosfer);
5) Penutup tanah ( tanah yang ditutup vegetasi mempunyai temperatur yang
kurang daripada tanah tanpa vegetasi;
6) Tipe tanah (tanah-tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi);
7) Pengaruh sudut datang sinar matahari.
Suhu udara diukur dengan derajat Celcius, Fahrenhiet atau Kelvin. Suhu udara
atau temperature udara biasanya diukur dengan termometer air raksa. Sedangkan
alat alat pengukur suhu otomatis yang menggunakan kertas pias sebagai perekam
datanya disebut termograf.

Temperature harianrata-rata :

T = (2T7 + T13 + T18)/4atau (Tmak + Tmin)/2

Suhu udara diukur dengan derajat Celcius, Fahrenhiet atau Kelvin. Suhu udara
atau temperature udara biasanya diukur dengan termometer air raksa. Sedangkan
alat alat pengukur suhu otomatis yang menggunakan kertas pias sebagai perekam
datanya disebut termograf.

2.2.3 Kelembapan Udara

Kelembaban udara juga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi


kondisi / keadaan cuaca dan iklim di suatu wilayah tertentu. Secara ilmiah,
kelembaban merupakan jumlah kandungan uap air yang terkandung dalam massa
udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah (tempat) tertentu. Adapun alat yang
digunakan untuk mengukur kelembaban adalah tigrometer.

Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara.Semakin tinggi


suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan
dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul.

Hubungan kelembaban dengan suhu udara:

1)Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi


lebih ringan sehingga naik.Maka akibatnya, tekanan udara turun karena
udaranya berkurang.

2)Volume berbanding terbalik dengan tekanan


3)Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau
kelembapan relatif.

Kapasitas udara menyatakan jumlah uap air maksimum yang dapat


dikandung oleh udara pada suatu temperature. Jadi udara di sekitar kita yang
terlihat kosong, hampa, nothing, dll (terserah kalian) ini sebenarnya di dalamnya
terkandung sejumlah uap air.Sehingga perlu di catat bahwa besar kecilnya
kapasitas udara tergantung pada temperature udara itu sendiri, di manasemakin
tinggi temperature suatu udara (semakin panas) maka semakin besar kapasitas
udara.Mengapa demikian? Pastilah karena udara tersebut semakin mengembang
sehingga kapasitasnya pun menjadi lebih banyak dari sebelumnya, namun belum
tentu uap airnya juga akan bertambah seiring dengan bertambahnya kapasitas
udara. Kapasitas udara/aktual/efektif : bagian ruang
pori tanah yang terisi udara, dinyatakandalam % volume tanah.
n – Vw = { n – (%KL x BV)}
Vw = %KL x BV
Kapasitas udara selalu berfluktuasi tergantung :
a. KL tanah
b. Struktur tanah
c. Permukaan air tanahkapasitas aerasi/porositas aerasi/porositas
2.2.4 Tekanan udara
Menurut, Handoko (1995:69-77) tekanan udara adalah gaya berat kolom udara
dari permukaan tanah sampai puncak atmosfer per satuan luas. Semakin jauh dari
permukaan bumi maka tekanan udara akan berkuran karean lapisan atmosfer
semakin tipis. Mengukur tekanan udara mengunakan barometer dan Satuannya
milibar (mb)
1) Variasi Tekanan Udara vertikal
Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan
waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda dan Semakin tinggi suatu tempat,
maka kerapatan atau massa jenis udara semakin kecil sehingga jumlah oksigen
dalam udara semakin sedikit.
Hal ini dipengaruhi oleh:
a) Komposisi gas penyusunnya makin ke atas makin berkurang.
b) Sifat udara yang dapat dimampatkan, kekuatan gravitasi makin ke atas
makin lemah.
c) Adanya variasi suhu secara vertikal di atas troposfer (>32 km) sehingga
makin tinggi tempat suhu makin naik.
2) Variasi Tekanan Udara horisontal
Tekanan udara secara horizontal yaitu variasi tekanan udara dipengaruhi
suhu udara, bahwa daerah yang suhu udaranya tinggi akan bertekanan rendah dan
daerah yang bersuhu udara rendah tekanannya tinggi.
Pola penyebaran tekanan udara horizontal dipengaruhi:
a) Lintang tempat.
b) Penyebaran daratan dan lautan.
c) Pergeseran posisi matahari tahunan.
2.2.5 Angin
MenurutAzlina dan Tamba, (Tanpa Tahun:1-2)Angin adalah udara yang
bergerak akibat adanya perbedaan tekanan udara dengan arah aliran angin dari
tempat yang memiliki tekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah atau
dari daerah yang memiliki suhu / temperatur rendah kewilayah bersuhu
tinggi.angin diukur dengan anemometer cup,instrumen dengan tiga atau
empat logamberlubang kecil belahan ditetapkan, sehingga mereka menangkap
angin danberputar tentang batang vertikal. Sebuahcatatan perangkat listrik
revolusi daricangkir dan menghitung kecepatan angin.keperluan ilmu
pengetahuan,khususnya mengenai Metrologi dangeofisika diperlukan suatu alat
yang dapatmengukur kecepatan angin dan menentukanarah angin.
2.2.6 Hujan
Menurut Handoko, (1995: 116-119) hujan dihasilkan oleh udara yang naik
dan mengalami penurunan suhu. Tipe hujan dibagi menjadi tga kriteria dan
biasanya hujan terjadi dari gabungan dari beberapa tipe gerakan udara naik.
.Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan (dalam mm) yang diterima di
permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan penyerapan /
peresapan ke dalam tanah. Jumlah hari hujan biasanya dibatasi dengan jumlah hari
dengan curah hujan 0,5 mm atau lebih. Jumlah hari hujan dapat dinyatakan per
minggu, decade, bulan, tahun atau satu periode tanam (tahap pertumbuhan
tanaman). Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dibagi dengan selang waktu
terjadinya hujan. Satuan curah hujan diukur dalam mm/inci, curah hujan 1 mm
artinya air hujan yang jatuh setelah 1 mm di mana air hujan itu tidak mengalir,
tidak meresap dan tidak menguap. Intensifikasi hujan yaitu banyaknya curah
hujan persatuan jangka waktu tertentu, apabila dikatakan intensitas besar maka
berarti hujan lebat, hal ini kurang baik bagi tanaman dan pertenakan karena dapat
menimbulkan erosi dan banjir. Curah hujan dapat diukur menggunakan alat
ombrometer dan penakar hujan tipe Hellam, Bendix.

2.3 Unsur Klimatologi dalam Evaluasi Lahan


Evaluasi lahan merupakan proses penilaian lahan jika diperlukan untuk
tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk
lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya, agar dapat mengidentifikasi
dan membuat perbandingan berbagai penggunaan lahan yang dikembangkan.
Berdasarkan tujuan evaluasi, klasifikasi lahan dapat berupa klasifikasi
kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2006).
Penggunaan Lahan Menurut Lillesand dan Kiefer (1994) dalam Sitorus,
dkk (2006) mengatakan bahwa penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan
manusia pada sebidang lahan, sedangkan penutup lahan lebih merupakan
perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan
kegiatan manusia terhadap obyek-obyek tersebut. Satuan-satuan penutup lahan
kadang-kadang juga bersifat penutup lahan alami. Klasifikasi penutup
lahan/penggunaan lahan adalah upaya pengelompokan berbagai jenis penutup
lahan/penggunaan lahan ke dalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem tertentu.
Klasifikasi penutup lahan/penggunaan lahan digunakan sebagai pedoman atau
acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan pemetaan
penutup lahan/penggunaan lahan. Karakteristik Lahan
Karakteristik lahan merupakan sifat lahan yang dapat diukur atau
diestimasi. Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei
atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan
yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut dapat
digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas
tertentu. Karakteristik lahan yang digunakan adalah: temperatur udara, curah
hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar,
kedalaman tanah, ketebalan gambut, kematangan gambut, kapasitas tukar kation
liat, kejenuhan basa, pH H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan
sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, bahaya di permukaan, dan singkapan
batuan (Djaenudin, dkk., 2003).
Persyaratan Penggunaan Lahan/Persyaratan Tumbuh Tanaman Persyaratan
tumbuh atau persyaratan penggunaan lahan diperlukan oleh masing-masing
komoditas (pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan) mempunyai batas
kisaran minimum, optimum, dan maksimum. Untuk menentukan kelas kesesuaian
lahan, persyaratan tersebut dijadikan dasar dalam menyusun kriteria kelas
kesesuaian lahan, yang dikaitkan dengan kualitas dan karakteristik lahan. Kualitas
lahan yang optimum bagi kebutuhan tanaman atau penggunaan lahan tersebut
merupakan batasan bagi kelas kesesuaian lahan yang paling sesuai (S1),
sedangkan kualitas lahan di bawah optimum merupakan batasan kelas kesesuaian
lahan antara kelas yang cukup sesuai (S2), dan atau sesuai marginal (S3). Di luar
batasan tersebut merupakan lahan-lahan yang secara fisik tergolong tidak sesuai
(N). Semua jenis komoditas, termasuk tanaman pertanian, dan perikanan berbasis
lahan untuk dapat tumbuh atau hidup dan Universitas Sumatera Utara berproduksi
memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu, terdiri atas energi radiasi,
temperatur (suhu), kelembaban, oksigen, hara, dan kualitas media perakaran yang
ditentukan oleh drainase, tekstur, struktur dan konsistensi tanah, serta kedalaman
efektif tanah (Rayes, 2007).
Kelas kesesuian lahan untuk suatu areal dapat berbeda tergantung dari
penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan. Evaluasi lahan dapat dibedakan
atas a) pendekatan dua tahap yaitu tahapan pertama berdasarkan evaluasi lahan
secara fisik atau bersifat kualitatif kemudian diikuti dengan tahapan kedua
berdasarkan analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel dimana evaluasi
lahan baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan
(Djaenudin et al, 2011).
Kelas Kemampuan Lahan Arsyad (2006) mengemukakan delapan kelas
kemampuan lahan yang dapat dilihat pada Tabel 1. Kelas kemampuan lahan
memiliki masing-masing faktor penghambat yang mempengaruhi penggunaan
lahannya.

Tabel 2.1 Kelas Kemampuan Lahan

No kelas Ciri-Ciri
Mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk
berbagai penggunaan pertanian, mulai dari tanaman semusim (dan tanaman
1 I
pertanian pada umumnya), tanaman rumput, padang rumput hutan produksi,
dan cagar alam.
Memiliki beberapa hambatan atau ancaman kerusakan yang mengurangi

2 II pilihan penggunaannya atau mengakibatkannya memerlukan tindakan


konservasi yang sedang.
Mempunyai hambatan yang berat yang mengurangi pilihan pengunaan atau
memerlukan tindakan konservasi khusus atau keduanya. Hambatan yang

3 III terdapat pada tanah dalam lahan kelas III membatasi lama penggunaannya bagi
tanaman semusim, waktu pengolahan, pilihan tanaman atau kombinasi
pembatas-pembatas tersebut
Dapat digunakan untuk tanaman semusim dan tanaman pertanian dan pada

4 IV umumnya tanaman rumput, hutan produksi, padang penggembalaan, hutan


lindung dan cagar alam.
Tidak terancam erosi akan tetapi mempunyai hambatan lain yang tidak praktis
untuk dihilanghkan yang membatasi pilihan pengunaannya sehingga hanya
5 V
sesuai untuk tanaman rumput, padang penggembalaan, hutan produksi atau
hutan lindung dan cagar alam.
Mempunyai hambatan yang berat yang menyebabkan tanah-tanah ini tidak
sesuai untuk pengunaan pertanian. Penggunaannya terbatas untuk tanaman
6 VI
rumput atau padang penggembalaan, hutan produksi, hutan lindung, atau cagar
alam.
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, Jika digunakan untuk padanag rumput

7 VII atau hutan produksi harus dilakukan dengan usaha pencegahan erosi yang
berat.
Tidak sesuai untuk budidaya pertanian, tetapi lebih sesuai untuk dibiarkan

8 VIII dalam keadaan alami. Lahan kelas VIII bermanfaat sebagai hutan lindung,
tempat rekreasi atau cagar alam.
Sumber: Arsyad (2006)

Kriteria Klasifikasi Kemampuan Lahan , Kriteria faktor pembatas yang


menentukan kelas atau subkelas maupun satuan kemampuan lahan menurut
Arsyad (2006), yaitu:

1. Iklim Dua komponen iklim yang paling mempengaruhi kemampuan lahan,


yaitu temperature dan curah hujan. Temperatur yang rendah
mempengaruhi jenis dan pertumbuhan tanaman. Di daerah tropika yang
paling penting mempengaruhi temperatur udara adalah ketinggian letak
suatu tempat dari permukaan laut. Udara yang bebas bergerak akan turun
temperaturnya pada umumnya dengan 1 0 C untuk setiap 100 m naik di
atas permukaan laut. Penyediaan air secara alami berupa curah hujan yang
terbatas atau rendah di daerah agak basah (sub humid), agak kering (semi
arid), dan kering (arid) mempengaruhi kemampuan tanah.
2. Lereng, Ancaman Erosi dan Erosi yang Telah Terjadi Kerusakan tanah
oleh erosi sangat nyata mempengaruhi penggunaan tanah, cara
pengelolaan atau keragaan (kinerja) tanah disebabkan oleh alasan-alasan
berikut:
1) Suatu kedalaman tanah yang cukup harus dipelihara agar
didapatkan produksi tanaman yang sedang sampai tinggi.
2) Kehilangan lapisan tanah oleh erosi mengurangi hasil tanaman.
3) Kehilangan unsur hara oleh erosi adalah penting tidak saja oleh
karena pengaruhnya terhadap hasil tanaman akan tetapi juga oleh
karena diperlukan biaya penggantian unsur hara tersebut untuk
dapat memelihara hasil tanaman yang tinggi.
4) Kehilangan lapisan permukaan tanah merubah sifat-sifat fisik
lapisan olah yang akan sangat jelas kelihatan pada tanah yang
lapisan bawah bertekstur lebih halus.
5) Kehilangan tanah oleh erosi menyingkap lapisan bawah yang
memerlukan waktu dan perlakuan yang baik untuk dapat menjadi
media pertumbuhan yang baik bagi tanaman.
6) Bangunan-bangunan pengendalian air dapat rusak oleh sedimen
yang berasal dari erosi.
7) Jika terbentuk parit-parit oleh erosi (gully) maka akan lebih sulit
pemulihan tanah untuk menjadi produktif kembali.
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng semuanya
mempengaruhi besarnya erosi dan aliran permukaan. Kecuraman
lereng tercacat atau dapat diketahui pada peta tanah.

3. Kedalaman Tanah (k) , Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah


yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu kedalaman sampai pada
lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Kedalaman efektif
adalah kedalaman tanah sampai sejauh mana tanah dapat ditumbuhi akar,
menyimpan cukup air dan hara, umumnya dibatasi adanya kerikil dan
bahan induk atau lapisan keras yang lain, sehingga tidak lagi dapat
ditembus akar tanaman (Utomo, 1989).
4. Tekstur Tanah (t) , Tekstur tanah adalah salah satu faktor penting yang
mempengaruhi kapasitas tanah untuk menahan air dan permeabilitas tanah
serta berbagai sifat fisik dan kimia tanah lainnya.
5. Permeabilitas (p) , Permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk
melalukan air dan udara (Utomo, 1989).
6. Drainase (d) , Drainase adalah kondisi mudah tidaknya air menghilang
dari permukaan tanah yang mengalir melalui aliran permukaan atau
melalui peresapan ke dalam tanah (Utomo, 1989).

Klasifikasi Kesesuaian Lahan, Kesesuaian lahan menurut FAO (1976)


dalam Rahmawaty (2010) merupakan tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan (land suitability) merupakan
kecocokan (adaptability) suatu lahan untuk tujuan penggunaan tertentu, melalui
penentuan nilai (kelas) lahan serta pola tata guna lahan yang dihubungkan dengan
potensi wilayahnya, sehingga dapat diusahakan penggunaan lahan yang lebih
terarah berikut usaha pemeliharaan kelestariannya (Fauzi, dkk. 2009).

Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut FAO (1976) dalam


Djaenudin (2003), dapat dibedakan menurut tingkatannya sebagai berikut:

1. Ordo menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. Pada tingkat


ordo, kesesuaian lahan dibedakan antara lahan yang tergolong sesuai
(S) dan lahan yang tergolong tidak sesuai (N).

2. Kelas menunjukkan tingkat kesesuaian dalam tingkat ordo. Pada tingkat


kelas, lahan yang tergolong sesuai (S) dibedakan dalam tiga kelas,
yaitu:

a) Lahan sangat sesuai (S1) yaitu lahan tidak mempunyai faktor


pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara
berkelanjutan, atau faktor pembatas yang bersifat minor dan tidak
akan mereduksi produktivitas lahan secara nyata.
b) Cukup sesuai (S2) yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas
dan perpengaruh terhadap produktivitasnya serta memerlukan
tambahan masukan. Pembatas ini biasanya dapat dibatasi petani
sendiri.
c) Sesuai marginal (S3) yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas
yang berat dan berpengaruh terhadap produktivitasnya,
memerlukan tambahan yang lebih banyak daripada lahan yang
tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas, diperlukan modal
yang tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan
pemerintah atau pihak swasta.
d) Tidak sesuai (N) yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas
yang sangat berat dan sulit diatasi.
3. Sub-klas menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas kesesuian lahan.
Kelas kesesuaian lahan dibedakan menjadi subkelas berdasarkan
kualitas dan karakteristik lahan yang menjadi faktor pembatas terberat

4. Unit menunjukkan tingkatan dalam subkelas didasarkan pada sifat


tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya. Dalam praktek
evaluasi lahan, kesesuaian lahan pada kategori unit ini jarang
digunakan.

Berikut merupakan contoh dari beberapa hasil data komoditi yang sesuai dengan
kelas kesesuaian lahan :

Tabel2.2Unsur Klimatologi dalam Evaluasi Lahan

1. Komoditi Anggur

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan


karakteristik lahan S1 S2 S3 N
Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 22 - 28 28 - 32 32 - 36 > 36
18 - 22 16 - 18 < 16
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) 1.000 - 800 - 1.000 500 - 800 < 500
2.000
3.000 - 3.500 3.000 - > 4.000
4.000
Lamanya masa kering 3-4 2 - 3; 4 - 6 6 - 7; 1 - 2 > 6; < 1
(bln)
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase baik, sedang agak terhambat, sangat
terhambat agak cepat terham-bat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur agak kasar, - sangat kasar
sedang, halus
agak halus,
halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 100 75 - 100 50 - 75 < 50
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika ada < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) ≥ 35 < 35
pH H2O 5,5 - 7,3 5,2 - 5,5 < 5,2
7,3 - 8,0 > 8,0
C-organik (%) > 0,8 ≤ 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <3 3-4 4-6 >6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) <8 8 - 12 12 - 15 > 15
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik (cm) > 125 100 - 125 60 - 100 < 60
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah - berat sangat
rendah sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - - > F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan (%) <5 5 - 15 15 - 40 > 40
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25

2. Padi Gogo

Persyaratan Kelas kesesuaian lahan


penggunaan/
karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur
(tc)
Temperatur rerata 24 – 29 22 - 24 18 - 22 < 18
(°C) 29 - 32 32 - 35 > 35

Ketersediaan air
(wa)
Curah hujan (mm) 50 – 400 400 - 550 - 650 > 650;
bulan ke-1 550 < 50
Curah hujan (mm) 100 – 400 400 - 550 550 - 650 > 650;
bulan ke-2 75 - 100 50 - 75 < 50

Curah hujan (mm) 100 – 400 400 - 550 550 - 650 > 650;
bulan ke-3 75 - 100 50 – 75 < 50

Curah hujan (mm) 50 – 400 400-550;< 550 - 650 > 650


bulan ke- 4 50
Kelembaban 33 – 90 30 - 33 < 30 > 90
(%)
Media perakaran
(rc)
Drainase baik, sedang, agak - terhambat, cepat
cepat, agakterhambat sangat
terhambat
Tekstur halus, agak halus, - agak kasar kasar
sedang
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 – 55 > 55
Kedalaman tanah > 50 40 - 50 25 – 40 < 25
(cm)
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
ada
sisipan bahan
mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,5 - 7,5 5,0 - 5,5 < 5,0
7,5 - 7,9 > 7,9
C-organik (%) > 1,5 0,8 - 1,5 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <2 2-4 4–6 >6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 20 20 - 30 30 – 40 > 40
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik > 75 50 - 75 50 – 30 < 30
(cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 – 16 16 – 30 > 30
16 – 50 > 50
Bahaya erosi sangat rendah rendah– berat sangat
sedang berat
Bahaya banjir (fh)
Genangan - F11 F12 - F13 > F13
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan <5 5 - 15 15 – 40 > 40
(%)
Singkapan batuan <5 5 - 15 15 – 25 > 25
(%)

3. Tembakau

Persyaratan Kelas kesesuaian lahan


penggunaan/
karakteristik lahan S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)
Temperatur rerata (°C) 22 - 28 20 - 22 15 - 20 < 15
pada
masa pertumbuhan 28 - 30 30 - 34 > 34
Ketersediaan air (wa)
Curah hujan (mm) pada 600 - 1.200 1.200 - > 1.400
masa 1.400
Pertumbuhan 500 - 600 400 - 500 < 400
Kelembaban udara (%) 24 - 75 20 - 24 < 20
75 - 90 > 90
Ketersediaan oksigen
(oa)
Drainase baik, agak terhambat, sangat
sedang terhambat agak cepat terhambat,
cepat
Media perakaran (rc)
Tekstur agak kasar, - kasar -
sedang,
agak halus,
halus
Bahan kasar (%) < 15 15 - 35 35 - 55 > 55
Kedalaman tanah (cm) > 75 50 - 75 30 - 50 < 30
Gambut:
Ketebalan (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200
Ketebalan (cm), jika < 140 140 - 200 200 - 400 > 400
ada
sisipan bahan mineral/
pengkayaan
Kematangan saprik+ saprik, hemik, fibrik
hemik+ fibrik+
Retensi hara (nr)
KTK liat (cmol) > 16 ≤ 16 - -
Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20
pH H2O 5,5 - 6,2 5,2 - 5,5 < 5,2
6,2 - 6,8 > 6,8
C-organik (%) > 1,2 0,8 - 1,2 < 0,8
Toksisitas (xc)
Salinitas (dS/m) <2 2-4 4-6 >6
Sodisitas (xn)
Alkalinitas/ESP (%) < 10 10 - 15 15 - 20 > 20
Bahaya sulfidik (xs)
Kedalaman sulfidik > 100 75 - 100 40 - 75 < 40
(cm)
Bahaya erosi (eh)
Lereng (%) <8 8 - 16 16 - 30 > 30
Bahaya erosi sangat rendah - berat sangat berat
rendah sedang
Bahaya banjir (fh)
Genangan F0 - - > F0
Penyiapan lahan (lp)
Batuan di permukaan <5 5 - 15 15 - 40 > 40
(%)
Singkapan batuan (%) <5 5 - 15 15 - 25 > 25
Sumber : bbsdlp.litbang.pertanian.go.id
BAB 3. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Pengamatan praktikum klimatologidilakukan di tempatgreen


houseFakultasTeknologiPertanianUniversitasJember, padatanggal22 Maret –28
maret 2017.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengamatan ini yaitu termometer
air raksa, termometer kelembapan, panci evaporasi, ombrometer, dan termometer
max min,penggaris dan gelas ukur.

3.3 Metodologi
Mulai

Alat dan bahan praktikum


klimatologi

Pemasangan alat praktikum

Setelah itu dilakukan pengamatan alat

Pengamatan dilakukan pada jam 06.00,


07.30, 13.30 dan 17.30

Mengelola data hasil Pengamatan

Data Hasil Pengamatan

Selesai
Gambar 3.1 . Flowchart Pengamatan Klimatologi
3.3.1 Pengamatan Unsur Klimatologi dengan alat yang Digunakan
Termometer, Panci Evaporasi, Suhu dan Ombrometer

Pengamatan yang dilakukan menghasilkan data yang dapat diexport dari


alat yaitu suhu maksimal (Cᵒ), suhu minimal(Cᵒ), suhu ruangan(Cᵒ),RH(%), suhu
bola basah(Cᵒ), suhu bola kering(Cᵒ).

3.3.2 Interpretasi Klimatologi Pertanian

Klimatologi pertanian dapat dihitung berdasarkan metode perhitungan


sebagai berikut:
1. Suhu
Perhitungan suhu harian dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut sebagai berikut:
a. Rumus pertama
(2𝑇 07.00 + 𝑇 13.00 + 𝑇 18.00 )
𝑇=
4

Dimana :
T = Suhu Harian (oC).
T07.00 = Suhu outdoor Easy Weather (oC) pada pukul 07.00.
T13.00 = Suhu outdoor Easy Weather (oC) pada pukul 13.00.
T18.00 = Suhu outdoor Easy Weather (oC) pada pukul 18.00.
b. Rumus kedua
(𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑇𝑚𝑖𝑛 )
𝑇=
2
Dimana :
T = Suhu Harian (oC).
Tmaks = Suhu maksimum outdoor Easy Weather (oC).
Tmin = Suhu minimum outdoor Easy Weather (oC).
2) Kelembaban Udara
Perhitungan kelembaban udara dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑒𝑎
RH = 100 𝑒𝑠

Dimana:
RH = Kelembaban udara (%).
𝑒𝑠 = Tekanan Uap Jenuh (mb).
𝑒𝑎 = Tekanan Uap Aktual (mb).
(2. RH07.00 + RH13.00 + RH18.00 )
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑅𝐻 =
4
Dimana:
RH = Kelembaban udara (%).
RH07.00 = Kelembaban udara outdoor Easy Weather (%) pada pukul 07.00.
RH13.00 = Kelembaban udara outdoor Easy Weather (%) pada pukul 13.00.
RH18.00 = Kelembaban udara outdoor Easy Weather (%) pada pukul 18.00.

3) Evaporasi
Perhitungan evaporasi dengan cara menghitung luas dari diameter
ombrometer sebesar 12,9 cm. Luas lingkaran ombrometer = πr2, kemudian luas
lingkaran panci evaporasi = 1/4πd, Volume = V1. L2/L1.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lokasi

Praktikum iklim dilaksanakan pada dua tempat yaitu workshop Fakultas


Teknologi Pertanian dan Agrotechno Park, kondisi lingkungan workshop Fakultas
Teknologi Pertanian dengan kondisi lingkungan yang kurang memenuhi syarat
ketentuan untuk praktikum iklim dikarenakan adanya pepohonan yang menutupi
alat- alat praktikum dan jarak stasiun praktikum jauh dari lingkungan luar dan
alat- alatnya kurang memenuhi standar praktikum iklim. Kondisi lingkungan
Agrotechno Park Universitas Jember memiliki kondisi lingkungan yang jauh dari
lingkungan luar dan tempatnya memadai terhindar adanya pepohonan yang
menutupi alat- alat iklim.

4.2 Hasil Data Tabel

Data pengamatan Easy Weather disajikan pada Lampiran 1 untuk Stasiun


Iklim FTP. Berikut merupakan hasil rekapitulasi data selama dua minggu dapat
dilihat pada gambar dibawah ini.

Tabel 4.1 Pengamatan Suhu Bola Kering danSuhu Bola Basah


Pengamatan Suhu Bola Kering dan Suhu Bola Basah
Data dan Waktu Pengamatan
RH Harian
Hari Tanggal 07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB
T. Kering T. Basah RH (%) T. Kering T. Basah RH (%) T. Kering T. Basah RH (%) (%)
Rabu 22-Mar-17 24 24 100 28,5 26,5 92,98 27 26 96,30 97,32
Kamis 23-Mar-17 26 25,5 98,08 27 24,5 90,74 24,5 24,5 100 96,72
Jumat 24-Mar-17 25 25 100 29,5 27,5 93,22 25 25 100 98,31
Sabtu 25-Mar-17 24 24 100 31 26 83,87 25 25 100 95,97
Minggu 26-Mar-17 24,5 24,3 99,18 27,5 25,5 92,73 26,5 25,5 96,23 96,83
Senin 27-Mar-17 24,5 24 97,96 25,5 23 90,20 26 25 96,15 95,57
Selasa 28-Mar-17 25,5 24 94,12 30 25 83,33 27,3 25,5 93,41 91,24
Rabu 29-Mar-17 25,5 24,5 96,08 28 25 89,29 26 25,5 98,08 94,88
Kamis 30-Mar-17
Jumat 31-Mar-17
Sabtu 01-Apr-17
Minggu 02-Apr-17
Senin 03-Apr-17
Selasa 04-Apr-17

Tabel 4.1 pengamatan suhu bola kering dan suhu bola basah menunjukkan
bahwa diperoleh data suhu bola kering, bola basah, dan nilai RH. Nilai RH pada
tabel mempunyai nilai tertinggi pada pengamatan tanggal 24 Maret 2017 sebesar
98,31% dari tabel juga menunujukkan nilai RH pada pukul 07.30 cenderung
memiliki nilai RH lebih tinggi daripada nilai RH pada pukul 13.30 dan 17.30. Hal
ini terjadi disebabkan adanya pengaruh sinar matahari yang biasanya terjadi pada
pukul 13.30 paling tingi dibandingkan yang lain.

Tabel 4.2 Suhu, Curah Hujan,dan Laju Evaporasi


Temperatur Curah Laju
Data dan Waktu Pengamatan Hujan (mm) Evaporasi (mm)
Hari Tanggal Rata-rata
07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB 06.30 WIB 06.30 WIB
Rabu 22-Mar-17 26 30 28 27,50 0 0
Kamis 23-Mar-17 28 28,5 26 27,63 0,89 0
Jumat 24-Mar-17 27 31 26 27,75 8,06 28,6
Sabtu 25-Mar-17 26 33 26 27,75 0 0,6
Minggu 26-Mar-17 25,5 35 35,5 30,38 36,5 26
Senin 27-Mar-17 27 30 27,5 27,88 3 4,8
Selasa 28-Mar-17 30 33 29 30,50 0 0,48
Rabu 29-Mar-17 27 29 27 27,50 0 2,8
Kamis 30-Mar-17
Jumat 31-Mar-17
Sabtu 01-Apr-17
Minggu 02-Apr-17
Senin 03-Apr-17
Selasa 04-Apr-17

Grafik 4.2 Temperatur menunjukkan nilai tertinggi pada tanggal 28 Maret 2017
dengan nilai 27,125 ᵒC dan nilai terendah pada tanggal 22 Maret 2017 dengan
nilai 30,50ᵒC.Hasil curah hujan tertinggipada tanggal 26 Maret 2017 dan
evaporasi pada tanggal 24 Maret 2017. Hal ini diakibatkan oleh intensitas yang
berbeda setiap harinya.

Tabel 4.3 Suhu Maksimum dan Minimum


Suhu Maksimum Minimum
Maksimum Minimum Rata-rata
Hari Tanggal
07.30 WIB 07.30 WIB
Rabu 22-Mar-17
Kamis 23-Mar-17 29 24 26,5
Jumat 24-Mar-17 29 24 26,5
Sabtu 25-Mar-17 29 24 26,5
Minggu 26-Mar-17 30,5 24,5 27,5
Senin 27-Mar-17 31 24 27,5
Selasa 28-Mar-17 31 24 27,5
Rabu 29-Mar-17 31 24,5 27,75
Kamis 30-Mar-17
Jumat 31-Mar-17
Sabtu 01-Apr-17
Minggu 02-Apr-17
Senin 03-Apr-17
Selasa 04-Apr-17
Hasil Tabel 4.3 data suhu maksimum dan minimum. Suhu maksimum
tertinggi pada hari senin-rabu sebesar 31°C dan suhu minimum tertinggi pada hari
minggu dan rabudengan nilai sebesar 24,5°C. Dari hasil nilai suhu maksimum dan
minimum mendapatkan nilai rata- rata dengan hasil tertinggi yaitu
27,75°C.Perbedaan disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi penyinaran
matahari, angin, dan curah hujan, sehingga akan mempengaruhi nilai suhu bola
maksimum dan minimum yang terukur pada termometer.

Tabel 4.4 Perbandingan RH


Perbandingan RH
RH Alat RH Rumus
Hari Tanggal Rata-rata Rata-rata
07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB 07.30 WIB 13.30 WIB 17.30 WIB
Rabu 22-Mar-17 100 84 92 94 100 92,98 96,30 97,32
Kamis 23-Mar-17 97 80 100 93,50 98,08 90,74 100 96,72
Jumat 24-Mar-17 100 86 100 96,50 100 93,22 100 98,31
Sabtu 25-Mar-17 100 62 100 90,50 100 83,87 100 95,97
Minggu 26-Mar-17 100 84 91 93,75 99,18 92,73 96,23 96,83
Senin 27-Mar-17 98 80 92 92 97,96 90,20 96,15 95,57
Selasa 28-Mar-17 88 65 89 82,5 94,12 83,33 93,41 91,24
Rabu 29-Mar-17 92 76 96 89 96,08 89,29 98,08 94,88
Kamis 30-Mar-17
Jumat 31-Mar-17
Sabtu 01-Apr-17
Minggu 02-Apr-17
Senin 03-Apr-17
Selasa 04-Apr-17

Hasil grafik 4.4 Perbandingan RH tertinggi pada tanggal 24 Maret 2017


yaitu dengan nilai RH menggunakan alat ambient weather sebesar 96,50 % dan
nilai RH tanpa menggunakan alat ambient weather yaitu 98,31 % hasil dari
analisis perbandingan menunjukkan bahwa tingkat ketelitian paling akurat yaitu
pada alat yang menggunakan ambient weather, sedangkan alat manual tingkat
keakuratannya kurang teliti.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Temperatur

31.00
Rata-rata Temperatur Harian
30.50
30.00
29.50
Suhu (°C)

29.00
28.50
28.00 Temperatur
27.50
27.00
22-Mar-17
21-Mar-17

23-Mar-17

24-Mar-17

25-Mar-17

26-Mar-17

27-Mar-17

28-Mar-17

29-Mar-17

30-Mar-17

waktu
(t)

Grafik 4.1Rata-rata Temperatur Harian


Berdasarkan grafik 4.1 Temperatur menunjukkan bahwa nilai suhu dari
menurun dan meningkat yang tergantung pada lingkungannya.
4.3.2 Rata-rata RH Harian

Rata - rata RH Harian


99.00
98.00
97.00
96.00
Suhu (°C)

95.00
94.00
93.00 RH Rumus Harian
92.00
91.00
90.00
25-Mar-17
21-Mar-17

22-Mar-17

23-Mar-17

24-Mar-17

26-Mar-17

27-Mar-17

28-Mar-17

29-Mar-17

30-Mar-17

Waktu (t)
Grafik 4.2. Rata- rata RH harian

Berdasarkan grafik 4.2 Suhu bola basah dan kering menunjukkan bahwa
nilai bola basah dan bola kering fluaktif hal ini dikarenakan tergnatung suhu
lingkungannya dan andanya nilai RH sampai 100% disebabkan alat bola suhu
bola kering terkena hujan dalam keadaan basah.

4.3.3 Suhu Maksimun dan Suhu Minimum


Suhu rata - rata harian Maksimum dan Suhu Minimum
27.6
27.4
Suhu (°C)

27.2
Suhu Maksimum…
27
26.8
26.6
26.4
21-Mar-17

22-Mar-17

23-Mar-17

24-Mar-17

25-Mar-17

26-Mar-17

27-Mar-17

28-Mar-17

29-Mar-17
waktu
(t)

Grafik 4.3 Suhu Maksimum dan Suhu Minimum


Berdarkan grafik menunjukkan bahwa suhu maksimum dan minimumyang
datanya didapatkan dari ambient weather, titik suhu tertinggi selama praktikum
terjadi tanggal 26 - 28 Maret 2017 dengan suhu 31oC pada stasiun Agroklimat
yang terdapat di Fakultas Teknologi Pertanian.

Kenaikan suhu terjadi menjelang pukul 14.00 WIB dan suhu akan turun jika
pada hari tersebut akan turun hujan maupun keadaan hari yang menjelang malam.
Sehingga menimbulkan beberapa dampak yang harus diperhatikan, dampak
tersebut yakni tinggi rendahnya suhu akan berpengaruh pada unsur iklim yang
lain seperti kelembaban, tekanan, dan angin. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
menurunnya nilai dari kelembaban udara dan tekanan udara. Perbedaan tekanan
pada area tersebut menyebabkan adanya angin. Perbandingan tingkat ketelitian
dari kelembapan, suhu , suhu max dan min menunjukkan bahwa tingkat ketelitian
pengukuran pada alat otomatis ambient weather.

4.3.4 Perbandingan RH
Perbandingan Rata-rata Harian RH Alat Higrometer dengan RH
100.00 Rumus

95.00
RH Rumus
RH (%)

90.00 RH Alat

85.00

80.00
21-Mar-17

22-Mar-17

23-Mar-17

24-Mar-17

25-Mar-17

26-Mar-17

27-Mar-17

28-Mar-17

29-Mar-17

30-Mar-17
waktu
(t)

Grafik 4.4 Perbandingan RH


Hasil grafik 4.4 Perbandingan RH tertinggi pada tanggal 24 Maret 2017
yaitu dengan nilai RH menggunakan alat ambient weather sebesar 96,50 % dan
nilai RH tanpa menggunakan alat ambient weather yaitu 98,31 % hasil dari
analisis perbandingan menunjukkan bahwa tingkat ketelitian paling akurat yaitu
pada alat yang menggunakan ambient weather, sedangkan alat manual tingkat
keakuratannya kurang teliti.
4.4.4 Curah Hujan dan Evaporasi

Curah Hujan dan Evaporasi


35
30
Tinggi (mm)

25
20
15
10 Curah Hujan
5
Laju Evaporasi
0
21-Mar-17

22-Mar-17

22-Mar-17

23-Mar-17

23-Mar-17

24-Mar-17

24-Mar-17

25-Mar-17

25-Mar-17
Waktu (t)

Grafik 4.5 Curah Hujan dan Evaporasi

Hasil dari curah hujan 0,89 , 8,06 dan laju evaporasi memiliki nilai 28,6 dan 0,6
didapatkan hasil dari data tersebut yaitu curah hujan berbanding terbalik dengan laju
evaporasi. Akan tetapi pada grafik tidak menunujukkan grafik berbanding terbalik hal ini
disebabkan adanya kesalahan pengamatan.

4.2 Interpretasi Alat Praktikum Klimatologi

Alat pengukur unsur klimatologi yang digunakan pada praktikum sebagai


berikut.
1) Panci evaporasi klas A dan mikrometer pancing
Alat yang digunakanuntuk mengukur laju evaporasi menggunakan
panci evaporasi kelas A. Alat pengukur laju evaporasi terdiri dari panci evaporasi
(diameter 120 cm, tinggi 25 cm), rangka yang terbuat dari beton/kayu sebagai
penyangga, tabung peredam riak untuk tempat meletakkan hook gauge, sehingga
air dalam bejana menjadi tenang dibandingkan dengan air pada panci, hook gauge
dan skala ukur digunakan untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam
panic evaporasi, sekrup pemutar batang pengukur.
Evaporasi yang diukur dengan menggunakan panci evaporasi ini
dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu udara dan
besarnya angin di tempat pengamatan.Kelebihan dari pengukuran menggunakan
mikrometer pancing adalah pengukuran lebih tepat dan cepat, sedangkan
kelemahannya yaitu bila pengamat tidak setiap hari mengembalikan muka air
dalam keadaan semula, maka nilai evaporasi menjadi lebih kecil ataupun
ketepatannya berkurang.
2) Pengukur Curah Hujan dengan ombrometer
Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan secara manual
menggunakan tipe observatorium (obs) atau sering disebut ombrometer. Curah
hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan yang tertampung
dibagi dengan luas permukaan. Alat pengukur curah hujan terdiri dari corong
berbentuk kerucut terbalik yang diletakkan di atas bagian dalam tabung
penampung air hujan, tabung penampung sebagai penampung air hujan yang
diterima. Alat ini dipasang dengan ketinggian sekitar 120 cm dari permukaan
tanah, dan posisi alat tegak lurus dan datar atau rata air. Ombrometer ini
digunakan untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh dan masuk kedalam
corong penakar curah hujan tersebut dalam periode waktu 24 jam. Jumlah curah
hujan yang terukur dinyatakan dalam satuan mm (milimeter).
3) Pengukur Suhu dengan termometer air raksa
Termometer air raksa yaitu alat yang digunakan untuk mengukur suhu
udara sesaat. Alat pengukur suhu terdiri dari tabung termometer yang terbuat dari
kaca yang akan diisi dengan air raksa dan pipa kapiler sebagai alat penunjuk skala
dari suhu tersebut. Termometer ini diletakkan ditembok atau diletakkan digelas.
4) Pengukur Suhu dan kelembaban udara dengan higrometer
Mengukur suhu dan kelembapan udara yaitu alat higrometer. Alat
pengukur suhu dan kelembaban udara terdiri dari termometer bola basah,
termometer bola kering dan alat pegukur kelembaban digunakan untuk mengukur
RH berdasarkan suhu bola kering dan bola basah yang didapatkan.Kelebihan dari
alat ini yaitu data tersebut dicatat oleh instrument yang dapat mengoreksi data
yang dihasilkan dari termometer basah dan kering sehingga lebih tepat, sedangkan
kekurangan alat tersebut yaitu tidak begitu teliti dalam memberikan hasil
pengukuran.Hal ini disebabkan adanya pengaruh luar.
4.3Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketelitian

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian data hasil pengukuran yaitu


lamanya penyinaran matahari, ada atau tidaknya awan, dan intensitas hujan dan
ketelitian praktikan dalam mengamati alat praktikum yang akan berpengaruh
terhadap nilai suhu dan kelembaban udara, jarak stasiun praktikum yang jauh dari
gangguan luar. Beberapa faktor di atas akan berpengaruh terhadap nilai hasil
pengukuran.
BAB 5.KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dapat menentukan rata-rata curah hujan, suhu, kelembaban, dan evaporasi


pada daerah tersebut dengan kurun waktu 5 hari dari tanggal 23 Maret –
25 Maret 2017.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketelitian alat yang meliputi : lamanya
penyinaran matahari, ada atau tidaknya awan, dan intensitas hujan dan
ketelitian praktikan dalam mengamati alat praktikum
3. Dari data diatas kita dapat menentukan nilai rata-rata curah hujan, suhu,
kelembaban, dan evaporasi yang terjadi dalam 1 hari.
5.2 Saran

1. Lokasi praktikum yang kurang mendukung karena terhalangi oleh


pepohonan sebaiknya lokasi tidak terhalang pepohonan maupun gedung yang
tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. 1995.Teknologi Rekayasa Surya. Bandung : Pradnya Paramita.

Azlina maya dan Tamba Takdir. Tanpa Tahun. PEMBUATAN ALAT UKUR
KECEPATAN ANGIN DAN PENUNJUK ARAH ANGIN
BERBASIS MIKROKONTROLLER AT-MEGA 8535. Sumatra Utara :
Universitas Sumatra Utara.

Anonymous.https://retnowulandari310.files.wordpress.com/2013/12/hubungan-
kelembabansuhu-dan-kapasitas-udara.docx.[21 Maret 2017].

AnonymouS.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29237/4/Chapter%2
0II.pdf.[20 Maret 2017].

Handoko. 1993. Klimatologi Dasar. Jakarta; PT DUNIA PUSTAKA JAYA.


Kartasapoetra, G. 2012. Klimatologi Pengaruh Iklim. Bumi Aksara: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai