Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.

2, April 2011

METYL ESTER PRODUCTION IN ASLANT SEALED


TRANESTERIFICATION REACTOR

PEMBUATAN METIL ESTER DALAM REAKTOR


TRANSESTERIFIKASI BERSEKAT MIRING
Edi Mulyadi
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN ”Veteran” Jawa Timur
Jl. Raya Rungkut Madya Gunung Anyar Surabaya
email: ed1mulyad1@yahoo.com

ABSTRACT

Biodiesel, the environment friendly substitute alternative for solar, is made from a resource
which can be renewed. Exploiting off grade fish oil as raw material for biodiesel represent the
grand breakthrough in increasing value of waste industrial fish. According to research funded by
PT Rekayasa Energi Alternative Mandiri (PT. REAM) and DP2M Dikti, industrial scale efficiency
can be reached by continuous esterifiications buffle reactor in series with transesterifications
sliding reactor. Biodiesel production was done at a reactor prototype which has capacity of 20
liter/hour.From all variables studied, it seemed that temperature and catalyst concentration had
the highest effect on the methyl esters conversion, so these variables are controlling parameters.
The optimized set of conditions were sodium methoxide (NaOCH3) as the catalyst at a
concentration of 0.2 % volume, reaction temperature of 60°C, and 60 menute. The experiments
resulted in an average product yield of 94.2%. Biodiesel density of 0.8898 kg/m3 , Iodine number
of 7.4, flash point 272 oC, and pour point of 2oC

Key words: biodiesel, slanted baffles reactor, transesterification.

PENDAHULUAN jenuh. Biodiesel dapat diaplikasikan langsung


untuk mesin-mesin diesel yang ada tanpa
Lebih dari 25% kebutuhan solar dalam diperlukan modifikasi. Selain itu, biodiesel
negeri telah menjadi bagian impor yang artinya dapat terdegradasi dengan mudah
adalah pengurangan devisa Negara. Oleh (biodegradable) dan 10 kali tidak beracun
karena itu, sudah saatnya dipikirkan subtitusi dibanding minyak solar, karena tidak
dengan menggunakan bahan bakar alternative mengandung sulfur serta senyawa aromatic
lainnya terutama yang bersumber dari bahan sehingga emisi pembakaran yang dihasilkan
baku yang terbarukan (renewable). Biodiesel ramah lingkungan. Proses pembuatan biodisel
tersusun dari berbagai macam ester asam lemak pada dasarnya terdiri atas proses esterifikasi
yang dapat diproduksi dari minyak-minyak dan trans-esterifikasi. Methyl ester adalah
nabati dan hewani. Limbah ikan yang berwujud senyawa hasil dari reaksi esterifikasi dan atau
minyak diperoleh dari buangan industri transesterifikasi yang melibatkan senyawa
pengolahan ikan (pengalengan ikan dan tepung asam dan alkohol untuk esterifikasi, dan
ikan) yang banyak terdapat di muncar- trigliserid dan alkohol untuk reaksi
banyuwangi. Keunggulan minyak ikan jika transesterifikasi. Alkoholisis adalah proses
dipakai sebagai bahan baku biodiesel memiliki pertukaran gugus ester, jika alkohol yang
variasi asam lemak lebih tinggi (Steigers,2002). digunakan adalah methanol maka prosesnya
Selain itu, jumlah asam lemak lebih banyak, dinamakan dengan metanolisis.
rantai karbon lebih panjang dibandingkan Penelitian ini dimaksudkan untuk
dengan minyak atau lemak lainnya. Minyak mendapatkan diversivikasi bahan baku
ikan banyak mengandung jenis asam lemak tak biodisel, yaitu minyak yang berasal dari limbah

439
Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 2011

industri ikan. Dengan begitu, diharapkan agar kondensor. Rangkaian alat terlukis pada
minyak dari limbah ikan memiliki nilai guna Gambar 1.
dan nilai tambah secara ekonomi yang
sekaligus mempercepat pengembangan energi
alternative berbasis biodiesel. Dengan
memperhatikan bahan baku yang digunakan
adalah minyak ikan off grade yang memiliki
kadar air (4,2%) dan Asam lemak bebas (ALB
13%) yang tinggi dibandingkan dengan minyak
nabati. Menurut Darnoko dan Chervan (2000),
penurunan kadar ALB dilakukan dengan proses
esterifikasi. Dalam penerapan yang akan
dilakukan, yaitu teknologi proses pembentukan
metil ester dengan proses esterifikasi dan
dilanjutkan proses trans-esterifikasi dalam
reaktor alir bersekat. Dengan begitu, proses
pembentukan metil-ester dapat berlangsung
satu langkah dan hemat energi, dari pada
proses-proses yang selama ini ada.
Penggunaan reaktor esterifikasi
bersekat dapat memberikan pencampuran yang
sempurna antara katalis dan reaktan, tetapi
mempunyai turbulensi rendah. Hal ini
dimaksudkan agar air yang terbentuk dalam
proses esterifikasi tidak tersuspensi sehingga
memudahkan dalam pemisahan (Stonestreet
and Harvey, 2005). Untuk proses
transesterifikasi diperlukan turbulensi tinggi,
maka pada penelitian ini menggunakan
rancangan reaktor bersekat miring, sehingga
metil-ester yang terbentuk lebih tinggi.

METODOLOGI

a. Bahan dan Alat


Bahan baku penelitian menggunakan
minyak ikan off grade berasal dari PT
Rekayasa Energi Alternatif Mandiri; metanol
teknis dibeli dari Tidar Kimia Surabaya; NaOH
anhidrous dan NaOH p.a; Peroxida, dan asam
pospat. Sebelum dipergunakan, minyak ikan
off grade dicuplik untuk analisis kadar air , zat
pengotor, FFA, kekentalan dan densitynya.
Alat penelitian terdiri atas reaktor gumming
tangki berpengaduk kapasitas 5 liter. Reaktor
esterifikasi sebagai tempat proses penurunan
FFA spesifikasi reaktor pipa bersekat; diameter
5 cm, tinggi 120cm. Reaktor Trans-esterifikasi
sebagai tempat proses mereaksikan trigliserid Gambar 1. Rangkaian Alat Proses Biodiesel
menjadi biodiesel; spesifikasi reaktor;diameter
5 cm, tinggi 120cm, dari bahan baja tahan karat b. Prosedure Penelitian
(SS-304) dilengkapi pemanas listrik Minyak ikan off grade sebanyak 5
menggunakan daya 600 watt dan pendingin Liter dimasukkan ke dalam pengering lalu
balik. Unit pemurnian produk bio diesel pemanas dan pengatur suhu dijalakan dan
kapasitas 5L/jam, terdiri dari tangki pencuci diikuti dengan menghidupkan pompa sirkulasi
yang dilengapi pemanas dan distributor udara. dan pompa vakum. Minyak ikan yang telah
Pengering produk biodiesel berbentuk tangki dikurangi kadar airnya dimasukan ke reaktor
dilengkapi pemanas dan pompa vakum dan degumming. Pemanas dan pengaduk

440
Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 2011

dihidupkan, setelah suhu mencapai 90C waktu


mulai dihitung dan proses dihentikan saat 10
waktu 20 menit. Hasil proses gumming 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5%
9
dilanjutkan dengan proses Esterifikasi. Proses
8
esterifikasi berlangsung selama 60 menit
7
dengan suhu 110 C, dengan katalis asam sulfat.
6
Hasil proses esterifikasi dilanjutkan dengan

% FFA
proses Trans-esterifikasi dengan menggunakan 5

berbagai dosis katalis dan memvariasi suhu dan 4

waktu proses. Pemurnian Produk biodisel 3

dailakukan dalam pengering vakum. 2

0
HASIL DAN PEMBAHASAN 40 50 60 70 80 90 100 110 120
suhu, C
Analisa bahan baku meliputi, kadar
air, kadar pengotor, bilangan peroksid,
bilangan lod, dan FFA. Pengujian secara Gambar 2. Hubungan % FFA dengan Suhu
asidimitri dilakukan untuk menentukan dan dosis katalis
bilangan asam, bilangan penyabunan, bilangan
ester, asam lemak bebas, jumlah asam lemak b.
Peran Katalisator pada Proses
total, dan asam lemak yang terikat sebagai Trans-esterifikasi
ester. Analisis asam lemak dalam bahan baku Proses pembentukan metil ester
limbah minyak ikan didominasi oleh oleic (biodiesel) sebagian besar terjadi pada reaksi
50,3% (Mulyadi dkk,2009). Kandungan asam transesterifikasi. Pengaruh dosis katalis pada
lemak bebas (ALB) rerata 13%. Untuk proses transesterifikasi terhadap bilangan Iod,
menurunkan kadar asam lemak bebas heating value, pour point, dan nilai flash point
dilakukan proses esterifikasi. dipelajari dalam berbagai jenis katalis.
a. Peran Katalisator pada Proses b.1. Pengaruh jenis katalis dan dosis katalis
Esterifikasi terhadap angka Iod
Proses esterifikasi dimaksudkan untuk Angka iod berpengaruh terhadap besar
menurunkan kadar ALB (asam lemak bebas). kecilnya angka setan, semakin besar angka iod
Bahan baku minyak dari limbah ikan yang maka perhitungan angka setan semakin kecil.
digunakan berkadar asam lemak bebas 13 %. Gambar 3 menunjukan pengaruh dosis katalis
Hasil percobaan pengaruh suhu terhadap terhadap angka Iod.
penurunan kadar asam lemak bebas (ALB)
pada berbagai kadar katalis ditunjukkan dalam 10

table 1. NaOH KOH CaO MgO ZnO


9.5

Tabel 1. Asam Lemak Bebas (ALB) dari 9

Berbagai Suhu dan Volume Metanol 8.5


an gka Iod

8
%
Volume Suhu %
Konversi
Metanol (%) (oC) FFA 7.5
FFA
7
9,09 40 6,221 51,074
10,7143 60 5,858 53,928 6.5

11,7637 80 3,633 71,427 6


12,5974 100 0,954 92,497 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8

13,79 120 1,589 87,503 dosis katalis, %berat m inyakt

Katalisator esterifikasi menggunakan asam Gambar 3. Hubungan angka Iod dengan dosis
sulfat pekat dengan kisaran kadar 0,5 sampai katalis
1,5%. Nilai ALB 0,9541 % yang terkecil dan Angka Iod juga dipengaruhi oleh angka
terjadi pada suhu 100oC dengan dosis katalis penyabunan. Jika dilihat dari standarisasi
1%volum minyak (gambar-2). Dengan begitu biodiesel untuk angka iod, yaitu 7 – 9,5
konversi ALB yang dapat dicapai sebesar Berdasarkan tabel itu dapat dipastikan bahwa
92,497 %. biodiesel yang dihasilkan dalam penelitian ini

441
Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 2011

tidak semuanya memenuhi standart biodiesel pada suhu 0oC sampai 1oC, biodisel ini masih
yang ada. dapat digunakan di daerah yang dingin.

b.2. Pengaruh jenis katalis dan dosis katalis 9


terhadap Heating Value 8 NaOH KOH CaO
Heating value adalah suatu angka MgO ZnO
7
yang menyatakan jumlah panas/kalori yang
6
dihasilkan dari proses pembakaran sejumlah

pour point, C
tertentu bahan bakar dengan udara / oksigen. 5

Nilai heating value ini didapat dengan ASTM 4

D-240. Pengaruh dosis katalis terhadap 3

Heating Value pada berbagai jenis katalis 2

terlukis pada gambar 4. Nilai heating value 1


yang tertinggi deangan katalis KOH yaitu pada 0
dosis 9%berat minyak, sebesar 10211 cal/g. 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8

Hasil analis heating value, nilai itu sedikit dosis katalis , %berat m inyak

dibawah persyaratan (10.160 - 11.000 cal/g).


Gambar 5 Pengaruh dosis katalis terhadap
nilai Pour Point
10500

b.4. Pengaruh jenis katalis dan dosis katalis


10000
terhadap Flash Point (Titik Nyala)
Flash point adalah suatu angka yang
Heatin g Valu e, cal/g

9500 menyatakan suhu terendah dari bahan bakar


minyak dimana akan timbul penyalaan api
9000 sesaat, apabila pada permukaan minyak
tersebut didekatkan pada nyala api. Nilai flash
8500 points ini didapat dengan menggunakan alat
NaOH KOH CaO MgO ZnO ASTM D-925. Pengaruh suhu dan volume
8000 alkohol terhadap Flash Point (Titik Nyala).
0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8
dosis katalis, %berat minyak

440
Gambar 4. Hubungan Heating Value dengan NaOH KOH CaO

dosis katalis 420 MgO ZnO

400
b.3. Pengaruh jenis katalis dan dosis katalis
flash point, C

380
terhadap Pour Point (Titik Beku)
Pour point adalah suatu angka yang 360

menyatakan suhu terendah dari bahan bakar


340
minyak sehingga minyak tersebut masih dapat
mengalir karena gravitasi. Nilai pour points ini 320

didapat dengan menggunakan alat ASTM D- 300


97. Hasil percobaan pengaruh suhu dan volume 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8

metoxid terhadap Pour Point (Titik Beku) dosis katalis, %berat minyak

dilukis pada gambar 5. Berdasarkan gambar 5.


hasil analisa pour point biofuel antara 0oC Gambar 5. Pengaruh jenis dan dosis katalis
sampai 8oC yang berarti berada jauh dibawah terhadap Flash Point
batas maksimum spesifikasi minyak diesel
yaitu18,33oC. Pour Point tersebut menyatakan Berdasarkan gambar 5. hasil analisa diperoleh,
suhu terendah dari bahan bakar agar masih flash point biofuel ini antara 321oC – 423oC,
dapat mengalir. Pour Point sangat penting berarti melebihi spesifikasi batas minimum
untuk menstarter mesin dalam keadaan dingin flash point minyak diesel yang diijinkan yaitu
dan untuk menangani minyak didalam mesin 65,55oC. Hal ini berarti, semakin aman dan
maupun penyimpanannya. Pour Point juga memudahkan dalam penyimpanan dan
berhubungan dengan cuaca dalam suatu pengangkutan minyak, akan tetapi sedikit sulit
wilayah. Keunggulan biodiesel berbasis menstarter mesin dalam keadaan dingin.
minyak ikan dibandingkan dengan solar yaitu

442
Jurnal Teknik Kimia Vol.5, No.2, April 2011

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

1. Minyak ikan off grade merupakan campuran Darnoko, D. and Cheryan, M., 2000, Kinetics
trigliserida dengan kadar asam lemak bebas 13 of Palm Oil Transesterification in a
%, mempengaruhi teknologi proses produksi Batch Reactor, JAOCS, Vol. 77, No. 12,
biodiesel dan karakteristik bahan bakar. pp. 1263-1267.
2. Proses esterifikasi mampu mengkonversi Ghazi, A., M., Resul, M. F. M. G, and Shean
asam lemak bebas 92,47%, dan produk Yaw, 2008, Preliminary Design of
esterifikasi secara rerata berkadar asam lemak Oscillatory Flow Biodiesel Reactor for
bebas 0,95%. Continuous Biodiesel Production from
3. Hasil Penelitian diperoleh biodiesel yang Jatropha Triglycerides, Journal of
terbaik pada kondisi suhu reaksi 60 oC dan Engineering Science and Technology,
waktu 60 menit dengan karakteristik biodiesel Vol. 3, No. 2, 138 – 145.
yaitu densitas 0,8898 kg/m3, angka iod 74, Mulyadi,E., Wahyudi, B., dan Trianna,
titik nyala 272 oF, dan pour poin 2 oC W.T.,2009, Crude Fish Oils
Transesterification in an Oscillatory
UCAPAN TERIMA KASIH Reactor, Proceeding of Soebardjo
Brotohardjono seminar WasteBased
1. Kepada DP2M Dikti atas dukungan beaya Energy and Chemicals
penelitian melaluihibah bersaing tahun Trianna, N.W.dan Mulyadi,E., 2006, Kajian
2009 dan 20010 Kinetika Reaksi dalam Oscillatory flow
2. PT Rekayasa Energi Alternatif Mandiri Reactor pada pembentukan Metil Ester,
atas bantuan bahan baku minyak ikan off ISSN 0216-163X, Vol-1, USB,Solo.
grade dan penggunaan bengkel rekayasa. Stonestreet, P., and Harvey, A. P., 2005, A
3. Laboratorium biomassa dan energi dan Mixing-Based Design Methodology for
Lab instrumen atas dukungan keperluan Continuous Oscillatory Flow Reactors,
analisis hasil Institution of Chemical Engineers,
80(A), 31-44.
Steigers, J. A., 2002, Demonstrating The Use
of Fish Oil as Fuel in a Large Stationary
Diesel Engine. Pacific Biodiesel
,www.biodiesel.com

443

Anda mungkin juga menyukai