2018
Damayanthy, Kiki
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3707
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS INDEKS GLIKEMIK BOLU LABU KUNING
(CUCURBITA MOSCHATA) MENGGUNAKAN PEMANIS
GULA MERAH KELAPA (COCOS NUCIFERA LINN)
SEBAGAI PANGAN DIET UNTUK PENDERITA
DIABETES MELITUS
SKRIPSI
OLEH
KIKI DAMAYANTHY
NIM : 131000313
OLEH
KIKI DAMAYANTHY
NIM : 131000313
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis
Pemanis Gula Merah Kelapa (Cocos Nucifera Linn) Sebagai Pangan Diet
Untuk Penderita Diabetes Melitus” beserta seluruh isinya adalah benar karya
saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-
cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap apa bila kemungkinan ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak
Kiki Damayanthy
NIM.131000313
Salah satu upaya pengendalian kadar glukosa darah pada penderita diabetes
melitus agar senantiasa dalam batas normal yaitu dengan cara mengkonsumsi
makanan yang mengandung indeks glikemik rendah. Untuk membantu penderita
diabetes melitus dalam memilih makanan, maka diperlukan kajian yang melihat
nilai indeks glikemik di dalam makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai indeks glikemik bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah
kelapa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan One Shot
Case Study. Untuk mengetahui nilai indeks glikemik diperlukan subjek sebanyak 8
orang, kemudian subjek diambil darahnya menggunakan alat Autocheck setiap 15
menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada jam ke-2 setelah pemberian pangan
acuan berupa roti tawar dan pangan uji bolu labu kuning. Pemeriksaan kandungan
gizi bolu labu kuning di lakukan di Laboratorium Balai Standarisasi Industri
Medan. Uji organoleptik di lakukan di Laboratorium Gizi Kesehatan Masyarakat
oleh 30 orang panelis yaitu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.
Berdasarkan hasil analisis kandungan gizi, bolu labu kuning mengandung
6,10% protein, 4,38% lemak total, 26,7% karbohidrat dan 3,41% serat kasar. Hasil
uji organoleptik bolu labu kuning secara umum tergolong di sukai oleh panelis.
Berdasarkan hasil perhitungan luas area dibawah kurva, bolu labu kuning memiliki
nilai indeks glikemik 64% yang termasuk dalam kategori nilai indeks glikemik
sedang (55-70), dan berdasarkan perkiraan per sajian bolu labu kuning seberat 60
gram memiliki beban glikemik yang rendah yaitu 10,25.
Bolu labu kuning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk
makanan selingan penderita diabetes melitus tetapi dengan porsi yang tepat sesuai
dengan kebutuhan energi per hari.
Kata Kunci : Indeks Glikemik, Bolu Labu Kuning, Gula Merah Kelapa,
Kandungan Gizi, Diabetes Melitus.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas SumateraUtara. Skripsi ini berjudul: “Analisis Indeks
Glikemik Bolu Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Menggunakan Pemanis
Gula Merah Kelapa (Cocos Nucifera Linn) sebagai Pangan Diet untuk
Penderita Diabetes Melitus.” Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan
penulisan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dan hambatan, namun berkat
bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
banyak kelemahan serta kekurangan-kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan
datang.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I dan Ketua
4. Dra. Jumirah. Apt. M.Kes, sebagai Dosen Pembimbing II, terima kasih atas
atas bimbingan dan dukungan Ibu kepada penulis selama penulisan skripsi.
6. Ernawati Nasution, S.K.M. M.Kes, sebagai Dosen Penguji II, terima kasih atas
7. Ir. Etty Sudaryati, M.K.M., Ph.D, selaku Dosen Penasehat Akademik selama
8. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
9. Kepada orang tua yang paling saya sayangi dan cintai yang selalu mendoakan,
10. Kepada kakak dan adik tersayang Beby Syafriani dan Riski Setiawan yang telah
11. Kepada sahabat seperjuangan akademik sampai dengan selesai, Sri Mei
Suzannah Nst, Siska Anggraini, Laila Fitriana Dewi, Chairunnisa dan Deani
Rahma Suri Admaja yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada
penulis.
12. Kepada sahabat karib Citra Anggraini dan Rizka Melva Batu Bara yang telah
Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua,
yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang.
Senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, izin kebebasan belajar sehingga
memberi pengajaran berarti dalam hidup ini.
Kiki Damayanthy
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
10
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Kandungan Zat Gizi pada Bolu Labu Kuning Menggunakan
Pemanis Gula Merah Kelapa ...................................................................... 60
5.2 Indeks Glikemik Bolu Labu Kuning .......................................................... 63
5.3 Analisis Organoleptik Bolu Labu Kuning.................................................. 67
11
12
Tabel 2.1 Nilai Indeks Glikemik Beberapa Produk Pangan dan Olahannya ........9
Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Labu Kuning per 100g Bahan ............................17
Tabel 2.3 Perbandingan Mineral Makro dan Mikro Pada Gula Merah Kelapa
dan Gula Pasir .....................................................................................20
Tabel 2.4 Komposisi bahan-bahan resep standar bolu labu kuning ...................21
Tabel 3.1 Komposisi bolu labu kuning...............................................................33
Tabel 4.2 Kandungan Karbohidrat, Protein, Lemak Total dan Serat Kasar
pada Bolu Labu Kuning yang Menggunakan Pemanis
Gula Merah Kelapa ............................................................................49
Tabel 4.3 Jumlah Pangan Uji Setara dengan 50gr Karbohidrat .........................49
Tabel 4.5 Respons Glukosa Darah terhadap Bolu Labu Kuning .......................51
Tabel 4.10 Hasil Analisis Organoleptik pada Rasa Bolu Labu Kuning ...............57
Tabel 4.11 Hasil Analisis Organoleptik pada Aroma Bolu Labu Kuning ............58
Tabel 4.12 Hasil Analisis Organoleptik Tekstur Bolu Labu Kuning ...................58
Tabel 4.13 Hasil Analisis Organoleptik Warna Bolu Labu Kuning .....................59
13
Gambar 3.1 Pola Rancangan Penelitian One Shot Case Study ..........................30
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pembuatan Puree Labu Kuning ....................35
Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Bolu Labu Kuning yang
Menggunakan Pemanis Gula Merah Kelapa ..................................36
Gambar 3.4 Bagan Alur Proses Uji Glikemik Bolu Labu Kuning .....................45
Gambar 4.2 Kurva Respon Glukosa Darah Terhadap Roti Tawar dan Bolu
Labu Kuning ...................................................................................52
Gambar 4.3 Kurva Perhitungan Interval Roti Tawar .........................................53
14
15
September 1994 dari pasangan Bapak Darmansyah yang bersuku Melayu dan Ibu
Nuraini yang bersuku Melayu dan menganut agama Islam. Penulis merupakan anak
Tanjung Tiram, kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMP
Negeri 1 Tanjung Tiram, dan tamat pada tahun 2010. Penulis melanjutkan sekolah
di SMA Swasta Perguruan Taman Siswa pada tahun yang sama dan tamat pada
tahun 2013, kemudian pada tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan sarjana di
16
Saat ini penyakit Diabetes Melitus (DM) menjadi salah satu masalah besar
hidup, termasuk pola makan. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007
dan 2013 menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus pada penduduk usia >
kondisi hiperglikemia, yaitu keadaan dimana kadar gula darah seseorang berada
diatas batas normal. Penyakit DM ditandai apabila kadar glukosa dalam darah saat
puasa >126 mg/dl, atau kadar gula darah sewaktunya >200 mg/dl. Hiperglikemia
pankreas, serta perubahan fungsi kognitif pada lansia, khususnya pada penderita
DM tipe 2. Pencegahan penyakit diabetes melitus dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu secara primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan secara primer bertujuan
17
penderita DM agar senantiasa dalam batas yang normal. Penatalaksanaan diet yang
bagi pasien DM yang menggunakan obat oral, suntikan insulin maupun yang tanpa
Salah satu upaya pengendalian kadar glukosa darah agar senantiasa dalam
glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan atau secara
sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan menurut efeknya
pada sejumlah hasil penelitian sebagai acuan dan pertimbangan dalam penyusunan
ini banyak orang non diabetes mellitus juga menggunakan indeks glikemik sebagai
cara memilih makanan untuk kesehatan, penurunan berat badan, dan tampilan fisik
Diet bagi penderita diabetes adalah dapat memilih makanan yang tidak
cepat (fast release) menaikkan glukosa darah dan memiliki nilai indeks glikemik
yang rendah. Untuk itu perlu dibuat makanan yang memiliki nilai indeks glikemik
rendah salah satunya seperti bolu labu kuning yang menggunakan gula merah
18
dikenal sebagai produk pangan yang tinggi indeks glikemik. Dengan nilai indeks
glikemik yang tinggi pangan tersebut dicerna sangat cepat oleh tubuh yang pada
akhirnya dapat memicu kenaikan kadar glukosa darah, namun penggunaan oatmeal
Menurut Bowers (2005), kualitas dan kuantitas protein pada oat lebih besar
daripada gandum dan biji-bijian lain. Satu ons oat flakes memiliki kandungan dua
kali protein dari wheat flakes atau corn flakes, oatmeal sering dipakai sebagai
bahan mentah untuk pembuatan berbagai macam produk makanan seperti kue, roti,
biskuit, makanan ringan (snack), minuman dan sereal untuk sarapan pagi.
Inovasi pembuatan bolu dengan menggunakan bahan baku labu kuning bisa
dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus. Labu kuning selama ini banyak
digunakan sebagai kolak dan sayuran, namun saat ini sudah ada toko roti yang
menjual bolu dari labu kuning. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rahmi et
al.,(2011), labu kuning dapat juga digunakan sebagai sumber pewarna makanan
kandungan kalorinya yang sangat rendah dan vit A nya yang tinggi,
berpotensi memiliki nilai indseks glikemik yang rendah, dimana setiap 100 gram
labu kuning mengandung energi 29 kkal, protein 1,1 gram, lemak 0,3 gram,
19
mengandung karoten (pro vitamin A) cukup tinggi, serta dapat memberikan warna
menarik dalam olahan pangan lainnya, tetapi sejauh ini pemanfaatannya belum
pembuatan bolu labu kuning dikarenakan gula merah kelapa yang mempunyai
manfaat yang baik dibandingkan dengan gula pasir dan gula aren karena indeks
glikemik gula kelapa lebih rendah dibandingkan dengan indeks glikemik gula pasir
dan gula aren. Indeks glikemik gula aren sebesar 70 (Olga Salim, 2013), indeks
glikemik gula kelapa ± 35, sedangkan gula pasir indeks glikemiknya ± 65 sehingga
gula merah kelapa aman untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus
(Trinidad, 2012).
(2015) formula biscuit labu kuning dengan perbandingan tepung labu kuning 120
g dan terigu 380 g mampu menurunkan kenaikan gula darah hingga 23,50 mg/dl
pasca konsumsinya.
dengan hasil nilai indeks glikemik cookies labu kuning dengan chocochips sebesar
62, tanpa chocochips 64 dan lebih rendah dibandingkan dengan cookies komersil
yaitu 73. Cookies labu kuning yang dihasilkan tergolong di dalam bahan pangan
20
makanan yang memiliki nilai indeks glikemik rendah sehingga aman untuk
dikonsumsi oleh penderita diabetes mellitus dan non diabetes mellitus. Selain itu,
bolu berbahan baku labu kuning dapat menambah keanekaragaman pangan dan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai indeks glikemik bolu
labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah kelapa sebagai pangan
21
labu kuning.
bahan pangan olahan bolu labu kuning menggunakan pemanis gula merah
kelapa.
3. Bahan pangan olahan berupa bolu labu kuning menggunakan pemanis gula
merah kelapa jika memiliki nilai indeks glikemik rendah dapat dikonsumsi
glukosa darah.
22
Konsep indeks glikemik pertama kali dikembangkan pada tahun 1981 oleh
Dr. David Jenkins, seorang Profesor Gizi pada Universitas Toronto, Kanada.
pengaruh yang sama pada kadar gula darah. Jenkins adalah peneliti yang pertama
dibawah kurva respon glukosa darah dari 50g karbohidrat dari makanan uji yang
dinyatakan sebagai persen terhadap 50g karbohidrat dari makanan standar yang
diambil dari subyek yang sama. Indeks glikemik merupakan respons kadar gula
dengan jumlah yang setara. Nilai indeks glikemik dikembangkan untuk membantu
di bawah kurva respons glikemik pangan uji dengan luas area dibawah kurva
respons glikemik pangan acuan. Kurva respons glikemik pangan diperoleh dari data
pengukuran kadar glukosa darah subyek setelah makan dengan interval 30 menit.
Kurva akan menggambarkan efek glikemik dari pangan, yaitu ukuran seberapa
cepat dan seberapa tinggi kadar glukosa darah naik, dan seberapa cepat tubuh
23
Konsep indeks glikemik disusun untuk semua orang yaitu orang yang sehat,
penderita diabetes memilih jenis karbohidrat yang tepat untuk mengendalikan gula
darahnya sehingga kadar gula darah dapat dikontrol pada tingkat yang aman
(Rimbawan dan Siagian, 2004). Selain itu, indeks glikemik juga dapat membantu
orang yang sedang berusaha menurunkan berat tubuh dengan cara memilih
makanan yang cepat mengenyangkan dan tahan lama. Serta indeks glikemik
membantu seorang atlet memilih makanan yang tepat untuk menunjang penampilan
menurut jenis olahraga yang ditekuninya (Miller et al., 1996 dalam Rimbawan dan
Siagian, 2004).
yaitu kategori pangan IG rendah (IG<55), IG sedang (IG = 55-70), dan IG tinggi
yang memiliki indeks glikemik rendah berada pada kebanyakan buah-buahan dan
yang memiliki indeks glikemik sedang berada pada seluruh produk gandum, beras
lunak, jeruk, ubi jalar, nasi putih. Pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi
berada pada corn flakes, baked potato, croissant, semangka, roti putih, glukosa
(100).
24
adalah kadar serat, perbandingan amilosa dan amilopektin (Rimbawan dan Siagian
2004), daya cerna pati, kadar lemak dan protein, dan cara pengolahan (Ragnhild et
25
(Fernandes et al. 2005). Secara umum, kandungan serat pangan yang tinggi
berkontribusi pada nilai indeks glikemik yang terendah (Trinidad et al. 2010).
Pengaruh serat pada indeks glikemik pangan tergantung pada jenis seratnya.
Bila masih utuh, serat dapat bertindak sebagai penghambat fisik pada
1996).
Granula pati terdiri atas dua fraksi, yakni amilosa dan amilopektin yang
keduanya dapat dipisahkan dengan air panas. Amilosa disebut sebagai fraksi
berbeda menunjukkan bahwa kadar gula darah dan respon insulin lebih rendah
bila kadar amilopektin pangan lebih tinggi dari pada kadar amilosa, respon gula
26
Daya cerna pati adalah tingkat kemudahan suatu jenis pati untuk dihidrolisis
oleh enzim pemecah pati menjadi unit-unit yang lebih sederhana (Mercier dan
Colonna 1988). Enzim pemecah pati dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Proses pencernaan pati dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik
intrinsic, struktur matrik bahan pangan dapat menggangu akses enzim emilase.
Granula pati yang terperangkap di dalam matriks pangan lebih sulit diakses
sehingga lebih lambat dicerna. Jumlah dan ukuran pori merupakan faktor
interistik lain yang dapat memengaruhi daya cerna pati. Granula pati dari
tanaman yang berbeda dapat memiliki jumlah dan ukuran pori yang berbeda.
pada usus, jumlah pati, dan keberadaan komponen pangan lainnya seperti zat
antigizi.
diperlambat. Oleh karena itu, pangan berkadar lemak tinggi cenderung memiliki
27
rendah dapat menghasilkan banyak energi jika mengandung banyak lemak dan
konsumsi lemak tidak boleh melebihi 30% dari total energi dan total konsumsi
lemak jenuh tidak melebihi 10% dari total energi (Nisviaty 2006).
e. Proses Pengolahan
Salah satu faktor yang memengaruhi nilai indeks glikemik suatu produk
timbulnya rasa lapar. Selain itu, berbagai rasa yang ditawarkan memungkinkan kita
2004).
28
Menurut Miller, dkk, 1996 dalam Rimbawan dan Siagian 2004 prosedur
(kecuali air) selama semalam (sekitar pukul 20.00 sampai pukul 08.00 pagi
besoknya).
2. Selama dua jam pasca pemberian (atau tiga jam bila relawan menderita
pemberian), 15, 30, 45, 60, 90, dan 120 untuk diukur kadar glukosanya.
reagent.
3. Pada waktu yang berlainan, hal yang sama dilakukan dengan memberikan
pangan acuan (50g glukosa murni atau white bread) diberikan kepada
relawan. Hal ini dilakukan sebanyak 2 kali (dilakukan pada hari lain,
4. Kadar gula darah (pada setiap waktu pengaambilan sampel) ditebar pada
dua sumbu, yaitu sumbu waktu (x) dan kadar gula darah (y).
kurva antara pangan yang diukur indeks glikemik nya dengan pangan acuan.
29
labu siam (Sechiumedule Sw), pare (Momordicacharantia L), dan lain-lain. Labu
kuning dikenal juga dengan nama waluh (Jawa), pumpkin (Inggris), labu parang
Tanaman labu kuning merupakan suatu jenis tanaman sayuran menjalar dari
famili Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah
berbuah akan langsung mati. Tanaman labu kuning ini telah banyak dibudidayakan
di negara-negara Afrika, Amerika, India dan Cina. Tanaman ini dapat tumbuh
didataran rendah maupun dataran tinggi. Adapun ketinggian tempat yang ideal
Waluh atau Buah Labu kuning adalah salah satu tanaman yang banyak
Tanaman ini dapat ditanam di lahan pertanian, halaman rumah atau tanah
pekarangan yang kosong dapat di manfaatkan. Intinya tanaman ini dapat ditanam
Batang labu kuning menjalar cukup kuat, bercabang banyak, berbulu agak
hijau keabu - abuan, lebar dengangaris tengah mencapai 20 cm, menyirip, ujung
agak runcing, tulang daun tampak jelas, berbulu agak halus dan agak lembek
30
1995)
Pada bagian tengah buah labu kuning terdapat biji yang diselimuti lendir
dan serat. Biji ini berbentuk pipih dengan kedua ujungnya yang meruncing. Buah
labu kuning sudah dapat dipanen pada umur 3 - 4 bulan, sementara dari jenis hibrida
Labu kuning merupakan satu dari banyak pangan tradisional yang bersifat
antidiabetik dan antihiperglikemia. Labu kuning mengandung serat larut pektin dan
senyawa bioaktif seperti protein, peptida, polisakarida, sterol, dan asam para
serum insulin, dan toleransi glukosa, sehingga menurunkan kadar glukosa darah.
/kg berat badan kelinci yang mengandung polisakarida selama 21 hari dapat
membentuk gel.
31
Daging buah labu kuning mempunyai potensi yang lebih besar untuk
Buah labu kuning mempunyai kulit yang sangat tebal dan keras, sehingga
dapat bertindak sebagai penghalang laju respirasi, keluarnya air melalui proses
awet dapat mencapai 6 bulan atau lebih, tergantung pada penyimpanannya. Namun
buah yang sudah dibelah harus segera diolah karena akan sangat mudah rusak. Hal
tersebut menjadi kendala dalam pemanfaatan labu pada skala rumah tangga sebab
labu kuning yang besar tidak dapat diolah sekaligus. (Gardjito, 2006)
dan C, mineral, serta karbohidrat namun labu kuning tidak tinggi kalori sehingga
tidak mengkhawatirkan bagi yang sedang diet rendah kalori. Dalam 100 gram labu
32
sudah diberi beberapa bahan penunjang seperti tepung terigu atau beras. Daging
Sifat labu kuning yang lunak dan mudah dicerna serta mengandung karoten (pro
vitamin A) cukup tinggi, serta dapat menambah warna menarik dalam olahan
pangan lainnya, tetapi sejauh ini pemanfaatannya belum optimal. Umumnya labu
Gula merah atau sering dikenal dengan istilah gula jawa adalah gula yang
memiliki bentuk padat dengan warna yang coklat kemerahan hingga coklat tua.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-3743-1995) gula merah atau gula
palma adalah gula yang dihasilkan dari pengolahan nira pohon palma yaitu aren
33
Nira kelapa yang dikenal di Indonesia, di negara lain mempunyai nama yang
berbeda misalnya di Philipina disebut tuba, sedangkan di India, Sri Lanka dan
Malaysia disebut toddy. Nira ini diperoleh dengan menyadap mayang yang belum
membuka. Satu buah mayang dapat di sadap selama 10-35 hari. Hasil yang
Di Philipina, nira kelapa diproses untuk pembuatan cuka, anggur (tuba) dan
produk beralkohol lainnya. Sedangkan di indonesia nira kelapa dibuat menjadi gula
merah (gula jawa) di daerah Jawa dan dibuat untuk tuak (minuman beralkohol) atau
saguer di luar Jawa khususnya di Bali dan Sulawesi Utara. Pembuatan gula merah
di Jawa, dilakukan jika harga buah kelapa rendah atau dilakukan pada waktu
penghasilan petani menurun akibat tidak panen bahan makanan, karena dengan
(Suhardiyono, 1995).
Gula kelapa dibuat dari nira yang berasal dari sadapan bunga kelapa
pembuatan gula adalah pohon yang buahnya kurang. Penyadapan yang dilakukan
setiap hari sekali atau dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Bunga (manggar)
yang belum sempat membuka, diikat terlebih dahulu, ujungnya dipotong dan
dimasukkan ke dalam tabung bambu (lodong). Banyak atau sedikitnya air nira,
tergantung pada jenis kelapa, iklim, dan umur kelapa (Suhardiman, 1999).
34
cara memanaskan air nira yang telah terkumpul sampai airnya menguap dan setelah
mencapai kekentalan tertentu, kurang lebih 4 jam. Nira kental dimasukkan ke dalam
cetakan berupa tempurung kelapa atau bambu pendek-pendek. Rendemen gula rata-
rata sekitar 14% atau 1 kg gula berasal dari 7 liter air nira (Suhardiman, 1999).
Menurut Paudi (2012) khusus untuk gula merah kelapa, The Philippine
Food and Nutrition Research Institute yang melakukan penelitian mengenai indeks
glikemik pada gula palem/gula merah kelapa (coconut palm sugar), menemukan
bahwa gula merah kelapa memiliki indeks glikemik sebesar 35. Nilai indeks
glikemik ini termasuk dalam kategori rendah (< 55). Penelitian ini dilakukan pada
gula pasir yaitu 64, hampir mendekati indeks glikemik tinggi (>70). Selain nilai
indeks glikemik yang rendah, gula merah kelapa juga mengandung sejumlah zat
gizi yang tidak terdapat atau sangat sedikit terdapat dalam gula pasir.
35
Gula merah kelapa juga mengandung sejumlah asam amino dan vitamin.
Tabel berikut menggambarkan perbandingan mineral mikro dan makro pada gula
Tabel.2.3 Perbandingan Mineral Makro dan Mikro Pada Gula Merah Kelapa
dan Gula Pasir
Kandungan Mineral Gula Merah Kelapa Gula Pasir
a.Mineral Mikro mg/L(ppm) dalam
bahan kering
Boron (B) 0,30 0
Mangan (Mn) 1,3 0
Tembaga (Cu) 2,3 0,60
Seng (Zn) 21,20 1,20
Besi (Fe) 21,90 1,20
b. Mineral Makro mg/L (ppm) dalam
bahan kering
Kalsium (Ca) 60 60
Belerang (S) 260 20
Magnesium (Mg) 290 10
Natrium (Na) 450 10
Fosfor (P) 790 0,70
Nitrogen (N) 2,020 0
Klorin (CI) 4,700 100
Kalium (K) 10,300 25
Sumber :(Paudi, 2012)
Bolu adalah kue berbahan daasar tepung (umumnya tepung terigu, gula,
telur). Kue bolu umumnya dimasak dengan cara dipanggang dengan oven, namun
ada juga yang dimasak dengan cara dikukus. Bolu memiliki berbagai macam jenis
salah satunya yaitu kue tart yang biasa digunakan untuk acara pesta pernikahan dan
acara hari ulang tahun serta untuk acara lainnya (Veranita, 2012).
36
tepung terlarut. Perbedaan yang paling utama antara bolu dengan produk lain adalah
pada tekstur adonan, adonan bolu memiliki tekstur yang kental (Sunaryo, 1985
Menurut Anisa (2011) bolu kukus adalah adonan kue bolu berbentuk bulat
Proses mengolah bahan yang sudah disiapkan dan ditimbang, bahan diolah
sesuai dengan langkah kerja yang telah ditentukan agar tidak terjadi kesalahan
didalam proses pembuatan bolu labu kuning. Penelitian ini menggunakan resep
Proses pembuatan bolu tersebut pada dasarnya sama saja. Perbedaannya, hanya
pada bahan utamanya yang menggunakan labu kuning. Secara garis besar bahan-
1. Labu Kuning
37
rasa manis, membantu aerasi, menjaga kelembaban, memberi warna pada kulit,
3. Oat meal
Oat meal merupakan bahan tambahan dalam pembuatan bolu labu kuning
yang dapat membantu dalam pengentalan adonan dan membuat tekstur bolu
4. Susu Cair
Susu adalah hasil dari perternakan sapi perah. Susu dibedakan menjadi full
cream (kadar lemak belum dihilangkan), half cream (50% kadar lemak
produk cake adalah memberi hasil produksi cake yang lebih baik,
mempertahankan kualitas, memberi rasa yang lebih enak, memberi warna atau
bentuk yang lebih baik, mengandung nilai gizi yang lebih tinggi, menambah
dan susu banyak dipakai untuk membuat saus, pudding, bread, ice cream, dan
dessert.
5. Telur
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa lezat,
mudah dicerna dan bergizi tinggi. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12%,
serta vitamin dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuning
telurnya.Dalam pembuatan kue telur yang biasa digunakan adalah telur ayam.
38
segar dan kuning telurnya masih utuh dan berada ditengah-tengah putih telur
dan kental, jika dipecahkan warnanya kuning dan tidak kusam. Adapun fungsi
Telur merupakan bahan yang harus ada dalam pembuatan roti dan
6. Cake Emulsifier
Cake emulsifier adalah zat penstabil adonan cake agar adonan tidak mudah
turun pada saat pengocokan dan hasil akhir cake menjadi lebih lembut dan tahan
lama. Karena dengan menambahkan cake emulsifier, telur yang digunakan tidak
28, TBM, Ovalet, SP, Quick, dan lain-lain. Semuanya mempunyai fungsi yang
adonan.Karena cake dibuat dari aneka bahan, yaitu bahan cair (telur), padat
(gula, tepung) dan lemak (bisa padat atau cair) maka diperlukan bahan yang
39
7. Baking Powder
“eating quality”, memper baiki warna crumb (lebih cerah). Baking powder
biasanya bereaksi pada saat pengocokkan dan akan bereaksi cepat apabila
berikut :
1. Pengadukan
kental.
2. Pencampuran
dahulu, garam, baking powder, dan gula merah kelapa dengan kecepatan rendah
40
3. Pencetakan
4. Pengukusan
kukus adonan yang sudah dalam cetakan ke dalam dandang panas selama 15-
20 menit.
5. Penirisan
Mengangkat bolu kukus yang sudah jadi, agar tidak terkena tetesan dari
tutup dandang.
dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir, diet
terutama pada DM Tipe-2. Peran diet jelas sekali terutama pada pasien gemuk yang
dan sudah berjalan selama 25 tahun. Diet standar di Indonesia tetap sama dengan
Indonesia 60-70% dan lemak 20-25%. Dengan diet standar di Indonesia ternyata
41
(FKUI, 2002)
Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes (Fakultas Kedokteran UI, 2002)
adalah :
normal
a. Karbohidrat
bahwa diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak lebih unggul daripada diet
yang tidak terlalu berat, apalagi penderita diabetes yang gemuk. Penelitian-
meningkat sesuai dengan cara hidup modern yang meniru cara hidup barat yaitu
42
Karbohidrat jenis refined yang terdapat pada produk bakery seperti roti halus,
cake dll. Cepat sekali diserap dan akan meningkatkan kadar glukosa darah.
Setelah dilakukan berbagai penelitian lain ternyata bahwa meskipun diet itu
disertai dengan tinggi serat itu ternyata kadar kolesterol dan trigliserida juga
menjadi baik.
b. Protein
proteogenesis, dengan catatan 50% dari padanya harus berasal dari protein
hewani.
c. Lemak
karena itu diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak sangat baik untuk penderita
lemak jangan lebih dari 30% dan kolesterol kurang dari 300 mg/hari.
d. Serat
secara fisis dapat dijumpai dalam dua bentuk yaitu yang larut dan ada yang tidak
43
penderita diabetes melitus adalah memberikan cara mudah untuk memilih makanan
yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis. Dengan diketahuinya indeks
glikemik pangan tunggal, campuran, dan pangan olahan maka penderita diabetes
secara mandiri dengan mudah dapat memilih makanan yang tidak cepat menaikkan
kadar gula darah (makanan dengan indeks glikemik rendah) (Rimbawan & Siagian,
2004).
hanya bermanfaat pada penangan penderita diabetes, tetapi juga berperan mencegah
biji-bijian (IG rendah) berkaitan dengan penurunan resiko menderita diabetes tipe
2 pada pria.
44
Indeks Glikemik
Bolu Labu Kuning yang
Menggunakan
pemanis Gula Kandungan Gizi
Merah Kelapa - Lemak
- Karbohidrat
- Protein
- Serat
45
METODE PENELITIAN
Eksperimen dengan rancangan penelitian One Shot Case Study dimana terhadap
X Y
Keterangan :
X :Eksperimen/perlakuan pemberian pangan acuan (Roti tawar) dan
pangan uji(bolu labu kuning) kepada subjek.
Y :Pengukuran kadar glukosa darah subjek setelah pemberian pangan
acuan roti tawar dan pangan uji bolu labu kuning kepada subjek
dengan rentang waktu 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120 (menit).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pembuatan bolu yang terbuat dari labu kuning dan gula merah kelapa
sebagai pemanis dilakukan di kos peneliti (Jl. Dr. Mansyur gg Sipirok Baru
Kelurahan Padang Bulan Selayang No. 18). Pemberian pangan uji dan pangan
permukaan kulit dengan menggunakan lancet (alat penusuk) khusus untuk dilihat
46
secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Subyek adalah
laki-laki dan perempuan, berumur 18-30 tahun (Soh & Miller, 2006 dalam
kg/m2(WHO Asia Pasifik, 2000 dalam Septiyani, 2012), dalam keadaan sehat,
tidak memiliki riwayat DM, tidak sedang mengalami gangguan pencernaan, tidak
sedang menjalani pengobatan (Lee, 2009 dalam Septiyani, 2012). Jumlah subyek
penelitian, yaitu subyek diharuskan puasa ± 10 jam (kecuali air), sampel darah
finger-prick capillary blood diambil pada menit ke 0 (saat subyek masih puasa dan
uji/acuan dan sampel darah subyek diambil kembali pada menit ke-15, 30, 45, 60,
90, 120 setelah pemberian pangan uji/acuan. Subyek juga diminta untuk
penelitian.
Obyek penelitian ini adalah bolu labu kuning dengan menggunakan gula merah
kelapa sebagai pemanis. Penggunaan bahan di dalam eksperimen ini dipilih bahan
47
kadarluarsa.
1. Nilai indeks glikemik bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula
merah kelapa.
2. Data diri subjek yang harus memenuhi persyaratan yang diperoleh dengan
cara wawancara.
3. Data kandungan gizi bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula
merah kelapa.
3.5.1 Alat
3.5.2 Bahan
48
dengan glukosa murni.Selain itu juga karena roti tawar lebih mencerminkan
mekanisme fisiologis dan metabolic dari pada glukosa murni (Miller et al, 1997
Bolu labu kuning merupakan pangan uji dalam penelitian ini, komposisi
bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah kelapa adalah :
1. Indeks glikemik adalah respon glukosa darah tubuh subjek terhadap pangan
uji berupa bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah kelapa.
49
kalori.
3. Gula merah kelapa adalah dibuat dari nira yang berasal dari sadapan bunga
5. Bolu labu kuning adalah labu kuning , gula merah kelapa, susu cair rendah
lemak, oat meal instant, telur, emulsifier, baking powder yang dibuat
labu kuning diperoleh dari proses penghancuran atau pureeing yang dikukus
terlebih dahulu. Langkah awal dalam pembuatan puree labu kuning adalah
Damayanti,2007).
50
Pengupasan
↓
Pemotongan
↓
Pengukusan ± 15 menit
↓
Penghancuran/penghalusan
↓
Puree labu kuning
Gambar 3.2 Diagram alir proses pembuatan puree labu kuning
Sumber :Widayati Eti dan Widya Pemot Damayanti, (2007)
Bahan pembuat bolu labu kuning terdiri dari labu kuning, gula merah
kelapa, oat meal, telur, susu cair rendah lemak, garam, emulsifier dan baking
powder. Bolu labu kuning dibuat dengan cara, pertama penimbangan bahan-
agar tekstur labu kuning menjadi lebih lembut. Didalam wadah terpisah campur
susu dan labu kuning yang telah dihaluskan, aduk rata. Kemudian telur dan
emulsifier di mixer dengan kecepatan tinggi hingga berwarna putih pucat dan
berbentuk krim, lalu masukkan gula merah kelapa kedalam adonan telur yang
sudah mengembang. Masukkan oat meal yang telah di blander menjadi tepung
lalu labu kuning yang telah tercampur susu dan baking powder secara
bergantian sedikit demi sedikit, lalu mixer kembali dengan kecepatan rendah,
51
cetakan yang telah diberi paper cup, tahap akhir adonan bolu labu kuning
Penimbangan
Susu
Baking powder.
Analisis zat gizi yang dilakukan berupa analisa protein, lemak, karbohidrat serta
kadar serat. Analisa proksimat ini dilakukan untuk mengetahui berat bolu labu
kuning menggunakan gula merah kelapa sebagai pemanis yang harus disajikan.
Sejumlah kecil sampel (1-2 gram) ditimbang dan dimasukkan dalam labu
52
H3BO3 dan 2 tetes indikator (campuran 2 bagian merah metal 0.2% dalam
alkohol dan 1 bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol) diletakkan dibawah
dengan HCL 0.02 N sampai terjadi perubahan warna. Penetapan untuk blanko
juga dilakukan dengan cara yang sama. Perhitungan kadar protein dilakukan
Labu lemak yang akan digunakan dikeringkan dalam oven bersuhu 100-
dimasukkan ke dalam alat ekstraksi (soxhlet), yang telah berisi pelarut (dietil
eter atau heksana). Refluks dilakukan selama 5 jam (minimum) dan pelarut
yang ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya labu lemak berisi lemak
hasil eksraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 100oC hingga beratnya
53
labu ukur 250 ml larutan luff dan 15 ml air didihkan selama tepat 10
Perhitungan:
Whatman 42 yang telah diketahui bobotnya. Setelah disaring, lalu sampel dicuci
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC dan ditimbang sampai bobot konstan.
54
Keterangan:
suka/tidaknya terhadap suatu produk. Uji hedonic adalah pengujian yang dilakukan
hedonic sembilan titik sebagai acuan, namun mempermudah panelis dan peneliti
skala ini di perkecil menjadi 3 tingkatan dengan skor yang paling rendah adalah 1
3.9.1 Panelis
yang digunakan untuk menguji kesukaan pada suatu prodak yaitu bolu labu
1. Peneliti menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, seperti formulir uji
organoleptik, air mineral dan bolu labu kuning yang akan di uji tingkat
kesukaannya.
55
kapasitas laboratorium.
seperti menjelaskan kepada panelis untuk minum air mineral terlebih dahulu
sebelum dan sesudah mencicipi bolu sebagai penetral rasa pada mulut.
panelis.
Dalam penelitian ini panelis mengemukakan responnya yang berupa suka atau
tidak sukanya terhadap bolu labu kuning hasil eksperimen. Pada pengujian
organoleptik inimenggunakan skala hedonik dengan tiga (3) kriteria kesukaan dan
Rasa Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Tekstur Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
Aroma Suka 3
Kurang Suka 2
Tidak Suka 1
56
digunakan untuk mengkaji reaksi panelis terhadap suatu bahan yang diujikan.
kualitatif persentase yaitu kualitatif yang diperoleh dari panelis harus dianalisis
dahulu untuk dijadikan data kuantitatif. Skor nilai untuk mendapatkan persentase
% = n/N x 100
Keterangan :
% = skor persentase
analisisnya sama dengan analisis kualitatif dengan nilai yang berbeda, yaitu sebagai
berikut :
= 30 x 3 = 90
57
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
c. Persentase maksimum = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100%
90
= 90 𝑥100% = 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚
d. Persentase minimum = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100%
30
= 90 𝑥 100% = 100%
= 66,7% : 3 = 22,2%
area dibawah kurva respon glukosa darah terhadap pangan uji dibandingkan dengan
luas area dibawah kurva respon glukosa darah terhadap pangan acuan.Pengukuran
Sampel darah diperoleh dari permukaan kulit setelah sedikit diperlukan luka kecil
pembuluh kapiler subyek disentuhkan pada celah sensor di ujung strip uji yang telah
58
diujung strip uji yang telah terpasang pada detector digital, kadar glukosa darah
dapat terbaca. Hal ini terjadi karena celah sensor pada strip uji glukosa berisi
reagent berupa enzim glukose oksidase. Enzim tersebut akan direoksidasi oleh ion
dengan konsentrasi glukosa dalam sampel (Barkit et al., 2003 dalam Hasan 2011).
Prosedur pengukuran indeks glikemik mengacu pada Miller, et al., 1996 dalam
(kecuali air putih) mulai pukul 22.00-08.00 WIB dan pagi harinya sebelum
jam 08.00 WIB subjek yang bertindak sebagai relawan harus berada di
tempat penelitian.
b. Subyek yang masih dalam keadaan masih berpuasa kemudian diambil darah
karbohidrat.
d. Sampel darah subyek diambil setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30
menit pada jam ke-2 (menit 15, 30, 45, 60, 90, dan ke 120)dan diukur kadar
59
e. Tiga hari kemudian dilakukan pengujian pangan uji berupa bolu labu kuning
yang menggunakan pemanis gula merah kelapa dengan prosedur yang sama
f. Data kadar gula darah (pada setiap waktu pengambilan sampel) diplot pada
dua sumbu, waktu dalam menit (x) dan kadar glukosa darah (y).
bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan pangan
acuan.
60
8 subjek terpilih
Pemberian penjelasan
mengenai
prosedur uji
Indeks Glikemik
Pengisian informed consent
Data hasil respon glukosa darah subyek pada setiap waktu pengambilan
dirata ratakan kemudian ditebarkan dalam sumbu x (waktu) dan sumbu y (kadar
sebuah kurva yang menunjukkan respons glukosa darah terhadap pangan yang
sebagai berikut:
61
× 100%
Luas area di bawah kurva dapat dihitung dengan beberapa cara seperti:
integral dari persamaan polinom dan menghitung luas bangun. Perhitungan luas
daerah di bawah kurva dapat disesuaikan dengan data respons glukosa darah
luas daerah kurva sebaiknya dihitung secara manual dengan cara menarik garis
sehingga kurva membentuk luas bangun. Luas area dibawah kurva diperoleh
Data yang dikumpulkan, disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif.
62
perempuan, berumur 18-30 tahun (Soh & Miller, 2006 dalam Septiyani, 2012),
memiliki indeks massa tubuh normal antara 18,5-24,9 kg/m2 (WHO Asia Pasifik,
2000 dalam Septiyani, 2012), dalam keadaan sehat, tidak memiliki riwayat DM,
(Lee, 2009 dalam Septiyani, 2012. Karakteristik subjek dalam penelitian ini dapat
20 tahun. Berat badan rata-rata subjek 51 kg dan tinggi badan rata-rata subjek
adalah 154,3 cm. Semua subjek memiliki status gizi baik dengan rata-rata indeks
63
moschata) dan menggunakan gula merah kelapa (cocos nucifera linn) sebagai
pemanis bolu.
dihasilkan dari bolu labu kuning yaitu coklat. Rasa yang dimilki bolu labu kuning
tidak terlalu manis dibandingkan dengan bolu biasanya. Bolu labu kuning memiliki
aroma yang khas yaitu aroma kelapa yang di hasilkan dari gula merah kelapa.
4.3 Analisis Kandungan Zat Gizi pada Bolu Labu Kuning Menggunakan
Pemanis Gula Merah Kelapa
Kasar bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah kelapa yang
dianalisis di Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
64
ini dikarenakan metabolisme tubuh menusia sangat rumit sehingga sulit ditiru
(Izzati, 2015). Perhitungan untuk menentukan jumlah porsi roti tawar/putih, bolu
labu kuning yang diberikan kepada subjek yang setara dengan 50gr karbohidrat
65
mengandung 50gr karbohidrat yaitu 102,7gr, jumlah porsi bolu labu kuning yang
Pada penelitian ini, pangan yang akan dinilai indeks glikemiknya adalah
bolu labu kuning yang menggunakan pemanis gula merah kelapa dan pangan acuan
responden terhadap pemberian pangan acuan (roti putih). Respon glukosa darah
subjek terhadap pemberian pangan acuan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Pemberian roti tawar menaikkan kadar glukosa darah pada t.0’74,75 mg/dl
menjadi 99,37 mg/dl pada t.45. Pada hasil pengukuran tersebut, mengalami
66
glukosa darah yang diambil sampel darahnya terhadap pemberian pangan uji berupa
Pemberian bolu labu kuning menaikkan kadar glukosa darah pada t.0’76,25
mg/dl menjadi 103,88 mg/dl pada t.45’. Pada hasil pengukuran tersebut, mengalami
kenaikan sebesar 27,63 mg/dl. Nilai ini merupakan puncak kenaikan karena pada
Data dari hasil pengukuran glukosa darah pada subjek terhadap pangan
acuan (roti tawar/roti putih) dan pangan uji (bolu labu kuning) ditebarkan dalam
Microsoft Excell 2010. Dengan demikian, akan diperoleh sebuah kurva yang
hasil pengukuran kadar glukosa subjek, rata-rata respon glikemik subjek penelitian
67
100
Kadar Glukosa Darah mg/dL
80
60 Roti Tawar
Bolu Labu Kuning
40
20
0
0 15 30 45 60 90 120
Under the blood glucose Curve, IAUC) dengan mengabaikan area dibawah
konsentrasi puasa. Interval dapat dihtung secara manual dengan menarik garis
sehingga kurva membentuk luas area persegi panjang. Interval diperoleh dengan
dengan interval kurva pangan acuan. Nilai indeks glikemik pangan uji diperoleh
dari hasil rata-rata nilai indeks glikemik individu delapan orang subjek penelitian.
Pengukuran nilai indeks glikemik pangan uji ini menggunakan metode kertas
manual yaitu dengan menggambarkan kurva respon glukosa darah subjek pada
68
ditarik garis vertikal dan horizontal pada kurva sehingga membentuk bangunan
persegi panjang. Persegi panjang yang terbentuk memiliki sisi yang diambil dari
luar kurva dan memiliki sisi yang dibuang dari dalam kurva. Sisi persegi panjang
yang diambil dari luar kurva harus sama besar dengan sisi persegi panjang yang
dibuang dari dalam kurva. Interval roti tawar dibagi menjadi beberapa sub interval
P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8 dan P9. Perhitungan interval roti tawar dapat dilihat pada
69
diperoleh hasil perhitungan luas area roti tawar yang memiliki 9 subinterval yaitu
sebesar 1.751. perhitungan interval roti tawar ini dilakukan dengan cara melakukan
perkalian luas area persegi panjang yaitu panjang x lebar (P x L). Luas total interval
roti tawar (pangan acuan) dijadikan angka yang dibagi dalam rumus perhitungan
indeks glikemik.
masing subinterval ini dijadikan alas persegi panjang P 1, P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8,
P9, dan P10. Perhitungan interval bolu labu kuning dapat dilihat pada kurva berikut
ini:
70
Berdasarkan perhitungan interval kurva bolu labu kuning pada tabel diatas,
diperoleh hasil perhitungan luas area bolu labu kuning yang memiliki 10 subinterval
yaitu sebesar 1.135. Perhitungan interval bolu labu kuning inidilakukan dengan cara
melakukan perkalian luas area persegi panjang yaitu pangjang x lebar (P x L).
71
subjek tersebut dan dihitung indeks glikemiknya. Hasil nilai indeks glikemik
pangan uji berupa bolu labu kuning dapat dilihat pada tabel berikut:
pangan uji berupa bolu labu kuning dengan pangan acuan berupa roti tawar yang
menggunakan rumus tersebut, diperoleh hasil nilai indeks glikemik bolu labu
kuning yaitu sebesar 64%. Pada penelitian ini, pangan acuan roti tawar digunakan
sebagai pembanding luas area respons glukosa darah dalam rumus penentuan
indeks glikemik pangan uji. Dari hasil perhitungan nilai indeks glikemik, pangan
uji bolu labu kuning dikategorikan sebagai jenis pangan yang memiliki nilai indeks
BG = IG x CHO
Hasil perhitungan BG bolu labu kuning dapat dilihat pada tabel 4.9
menunjukkan bahwa dalam berat takaran saji 60g BG bolu labu kuning adalah
72
Hasil analisis organoleptik rasa bolu labu kuning dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan tabel 4.10 diatas, dapat dilihat bahwa total skor untuk kriteria
rasa adalah 93,33%. Hal ini menunjukkan bahwa bolu labu kuning disukai oleh
Hasil analisis organoleptik aroma bolu labu kuning dapat dilihat pada tabel
73
Berdasarkan tabel 4.11diatas, dapat dilihat bahwa total skor untuk kriteria
aroma adalah 88,88%. Hal ini menunjukkan bahwa bolu labu kuning disukai oleh
Hasil analisis organoleptik tekstur bolu labu kuning dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan tabel 4.12 diatas, dapat dilihat bahwa total skor untuk kriteria
tekstur adalah 74,43%. Hal ini menunjukkan bahwa bolu labu kuning kurang
Hasil analisis organoleptik warna bolu labu kunimg dapat dilihat pada tabel
74
aroma adalah 88,88%. Hal ini menunjukkan bahwa bolu labu kuning disukai oleh
75
Berdasarkan hasil analisis zat gizi pada bolu labu kuning yang dilakukan di
merahkelapa sebagai pemanis bolu dalam setiap 100gr bolu labu kuning
mengandung 26,7% karbohidrat, 6,10% protein, 4,38% lemak total dan 3,41% serat
kasar.Dari hasil perhitungan kandungan gizi tersebut ditetapkan per sajian bolu labu
kuning sebesar 60 g. Berat satu cup bolu labu kuning diketahui sekitar 30 gram
makan sehingga beresiko mengalami kekurangan gizi, bila keadaan ini terus
berlanjut maka akan jatuh pada kondisi malnutrisi. Untuk membantu pemenuhan
kebutuhan zat gizi pada kondisi tersebut, maka diperlukan penerapan makanan
porsi kecil tapi sering, salah satunya melalui pemberian makanan selingan.
Syarat diet penderita diabetes melitus yaitu asupan protein 0,8g/kg berat
badan /hari (sekitar 10%), lemak 30%, karbohidrat 60% dari total kebutuhan energi
Assosiation (ADA) sebesar 14g/1000 kkal. Kandungan zat gizi per sajian makanan
selingan umumnya sebesar 10% dari kebutuhan kalori sehari. Pada umumnya orang
kandungan gizi per sajiannya yaitu 5g protein, 6,7g lemak, 30g karbohidrat dan 2,8g
76
karbohidrat yaitu 4 kkal. Sumbangan energi dari karbohidrat pada bolu labu kuning
sebesar 106,8 kkal. Berdasarkan syarat diet penderita diabetes melitus, karbohidrat
yang dianjurkan 30g/sajian. Pada hasil uji kandungan zat gizi karbohidrat bolu labu
kuning yaitu 26,7%/100g. Kandungan karbohidrat dalam per sajian bolu labu
kuning yaitu 16,02g/60g per sajian. Hal ini dikarenakan bolu labu kuning
menggunakan bahan baku labu kuning yang hanya mengandung 29 kkal per 100gr
dan bolu labu kuning tidak menggunakan tepung terigu tetapi menggunakan oat
meal sebagai pengganti tepung terigu, dimana karbohidrat yang terdapat di dalam
menghasilkan 4 kkal energi. Sumbangan energi protein dari bolu labu kuning
sebesar 24,4 kkal. Berdasarkan syarat diet penderita diabetes melitus, protein yang
dianjurkan 5g/sajian. Pada hasil uji kandungan zat gizi protein bolu labu kuning
yaitu 6,10% per 100g.Kandungan protein dalam per sajian bolu labu kuning yaitu
3,66g / 60g per sajian. Kadar protein bolu labu kuning lebih rendah dibandingkan
dengan sayarat diet dikarenakan bolu labu kuning menggunakan telur yang lebih
protein yaitu 9 kkal per gram.Lemak pada bolu labu kuning memberikan
sumbangan energi sebesar 39,42 kkal. Secara keseluruhan, bolu labu kuning
mengandung energi sebesar 171 kkal. Berdasarkan syarat diet penderita diabetes
77
bolu labu kuning yaitu 4,38g per 100gr. Kandungan lemak dalam persajian bolu
labu kuning yaitu 2,68g /60g per sajian. Kandungan lemak didalam bolu labu
kuning sebagian besar berasal dari susu dan tidak menggunakan mentega
(margarin), susu yang digunakan merupakan susu rendah lemak (low fat) sehingga
pangan yang mengandung sedikit lemak atau protein, indeks glikemik berkolerasi
apabila indeks glikemik pangan menurun atau rendah akan membantu penderita
diabetes melitus mengontrol kadar glukosa darah (Rimbawan & Siagian 2004).
Kandungan serat kasar yang terdapat pada bolu labu kuning yaitu 3,41g
/100g.Berdasarkan syarat diet pasien diabetes melitus, serat yang dianjurkan 2,8g/
sajian. Kandungan serat dalam persajian bolu labu kuning yaitu 2,0g/ 60g per sajian.
Hal ini dikarenakan bahan baku yang digunakan adalah labu kuning dimana, labu
Dengan demikian, proses pencernaan menjadi lambat. Hasil akhirnya adalah respon
78
bangun, diperoleh nilai indeks glikemik bolu labu kuning yaitu sebesar
yaitu kategori pangan IG rendah (IG<55), IG sedang (IG = 55-70), dan IG tinggi
Nilai indeks glikemik bolu labu kuning lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai indeks glikemik kripik substitusi tepung bekatul dengan tepung labu kuning
yaitu 51 pada penelitian yang dilakukan oleh Wayan (2016). Hal ini diduga karena
bahan yang digunakan dalam pembuatan bolu labu kuning yaitu labu kuning, gula
merah kelapa, oatmeal, telur dan susu cairdimana, masing-masing bahan yang
pembuatan bolu labu kuning, dilakukan pengukusan dan penghalusan terhadap labu
kuning untuk menghasilkan puree labu kuning yang memiliki tekstur lembut
sebagai bahan pembuatan bolu labu kuning dan penggilingan oat meal sebagai
pengganti tepung terigu. Puree labu kuning dan tepung oatmeal memiliki ukuran
partikel yang lebih kecil dibandingkan labu kuning dan oatmeal utuh. Ukuran
partikel mempengaruhi proses gelatinisasi pati. Ukuran butiran pati yang makin
kecil mengakibatkan mudah terdegradasi oleh enzim. Hal ini menyebabkan enzim
mudah bekerja. Makin mudah enzim bekerja, makin cepat pencernaan dan
79
diantaranya adalah cara pengolahan (tingkat gelatinisasi pati dan ukuran partikel),
kadar serat, kadar lemak dan protein, serta kadar anti gizi pangan (Rimbawan &
Siagian 2004).
pemanasan pada suhu dan tekanan tinggi menyebabkan terjadinya gelatinisasi pati.
Selama pemasakan, air dan panas memperbesar ukuran granula pati. Beberapa
granula terpisah dari molekul pati. Bila sebagian besar granula pati telah
mengembang dan molekul pati bebas ini sangat mudah dicerna karena enzim
pencernaan pati di dalam usus halus mendapatkan permukaan yang lebih luas untuk
kontak dengan enzim. Reaksi cepat dari enzim ini menghasilkan peningkatan kadar
gula darah yang cepat. Oleh karena itu, pangan yang mengandung pati
Indeks glikemik pangan juga dipengaruhi oleh komposisi zat gizi seperti
serat kasar, kadar lemak, dan protein. Kadar serat terutama kadar serat pangan larut
mempengaruhi nilai indeks glikemik. Hasil analisis kadar serat kadar pada bolu
labu kuning yaitu 3,41%. Serat kasar mempertebal kerapatan atau ketebalan
80
lebih lambat dibandingkan dengan karbohidrat saja (Waspadji dan Sukardi, 2003).
Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) pangan berkadar lemak dan protein tinggi
pencernaan makanan diusus halus juga diperlambat dan respon glikemik menjadi
lebih rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wayan (2016),
yang menunjukkan bahwa kripik simulasi subsitusi tepung bekatul dengan tepung
labu kuning dengan kadar protein 11,84% memiliki nilai indeks glikemik yang
Hasil analisis kadar lemak pada bolu labu kuning yaitu 4,38%. Kadar lemak
pada bolu labu kuning lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Izzati (2015) terhadap kadar lemak nasi ubi jalar orange yaitu 0,57%. Pangan
diperlambat. Namun, pangan berlemak tinggi apapun jenisnya dan memiliki nilai
81
rendah BG maka semakin kecil suatu makanan yang disajikan memicu peningkatan
sedang (11-19), dan (3) BG tinggi (>20). Dalam berat takaran saji 60g BG bolu labu
kuning adalah 10,25 termasuk didalam BG rendah. Hal ini menunjukkan bahwa
Pada penyakit diabetes melitus tujuan pengelolaan nya dibagi atas tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hilangnya
yang sehat dan nyaman. Tujuan jangka panjang adalah tercegahnya berbagai
pada susunan saraf (neuropati) sehingga dapat menekan angka morbiditas dsan
Penangan diet pada diabetes melitus dan komplikasinya fokus pada porsi
sama terhadap kenaikan kadar glukosa darah. Padahal jenis kerbohidrat yang
berbeda dengan jumlah yang sama memberikan efek yang berbeda terhadap
kenaikan kadar glukosa darah dan respon insulin. Konsep IG disini berperan dalam
memberikan cara mudah memilih makanan yang tidak cepat menaikkan kadar
glukosa darah.
82
glukosa darah dengan lambat dan memberikan puncak respon glukosa darah lebih
Daya terima bolu labu kuning diperoleh berdasarkan uji organoleptik yang
dilakukan oleh 30 orang panelis. Pengujian organoleptik terhadap rasa bolu labu
kuning mendapatkan skor 93,33%. Hal ini berarti panelis menyukai persentase rasa
terhadap bolu labu kuning dimana, bolu labu kuning memiliki rasa yang manis
karena menggunakan gula merah kelapa. Gula merah kelapa selain memiliki rasa
88,88%. Hal ini berarti panelis menyukai persentase aroma terhadap bolu labu
kuning dimana, aroma pada bolu labu kuning disebabkan oleh bahan-bahan yang
digunakan dalam pembuatan bolu labu kuning seperti labu kuning, gula merah
kelapa, oatmeal, telur dan susu yang masing-masing memiliki aroma yang khas.
Menurut Kartika (1988), aroma yaitu bau yang sukar diukur sehingga biasanya
83
74,43%. Hal ini berarti panelis tidak terlalu menyukai persentase tekstur terhadap
bolu labu kuning dimana, tekstur bolu labu kuning yang dihasilkan sedikit keras
dan konsentrasi suatu bahan akan memengaruhi cita rasa yang ditimbulkan bahan
reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan, penerimaan
88,88%. Hal ini berarti panelis menyukai persentase warna terhadap bolu labu
kuning dimana, warna pada bolu labu kuning dipengaruhi oleh gula merah kelapa
yang memiliki warna coklat yang menarik.Warna makanan yang menarik dapat
menjadi petunjuk bagi kualitas makanan yang dihasilkan. Warna juga mempunyai
peran dan arti yang sangat penting pada komoditas pangan karena memengaruhi
84
6.1 Kesimpulan
Medan untuk kandungan zat gizi pada bolu labu kuning yaitu protein 6,10%
b/b, lemak total 4,38% b/b, karbohidrat 26,7% b/b, serat kasar 3,41% b/b.
pangan acuan berupa roti tawar menunjukkan bahwa bolu labu kuning
memiliki nilai indeks glikemik 64% dimana bolu labu kuning termasuk
dalam kategori pangan yang memiliki nilai indeks glikemik tsedang (55-
70). Beban glikemik bolu labu kuning sebesar 10,25 termasuk kedalam
indikator rasa 93,33%, aroma 88,88%, tekstur 74,43% dan warna 88,88%.
6.2 Saran
1. Bolu labu kuning memiliki nilai indeks glikemik sedang yaitu 64% sehingga
dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes tetapi dengan porsi yang tepat
yaitu 60 gram per sajian atau 2 cup sesuai dengan kebutuhan energi per hari.
glikemik.
85
Amtiria, HJ, A. 2016. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Gula Darah Pasien
Kedokteran. Skripsi.
Bin Abdullah, A. 2013. Nilai Indeks Glikemik Produk Pangan dan Faktor-
Fannisa, I. 2015. Analisis Indeks Glikemik pada Nasi Campuran antara Beras
(Oriza Sp) dengan Ubi Jalar Orange (Ipomea Batatas L). Universitas
Skripsi.
86
Kedokteran. Skripsi.
Larasati, AS. 2013. Analisis Kandungan Zat Gizi Makro dan Indeks Glikemik
Skripsi.
Pratama. 2015. Pembuatan Gula Merah dari Nira Terfermentasi Alam (Kajian
Rimbawan dan Siagian Albiner. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
87
Yogyakarta : Kanisius
Sugitha IM, Bambang AH, I Wayan. 2015. Penentuan Formula Biskuit Labu
Penerbit FKUI.
88
89
90
Mengetahui,
Yang membuat pernyataan
Peneliti
Lampiran 4
( )
( )
92
Rasa
Aroma
Tekstur
Warna
93
94
95
96
𝐵𝐵
IMT =
𝑇𝐵 (𝑚2)
43 43
1. = = 18.85
1.51x1.51 2.20
46 46
2. = = 18.69
1.57𝑥1.57 2.46
45 45
3. = = 18.29
1.57𝑥1.57 2.46
53 53
4. = = 23.55
1.50𝑥1.50 2.25
59 59
5. = = 23.98
1.57𝑥1.57 2.46
55 55
6. = = 23.80
1.52𝑥1.52 2.31
54 54
7. = = 23.37
1.52𝑥1.52 2.31
60 60
8. = = 23.80
1.59𝑥1.59 2.58
97
98